Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

YOGA DARSANA

TUGAS MATA KULIAH DARSANA II

Dosen pengampu: Ida Bagus Wika krishna, S.Ag., M.Si

Oleh:
NAMA : Widya Gunawan & I Komang Budi Astikayasa
NIM : (18.1.3.9.1.08 & 18.1.3.9.1.11)
JURUSAN : Brahma Widya
PRODI : Teologi Hindu IVA

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI MPU KUTURAN


SINGARAJA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darsana merupakan sebuah aliran filsafat India yang berkembang sampai saat ini. Hindu
merupakan sebuah agama yang mempunya banyak filosofi atau makna dari simbol-simbol,
darsana ini muncul dengan memberikan pandangan berbeda mengenai Hindu, darsana
menguatkan pandangan-pandangan yang ada dalam kitab suci Veda, dengan tujuan untuk
memberikan pandangan secara universal mengenai kebenaran yang ada dalam Veda dan agar
umat Hindu tidak bersifat panatisme. Darsana ini sangat penting bagi perkembangan agama
Hindu karna darsana memberikan pandangan ynag begitu luas mengenai hakikat kebenaran,
darsana juga memberikan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul berkaitan
dengan ajaran agama Hindu. Kata darsana berasal dari urat kata “drs” yang berarti ‘melihat’,
menjadi kata darsanan artinya ‘penglihatan atau pandangan’. Kemudian darsana ini diartikan
sebagai pandangan tentang kebenaran. Darsana sendiri dalam pandangannya dibagi menjadi
dua kelompok yaitu pandangan yang orthodox, disebut juga Astika. Kelompok ini mengakui
otoritas Veda. Kelompok ini terdiri dari Samkhya, Yoga, Mimamsa, Vaisesika, Nyaya, dan
Vedanta. Kemudian pandangan yang Hetrodox disebut juga Nastika. Filsafat ini tidak mau
mengakui kebenaran dan kewenangan Veda. Kelompok ini terdiri dari Carvaka, Buddha, dan
Jaina. Salah satu aliran darsana ayang dibahas yaitu Yoga. Yoga merupakan salah satu dari
enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa di
mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indranya dan tubuhnya
secara keseluruhan. Istilah yoga dalam bahasa sansekerta berasal dari akar kata yuj yang berarti
pasangan. Ini dimaksudkan pasangan jiwa pribadi (jivatman) dengan jiwa universal
(Paramatman).(Nyoman S.pendit,2007:109). Ajaran yoga ini menjadi hal yang tidak dapat
dipisahkan dalam tradisi agama Hindu, karna yoga merupakan bagaian dari praktik spiritual
kehidupan beragama umat hindu . manfaat yoga sangat banyak sekali dalam kehidupan kita di
dunia ini. Dalam konsep ajaran agama Hindu yoga juga menjadi salah satu jalan seseorang bisa
mencapai moksa. Dengan melaksankan yoga manusia juga bisa menjadikan hidup nya tenang,
sehat dan bahagia. Menurut (Nyoman S.pendit,2007:1110) yang terutama dalam aliran Yoga ini
adalah alat atau cara yang paling ampuh untuk mencapai pengertian pengetahuan tanpa
diskriminasi yang menjadi pegangan dalam aliran Sankhya sebgai kondisi jiwa untuk mencapai
Moksa atau kelepasan. Yoga adalah pensucian jiwa melalui kebersihan badan jasmani, sikap
mental positif serta jiwa yang tenang serta teguh.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Yoga darsana

