Anda di halaman 1dari 14

AVATARA

Keyla 7 Plato
AVATARA
 Avatara adalah Perwujudan Sang Hyang
Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa turun ke
dunia untuk menegakkan dharma dari
tantangan adharma dengan perwujudan
tertentu untuk menyelamatkan umat
manusia dari ancaman bahaya.
Avatara Perwujudan Penyelamatannya
Matsya Avatara Ikan yang Maha Besar Menyelamatkan benih manusia
yang sudah terancam punah

Kurma Avatara Kura-kura raksasa Menahan Gunung Mandaragiri


supaya tidak tenggelam.

Varaha Avatara Babi hutan Menopang bumi yang dijatuhkan


oleh Hiranyaksa

Narasimba Avatara Manusia berkepala singa Membunuh Raja Hiranyakasipu


sebagai tokoh adharma

Wamana Avatara Orang kerdil Membunuh Raja Bali sebagai


tokoh adharma

Parasurama Avatara Pandita yang selalu Mengendalikan dharma


membawa kapak
Rama Avatara Putra Prabu Dasarata Guna membela adharma yang
dipimpin oleh Rahwana yang
dengan Dewi Maya pasukannya terbasmi.

Krishna Avatara Putra Prabu Wasu Menghancurkan Raja Kangsa dan


Jasrasanda yang sebagai
dengan Dewi Devaki adharma

Buddha Avatara Putra Prabu Sudodana Menyadarkan manusia

Kalki Avatara Pemuda berkuda putih beliau akan datang nanti pada
akhir zaman Kali Yuga, bila
yang membawa pedang adharma sudah betul-betul
merajalela.
MATSYA AVATARA
Diceritakan bahwa pada saat Raja Satyabrata seekor ikan
kecil menghampiri tangannya di sungai dan sang raja tahu
bahwa ikan itu meminta perlindungan. Ia menyiapkan
kolam kecil sebagai tempat tinggalnya. Namun ikan itu
bertambah besar dan hampir memenuhi seluruh kolam.
Akhirnya ia memindahkan ikan tersebut ke kolam yang
lebih besar. Kejadian tersebut terus terjadi berulang-
ulang sampai akhirnya beliau sadar bahwa ikan yang ia
pelihara adalah penjelmaan Deva Visnu. Ikan itu
menyampaikan kabar bahwa di bumi akan terjadi bencana
air bah yang sangat hebat selama tujuh hari. Oleh karena
Waiwaswata Manu sudah membuat bahtera sesuai dengan
petunjuk yang disampaikan Avatara Visnu, maka ia
beserta pengikutnya selamat dari bencana.
KURMA AVATARA
Dikisahkan pada zaman Satya Yuga, para Deva dan asura
bersidang di puncak gunung Mahameru untuk mencari
cara mendapatkan tirta amerta. Setelah mendengar
perintah Sang Hyang Nārāyana, berangkatlah para Deva
dan asura ke laut Ksera. Di sana terdapat sebuah
gunung bernama Gunung Mandara. Seekor kura-kura
raksasa bernama Akupa yang merupakan penjelmaan
Deva Visnu, menjadi dasar pangkal gunung tersebut. Ia
disuruh menahan gunung Mandara supaya tidak
tenggelam. Setelah siap, para Deva, raksasa dan asura
mulai memutar gunung Mandara. Mereka berjuang
dengan hebatnya demi mendapatkan tirta amerta
sehingga laut bergemuruh. Akhirnya keluarlah
Dhanwantari membawa kendi berisi tirta amerta.
VARAHA AVATARA
Hiranyaksa hendak menenggelamkan Planet Bumi ke
dalam lautan kosmik, suatu tempat antah berantah
di ruang angkasa. Melihat dunia akan mengalami
kiamat, Deva Visnu menjelma menjadi babi hutan
yang memiliki dua taring panjang mencuat dengan
tujuan menopang bumi yang dijatuhkan oleh
Hiranyaksa. Pertarungan antara Hiranyaksa dan
Deva Visnu memakan waktu ribuan tahun pula. Pada
akhirnya, Deva Visnu yang menang. Setelah Beliau
memenangkan pertarungan, beliau mengangkat
bumi yang bulat seperti bola dengan dua taringnya
yang panjang mencuat, dari lautan kosmik, dan
meletakkan kembali bumi pada orbitnya.
NARASIMBA AVATARA
Pada menjelang akhir zaman Satya Yuga, seorang raja
raksasa yang bernama Hiranyakasipu membenci segala
sesuatu yang berhubungan dengan Visnu, dan dia tidak
senang apabila di kerajaannya ada orang yang memuja
Deva Visnu. Ia pun marah karena anaknya yang bernama
Prahlada memuja Deva Visnu. Sang raja sangat marah,
mengamuk dan menghancurkan pilar rumahnya. Tiba-
tiba terdengar suara yang menggemparkan. Pada saat
itulah Deva Visnu sebagai Narasimha muncul dari pilar
yang dihancurkan Hiranyakashipu. Deva Visnu mengganti
wujud sebagai manusia berkepala singa untuk
membunuh Hiranyakashipu. Ia juga memilih waktu dan
tempat yang tepat. Narasimha berhasil merobek-robek
perut Hiranyakashipu.
WAMANA AVATARA
Raja Bali mengundang seluruh Brahmana untuk diberikan
hadiah. Ia sudah dinasihati oleh Sukracarya agar tidak
