By:
Agung
Dhananjaya(01)
Ayu Sri W. (06)
Beliana Puspita (09)
Yudha (15)
Inten Kusuma(18)
Trisia Andayani(30)
Widya Suari (31)
Yani(34)
Daftar Isi
Pengertian
Awatara
1. Matsya
2. Kurma
3. Waraha
4. Narasimha
5. Wamana
6.
Parasuram
a
7. Rama
8. Kresna
9. Buddha
10. Kalki
Awatara
Awatara adalah inkarnasi dari TuhanYang Maha
Esa maupun manifestasinya. Tuhan Yang Maha
Esa ataupun manifestasinya turun ke dunia,
mengambil suatu bentuk dalam dunia material,
guna menyelamatkan dunia dari kehancuran
dan kejahatan, menegakkan dharma dan
menyelamatkan orang-orang yang
melaksanakan Dharma/Kebenaran.
Dalam Bhagawadgita, salah satu kitab suci
agama Hindu selain Weda, Kresna sebagai
perantara Tuhan Yang Maha Esa bersabda:
Matsya Awatara
Matsya (Sansekerta: ; matsya berarti ikan)
adalah awatara Wisnu yang pertama, yang
muncul pada masa Satyayuga, pada masa
pemerintahan Raja Satvabrata (lebih dikenal
sebagai Maharaja Waiwaswata Manu), putra
Wiwaswan, dewa matahari. Matsya Awatara
turun ke dunia untuk memberitahu Maharaja
Manu mengenai bencana air bah yang akan
melanda bumi. Ia memerintahkan Maharaja
Manu untuk segera membuat bahtera besar.
Kurma
Kurma (Sansekerta: ; Kurma) adalah awatara (penjelmaan) kedua
dewa Wisnu yang berwujud kura-kura raksasa. Awatara ini muncul
pada masa Satyayuga. Menurut kitab Adiparwa, kura-kura tersebut
bernama Akupa.
Menurut berbagai kitab Purana, Wisnu mengambil wujud seekor
kura-kura (kurma) dan mengapung di lautan susu (Kserasagara atau
Kserarnawa). Di dasar laut tersebut konon terdapat harta karun dan
tirta amerta yang dapat membuat peminumnya hidup abadi. Para
Dewa dan Asura berlomba-lomba mendapatkannya. Untuk mangaduk
laut tersebut, mereka membutuhkan alat dan sebuah gunung yang
bernama Mandara digunakan untuk mengaduknya. Para Dewa dan
para Asura mengikat gunung tersebut dengan naga Wasuki dan
memutar gunung tersebut. Kurma menopang dasar gunung tersebut
dengan tempurungnya. Dewa Indra memegang puncak gunung
tersebut agar tidak terangkat ke atas. Setelah sekian lama tirta
amerta berhasil didapat dan Dewa Wisnu mengambil alih.
Waraha
Waraha (Sanskerta: ; Varha) adalah awatara
(penjelmaan) ketiga dari Dewa Wisnu yang
berwujud babi hutan. Awatara ini muncul pada masa
Satyayuga (zaman kebenaran). Kisah mengenai
Waraha Awatara selengkapnya terdapat di dalam
kitab Warahapurana dan Purana-Purana lainnya.
pada zaman Satyayuga (zaman kebenaran), ada
seorang raksasa bernama Hiranyaksa, adik raksasa
Hiranyakasipu. Keduanya merupakan kaum Detya
(raksasa). Hiranyaksa hendak menenggelamkan
Pertiwi (planet bumi) ke dalam "lautan kosmik,"
suatu tempat antah berantah di ruang angkasa.
Nama lain
Bhuwaraghan
Waraghan
Warha
Yagnawaraha
Sreewaraham
Adhiwaraha
Narasinga
Narasinga (Devanagari: ;
disebut juga Narasingh, Nrasiha)
adalah awatara
(inkarnasi/penjelmaan) Wisnu yang
turun ke dunia, berwujud manusia
dengan kepala singa, berkuku tajam
seperti pedang, dan memiliki banyak
tangan yang memegang senjata.
Narasinga merupakan simbol dewa
pelindung yang melindungi setiap
Wamana
Dalam agama Hindu, Wamana (Devanagari: ; Vmana)
adalah awatara Wisnu yang kelima, turun pada masa
Tretayuga, sebagai putra Aditi dan Kasyapa, seorang
Brahmana. Ia (Wisnu) turun ke dunia guna menegakkan
kebenaran dan memberi pelajaran kepada raja Bali (
Mahabali), seorang Asura, cucu dari Prahlada. Raja Bali
telah merebut surga dari kekuasaan Dewa Indra, karena itu
Wisnu turun tangan dan menjelma ke dunia, memberi
hukuman pada Raja Bali. Wamana awatara dilukiskan
sebagai Brahmana dengan raga anak kecil yang membawa
payung. Wamana Awatara merupakan penjelmaan pertama
Dewa Wisnu yang mengambil bentuk manusia lengkap,
meskipun berwujud Brahmana mungil. Wamana kadangkadang dikenal juga dengan sebutan "Upendra."