“Yoga darsana ini merupakan salah satu ajaran dari filsafat india yang mengajarkan
bagaimana caranya untuk mencapai moksa. Istilah yoga dalam bahasa sansekerta berasal dari
urat kata yuj yang berarti pasangan. Ini dimaksudkan pasangan jiwa pribadi (jivadman) dengan
jiwa Universal (Paramatman)”.(Nyoman S. Pendit. 2007:109). Wujud pelaksanaan yoga
dirumuskan sebagai suatu sistem membudidayakan hidup ini dalam kemasan untuk
menyempurnakan prilaku manusia yang tepat guna. Filsafat yoga adalah sumbangsih yang tak
ternilai mutunya dari filosof patanjali bagi mereka yang merindukan adanya jiwa sebagai suatu
identitas subtansi yang mandiri, terbebas dari batas-batas kehadiran badan jasmani, pancaindra
dan pikiran. Filsafat yoga ini juga dikenal sebagai aliran filsafat patanjala diambil dari nama
patanjali sebagai pendirinya . sesungguhnya aliran yoga ini sangat erat hubungannya dengan
aliran sankhya dalam pembahasan mengenai asal- usul filsafat itu sendiri dengan
mempergunakan pengertian dan kesadaran melalui penglihatan, kesimpulan,ucapan serta
kesaksian amanat kitab-kitab suci. Yoga juga menerima konsep metafisika sankhya yang
berjumlah 25 butir prinsip, namun percaya kepada Tuhan sebagai jiwa tertinggi di atas jiwa
yang mana pun. Yang terutama dalam aliran yoga ini adalah alat atau cara yang paling ampuh
untuk mencapai pengertian pengetahuan tanpa diskriminasi yang menjadi pegangan dalam
aliran sankhya sebagai kondisi jiwa untuk mencapai kelepasan. Di era sekarang ini yoga
dijadikan olahraga yang mempunyai manfaat sangat baik bagi kesehatan tubuh, seluruh
masyarakat di berbagai Negara mengikuti olahraga yoga dengan tujuan untuk memperoleh
kesehatan jasmaninya. Yoga ini merupakan olahraga yang bisa di lakukan oleh masyarakat
secara keseluruhan mulai dari anak-anak sampai lansia. Meskipun sebenarnya yoga ini
merupakan salah satu ajaran filsafat Hindu namun untuk saat ini yoga sudah menjadi milik
masyarakat secara keseluruhan di belahan dunia. “Filsafat yoga terdiri dari 4 pada (bagian)
dengan nama masing-masing yaitu : Samadhipada adalah menjelaskan sifat, tujuan bentuk
Yoga, serta modifikasi jiwa (organ dalam) dan berbagai cara untuk mencapai Yoga;
Shadanapada adalah menjelaskan kriyayoga (pelaksanaan Yoga) untuk mencapai semedhi, klesa
(sumber penderitaan), karmaphala (hasil perbuatan) yang sifatnya sangat memilukan, dan 4
macam penderitaan serta penyebabnya, hentinya penderitaan dan cara menghapus
penderitaan tersebut; Vibhutipada adalah menjelaskan aspek dalam sukma serta kekuatan gaib
yang diperoleh dengan jalan Yoga; Kaivalyapada adalah menjelaskan sifat serta bentuk
kelepasan, dan transendental jiwa serta terpisahnya alam dunia ini.”(Nyoman S.
Pendit.2007:109-110). Berbeda dengan pandangan Samkhya, yoga mengakui adanya Tuhan.
Adanya Tuhan dipandang lebih bernilai praktis dari pada teori yang merupakan tujuan akhir dari
yoga yaitu untuk mencapai moksa. Menurut patanjali, keberadaan Tuhan dapat dibuktikan
dengan adanya alam semesta beserta isinya, oleh karena itu sistem yoga bersifat teori dan
praktek terhadap keberadaan Tuhan tersebut. Tuhan dalam ajaran yoga dipandang sebagai jiwa
Yang Maha Agung yang mengatasi jiwa perorangan dan bebas dari semua penderitaan. Dia
adalah maha sempurna, kekal abadi, maha kuasa, dan maha pengetahuan.