memberikan hadiah apapun kepada Brahmana yang aneh dan
lain daripada biasanya. Pada waktu pemberian hadiah, seorang
Brahmana kecil muncul di antara Brahmana yang sudah tua-
tua. Brahmana kecil itu meminta tanah seluas tiga jengkal yang
diukur dengan langkah kakinya. Raja Bali pun melupakan
nasihat Sukracarya. Ia menyuruh Brahmana kecil itu
melangkah. Dan saat itu juga, Brahmana tersebut membesar
dan terus membesar. Pada langkah yang pertama, ia menginjak
surga. Pada langkah yang kedua, ia menginjak bumi. Pada
langkah yang ketiga, karena tidak ada lahan untuknya berpijak,
maka raja Bali menyerahkan kepalanya. Sejak itu, tamatlah
kekuasaan raja Bali. Karena terkesan dengan kedermawanan
raja Bali, Wamana memberinya gelar Mahabali.
PARASURAMA AVATARA
Jamadagni memberi nama putranya itu Rama. Setelah dewasa,
Rama pun terkenal dengan julukan Parasurama karena selalu
membawa kapak sebagai senjatanya. Sewaktu muda, Parasurama
pernah membunuh ibunya sendiri yang bernama Renuka. Hal itu
disebabkan karena kesalahan Renuka dalam melayani kebutuhan
Jamadagni sehingga menyebabkan Jamadagni marah besar.
Jamadagni kemudian memerintahkan putra-putranya supaya
membunuh ibu mereka tersebut. Ia menjanjikan akan
mengabulkan apa pun permintaan mereka. Meskipun demikian,
sebagai seorang anak, putra-putra Jamadagni, tidak ada yang
bersedia melakukannya, kecuali Parasurama. Sehingga Jamadagni
semakin marah dan mengutuk mereka menjadi batu. Permintaan
yang diinginkan Parasurama antara lain, Jamadagni harus
menghidupkan dan menerima Renuka kembali, serta
mengembalikan keempat kakaknya ke wujud manusia. Jamadagni
pun merasa bangga dan memenuhi semua permintaan Parasurama.
RAMA AVATARA
Pada suatu hari, Rsi Wiswamitra datang menghadap Raja Dasarata.
Dasarata berjanji akan mengabulkan permohonannya sebisa
mungkin. Permohonan Sang Rsi, yaitu meminta bantuan Rama
untuk mengusir para raksasa yang mengganggu ketenangan para rsi
di hutan. Dasarata pun mengabulkan permohonan Rsi Wiswamitra
dan mengizinkan puteranya untuk membantu para Resi. Setelah
melewati hutan Dandaka, Rama sampai di Sidhasrama bersama
Laksmana dan Rsi Wiswamitra. Saat raksasa Marica dan Subahu
datang untuk mengotori sesajen dengan darah dan daging mentah,
Rama dan Laksmana tidak tinggal diam. Atas permohonan Rama,
nyawa Marica diampuni oleh Laksmana, sedangkan untuk Subahu,
Rama tidak memberi ampun. Dengan senjata Panah Api, Rama
membakar tubuh Subahu sampai menjadi abu. Setelah Rama
membunuh Subahu, pelaksanaan Yajna berlangsung dengan lancar
dan aman. Di samping mampu mengamankan para pertapa di
hutan, Rama juga dapat membunuh Rahwana dari kerajaan
Alengka.
KRISHNA AVATARA
Raja Kangsa, kakak sepupu Devaki, mewarisi tahta setelah
menjebloskan ayahnya sendiri ke penjara. Pada suatu ketika, ia
mendengar ramalan yang menyatakan bahwa ia akan mati di
tangan salah satu putra Devaki. Basudeva menyatakan bahwa
mereka bersedia dikurung dan berjanji akan menyerahkan setiap
putra mereka yang baru lahir untuk dibunuh. Setelah enam putra
pertamanya terbunuh, dan Devaki kehilangan putra ketujuhnya,
maka lahirlah Krishna. Karena hidup Krishna terancam bahaya,
maka ia diselundupkan keluar penjara oleh Basudeva. Krishna
dititipkan pada Nanda dan Yasoda, sahabat Basudeva di
Vrindavan. Krishna dipercaya mampu mengangkat bukit
Gowardhana untuk melindungi penduduk Vrindavana dari
tindakan Deva Indra, pemimpin para Deva yang semena-mena
dan mencegah kerusakan lahan hijau Gowardhana. Gerakan
spiritual yang dimulai oleh Krishna adalah untuk melawan kaum
ortodoks penyembah Deva-Deva Veda seperti Indra.
BUDDHA AVATARA
Siddhartha sudah ditakdirkan untuk menjadi
seorang Buddha sehingga ramalan pertapa
Kondanna menjadi kenyataan. Keinginan
Siddhartha untuk mendapat pencerahan. Ia
menemukan pencerahan ketika bertapa di
bawah Pohon Bodhi di Bodh Gaya pada malam
Purnama Sidhi bulan Waisak. Oleh umat Hindu,
Siddhartha dihormati dan diyakini sebagai
salah satu penjelmaan Visnu.
KALKI AVATARA
Avatara yang ke-10, menurut keyakinan Agama
Hindu beliau akan datang nanti pada akhir
zaman Kali Yuga, bila adharma sudah betul-
betul merajalela dengan perwujudan pemuda
berkuda putih yang membawa pedang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai