1. BATHARA GURU
BATHARA GURU atau juga disebut Sang Hyang Manikmaya adalah putra ketiga Sang Hyang
Tunggal dengan Dewi Wirandi/Rekatawati, putri Prabu Yuyut/Resi Rekatama, Raja
Samodralaya. Dia mempunyai 2 saudara kandung yaitu Sang Hyang Tejamaya/Antaga dan Sang
Hyang Ismaya. Batara Guru juga mempunyai 3 orang saudara seayah lain ibu putra Dewi
Darmani, putri Sang Hyang Darmayaka dari Selong, yaitu : Sang Hyang Rudra/Dewa Esa, Sang
Hyang Dewanjali dan Sang Hyang Darmastuti.
Batara Guru mempunyai 27 nama gelar, tapi yang dikenal diantaranya : Sang Hyang Jagadnata,
Sang Hyang Jagadpratingkah, Sang Hyang Pramesti Guru, Sang Hyang Siwa, Sang Hyang
Girinata. Dalam dunia pewayangan Sang Hyang Manikmaya mempunyai kekuasaan tertinggi. Ia
menguasai 3 lapisan jagat raya yaitu : Mayapada (dunia kadewatan), Madyapada (dunia makhluk
halus) dan Arcapada (dunia manusia di bumi).
Batara Guru tinggal di kahyangan Jong Giri Kelasa (dalam pewayangan sering disebut Jonggring
Salaka atau Suralaya). Ia beristri Dewi Uma atau Umayi yang sangat cantik jelita dan sakti.
Awalnya Dewi Uma tidak bersedia diperistri, kecuali apabila Batara Guru berhasil
menangkapnya. Berkali-kali usaha dilakukan Guru untuk memenuhi keinginan itu dengan
menangkap Dewi Uma namun selalu gagal karena ―kelicinan‖ gerak Dewi Uma. Hingga setelah
sekian lama belum berhasil maka Batara Guru memohon kepada Hyang Wenang, kakeknya, agar
ia diberi tambahan sepasang tangan lagi untuk mempermudah menangkap Dewi Uma. Setelah
terkabul dan tangan Batara Guru berubah menjadi empat, maka Dewi Uma berhasil
ditangkapnya dan kemudian menjadi istrinya. Karena bertangan empat inilah maka Batara Guru
sering disebut Sang Hyang Caturbuja.
2. HYANG ANANTABOGA
Semasa muda bernama Nagasesa . Ia juga sering disebut dengan nama Hanantaboga, putra
Antanaga dengan Dewi Wasu, putri Hyang Anantaswara, dan merupakan keturunan ke empat
Sanghyang Wenang dengan Dewi Sayati.Antaboga menikah dengan Dewi Supreti, dan
mempunyai dua orang anak, bernama Dewi Nagagini dan Nagatatmala. Walaupun menyandang
nama ‘naga‘ tetapi Nagagini dan Nagatatmala berwujud manusia.Nagagini menikah dengan
Bima dan mempunyai seorang anak bernama Antareja.
Dalam keadaan biasa Sanghyang Antaboga berwujud manusia, tetapi dalam keadaan
triwikrama/berubah wujud, tubuhnya berubah menjadi ular naga raksasa. Setiap 1000 tahun
sekali, Sanghyang Antaboga mlungsungi‘ berganti kulit‘.
Ia juga memiliki Aji Kawastrawan, yang membuatnya dapat menjelma menjadi apa saja, sesuai
dengan yang dikehendakinya. Antara lain ia pernah menjelma menjadi garangan putih (semacam
musang hutan) yang menyelamatkan Pandawa dan Kunti dari amukan api pada peristiwa Bale
Sigala-gala.
3. SANGHYANG ASMARA
SANGHYANG ASMARA adalah Dewa Kasih Sayang yang diberi tugas untuk mendamaikan
suami-istri yang menghadapi hidup jauh dari kebahagiaan, sehingga menjadi suatu pasangan
yang penuh dengan cinta kasih, kesetiaan dan ketentraman hidup penuh bahagia. Ia berparas
sangat tampan dan tingkah lakunya sangat menarik.
4. BATHARA ASWAN
BATHARA ASWAN dan BATHARA ASWIN adalah dewa kembar, putra dari Bathara Sumeru,
yang berarti masih keturunan Sanghjyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Sebagaimana saudara-
saudaranya yang lain satu kerunan dari Bathara Sumeru, Bathara Aswan dan Bathara Aswin juga
mengemban tugas kewajiban menjaga keselamatan umat di bumi dengan keahliannya masing-
masing.
Bathara Aswan adalah dewa yang khususnya memerangi segala macam penyakit yang
berkembang di bumi, sedang Bathara Aswin adalah dewa yang menguasai ramalan segala
sesuatu yang terjadi di dunia.
Bhatara Aswan dan Bathara Aswin memiki sifat dan perwatakan, sabar, teliti, cerdas, setia dan
patuh terhadap perintah. Atas perintah Sanghyang Manikmaya (Bathara Guru), Bathara Aswan
dan Bathara Aswin turun arcapada (bumi) dengan perantaraan rahim Dewi Madrim — putri
Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati dari Negara Mandaraka — , istri Prabu Pandudewanata
raja negara Astina. Bathara Aswan sebagai Pinten atau Nakula, sedangkan Bathara Aswin
menjelma sebagai Tansen atau Sadewea. Keduanya merupakan satria kembar dari lima satria
Pandawa.
5. BATHARA ASWIN
Bathara Aswin oleh sebagian dalang dianggap kembaran Batara Aswan. Sebagian lagi
menganggap Batara Aswan dan Batara Aswin adalah satu tokoh yang menyatu dalam wujud
Dewa Kembar. Mereka adalaj putra Batara Sumeru dengan Ibu Dewi Kurani.
Dewa Aswan dan Aswin dikenal juga sebagai Dewa Tabib karena ahli dalam obat-obatan dan
menyembuhkan berbagai penyakit. Mereka pernah menyembuhkan seorang penggembala
bernama Utamanyu dari kebutuaan yang dideritanya sejak lahir. Mereka juga pernah
menghadiahkan umur panjang dan kembali muda kepada Maharsi Cyawana, setelah menguji
kesetiaan istri pertapa tersebut yang benama Dewi Sukanya.
6. BATHARA BARUNA
BATHARA BARUNA sering disebut pula dengan nama Batara Waruna. Ia masih keturunan
Sanghyang Wenang dari garis keturunan Sanghyang Nioya. Batara Baruna bertempat tinggal di
Kahyangan Dasar Samodra. Ia bertugas memelihara ekosistem dan biota laut. Ia berwujud dewa
berwajah ikan dan seluruh badannya bersisik ikan. Batara Baruna dapat hidup di darat dan di air.
Ia mempunyai cupu berisi air kehidupan Mayausadi.
Dalam pewayangan, Sanghyang Baruna pernah menjelma menjadi manusia dan menggunakan
nama Begawan Badawanganala. Selama menjadi petapa itu ia mempunyai dua putri cantik yang
disunting Nakula dan Sadewa yaitu Dewi Srengganawati dan Dewi Srenggini.
7. BATHARA BASUKI
BATHARA BASUKI dikenal pula dengan nama Bathara Wasu. Ia adalah putra Bathara
Wismanu, keturunan dari Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Bathara Basuki adalah
Dewa keselamatan yang berwujud ular putih. Karena ketekunannya bertapa, ia mendapat
anugrah dewata berupa Aji Kawrastawan, sehingga dapat beralih rupa menjadi manusia dan
dapat beradat-istiadat serta berbicara seperti manusia.Bathara Basuki menjelma kepada satria
yang berjiwa selamat/basuki yaitu Prabu Baladewa/Kakrasana, raja negara Mandura yang
berkulit putih, sebagai lambang kesucian atau keselamatan, terlepas dan terluput dari segala
keburukan dan kesalahan. Bathara Basuki menjelma dalam tubuh Prabu Baladewa sebagai balas
jasa atas kebajikan yang pernah dilakukan oleh Prabu Baladewa menyelanmatkan dirinya yang
berwujud ular dari kematian di hutan Krendayana.
Dengan penitisan Bathara Basuki, sehingga pada masa tuanya, Prabu Baladewa terhindar dari
pertikaian keluarga yang berperang dalam Bharatayuda.
Setelah keturunan Yadawa lenyap dan Prabu Baladewa akan meninggal, Bathara Basuki keluar
dari tubuh Kakrasana/Prabu Baladewa melalui mulutnya, dijemput oleh para naga, diantaranya
Naga Taksaka, Kumuda, Mandarika, Hreda, Durmuka, Praweddi, kembali ke patala.