Keberadaan Tuhan dalam ajaran Yoga dibuktikan atas tiga macam pertimbangan yaitu :

 Melalui kitab-kitab suci Veda dan Upanishad sebagai bukti otentik adanya Jiwa Tertinggi
yang juga sebagai sumber pokok bukti kenyataan dan tujuan akhir hidup di dunia ini.
Jadi Tuhan memang ada seperti yang diungkapkan oleh kitab-kitab suci tersebut. Kitab
suci dalam agama Hindu menyatakan bahwa Tuhan sebagai Jiwa Yang Agung, Realitas
Utama serta merupakan tujuan yang terakhir dari segala yang ada di dunia ini.
 Kedua menurut hukum kelestarian, adanya tingkatan dan jenjang keberadaan sesuatu
dan hadirnya sesuatu yang memiliki batas-batas seperti tinggi dan rendah, antara
perbedaan timbangan berat dan ringan serta ukuran besar dan kecil, misalnya atom
adalah partikel terkecil, sedangkan akasa (ruang) ukuran terbesar. Demikian pula ada
batas-batas tingkatan jenjang pada pengetahuan, kekuatan serta kekuasaan yang paling
sempurna pula. Pribadi tertinggi ini adalah Tuhan sendiri. Karenanya, tidaklah ada jiwa
yang menandingi Tuhan dalam hal pengetahuan, kekuatan dan kekuasaan itu. Sebab,
konflik akan timbul dan berkelanjutan, persaingan akan terjadi seandainya ada jiwa-jiwa
seperti itu di dunia.
 Ketiga yaitu Tuhan menciptakan dunia di atas dua aspek, antara penyatuan dan
pemisahan, antara watak dan jiwa. Kedua-duanya terpisah dan tidak mudah untuk
dijelaskan, yaitu prakriti dan purusha. Untuk itu harus ada penyebab atas penyatuan
dan pemisahan mereka, yang dinamakan ganjaran atau kutukan, nasib atau takdir.
Tuhan menciptakan prakriti, yaitu watak dengan triguna : sattva (sifat baik-mulia), rajas
(sifat lincah-aktif), tamas (sifat bodoh-nafsu) serta purusha, yaitu jiwa (roh). Prakriti dan
purusha adalah dua aspek yang masing-masing berdiri sendiri. Tidak satupun jiwa
pribadi mampu menghindar dan mengelak dari ganjaran dan kutukan serta nasib dan
takdir ini. Tidak ada suatu kekuatan pun yang dapat menciptakan atau memusnahkan
dunia ini, kecuali mahatma, Jiwa Yang Maha Kuasa, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena
itu manusia harus tunduk pada prakriti yaitu watak yang baik-mulia untuk menuntunnya
ke alam dunia kebajikan melalui pendidikan moral, dengan jalan mengangkat jiwa
pribadi-pribadi kea rah emansipasi jiwa menuju kelepasan.

Tuhan adalah roh yang abadi yang tidak tersentuh oleh duka cita, dan maha tau. Ia adalah
penguasa tertinggi di dunia ini dan memiliki pengetahuan yang tidak terbatas yang
membedakan ia dari pribadi-pribadi yang lain. Bakti kepada Tuhan tidak hanya merupakan
praktek yoga, tetapi juga merupakan sarana pemusatan pikiran dan Samadhi. Tuhan akan
memberikan karunia kepada seorang yang bhakti kepada-Nya berupa kesucian dan
penerangan batin. Tuhan melenyapkan semua rintangan jalan orang-orang yang berbakti
kepada-Nya, seperti duka cita, dan kita harus siap menerima rahmat Tuhan tersebut.