ParasuRama
Parasurama (Sanskerta: ,;Parashurma Bhrgava)
atau yang di Indonesia kadang disebut Ramaparasu,
adalah nama seorang tokoh Ciranjiwin dalam ajaran
agama Hindu. Secara harfiah, nama Parashurama
bermakna "Rama yang bersenjata kapak". Nama lainnya
adalah Bhargawa yang bermakna "keturunan Maharesi
Bregu". Ia sendiri dikenal sebagai awatara Wisnu yang
keenam dan hidup pada zaman Tretayuga. Pada zaman ini
banyak kaum kesatria yang berperang satu sama lain
sehingga menyebabkan kekacauan di dunia. Maka, Wisnu
sebagai dewa pemelihara alam semesta lahir ke dunia
sebagai seorang brahmana berwujud angker, yaitu Rama
putra Jamadagni, untuk menumpas para kesatria
tersebut.
Rama
Dalam agama Hindu, Rama (Sanskerta: ; Rma) atau
Ramacandra (Sansekerta: ; Rmacandra) adalah seorang
raja legendaris yang terkenal dari India yang konon hidup pada
zaman Tretayuga, keturunan Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia
berasal dari Kerajaan Kosala yang beribukota Ayodhya. Menurut
pandangan Hindu, ia merupakan awatara Dewa Wisnu yang
ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Tretayuga. Sosok dan
kisah kepahlawanannya yang terkenal dituturkan dalam sebuah
sastra Hindu Kuno yang disebut Ramayana, tersebar dari
Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Terlahir sebagai putera
sulung dari pasangan Raja Dasarata dengan Kosalya, ia
dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya
"Manusia Sempurna". Setelah dewasa, Rama memenangkan
sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi
Laksmi. Rama memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa.
Kresna
Kresna atau Krishna (Dewanagari: ; dilafalkan ka
menurut IAST; dilafalkan 'k .n dalam bahasa Sanskerta)
adalah salah satu Dewa yang banyak dipuja oleh umat Hindu
karena dianggap merupakan aspek dari Brahman.[1] Ia disebut
pula Nryana, yaitu sebutan yang merujuk kepada
perwujudan Dewa Wisnu yang berlengan empat di Waikuntha.
Ia biasanya digambarkan sebagai sosok pengembala muda
yang memainkan seruling (seperti misalnya dalam
Bhagawatapurana) atau pangeran muda yang memberikan
tuntunan filosofis (seperti dalam Bhagawadgita). Dalam
Agama Hindu pada umumnya, Kresna dipuja sebagai awatara
Wisnu yang kedelapan, dan dianggap sebagai Dewa yang
paling hebat dalam perguruan Waisnawa. Dalam tradisi
Gaudiya Waisnawa, Kresna dipuja sebagai sumber dari segala
awatara (termasuk Wisnu).[2]
Buddha
Dalam agama Hindu, Gautama Buddha muncul dalam kitab Purana
(Susastra Hindu) sebagai Awatara kesembilan dari Dasa awatara
Dewa Wisnu. Dalam Bhagavata Purana, beliau disebut sebagai
Awatara kedua puluh empat dari dua puluh lima awatara Wisnu. Kata
Buddha berarti "Dia yang mendapat pencerahan". Buddha Awatara
terlahir sebagai putera mahkota Raja Suddhodana di sebuah kerajaan
Hindu bernama Kapilawastu di India Utara (sekarang merupakan
wilayah kerajaan Nepal) dengan nama Siddharta Gautama yang
berarti "Dia yang mencapai segala hasratnya".
Namun ajaran Siddhartha Gautama tidak menekankan keberadaan
"Tuhan sang Pencipta" [1] dan konsekuenskinya, agama Buddha
termasuk bagian dari salah satu mazhab nstika (heterodoks,
harafiah "Itu tidak ada") menurut mazhab-mazhab agama Dharma
lainnya, seperti Dvaita. Namun beberapa mazhab lainnya, seperti
Advaita, sangat mirip dengan ajaran Buddhisme, baik bentuk
maupun filsafatnya.[
Kalki
Dalam ajaran agama Hindu, Kalki (
Sanskerta: ; Jepang: )
(juga disalin sebagai Kalkin dan
Kalaki) adalah awatara kesepuluh
dan awatara (inkarnasi) terakhir
Dewa Wisnu Sang pemelihara, yang
akan datang pada akhir zaman
Kaliyuga (zaman kegelapan dan
kehancuran).