8. BATHARA BAYU
BATARA BAYU disebut pula Hyang Pawaka ‗angin‘. Dewa Bayu melambangkan kekuatan. Ia
putra keempat Sanghyang Manikmaya, Raja Tribuana dengan Permaisuri Dewi Umayi. Karena
Sanghyang Manikmaya menitis pada Semar, otomatis Batara Bayu juga diaku sebagai anak
Semar. Sanghyang Bayu mempunyai lima orang saudara kandung masing-masing bernama:
Batara Sambo, Batara Brahma, Batara Indra, Batara Wisnu, dan Batara Kala.Ia juga mempunyai
tiga orang saudara lain ibu yaitu; Batara Cakra, Batara Mahadewa, dan Batara Asmara dari ibu
Dewi Umarakti.Menurut wujud rupa wayangnya, Batara Bayu mencerminkan wataknya yang
gagah berani, kuat, teguh, bersahaja, pendiam dan mempunyai kekuatan yang dahsyat. Ia tinggal
di Kahyangan Panglawung, menikah dengan Dewi Sumi, putri Batara Soma, dan berputra empat
orang masing-masing bernama: Batara Sumarma, Batara Sangkara, Batara Sudarma, dan Batara
Bismakara.
9. BATHARA BRAHMA
Tempat : Kayangan Deksina di dalam pedalangan sering disebut kayangan ArgadahanaAyah :
Batara Guru
Istri : Dewi Saraswati
Ibu : Batari Uma
Kesaktian
Kakrasana.: maka
Dewakalau
yang kita
menguasai api. wayang Prabu Baladewa, raden Kakrasana mirip dengan
lihat bentuk
bentuk wayang Batara Brama.
Batara Brama pernah memberikan pusaka Alugara dan Nanggala kepada raden Kakrasana pada
saat ia bertapa
Batara Brama di pertapaan
selalu Arsonya.
atau sering Maka seolah-olah
mengikuti perjalananHyang
BataraBrama
Guru adalah guru dari raden
ke Ngarcapada/Bumi
menjelma menjadi raja seberang dengan nama misal prabu Dewa Pawaka atau yang lain.Hal ini
dapat digagalkan oleh Semar. Sehingga kehendaknya ingin memusnahkan Pandawa atau
membuat onar dunia tidak berhasil. Juga dapat dilihat dalam lakon lahirnya Wisanggeni.
Tujuan Batara Drama akan mengawinkan putrinya Dewi Dresanala dengan Dewa Srani serta
menceraikan radaen Arjuna. Hal ini dapat digagalkan oleh Semar dan para Pandawa. Jadi
kesimpulannya bahwa semua ulah dewa jika salah akan kalah oleh tindakan manusia yang benar.
Setelah Bremani mendapat putera itu, Dewi Srihunon, istrinya dikembalikan kepada mertuanya
(Betara Wisnu) dengan alasan bahwa ia tidak bisa hidup bersama lagi dengan puteri itu.
Kemudian Dewi Srihunon diperistrikan oleh Bremana.
Bremana bermata jaitan, berhidung mancung, beroman muka tenang, berambut terurai gimbal
dan segala pakaiannya serupa dengan Bremani.
Pada mulanya Dewi Srihunon diperistri oleh Bambang Bremani, salah seorang putra Batara
Brama. Dari perkawinan itu Dewi Srihunon melahirkan putra tunggal bernama Bambang
Parikenan, nenek moyang Pandawa dan Kurawa.
Setelah melahirkan Bambang Parikenan, Dewi Srihunon dikembalikan pada Batara Wisnu
(mungkin, dalam istilah masa kini diceraikan), dan kemudian diperistri oleh Bambang Bremana,
abang Bremani.
Ketika Dewi Srihunon hendak diperistri Bremana, mulanya wanita itu menolak. Namun, setelah
dibujuk oleh bekas suaminya, yaitu Bremani, akhirnya Dewi Srihunon bersedia menjadi istri
Bremana.
Dari perkawinannya dengan Prabu Bramana beberapa tahun kemudian Dewi Sri Unon
melahirkan seorang putri cantik, Dewi Bremanawati, yang kemudian diperistri oleh Prabu
Banjaranjali, raja Alengka.
Karya Batara Cakra yang terkenal adalah Serat Pustaka Jamus Kalimasada dan Jitapsara. Jamus
Kalimasada dianugerahkan kepada Puntadewa, Jitapsara dianugerahkan kepada Begawan
Palasara.
Palasara.
Suatu ketika ketenangan
13. BATHARA CALAKUTAdi kahyangan
Wisabawana terganggu karena para dewa di bawah
pimpinan Batara Guru sedang bergotong
BATHARA CALAKUTA adalah dewa yang royong berusaha
berkuasa atas mencabut Gunung
segala serangga Jamurdipa
berbisa, untuk
menetap di
digunakan
kahyangan mengaduk
Wisabawanasamudra dalam di
yang terletak upaya mendapatkan
lereng tirta amerta. Perbuatan para dewa itu
Gunung Jamurdipa.
membuat marah Batara Calakuta.
Hingga akhirnya timbul perselisihan diantara mereka. Batara Calakuta dan anak buahnya
kewalahan dan kemudian melarikan diri. Dalam pelariannya Batara Calacuta menciptakan telaga
beracun yang berisi bisa kalakuta. Hingga suatu saat ketika kehausan, sebagian dari para dewa
meminum air tersebut dan kemudian menemui ajal. Begitupun Batara Guru nyaris mengalami
hal serupa jika pada saat meminumnya tidak dimuntahkan segera. Namun karena kuatnya
pengaruh bisa tersebut, maka leher batara Guru menjadi biru karenanya. Itulah sebabnya Batara
Guru mendapatkan nama alias sebagai Sang Hyang Nilakanta yang berarti lehernya biru. Setelah
tirta amerta diperoleh, maka para dewa yang mati karena racun kalakuta dapat dihidupkan lagi.
Dalam sebuah kisah diceritakan ada seorang raja siluman gandarwa bernama Prabu Kala Rahu
alias Rembuculung yang hendak mencuri Tirta Amerta. Kala Rahu bersembunyi di kegelapan
malam, tetapi Batara Candra memergokinya dan melaporkan tempat persembunyiaan itu pada
Batara Guru. Pemuka Dewa itu lalu mengutus Batara Wisnu menangkap Kala Rahu.
Namun ketika hendak ditangkap, raja siluman itu melawan. Dengan senjata cakra, Batara Wisnu
memotong kepala Kala Rahu. Tubuhnya jatuh terhempas ke bumi menjelma menjadi lesung
penumbuk padi. Sementara itu kepalanya melayang-layang di angkasa menanti kesempatan
membalas untuk menghukum Batara Candra.
Prabu Pandu Dewanata, istrinya yang bernama Dewi Kunti menerapkan ajian Adityarhedaya
Dewi Drupadi dianggap
untuk mengundang sebagai
para dewa. barang
Dewa yangtaruhan
pertamayang dimenangkan
dipanggil oleh Darma
adalah Batara Kurawa.ini.Di hadapan
banyak orang, Dursasana mencoba melepas kain yang dikenakan Dewi Drupadi, namun selalu
gagal.
Batara Setiap
Darmakali kainmelindungi
pernah yang dikenakan
Dewi dilepaskan dari tubuh
Drupadi, ketika Drupadi,saat
istri Puntadewa itu itu pula ditelanjangi
hendak secara gaib
tubuh Drupadi terlapisi
oleh Dursasana. Waktuoleh kain yang
itu setelah lain,berkat
Pandawa pertolongan
ditipu dan kalahBatara
main Darma.
judi dengan para Kurawa,
Menjelang kematian Pandawa, Batara Darma juga menjelma menjadi anjing peliharaan
Puntadewa.Anjing itu terus mengikuti perjalanan Pandawa dalam perjalanan kelana menjemput
kematian dan mengantar Puntadewa sampai ke pintu sorga. Namun ketika Puntadewa hendak
masuk ke sorga,oleh penjaga gerbang sorga anjing itu dilarang masuk. Karena penolakan itu
Puntadewa lalu protes, Puntadewa enggan masuk ke dalam sorga yang tidak menghargai sebuah
kesetiaan. Pada saat itulah si anjing berubah ujud menjadi Batara Darma.
Bima mengikuti Dewa Ruci dan kembali ke dunia nyata untuk melanjutkan perlawanannya
memerangi kejahatan, membela saudara-saudaranya melawan Kurawa.
Bathara Dewasrani mempunyai sifat dan perwatakan; serakah, bengis, kejam, suka membuat usil
dan mau benarnya sendiri. Berkali-kali ia membuat keributan di Jonggrisaloka dengan berbagai
tuntutan yang aneh-aneh. Bathara Dewasrani pernah menuntut untuk dijadikan raja di
Kahyangan Kaideran dan dijodohkan dengan Dewi Supraba. Ketika keingginannya ditolak
Sanghyang Manikamaya, ia mengamuk, tetapi dapat dikalahkan Bathara Indra.