2.2 Tujuan Melasanakan Yoga

Dalam konsep ajaran agama Hindu Yoga menjadi jalan untuk mencapai kesempurnaan
yaitu untuk mencapai moksa.( Menurut Nyoman S. Pendit.2017:109) “Yoga dapat membantu
seseorang untuk menenangkan pikiran dan menenteramkan gejolak perasaan, untuk
selanjutnya dengan disiplin yoga mengantar dia untuk mencapai pencerahan rohani menuntun
jiwanya ke suasana damai abadi”. Dilihat dari sisi spiritual manfaat yoga yaitu untuk
mendapatkan ketenangan batin dan pikiran agar bisa hening dan menyamakan frekuansi
dengan Tuhan Hyang Maha Esa. Para maharsi melaksanakan disiplin Yoga guna mendapatkan
pencerahan ataupun mendapatkan wahyu. Yoga juga bisa memperluas kesadaran manusia
sampai sebegitu jauh sehingga bisa dipersamakan dengan kesadaran alam semesta. Hal ini
harus dicapai dengan realisasi prinsip-prinsip spiritual dalam tubuh kita, ada prinsip fisik dan
mental dan sebenarnya merupakan kepribadian diri kita sendiri yang abadi dan benar. Ajaran
yoga adalah sitem filasafat benar-benar sangat praktis. Yoga sangat diperlukan bagi manusia
karna yoga ini merupakan olah pikiran dan sebuah kesadaran untuk mendapatkan sebuah
ketenangan. Jika kita lihat dalam kehidupan manusia ketika mereka sudah mencukupi
kebutuhan materialnya maka yang terakhir mereka cari adalah sebuah ketenangan, ketenangan
jiwa yang membuat kenyamanan dalam hati. Seseorang yang mempunyai banyak harta
tentunya belum cukup bahagia tanpa adanya sebuah kenyamanan, ketenangan jiwa dan
kesedaran akan kehidupan yang mereka jalani. Yoga menjadikan kita mengerti tentang diri,
yoga merupakan pembelajaran kita memahami diri kita sendiri, apa yang dibutuhkan diri,
bagaimana mengendalikan ego kita, dan untuk apa kita hidup di dunia ini dan mau kemana
ketika kita sudah mati nanti (sangkan paraning dumadi). Yoga adalah awal bagi kita untuk
belajar ataupun masuk ke dunia spiritual. Ada juga yang mengatakan bahwa yoga merupakan
bagian dari kehidupan itu sendiri. Jika kita lihat dalam kehidupan ini, hidup merupakan sebuah
penderitaan setiap orang pasti mempunyai permasalahan, setiap orang pasti mempunyai beban
kehidupan, bahkan banyak orang yang menderita, sengsara karna sebuah permasalahan
kehidupan. Namun permasalahan ini tidak bisa dipisahkan dalam sebuah kehidupan, banyak
orang yang tidak menyadari tentang makna ataupun hakikat dari sebuah kehidupan. yoga ini
hadir untuk menyadarkan manusia memulai ajaran keiklasan yaitu menerima semua
permasalahan dengan penuh keiklasan dan kebahagiaan. “Yoga juga bermanfaat untuk
melawan pengaruh-pengaruh (samskara) tindakan atau karma masa lalu. Karma berasal dari
lima penyebab penderitaan: kebodohan, egoism, ketertarikan, penyimpangan dan keterikatan
pada hidup. Selama karma seperti itu ada, seseorang akan mengalami kelahiran kembali di
masa yang akan dating dan berbagai penderitaan yang menyertainya. Yoga bertujuan untuk
menghindari rasa sakit dari karma yang akan datang dengan menghapuskan penyebab
penderitaan dan keterikatan. Patanjali mendefinisikan bahwa seorang yogi adalah seorang yang
karmanya tidak hitam, tidak putih dan tidak pula merupakan campuran dari keduanya. Menurut
patanjali, ketika seseorang telah mencapai dharma megha Samadhi, tindakan yang membawa
penderitaan berhenti. Dalam kondisi seperti ini seseorang akan mencapai semasa hidupnya
(jiwa-mukta)”. (I ketut Seregig.:105-106). “Dalam kitab Yogasutra (1:2) mendefinisikan yoga :
Yogas Citta Vrtti Nirodhah. Yang artinya; mengendalikan gerak-gerik pikiran, atau cara untuk
mengendalikan tingkah polah pikiran yang cenderung liar, bias, dan lekat terpesona oleh aneka
ragam objek (yang dikhayalkan) memberi nikmat. Ajaran Yoga bertujuan untuk mengembalikan
jiwa individu kepada asalnya yaitu parama atman dengan jalan membersihkannya dari segala
ikatan maya (triguna). Sehingga ia akan sadar dengan jati dirinya (atman) ikatan yang
diakibatkan oleh perubahan citta yang muncul dari rintangan-rintangan gua, menimbulkan
kesusahan dan kesedihan di dalam hidup yang disebut klesa, ada lima klesa yaitu :

 Awidya : kebodohan
 Asmita : keakuan
 Raga : keterikatan
 Dwesa : kebencian
 Abhiniwesa : ketakutan dan kematian

Kelima klesa ini dapat dilenyapkan dengan jalan melaksanakn kriya yoga sehingga dalam proses
yoga mampu membantu guna mencapai Samadhi dengan jalan melaksanakan kriya yoga (ida
Bagus Wika Krishna, wikakrisna.wordress.com). tujuan dari kehidupan adalah terpisahnya
mutlak dari purusa dan prakerti. Kebebasan dalam yoga merupakan kaivalya atau kebebasan
mutlak tersebut, dimana roh terbebas dari belenggu prakrti dan purusa berada dalam wujud
yang sebenarnya atau Svarupa. Sang roh telah melepaskan Avidya melalui pengetahuan

2.3 Cara melaksanakan Yoga Darsana


Untuk melaksanakan disiplin yoga atau mempraktekan yoga darsana ada beberapa tahapan-
tahapan atau cara yang harus dilaksanakan sebelum melakukan yoga. Maharsi patanjali
memberikan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan yoga yang lebih dikenal dengan sebutan
Astangga Yoga. Dalam pembagiannya Astangga Yoga dibagi menjadi dua bagian yang pertama
yaitu disebut yogangga merupakan cara-cara luar pelaksanaan Yoga bisa disebut juga
bahiranga-sadhana Yoga. Kemudian yang kedua yaitu Antarangga-sadhana Yoga. Yogangga
terdiri dari:

 Yama adalah pengekangan diri atau tidak melaksanakan tindakan yang menyakiti
kehidupan, tidak bertindak salah, tidak mencuri, dapat mengendalikan hawa nafsu dan
tidak tamak. tahapan pengendalian diri yang terdiri dari lima prinsip atau ketaatan
wajib yang terdiri dari:
 Ahimsa artinya tidak melakukan kekerasan dan tidak membunuh makhluk
hidup, baik melalui pikiran, perkataan ,dan perbuatan.
 Satya artinya benar dalam kata dan berpegang teguh pada kebenaran dalam
bentuk pikiran dan perbuatan.
 Asetya artinya tidak mencuri atau menginginkan barang milik orang lain.
 Brahmacarya artinya menjunjung tinggi kesucian diri tanpa melakukan
hubungan seksual.
 Aparigraha artinya tanpa menerima hadiah yang tak perlu, mempertahankan
hidup apa adanya.

Kelima pantangan ini merupakan mahavrata atau sumpah luar biasa yang harus
dipatuhi. Patanjali mengatakan bahwa ketaatan kepada yama itu diwajibkan serta
dipertahankan dalam tiap keadaan dan merupakan kode etik universal yang tak dapat
diselewengkan dengan bermacam-macam dalil.