Dewasrani juga pernah mengejar-ngejar Dewi Sri Widowati/Dewi Srisekar, istri Bathara Wisnu
sampai keluar Kahyangan Untarasegara.Atas perbuatannya itu ia dikutuk Bathara Wisnu menjadi
babi hutan, dan dapat kembali kewujud aslinya setelah diruwat ibunya, Dewi Pramuni.
Berkali-kali Dewasrani menitis atau menjelma menjadi raja raksasa untuk membuat kekacauaan
di Arcapada. Tetapi semua tindakannya itu selalu dapat digagalkan Bathara Wisnu. Karena
berbagai tindakannya itu, Dewasrani dikenal sebagai lambang kejahatan.
Dewi Dresanala pernah dianugerahkan kepada Arjuna, yang kala itu menjadi raja di Kahyangan
Kainderan atas jasanya membunuh Prabu Niwatakawaca raja raksasa negara Manikmantaka.
Dari perkawinan itu lahirlah Wisanggeni.
Sebagai seorang yang berilmu tinggi, Resi Druwasa tahu kelak Dewi Kunti akan sangat
membutuhkan ilmu ini. Suatu ketika suaminya tidak akan dapat menjalankan kewajibannya
sebagai suami karena kutukan Begawan Kimindama, padahal ia sangat membutuhkan keturunan.
Maka ajian Adityarhedaya terbukti memang bermanfaat untuk memanggil para dewa, sehingga
garis keturunannya tidak terputus.
Batara Guru tidak menghiraukan penolakan istrinya, dan terus berusaha merayu, sedangkan
Dewi Uma terus berusaha menghindar.Akhirnya, karena tak lagi dapat menahan hasratnya,
keluarlah (mani) Batara Guru, jatuh ke laut. Penolakan Dewi Uma membuat Batara Guru kesal
dan marah. Sepulangnya di kahyangan mereka bertengkar. Apalagi secara diam-diam Lembu
Andini kemudian saling memanas-manasi mereka.
Dalam keadaan marah Dewi Uma mengatakan: ―Perbuatan seperti tadi Kakanda hanya pantas
dilakukan oleh makhluk yang bertaring panjang….‖ Karena Dewi Uma memiliki kesaktian
tinggi, apa yang diucapkannya itu kemudian terjadi.Bukan main marah Batara Guru setelah
menyadari taringnya tumbuh menjadi panjang. Tanpa berpikir lagi ia segera membalas mengutuk
Dewi Uma menjadi seorang raseksi.
Setelah saling kutuk mengutuk itu keduanya sama-sama menyesal. Karena Dewi Uma telah
terlanjur berubah ujud menjadi raksasa, maka Batara Guru menganggapnya tidak pantas lagi
menjadi istrinya.
Karena itu Batara Guru lalu menukar badan jasmaninya dengan tubuh Sang Hyang Permoni yang
Karena itu Batara Guru lalu menukar badan jasmaninya dengan tubuh Sang Hyang Permoni yang
Beberapa saatberhati
cantik tetapi kemudian datanglah
dengki makhluk
dan culas. ganas jiwa
Sedangkan yang Sang
berasal dari kama
Hyang benih
Permoni Batara Guru
dimasukkan ke
yang
tubuh jatuh
Dewi keUma laut itu.telah
yang Makhluk iniraksasa
berujud mengamuk di diberi
itu, dan kahyangan lalu mengajukan
nama Batari Durga. tiga tuntutan,
yakni minta diakui sebagai anak, diberi nama, dan diberi istri. Tuntutan ini dikabulkan Batara
Guru. Makhluk itu diberi nama Batara Kala, dan diberi istri Batari Durga. Mereka diberi tempat
di Kahyangan Setra Gandamayit, di Hutan Krendawahana. Di tempat ini mereka berkuasa atas
segala macam jin, gandarwa, hantu, dan makhluk halus lainnya.
Dalam pewayangan, Batari Durga menjadi sesembahan oleh mereka yang memiliki sifat suka
mengambil jalan pintas. Burisrawa, misalnya, menyembah dan mohon pertolongan Batari Durga
ketika ia tidak dapat membendung rasa rindunya pada Dewi Subadra, istri Arjuna. Dengan
bantuan Batari Durga, Burisrawa dapat masuk ke Kasatrian Madukara tanpa diketahui dan
kemudian nyaris dapat menodai Subadra. (Lakon Sembadra Larung) Lesmana Mandrakumara,
putra sulung Prabu Anom Duryudana, juga pernah minta bantuan Batari Durga agar dapat
mempersunting Dewi Pregiwati, putri Arjuna. Walaupun Durga membantunya, usaha ini gagal
dan Dewi Pregiwati menjadi istri Pancawala, putra Prabu Yudistira.
Kelak, menjelang pecah Baratayuda, Batari Durga pernah dimintai tolong oleh Dewi Kunti, agar
membinasakan gandarwa Kalantaka dan Kalanjaya. Kedua gandarwa sakti itu mengancam
keselamatan Pandawa, karena mereka hendak membantu Kurawa. Batari Durga bersedia
memenuhi permintaan Kunti, dengan syarat ibu para Pandawa itu harus menyerahkan Sadewa
sebagai kurban. Dewi Kunti tidak sanggup memenuhi permintaan Betari Durga itu. Namun
ternyata akhirnya Batari Durga dapat pulih kembali menjadi bidadari cantik setelah diruwat oleh
Sadewa, salah seorang si kembar dari keluarga Pandawa. Sadewa sanggup meruwat Batari Durga
setelah tubuhnya disusupi oleh Batara Guru. Peristiwa itu dikisahkan dalam lakon Sudamala atau
Murwakala.
Walaupun pada Wayang Purwa tokoh Batari Durga sering dilukiskan jahat, bengis, dan
menakutkan, beberapa sekte agama di India, terutama di wilayah utara, Durga dipuja sebagai
dewi pelindung. Mereka percaya Durga adalah Dewi Penolong bagi orang yang sedang terkena
musibah atau menderita karena suatu perlakuan yang tidak adil. Dalam seni kriya Wayang Kulit
Purwa, tokoh Batari Durga digambarkan dengan tiga wanda, yakni wanda Gidrah, wanda Wewe,
dan wanda Gedrug.
Kutukan itu diterima Batara Dwapara sewaktu ia diketahui oleh para dewa lainnya telah
memfitnah Batara Bayu. Itu pula sebabnya, Patih Sengkuni memiliki watak buruk sebagai tukang
fitnah dan dengki. Dan itu pula sebabnya, Bima sebagai anak Batara Bayu amat geram terhadap
Sengkuni.
Dalam kisah Arjuna Wiwaha, Batari Gagarmayang pernah diturunkan ke dunia bersama keenam
bidadari suralaya lainnya melaksanakan perintah Sang Hyang Indra untuk menggagalkan
konsentrasi Arjuna yang sedang bertapa di Goa Mintaraga di lereng Gunung Indrakila.
25. BATHARA
Mereka GANESA
gagal dalam
tugasnya karena Arjuna tetap konsisten dengan tapanya dan tidak
Batara Ganesa
terpengaruh samadisebut jugagodaan
sekali atas Batarasensualitas
Ganapatidari
atau Batara Gana, nan
bidadari-bidadari dianggap sebagai
jelita itu. Malah Dewa
justru
Pendidikan, Sastra,dan Penyebar Ilmu Pengetahuan. Ia adalah anak Batara
bidadari- bidadari itulah yang sebenarnya ―jatuh cinta‖ kepada kegagahan Arjuna. Guru dari Dewi
Umaranti, yang tinggal di kahyangan Glugutinatar.Batara Ganesa lahir tidak dalam bentuk
manusia, melainkan dalam ujud menyerupai gajah, lengkap dengan gading dan belalainya. Hal
ini terjadi karena sesaat setelah Batara Guru dan Dewi Uma saling bercumbu kasih, para dewa
datang menghadap. Di antara mereka yang datang menghadap adalah Batara Endra yang
mengendarai Gajah Airawata. Gajah itu luar biasa besar, sehingga membuat takjub dan kaget
Dewi Uma, yang saat itu lagi mengandung. Karena ketakjubannya itu, maka kemudian Dewi
Umaranti melahirkan putera yang bentuk dan wajahnya mirip sekali dengan gajah.
Bayi gajah Ganesa ternyata juga memiliki kesaktian luar biasa. Ia dapat mengalahkan raja
raksasa Nilarudraka dari kerajaan Glugutinatar, yang datang menyerbu kahyangan. Ketika itu
raja raksasa gandarwa itu mengamuk karena lamarannya pada Dewi Gagarmayang ditolak.
Setelah dikalahkan, Glugutinatar dijadikan kahyangannya.