 Niyama yaitu berkebudayaan dengan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan baik yang


terdiri dari :
 Sauca yaitu pensucian badan jasmani dengan makanan yang halal, sehat, bersih,
pikiran yang bersih, benar dan lurus.
 Santosa yaitu keadaan yang menyenangkan dan wajar tanpa tekanan, puas
akan seadanya.
 Tapas yaitu melakukan tapabrata, tahan panas dan dingin, hujan dan angin,
siang dan malam dan sebagainya malalui sumpah yang keras.
 Svadhyaya yaitu membiasakan belajar mendalami kitab-kitab suci.
 Isvarpranidhana yaitu meditasi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Asana yaitu sikab tubuh untuk mendapatkan kenyamanan, asana ini juga berkaitan
dengan badan jasmani harus sehat, teguh kukuh, dengan malakukan gerakan-gerakan
yang bisa membuat badan jasmani sehat dan terhindar dari penyakit.
 Pranayama yaitu pegeturan pernapasan dengan menyadari gerakan nafas masuk dan
nafas keluar sehingga mampu membawa pikiran dalam keadaan tenang dan mudah
berkosentrasi.
 Pratyahara yaitu pemusatan pikiran dengan cara penarikan indra-indra dari segala
objek luar. Indra-indra yang ditarik dan penempatannya di bawah pengawasan pikiran.
Alat-alat indrayang cenderung untuk mengejar nafsunya(wisana), mata mengejar
keindahan warna dan bentuk, telinga mengejar keindahan warna dan bentuk, telinga
mengejar bunyi dan nada, lidah ingin menikmati rasa lezat, hidung yang mencari bau
yang harum, dan peraba yang ingin memegang yang halus. Tiap alat indra memiliki
tugasnya masing-masing, tetapi semua merindukan kenikmatan yang khas. Maksudnya
pratyahara (alat pengaluran) terdiri dari pelepasan alat-alat indriya dan nafsunya
masing-masing, dan dari penyesuaian alat-alat indriya dalam bentuk citta dan buddhi
yang murni.

Kemudian kelompok astangga yoga yang ke dua yaitu Antarangga-sadhana Yoga yang
terdiri dari :

 Dharana yaitu disiplin mental, dengan jalan memusatkan pikiran pada objek
tertentu, misalnya batang hidung, titik pertemuan antara dua alis mata, ubun-ubun
dan sebagainya.
 Dhyana adalah meditasi yang lebih tingkat tinggi dan lebih lanjut tanpa henti dan
tanpa gangguan menuju renungan pada pusat pemikiran sebagai titik akhir.
 Samadhi yaitu pemusatan pikiran terhadap objek dengan intensitas konsentrasi
sedemikian rupa sehingga menjadi objek itu sendiri, di mana pikiran sepenuhnya
bergabung dalam penyatuan dengan objek yang dimeditasikan atau sudah menyatu
Atman dengan paramatman.

Dalam melaksanakan Yoga ada tiga macam penyakit (klesa) yang dijelaskan dalam aliran Yoga :

 Dari tingkah laku buruk dan luka-luka, patah badan jasmani.


 Dari per ampok, penjahat, binatang buas dan beracun, bakteri dan kuman-kuman.
 Dari hubungan alam luar yang abstrak.

Ketiga penyakit ini tentunya menghalangi atau mengganggu kita dalam melaksanakan Yoga.
Kemudian sumber hambatan dalam melaksanakan Yoga juga ada bermacam-macam yaitu :
 Avidya yaitu ketidak tahuan (pengetahuan yang salah) tentang jiwa dan yang bukan jiwa
(akibat dari rasa senang atau tidak senang, suci atau tidak suci, cinta atau benci dan
sebagainya)
 Asmita yaitu egoisme, dimana jiwa dikira pikiran atau intelek atau pancaindra.
 Raga adalah keinginan akan kesenangan dan kenikmatan, kebaikan dan kemewahan
dengan alat pancaindra untuk pencapaiannya.
 Dvesa yaitu penolakan, antipasti, arogansi, sikap menentang dan sebagainya.
 Abhinivesa adalah rasa takut akan kematian secara naluri di luar kesadaran.

Sistem yoga terutama mementingkan Caitas Manas, fungsi dan pengawasan, pembatasan dan
akhirnya Yoga bertujuan untuk menghasilkan suatu keadaan mental yang disebut “rtambhara
prajna”. Bukan untuk menghasilkan kecerdasan luar biasa, juga bukan untuk menghasilkan
seorang yang memiliki ingatan menakjubkan atau seseorang yang ulung dalam suatu keahlian
atau memiliki kesaktian, tetapi merupakan suatu sistem untuk mengatur kecenderungan-
kecenderungan citta atau caitas manas. Citta diibaratkan sebuah kolam, airnya tenang dan tiada
gerakan atau aktivitas sedikitpun, tetapi segera akan berubah dan terpengaruh oleh suatu hal
yang sepele, sebuah batu kecil yang dilemparkan ke kolam tersebut, pasti akan menimbulkan
riak-riak dan mengganggu ketenangan citta, jadi citta dapat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Akibat dari pengaruh lingkungan itulah dapat menimbulkan goncangan-goncangan yang
mungkin sangat hebat dan pasti mengalami pasang surut, namun untuk mengembalikan
ketenangan sepenuhnya air kolam itu, pasti harus dapat menghilangakan aktivitas yang
mempengaruhi air kolam itu. Pengembalian ketenangan air kolam itu ibaratkan sebagai proses
pendakian menuju suatu kondisi mental yang Samadhi. Sedangkan riak-riak berupa kisaran-
kisaran yang timbul sebagai efek batu kecil yang dilemparkan ke kolam itu, sehingga
menimbulkan suatu gerakan atau arus dengan kecepatan tertentu dan berbeda-beda, hal ini
disebut Vrtti adalah suatu gelombang penalaran dalam pikiran yang berkisar sekitar sesuatu hal
yang membawa seseorang dalam keadaan goncang sampai ini dapat mengatasi kembali
goncangan yang dihadapinya, diibaratkan sebagai proses menenangkan kembali pusaran-
pusaran air yang terjadi akibat batu kecil yang dilemparkan ke kolam itu. Kisaran tersebut
diatas, sifatnya bukan sebagai aktivitas mental yang timbul dan hilang, melainkan sebagai
peristiwa istimewa yang sedemikian rupa, sehingga setelah aktivitas berhenti tinggalah akibat-
akibatnya, berupa; kisaran ajaib yang ditinggalkan dan bilamana tidak di ambil suatu tindakan,
maka akibatnya sangat merugikan. Menentramkan kisaran-kisaran pikiran itu adalah yoga,
denga kata lain yoga adalah pengendalian fungsi-fungsi pikiran. Vrtti ada dua macam, ada yang
menyenangkan (aktista) dan ada yang tidak menyenangkan (klista) dengan kata lain; sifatnya
keras dan menyakiti atau lembut dan menyenangkan. Dalam ajaran yoga ini, patanjali
menguraikan dua metode untuk memenangkan pikiran itu kembali dan mengatasi goncangan.
Metode yang harus dilakukan adalah : pertama pengulangan dan latian terus-menerus
(abhyasa), Kedua melepaskan diri dari keterikatan duniawi dan tidak menghiraukannya lagi
(vairagya). Cara yang pertama disebut : jalan positif untuk menstabilkan pikiran dan
menentramkan kisaran-kisaran adalah dengan cara abhyasa. Latian ini harus dijalankan lama
dengan teratur dan tekun, maka barulah akan menghasilkan sesuatu yang kuat dan berakar.
Sifat tekun adalah sikap theis dantapa (pantangan), memiliki kepercayaan yang kuat dan
meninggalkan aktivitas seksual (brahmacarya). Titik berat latian ini adalah abhyasa atau
kewaspadaan secara terus-menerus. Kemajuan yang dicapai dalam waktu yang lama, dapat