Dalam pewayangan, pada lakon Batara Brama Krama, Batara Ganesa pernah diruwat oleh Batara
Brama sehingga ujudnya menjadi dewa yang tampan, tidak lagi berkepala gajah. Setelah ujudnya
berubah, Batara Ganesa dikenal dengan sebutan Batara Mahadewa. Menurut Adiparwa, yaitu
bagian pertama dari Mahabarata, Ganesa juga berjasa menjadi juru tulis Empu Wyasa yang
mengarang kitab Mahabarata itu. Nama lain Batara Ganesa adalah Ganapati, Lambakarna,
Gajanana, Karimuka dan Gajawadana.
Ia mempunyai kendaraan gajah yang sangat besar bernama Erawana.Sang Hyang Indra tinggal di
kahyangan Rinjamaya dan menikah dengan Dewi Wiryati yang menghasilkan 7 anak yaitu Dewi
Tara, Dewi Tari, Batara Citrarata, Batara Citragana, Batara Jayantaka, Batara Jayantara dan
Batara Harjunawangsa.
Karena kecantikannya Dewi Irimirin pernah menimbulkan peperangan hebat amtara Suralaya
dengan negara Nusahambara. Prabu Kalimantara, raja raksasa negara tersebut mengutus kedua
senapati perangnya Arya Dadali dan Arya Sarotama untuk melawar Dewi Irimirin.
Karena lamarannya ditolak para dewa, Prabu Kalimantara mengerahkan angkatan perangnya
untuk menyerang Suralaya. Angkatan perang dewa tidak dapat membendung serangan negara
Nusahambara. Kesaktian Prabu Kalimantara, Arya Dadali dan Arya Sarotama tidak terkalahkan
oleh para dewa.Dewa kemudian minta bantuan Bambang Sakutrem, putra Resi Manumayasa dari
pertapaan Retawu untuk menghadapinya.
Sanghyang Ismaya dikenal pula dengan nama Sanghyang Punggung (Purwakanda). Ia menikah
dengan Dewi Senggani, putri Sanghyang Wening. Dari perkawinan tersebut ia mendapatkan 10
orang putra masing-masing bernama ; Bathara Wungkuam, Bathara Tembora, Bathara Kuwera,
Bathara Wrahaspati, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Chandra, Bathara
Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Bathari Darmastutri
Sanghyang Ismaya berwajah tampan. Suatu ketika ia berkelahi dengan Sanghyang Tejamaya
karena memperebutkan siapa yang tertua diantara mereka dan yang berhak menjadi raja
Tribuana. Akibatnya wajah mereka menjadi jelek. Oleh Sanghyang Tunggal mereka diberitahu,
bahwa dahulu mereka lahir berwujud telor. Yang tertua Sanghyang Tejamaya (tercipta dari kulit
telur, kemudian Sanghyang Ismaya (tercipta dari putih telur) dan Sanghyang Manikmaya yang
tercipta dari kuning telur.
Karena kesalahannya itu, Sanghyang Ismaya dan Sangyang Tejamaya harus turun ke Marcapada.
Sanghyang Tejamaya mendapat tugas memberi tuntunan para angkara dan berganti nama
menjadi Togog. Batahara Ismaya mendapat tugas menjadi pamong trah Witaradya. Ia turun ke
pertapaan Paremana menjelma pada cucu nya sendiri, Smara/Semar putra Bathara Wungkuam,
yang menjadi saudara ipar Resi Manumayasa.
Bathara Kala sangat sakti sejak bayi. Ketika mengamuk di Suralaya, ia hanya bisa ditaklukan
oleh Sanghyang Manikmaya dengan Aji Kemayan. Kedua taringnya dipotong, yang kanan
menjadi keris Kalanadah dan yang kiri menjadi keris Kaladite. Selain Sanghyang Manikmaya,
hanya Sanghyang Wisnu yang dapat mengalahkan Bathara Kala.
Meskipun sakti, Bathara Kala sangat dungu dan tak pernah mulai mengadakan persoalan ataupun
peperangan. Ia kerap kali bertindak salah tetapi tidak disengaja, hanya kerena kebodohannya.
Bathara Kala akan membela diri dan haknya apabila diserang atau dianiaya. Membunuh makhluk
lain tidak untuk kesenangan, tetapi karena kebutuhan untuk membela kehidupan. Bathara kala
lazim dipergunakan sebagai lambang keangkaramurkaan.
BATHARA KALAGUMARANG adalah putra Bathara Kalakeya, yang berarti cucu Bathari
milik Sanghyang
Durga/Dewi Kanekaputra
Pramuni dengan yang jatuh Kala,
Bathara ke dalam
darirongga mulut Hyang
kahyangan Anantaboga.Kerena
Setragandamayit. Bathara
mendapat wewenang
Kalagumarang untuk berbuat
diperintahkan apa saja sesuai
oleh Sanghyang kehendaknya,
Manikmaya dalamkeperjalannya
untuk turun Bathara
Arcapada mencari
Kalagumarang selalu membuat
seperangkat gamelan ketoprak.keonaran.
Benda tersebut sangat diperlukan oleh Sanghyang Manikmaya
untuk memenuhi permintaan Dewi Tisnowati, wanita yang tercipta dari Cupu Retnadumilah
Setiap dewa yang ditemuinya di perjalanan dihajarnya. Ia juga merusak perkampungan penduduk
dan membunuh orang-orang yang tak berdosa.Tindakannya itu menimbulkan banyak kekacauan
di Arcapada. Pada suatu saat Bathara Kalagumarang bertemu dengan Dewi Sri, istri Sanghyang
Wisnu. Ia langsung mengejarnya dan bermaksud untuk memperistrinya. Perbuatannya itu
diketahui Sanghyang Wisnu yang mengutuknya menjadi babi hutan.
Mengetahui wujudnya berubah menjadi babi hutan, Bathara Kalagumarang semakin marah dan
beringas. Ia terus mengejar-ngejar Dewi Sri yang akhirnya sampai di negara Medangkamulan.
Bathara Kalagumarang akhirnya mati dipanah oleh Prabu Makukuhan, yang sesungguhnya
penjelmaan Bathara Srigati, putra Sanghyang Wisnu dengan Dewi Srisekar/Sri Widowati.
32. KALARAHU
KALARAHU adalah makhluk berwujud raksasa anak maharsi Kasyapa dengan Dewi Sinhika.
Kalarahu mempunyai saudara tunggal ibu yaitu Sucandra, Candrahantri dan Candrapramardana.
Kalarahu sangat membenci Batara Surya dan Batara Candra sehingga sering matahari dan bulan
ditelan olehnya sehingga menimbulkan gerhana matahari dan bulan. Latar belakang kebencian
itu adalah bermula dari pencarian tirta amerta oleh para dewa. Tirta amerta adalah air suci yang
jika diminum akan melanggengkan umur, kalis dari kematian dan menjadi makhluk abadi.
Kalarahu menyusup diantara rombongan dewa yang mengantri untuk meminumnya.
Tepat ketika air di teguknya, Batara Surya dan Batara Candra meneriakinya bahwa dia adalah
penyusup. Mengetahui hal tersebut Batara Wisnu langsung melemparkan senjata cakra dan
seketika kepala Kalarahu langsung terpenggal meninggalkan badannya. Badan Kalarahu jatuh ke
bumi dan kemudian berubah menjadi lesung penumbuk padi. Sementara karena telah berhasil
meminum tirta amerta, maka kepala Kalarahu tidak mati dan melesat dan mengembara ke
angkasa.
Sebagaimana anak Bathara Kala yang lain, Bathara Kalayuwana juga memiliki sifat perwatakan ;
berangasan, tinggi hati, serakah dan mau menang dan benarnya sendiri.
Akibat dari sifat berangasan dan kesombongan Bathara Kalayuwana perang besar pernah terjadi
di Suralaya, antara para dewa melawan pasukan raksasa dan para siluman dari Setragandamayit.
Peperangan terjadi sebagai akibat kemaraan Bathara Kalayuwana yang tidak dapat menerima
penolakan Bathara Guru atas pinangannya terhadap Dewi Gagarmayang.
Perang baru berakhir setelah Sanghyang Brahma turun ke arcapada untuk meminta bantuan Resi
Kiswabrisma, cucu buyut Dewi Brahmanisri dengan Garuda Aruni/Garuda Briawan. Dewi
Brahmanisri adalah putrid sulung Sanghyang Brahma dengan Dewi Raraswati. Dalam
peperangan tersebut Resi Kiswabriswa berhasil mengalahkan Bathara Kalayuwana dan mengusir
pasukan raksasa dan para siluman dari Jonggringsaloka.
berwajah paling tampan di Tribuana (jagad Mayapada, Madyapada dan Arcapada). Bersama
Bathara
isterinya,Kamajaya adalah putra kesembilan
Dewi Ratih/Kamaratih, dari kesepuluh
putri Bathara orangsuami-istri
Soma, kedua saudara kandung putra
tersebur Bathara
merupakan
Ismaya
lambangdengan Dewi suami-istri
kerukunan Senggani. Kesembilan orangMereka
di jagad raya. saudaranya masing-masing
terkenal bernama;
sangat rukun, tidak Bathara
pernah
Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara
berselisih, sangat setia satu sama lain dan cinta mencintai. Siwah, Bathara Kuwera, Bathara
Candra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Surya dan Dewi Darmanesti.
Sebagai makhluk yang berwujud ―akyan‖ hidup Bathara Kamajaya bersifat abadi.
Dewi Ratih berwajah sangat cantik, memiliki sifat dan perwatakan; sangat setia dan cinta kasih,
murah hati, baik budi, sabar dan sangat berbakti terhadap suami. Bersama suaminya Bathara
Kamajaya, suami-istri tersebut merupakan lambang kerukunan suami-istri di jagad raya. Karena
kerukunannya dan cinta kasihnya satu dengan yang lain.
Dewi Ratih pernah ditugaskan oleh Sanghyang Manikmaya untuk menurunkan Wahyu Hidayat
kepada Dewi Utari, putra bungsu Prabu Matswapati raja negara Wirata dengan permaisuri Dewi
Ni Yutisnawati/ Setyawati. Wahyu Hidayat diturunkan sebagai pasangan Wahyu Cakraningrat
yang diturunkan Bathara Kamajaya kepada Raden Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan
Dewi Sumbadra.
Sebagaimana halnya para dewa lainnya, hidup Dewi Ratih pun bersifat abadi, tidak mengenal
kematian.
Meskipun dalam pewayang anak Semar adalah Gareng, Petruk dan Bagong, namun itu adalah
bukan anak dari Kanastren. Bersama Semara (Batara Ismaa), Kanastren memiliki 10 anak yaitu
Bathara Wungkuam, Bathara Tembora, Bathara Kuwera, Bathara Wrahaspati, Bathara Syiwah,
Bathara Surya, Bathara Chandra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Bathari
Darmastutri.
Dari perkawinan tersebut ia mempunyai tiga orang putra, masing-masing bernama; Bambang
Dari perkawinan tersebut ia mempunyai tiga orang putra, masing-masing bernama; Bambang
Dewi Kaniraras
Manudewa, langsung
Bambang melahirkan jabang
Sakutrem/Satrukem bayi pria
dan Dewi yang
Sriyati. sangat
Ketika tanpan danputranya
mengandung diberi nama
yang
Bambang
kedua, DewiSakutrem. Atas
Kaniraras kehendak
ingin dewata,
sekali makan putranya
buah tersebut
Sumarwana ditakdirkan
yang terletak diakan
atas menjadi cikal
pohon rukem
bakal
yang trah witaradya
dijaga (keturunan
oleh raksasa para raja)
Satrutama di di dunia.
hutan Wanasaya. Buah Sumarwana akhirnya dapat
diambil Resi Manumayasa setalah membunuh ditya Satrutama. Begitu makan buah Sumawana,
Dewi Kaniraras berusia sangat panjang, Ia mati moksa bersama suaminya, Resi Manumayasa,
kembalike kahyangan.
Bathara Kuwera adalah Dewa lambang kebaktian dan kemanusiaan. Ia bertugas memberi
petunjuk, fatwa, pahala dan perlindungan serta pertolongan kepada umat di Arcapada. Pada
jaman Ramayana, ia menitis pada Brahmana Sutiksna, brahmana suci di Gunung
Citrakuta/Kutarunggu untuk memberi wejangan ilmu Asthabrata, yaitu ajaran kepemimpinana
yang diilhami kebesaran dan keseimbangan delapan unsur alam, kepada Ramawijaya. Sedangkan
pada jaman Mahabharata, Bathara Kuwera menitis pada Resi Lomosa, brahmana suci negara
Amarta yang dengan setia mendampingi dan memberin nasehat Prabu Yudhistira selama masa
pemgembaraan dihutan sebagaia kibat kalah dalam taruhan permainana dadu dengan keluarga
Kurawa.
Bersama Sanghyang Cakra, putra Sanghyang Manikmaya dengan Dewi Umarakti, Bathra
Kurewa ditetapkan sebagai juru tulis/pencatat hasil sidang para dewa yang menetapkan lawan-
lawan yang akan saling berhadapan dalam perang Bharatayuda antara keluarga Kurawa melawan
keluarga Pandawa di tegal Kurusetra.
Bathara Kuwera menikah dengan Dewi Sumarekti, putri Sanghyang Caturkanaka dengan Dewi
Hira, putra Sanghyang Heramaya.
Karena kecantikannya Dewi Lengleng Mulat pernah menimbulkan peperangan hebat antara
Suralaya dengan negara Kasi. Prabu Hiranyayaksa mengerahkan pasukan raksasa menyerang
Suralaya akibat keinginannya memperistri Dewi Lengleng Mulat ditolak Bathara Guru. Dalam
peperangan tersebut, angkatan perang dewa tidak dapat membendung serangan Negara Kasi.
Kesaktian Prabu Hiranyayaksa tidak terkalahkan oleh para dewa. Untuk menyelamatkan
Suralaya, Bathara Narada turun ke arcapada, minta bantuan Prabu Harjunawijaya,.raja negara
Mataswapati.
Mahadewa juga mempunyai enam orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umayi masing –
Perwatakan Sanghyang
masing bernama Mahadewa
: Sanghyang meliputi Brahma,
Sambo, Sanghyang perwatakan semua
Sanghyang saudara-saudaranya.
Indra, Sanghyang Bayu,
Kejujurannya seperti
Sanghyang Wisnu dan Sanghyang
Bathara Kala.Sambo, semangatnya seperti Sanghyang Brahma, tajam
perasaannya seperti Sanghyang Indra, kebijaksanaannya seperti Sanghyang Wisnu, taat dan
patuhnya seperti Bhatara Kala, bening dan telitinya seperti Sanghyang Cakra.
Sanghyang Mahadewa bertugas untuk memberikan anugrah kepada para tapa dan selalu
diutus/ditugaskan membawa pakaian raja dan tanda kebesaran kerajaan apabila ada penobatan
raja yang direstui Sanghyang Manikmaya. Seperti penyerahan jamang/mahkota yang terbuat
dari emas kepada Prabu Pandu, raja negara Astina, dan Balai Kencana Soka Domas (balai yang
terbuat dari emas yang bertiang delapan ratus ) sebagai singgasana Prabu Rama di Suwelagiri.
Sanghyang Mahadewa diserahi wewenang untuk menguasai sorga. Ia juga merupakan seorang
prajurit pilihan dan menjadi senapati angkatan perang Dewa.
Prabu Nagaraja adalah mertua Sanghyang Wisnu, yang kawin dengan putrinya, Dewi Pratwiwi,
dan berputra dua orang, yaitu; Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari, yang kemudian diambil
hak sebagi putra-putri Prabu Kresna, raja negara Dwarawati, sebagai penjelmaan Sanghyang
Wisnu. Prabu Nagaraja bersedia menerima lamaran Sanghyang Wisnu dan menyerahkan
putrinya Dewi Pratiwi apabila Sanghyang Wisnu dapat memenuhi satu persyaratan,
menyerahkan Cangkok Wijayamulya, yang mempnyai khasiat dapat menghidupkan kematian.
Atas petunjuknya pula Sanghyang Wisnu akhirnya dapat menemukan dan mendapatkan Cangkok
Wijayamulya yang berada dalam mulut banteng Wisnuhara.
Bambang Nagatatmala berwajah tampan, memiliki sifat dan perwatakan berani,. jujur, setia,
keras dalam kemauan dan sangat berbakti. Pada suatu ketika ia melihat lukisan semua makhluk
bernyawa termasuk para Dewa dan bidadari. Ketika melihat lukisan pasangan suami-istri Dewi
Mumpuni dengan Bathara Yama, dewa penjaga neraka dari kahyangan Paranggumiwang atau
Yamani (Mahabharata), ia langsung tertarik pada Dewi Mumpuni. Nagatatmala kemudian
menanyakan riwayat kedua pasangan itu kepada Dewi Supreti, ibunya. Oleh Dewi Supreti
diceritakan kisah kehidupan rumah tangga Dewi Mumpuni dengan Bathara Yama yang tidak
harmonis, karena sesungguhnya Dew Mumpuni tidak mencintai suaminya. Dewi Mumpuni
.bersedia menikah dengan Bathara Yama karena melaksanakan perintah Bathara Guru.
Bambang Nagatatmala merasa tertarik dengan cerita tersebut. Ia segera pergi ike kahyangan
Parangumiwang untuk menemui Dewi Mumpuni. Setelah terjadi pertemuan, mereka saling jatuh
cinta, dan bersepakat untuk menjadi suami-istri. Bambang Nagatatmala kemudian membawa lari
cinta, dan bersepakat untuk menjadi suami-istri. Bambang Nagatatmala kemudian membawa lari
ewi Mumpuni ke kahyangan Sapta;pratala. Tuntutan Bathara Yama untuk kembalinya Dewi
Cangkok
Mumpuni Wijayamulya olehGuru,
ditolak Batrhara Prabukarena
Nagaraja diberikan
menurut kepada
ketentuan Dewi Dewi
Dewata, P:ratiwi, yang kemudian
Mumpuni memang
diberikan kepada Bambang Sitija saat Sitija turun
telah ditakdirkan menjadi isri Bambang Nagatatmala. ke arcapada mencari penjelmaan dan titis
Sanghyang Wisnu di arcapada.
44. NANDI
NANDI atau Nanda merupakan nama lembu gumarang (lembu yang mempunyai dasar warna
bulunya putih bertaburkan merah kuning keemasan). Dalam cerita pedalangan, Nandi dikenal
pula dengan nama Nandini atau Handini. Nandi adalah anak raja jin bernama Prabu Patanam di
negara Dahulagiri, sebelah timur laut Pegunungan Tengguru/Himalaya. Ia mempunyai saudar
sekandung yang dilahirkan kembar berwujud raksasa masing-masing bernama Cingkarabala dan
Balakupata, yang menjadi penjaga pintu gapura Selamatangkep di kahyangan Jonggringsaloka.
Nandi sangat sakti, kuat dan bengal. Karena kesaktiannya itu ia menobatkan diri sebagai
penguasa jagad raya, disanjung dan dipuja rakyat di jasirah Dahulagiri. Mendengar pemujaan
Nandi yang berkebihan itu, Sanghyang Manikmaya/Bathara Guru menjadi sangat murka. Karena
di seluruh Tribuana (jagad Mayapada, Madyapada dan Arcapada) seharusnya tidak ada yang
pantas dipuja dan disembah kecuali dirinya sebagai raja Dewata.
Bathara Guru kemudian datang ke Dahulagiri untuk memerangi Nandi. Peperangan pun
tejadilah. Dengan Aji Kamayan, Bathara Guru berhasil menundukkan Nandi. Ia menyerah dan
mohon pengampunan. Oleh Bathara Guru, Nandi diampuni dan diboyong ke Suralaya, dijadikan
tunggangan pribadi Bathara Guru. Nandi pernah dipinjam oleh Prabu Pandu, raja negara Astina,
memenuhi permintaan Dewi Madrim, istrinya yang waktu itu sedang mengandung Nakula dan
Sadewa, untuk dinaiki terbang berputar-putar di atas taman Kadilengleng negara Astina.
Sanghyang Narada sangat sakti dan pernah bertapa di atas permukaan air samudra sambil
menggenggam Cupu Linggamanik. Karena kesaktiaannya melebihi Sanghyang Manikmaya, ia
kemudian ditundukkan dengan Aji Kemayan, sehingga beralih rupa dan wujudnya menjadi
pendek bulat dan berparas jelek. Sebagai imbalan, oleh Sanghyang Manikmaya, Sanghyang
Narada diangkat menjadi tuwangga (= patih ) di Suralaya dan dituakan oleh Sanghyang
Manikmaya dengan sebutan ―kakang/kakanda‖.
Sanghyang Narada sangat dipatuhi/disuyudi (Jawa) oleh siapa saja yang bergaul dengannya,
karena keramahannya. Ia sangat alim, pandai dalam segala ilmu pengetahuan, periang, jujur,
hatinya bening, pikirannya cerdas, senang bersenda-gurau, seorang prajurit dan pandita, sehingga
mendapat julukan Resi.
Bathara Panyarikan memiliki daya ingatan yang sangat tajam. Apa saja yang pernah didengar
dan dilihatnya akan selalu diingatnya dengan baik. Selain itu ia juga pandai menyimpan rahasia.
dan dilihatnya akan selalu diingatnya dengan baik. Selain itu ia juga pandai menyimpan rahasia.
Menjelang
Oleh Batharapecah perang
Guru, Bharatayudha
Bathara Panyarikan di tegal Kurusetra
ditugaskankan antara
sebagai keluarga
juru Pandawa Mencatat
tulis kadewatan. melawan
keluarga Kurawa, Bathara
dan mendukumentasikan Panyarikan
semua mempunyai
hasil persidangan dan tugas dan yang
keputusan peranan
telahyang sangat
diambil parapenting.
dewa.
Bersama Bathara Kuwera, ia ditugaskan mencatat hasil sidang para dewa yang memutuskan
lawan-lawan yang akan saling berhadapan dalam perang Bharatayuda, serta rahasia kematian
setiap senapati perang, baik yang berpihak pada keluarga Pandawa maupun berpihak pada
keluarga Kurawa.
Sebagaimana para dewa lainnya, karena berwujud akyan/badan halus, maka hidup Bathara
Panyarikan bersifat abadi.
Sejak kecil Bambang Parikenan tinggal di kahyangan Untarasagara dalam asuhan Sanghyang
Wisnu dan Dewi Sripujayanti, karena ayahnya Bathara Brahmanaresi turun ke Arcapada hidup
sebagai brahmana di pertapaan Paremana, pegunungan Saptaarga. Sedangkan ibunya Dewi
Srihuna tinggal di kahyangan Daksinageni, kahyangannya Bathara Brahma.
Bambang Parikenan menikah dengan saudara sepupunya sendiri, Dewi Bramaneki, putri Prabu
Basurata/Bathara Srinada raja negara Wirata dengan Dewi Bremaniyuta ( Bathara Srinada adalah
putra Sanghyang Wisnu dengan Dewi Srisekar/Sri Widowati, sedangkan Dewi Bremaniyuta
adalah putri Bathara Brahma dengan Dewi Rarasyati ). Dari perkawinan tersebut ia memperoleh
empat orang putra masing-masing bernama ; Dewi Kanika. Kariyasa/Resi Manumayasa, Resi
Manobawa dan Resi Paridarma. Resi Manumayasa kelak turun ke Arcapada membuat pertapaan
di puncak Retawu, gunung Saptaarga, menikah dengan Dewi Kaniraras, turun-temurun
menurunkan keluarga Pandawa dan Kurawa.
Karena para dewa merasa takut menghadapi Niwatakaca yang sangat sakti setelah memiliki Aji
Gineng Sukaweda, sedangkan bidadari upacara tidak dipekenankan hidup di arcapada, Bathara
Guru kemudian melakukan penipuan, menyerahkan Dewi Prabasini yang wajah dari bentuk
tubuhnya persis sama dengan Dewi Gagarmayang, saudara kembarnya, kepada Niwatakawaca.
Beberapa tahun kemudian, ketika Niwatakawaca menyadari bahwa yang diperistri bukan Dewi
Gagamayang tetapi Dewi Prabasini, saudara kembarnya, ia kembali lagi ke Suralaya untuk
meminang Dewi Supraba. Namun pinangannya itu ditolak Batahara Guru, dan Niwatakawaca
akhirnya tewas dalam peperangan melawan Arjuna.
Dari perkawinannya dengan Prabu Niwatakawaca, Dewi Prabasini mempunyai dua orang putra
masing-masing bernama : Arya Nilarudraka, yang setelah dewasa menjadi raja negara
Tegalparang dan Dewi Mustakaweni, yang menjadi istri Bambang Prabakusuma (Priyambada),
putra Arjuna dengan Dewi Dewi Supraba. Setelah kematian Niwatakawaca, Dewi Prabasini
kembali ke Suralaya, hidup sebagai bidadari.
Bumi sap kapindho, sinebut Dwipratala, dikuwasani dening Bathara Kusika. Bumi sap kaping
telu kang sinebut Tribantala dadi papan dununge Bathara Ganggang. Bumi sap kaping papat
utawa Caturpratala dikuwasani Bathara Sindula lan bumi sap kalima, sinebut Pancapratala,
dikuwasani dening Bathara Darampalan.
Bumi sap kaping enem iku kayangane Bathara Manikem lan Saptapratala utawa bumi sap kaping
pitu mujudake kayangan papan dununge Bathara Anantaboga. Bathari Pretiwi ndalem uripe
tansah pengin nduweni kembang Wijayakusuma. Ananging kembang kang ora sabaene kembang
iku duweke Resi Kesawasidi kang dumunung ing Padhepokan Argajati.
Sawijining dina Bathara Wisnu tumeka ing kayangan Eka Pratala sedya nglamar Bathari Pretiwi.
Tumekane Sanghyang Wisnu lan sedyane njaluk dheweke supaye gelem dadi sisihane
dimumpangatake dening Bathari Pretiwi kanggo nyembadani pepenginane duwe kembang
Wijayakusuma.
Marang Sanghyang Wisnu, Bathari Pretiwi mratelakake saguh dadi sisihane yen Bathara Wisnu
bisa nyedhiyakake kembang Wijayakusuma minangka mas kawin. Bathara Wisnu nyaguhi
panjaluke Dewi Pretiwi iku. Bathara Wisnu banjur tumuju Padhepokan Argajati, nemoni Resi
Kesawasidi lan njaluk kembang Wijayakusuma.