musnah dalam waktu yang sangat singkat, akibat lengah dari godaan-godaan. Intinya adalah
latihan dengan tekun secara terus-menerus untuk seumur hidup. Cara yang kedua disebut:
jalan negative atau vairagya adalah penolakan terhadap ikatan-ikatan yang menggoda, baik
melalui perkataan maupun penglihatan . dalam kehidupan, kenyataan-kenyataan sering ditutup
dengan selubung kepal suan yang lahir dari prakrti, sehingga indria persepsi yang kita miliki
cenderung untuk tertarik oleh segala godaan prakrti. Sedangkan untuk mewujudkan ikatan
yang kuat dengan purusa, maka ikatan dengan prakrti itu harus kita lepaskan. Keinginan untuk
melepaskan ikatan dengan prakrti disebut vairagya, atau dikenal pula sebagai vasikara vairagya
atau abstraksi yang mengatur pada penguasa pikiran.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Yoga darsana merupakan aliran filsafat hindu yang masuk dalam kelompok astika (mengakui
otoritas veda. Yoga darsana ini merupakan salah satu ajaran dari filsafat india yang
mengajarkan bagaimana caranya untuk mencapai moksa. Filsafat yoga adalah sumbangsih yang
tak ternilai mutunya dari filosof patanjali bagi mereka yang merindukan adanya jiwa sebagai
suatu identitas subtansi yang mandiri, terbebas dari batas-batas kehadiran badan jasmani,
pancaindra dan pikiran. Yoga dapat membantu seseorang untuk menenangkan pikiran dan
menenteramkan gejolak perasaan, untuk selanjutnya dengan disiplin yoga mengantar dia untuk
mencapai pencerahan rohani menuntun jiwanya ke suasana damai abadi. Yoga menjadikan kita
mengerti tentang diri, yoga merupakan pembelajaran kita memahami diri kita sendiri, apa yang
dibutuhkan diri, bagaimana mengendalikan ego kita, dan untuk apa kita hidup di dunia ini dan
mau kemana ketika kita sudah mati nanti (sangkan paraning dumadi). Yoga adalah awal bagi
kita untuk belajar ataupun masuk ke dunia spiritual. Ada juga yang mengatakan bahwa yoga
merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Untuk melaksanakan disiplin yoga atau
mempraktekan yoga darsana ada beberapa tahapan-tahapan atau cara yang harus dilaksanakan
sebelum melakukan yoga. Maharsi patanjali memberikan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan
yoga yang lebih dikenal dengan sebutan Astangga Yoga. Yang terdiri dari
Yama,Niyama,Asana,Pranayama,Pratyahara,Dharana,Dhyana,Samadhi. Sistem yoga terutama
mementingkan Caitas Manas, fungsi dan pengawasan, pembatasan dan akhirnya Yoga
bertujuan untuk menghasilkan suatu keadaan mental yang disebut “rtambhara prajna”. Bukan
untuk menghasilkan kecerdasan luar biasa, juga bukan untuk menghasilkan seorang yang
memiliki ingatan menakjubkan atau seseorang yang ulung dalam suatu keahlian atau memiliki
kesaktian, tetapi merupakan suatu sistem untuk mengatur kecenderungan-kecenderungan citta
atau caitas manas.
DAFTAR PUSTAKA

Pendit, Nyoman S.2007. Filsafat Hindu Dharma SAD-DARSANA.Denpasar: Pustaka Bali Post.

https://hindualukta.blogspot.com/2016/09/makalahyogadarsana.html?
m=1/diakses/3/04/2020/19.25.

Seregig, I Ketut.2012. NAWA DARSANA. Surabaya:Paramita.

https://wikakrishna-
wordpresscom.cdn.ampproject.org/v/s/wikakrishna.wordpress.com/2013/10/31/yoga-
darsana/diakses/3/04/2020/20.22.

Anda mungkin juga menyukai