Nalika sapatemon kalawan Bathara Wisnu, putrane putri Resi Kesawasidi, Srisekar, ketaman
panah asmara lan pengin dadi sisihane Hyang Wisnu. Resi Kesawasidi mratelakake gelem
masrahake kembang Wijayakusuma yen Hyang Wisnu gelem dadi mantune. Wusana, Hyang
Wisnu palakrama karo Srisekar.
Nalika Resi Kesawasidi arep masrahake kembang Wijayakusuma marang Bathara Wisnu,
dheweke kaget amarga kembang kang ngandhut kasiyat bisa nguripake wong sing wis mati iku
alum. Sawise dititipriksa, pranyata cangkoke kembang kang sinebut Wijayamula lan gagange
wis ilang. Bathari Wisnu tetep gelem nampa kembang Wijayakusuma kang wus alum iku.
Sabanjure, Hyang Winu bali menyang kayangan Ekapratala arep masrahake kembang
Wijayakusuma marang Bathari Pretiwi. Resi Kesawasidi lan Srisekar banjur nyusul Hyang
Wisnu menyang kayangan Ekapratala. Bathari Pretiwi dhewe uga ngadhepi panglamar saka raja
nagara Garbapitu, Prabu Wisnudewa.
Marang Prabu Wisnudewa, Bathari Pretiwi njaluk maskawin padha, kembang Wijayakusuma.
Prabu Wisnudewa saguh ngupadi kembang Wijayakusuma amarga wus nduweni gagange
kembang Wijayakusume kang wektu iku digawa macan ingon-ingone kang dijenengi
Sardulamurti.
Lakune Hyang Wisnu tumuju kayangan Ekapratala pethuk kalawan bantheng kang bisa tata
jalma. Bantheng kang ngaku duwe jeneng Handaka Wisnuhata iku pengin dadi abdine Hyang
Wisnu. Sabanjure batheng iku ngiringi lakune Hyang Wisnu tumuju kayangan Ekapratala.
Bathara Wisnu kang kasil nggawa kembang Wijayakusuma banjur masrahake kembang iku
marang Bathari Pretiwi. Ing kalodhangan iku, Prabu Wisnudewa uga masrahake macan
Sardulamurti marang Bathari Pretiwi nanging ditulak amarga sing dijaluk iku kembang. Wusana
Prabu Wisnudewa nesu lan nantang prang tandhing marang Hyang Wisnu.
Macan Sardulamurti mbiyantu Prabu Wisnudewa, dene bantheng Handaka Wisnuhata mbiyantu
Hyang Wisnu. Macan lan bantheng kang padha sektine iku sampyuh, mati bareng lan wusana
malih rupa dadi gagang lan cangkok kembang. Bathari Pretiwi njupuk gagang lan cangkok
malih rupa dadi gagang lan cangkok kembang. Bathari Pretiwi njupuk gagang lan cangkok
Wusana
kembang Bathara
iku lan Wisnu
banjur lan Bathari Pretiwi
didadekake sida palakrama.
siji kalawan Kembang Wijayakusuma
kembang Wijayakusuma banjur
kang dipasrahake
dibalekake maneh
dening Bathara marang Sanghyang Wisnu. Kalorone nurunake putra dhampit yaiku Sitija
Wisnu.
(sabanjure dadi raja jejuluk Prabu Bomanarakasura) lan Siti Sundari (sabanjure dadi sisihane
Arjuna lan nurunake Abimanyu). Nalika Bathara Wisnu nitis marang Prabu Kresna, Bathari
Pretiwi banjur dadi sisihane raja Dwarawati iku.
Karena Sanghyang Tunggal berwujud ―akyan‖ (makluk halus) maka yang lahir dari
kandungannya berwujud sebutir telur, terbang melayang-layang yang setelah ditangkap oleh
Sanghyang Tunggal pecah berubah wujud menjadi tiga orang anak kembar. Sama-sama tampan,
cakap dan memancarkan cahaya keagungan. Oleh Sanghyang Tunggal ketiga putranya tersebut
masing-masing diberi nama : Sanghyang Tejamaya/Antaga (terjadi dari kulit telur), Sanghyang
Ismaya (terjadi dari putih telur) dan Sanghyang Manikmaya (terjadi dari kuning telur).
Karena berwujud badan rokhani, hidup Dewi Rekatawati bersifat abadi. Ia bersemayam di
kahyangan Alangalangkumitir.
Prabu Sri Mahapunggung adalah nama gelar Batara Srigati, putra Sanghyang Wisnu dengan
Dewi Sri Sekar/Sri Widowati yang turun ke Arcapada untuk menjaga kelestarian dunia. Tiga
saudara kandungnya yang lain adalah, DewiSri, Wandu, dan Oya.
Raden Sadana berwajah sangat tampan, dan memiliki sifat perwatakan: murah hati, baik budi,
sabar dan bijaksana. Bersama kakaknya, Dewi Sri, ia dikenal sebagai dewa lambang
kemakmuran hasil bumi. Sadana dikenal sebagai Dewa umbi-umbian, kentang, sayur-sayuran,
dan buah-buhanan, sedangkan Dewi Sri sebagai Dewi Padi. Oleh karena itu, mereka tidak pernah
dipisahkan.
Bathara Sambo memiliki sifat dan perwatakan ; jujur dan terpercaya, bertanggung jawab, dan
cakap. Karena itu apabila ada masalah yang harus dirundingkan atau diselesaikan, Bathara
Sambolah yang diminta menyelesaikannya. Ia sangat sakti, dan apabila bertiwikrama dari
tubuhnya akan keluar prabawa hawa yang dapat menundukkan lawannya. Bathara Sambo pernah
turun ke arcapada dan menjadi raja di negara Medangprawa bergelar Sri Maharaja Maldewa.
raja negara Medangkamulan dengan Dewi Danawati. Prabu Sri Mahapunggung adalah nama
Dewi Sri berwajah
gelar Bathara Srigati,sangat
putra cantik. Ia diyakini
Sanghyang sebagai Dewi
Wisnu dengan titisanSri
Bathari Sri Widowati,
Sekar/Sri neneknya.
Widowati yang turun
Dewi Sri memiliki
ke Arcapada sifat dan kelestarian
untuk menjaga perwataan:dunia.
murahDewi
hat, baik budi, sabartiga
Sri mempunyai danorang
bijaksana. Bersama
adik kandung,
adiknya, Sadana,
yaitu ; Sadana, ia dikenal
Wandu sebagai Dewa lambang kemakmuran hasil bumi. Dewi Sri sebagai
dan Oya.
Dewa Padi, sedangkan Sadana sebagai Dewa hasil bumi lainnya, seperti : umbi-umbian, kentang,
sayur-sayuran dan buah-buhanan. Oleh karena itu mereka tidak pernah dipisahkan.
Dalam lakon ―Sri Sadana‖ diceritakan, bahwa Sadana meloloskan diri pergi dari negara
Medangkamulan karena dimarai oleh ayahnya. Dewi Sri setelah mengetahui kepergian adiknya,
lalu pergi mencarinya. Setelah melalui berbagai rintangan dan pengalaman pahit karena dalam
perjalanan bertemu dengan raksasa Kalagumarang/Karungkala yang terus menerus mengejarnya.
Setelahselamadari nafsu jahat Karungkala, akhirnya Dewi Sri dapat bertemu kembali dengan
Sadana
Sebagai Dewa Hasil Bumi, Dewi Sri dan adiknya. Sadana diyakini hidup sampai akhir jaman,
sebab mempunyai tugas memberikan kemakmuran kepada masyarakat.
Bathara Srigati turun ke Arcapada dan menjadi raja di negara Purwacarita bergelar Prabu Sri
Mahapungung. Ia menikah dengan Dewi Danawati dan mempunyai empat orang putra masing-
msing bernama ; Dewi Sri, Sadana,Wandu dan Oya.
Bathara Srigati sangat sakti. Ia pernah dimintai bantuan ayahnya Sanghyang Wisnu yang
menjadi raja di negara Medangkamulan bergelar Prabu Satmata, untuk membinasakan Prabu
Watugunung raja negara Gilingwesi yang selain berani menyerang Suralaya juga telah bertindak
keliru mengawini ibu kandung dan ibu tirinya.
Setelah lanjut usia dan merasa tidak mampu lagi mengendalikan roda pemerintahan, Prabu Sri
Mahapunggung menyerahkan tahta kerajaannya kepada putra ketiga, yaitu Wandu yang setelah
naik tahta kerajaan Purwacarita bergelar Prabu Srimahawan.
Dewi Sri dan Bathara Wisnu merupakan pasangan yang tak terpisahkan. Apabila Bathara Wisnu
Dewi Sri dan Bathara Wisnu merupakan pasangan yang tak terpisahkan. Apabila Bathara Wisnu
menjadi incaran/buruan
turun menitis paradalam
ke Arcapada penyandang sifat angkara
mengemban murka, sepeti Prabu
tugas mengembalikan Dasamuka/Rahwana,
keseimbangan dunia dari
raja negarakeserakahan
tindakan Alengka. dan perbuatan keangkaramurkaan, Dewi Sri akan ikut turun menitis
sebagai pasangannya, walau harus melalui berbagai rintangan. Karena itu titisan Dewi Sri selalu
Pada jaman Ramayana, Dewi Sri menitis pada Dewi Kusalya, putri Prabu Banaputra, raja negara
Ayodya, ibu Ramawijaya. Kemudian menitis pada Dewi Citrawati, putri Magada dan menjadi
istri Prabu Arjunasasra, raja negara Maespati, selanjutnya menitis pada diri Dewi Sinta, putri
Prabu Janaka raja negara Mantili dan menjadi istri Ramawijaya. Pada jaman Mahabharata, ketika
Bathara Wisnu menitis pada diri Sri Kresna, raja negara Dwarawati, Dewi Sri menitis pada diri
Dewi Sumbadra, adik Sri Kresna dan menjadi istri Arjuna, satria Pandawa.
Dewi Srihuna juga mempunyai lima orang saudara lain ibu, putra-putri Sanghyang Wisnu
dengan Dewi Srisekar dan Dewi Pratiwi. Mereka adalah, Bathara Srigati yang menjadi raja
negara Purwacarita bergelar Prabu Sri Mahapunggung. Kemudian Bathara Srinada yang menjadi
raja negara Wirata bergelar Prabu Basurata. Batara Srinadi yang menurunkan raja-jara
Mandaraka, Bambang Sitija/Bomanarakasura raja negara Surateleng dan Dewi Siti Sundari.
Pada mulanya Dewi Srihuna akan dinikahkan dengan Bathara Brahmanasadara (Bremana), Putra
Sanghyang Brahma dengan Dewi Sarasyati.Tapi Bathara Bremana menolak. Dewi Srihuna
kemudian dinikahkan dengan Bathara Brahmanaresi (Bremani) adik Bathara Bremana. Dari
perkawinan tersebut ia mempunyai seorang putra bernama Bambang Parikenan, yang merupakan
cikal-bakal keturunan trah Wukir Retawu/Saptaarga.
Karena Bathara Bremana kemudian jatuh cinta pada Dewi Srihuna, maka setelah Bambang
Parikenan lahir, oleh Bathara Brahmanaresi, Dewi Srihuna diserahkan kepada kakaknya, Bathara
Brahmanasadara (Bremana). Dari perkawinan tersebut, Dewi Srihuna mempunyai dua orang
putri, masing-masing bernama : Dewi Srini dan Dewi Satapi.
Dari sekian banyak titah Arcapada yang sangat bernafsu dan juga karena dendam ingin
memperistri Dewi Supraba adalah Prabu Niwatakawaca, raja raksasa negara Manikmantaka.
Mata kanan Prabu Niwatakawaca yang waktu mudanya bernama Arya Nirbita menjadi buta
karena ditusuk dengan kacip (pemotong buah gambir ) oleh Dewi Supraba saat ia sedang
mengintip tingkah pola para bidadari di kahyangan Kaideran. Prabu Niwatakawaca yang sangat
sakti dan tak terkalahkan oleh para dewa, akhirnya mati oleh panah Pasopati yang dilepas
Arjuna, setelah rahasia kesaktiannya/kematiannya berupa noktah hitam dilangit-langit mulutnya
diceritakan sendiri kepada Dewi Supraba.
Oleh Sanghyang Manikmaya, Dewi Supraba dihadiahkan kepada Arjuna yang atas jasanya
membunuh Prabu Niwatakawaca dinobatkan sebagai raja Kaideran bergelar Prabu Kariti. Dari
perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra yang diberi nama ; Prabakusuma. Dewi
Supraba adalah salah seorang bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari tujuh orang, yaitu ;
Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Irimirin,
Dewi Warsiki, dan Dewi Wilutama.
Bathara Surya mempunyai tempat tinggal di Kahyangan Ekacakra. Ia mempunyai tiga orang
Bathara Surya mempunyai tempat tinggal di Kahyangan Ekacakra. Ia mempunyai tiga orang
Sedangkan dengan
permaisuri yaitu; Dewi
kakak Prati, Dewi
beradik Bathara Suryadan
Ngruna berputra Batharaserta
Dewi Ngruni, Rawiatmaja yang kemudian
Dewi Prati/Dewi Haruni,
menurunkan
putri Hyang raja-raja Maespati,
Ramaparwa, putra trah pertapaan
Sanghyang Argasekar,
Wening. trah Dewi
Dengan pertapaan Grastina/keturunan
Ngruna, Bathara Surya
Resi Gotama
berputra Residengan Dewi
Suwarna Indradi.
yang kemudian menurunkan bangsa Garuda. Dengan Dewi Ngruni
berputra ; Dewi Suryawati yang kemudian diperistri oleh Gatotkaca, dan Bathara Suryanirada.
Secara tidak resmi, Bathara Surya juga mengawini Dewi Kunti dan berputra Suryatmaja/Adipati
Karna. Bathara Surya juga memberikan Cupu Manik Astagina kepada Dewi Indradi yang
mengakibatkan ketiga putra Dewi Indradi, yaitu ; Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa berubah
wujud menjadi kera.
Bathara Surya mempunyai kereta yang ditarik oleh tujuh ekor kuda dan pernah dipinjam Batahra
Wisnu untuk memusnahkan Prabu Watugunung, raja Gilingwesi. Bathara Surya pula yang
mengetahui tatkala Ditya Kalarahu mencuri Tirta Amerta, hingga persembunyiannya dapat
diketahui dan dapat dibinasakan oleh Bathara Wisnu.
Oleh Bathara Guru, Dewi Tara diberikan kepada Sugriwa, putra Resi Gotama dengan Dewi
Indradi/Windradi dari pertapaan Grastina/Erraya sebagai imbalan atas jasa Subali (kakak
Sugriwa) yang telah berhasil membunuh Prabu Maesasura dan Jatasura dari kerajaan Gowa
Kiskenda. Belum lama menjadi istri Sugriwa, Dewi Tara direbut Resi Subali yang termakan
hasutan jahat Prabu Dasamuka, raja negara Alengka. Selama menjadi istri Resi Subali, Dewi
Tara hamil.
Setelah Resi Subali meninggal oleh panah Gowawijaya milik Ramawijaya, Dewi Tara kembali
menjadi istri Sugriwa. Ia kemudian melahirkan putra berwujud kera berbulu merah yang diberi
nama : Anggada, sesuai dengan pesan Resi Subali sebelum ajal. Setelah Prabu Sugriwa
meninggal karena usia lanjut Dewi Tara kembali ke kahyangan Kaindran, kembali hidup sebagai
bidadari.
Oleh Sanghyang Manikmaya/Bathara Guru, Dewi Tari dan dua bidadari lainnya yaitu Dewi
Aswani dan Dewi Triwati diberikan kepada tiga putra Alengka, yaitu Prabu Dasamuka,
Kumbakarna dan Arya Wibisana. Mereka dijadikan persyaratan perdamaian karena kekalahan
para Dewa menghadapi serangan Prabu Dasamuka dan balatentara negara Alengka. Dewi Tari
menikah dengan Prabu Dasamuka, Dewi Aswani menikah dengan Kumbakarna dan Dewi
Triwati dengan Arya Wibisana. Dari perkawinan tersebut, Dewi Tari mempunyai seorang putra
bernama Indrajid/Megananda.
Setelah berakhinya perang besar Alengka dengan tewasnya Indrajid dan Prabu Dasamuka, Dewi
Tari kembali ke Kahyangan Kaindran, hidup sebagai bidadari.
pandai melawak dan gaya penampilan yang lucu. Karena keahliannya melucu dan sikapnya yang
62. SANGHYANG
jenaka, TUNGGAL
Bathara Tembora
menjadi dewa kesayangan Sanghyang Manikmaya/Bathara Guru.
SANGHYANG TUNGGALDewa
Karena dialah satu-satunya adalahyang
putradapat
sulung Sanghyang
menjadi Wenang
pelipur dengan
lara dan Permaisuri
penghibur Dewi
Sanghyang
Sahoti, putri
Manikmaya. Prabu Hari, Raja Keling negara Hindu. Ia lahir dalam wujud ―akyan‖ (badan
halus/jin) dan mempunyai empat saudara kandung masing-masing bernama Dewi Suyati, Batara
Nioya, Batara Herumaya, dan Batara Senggana.
Dalam segala hal, Sanghyang Tunggal merupakan personifikasi dari Sanghyang Wenang, karena
hidup sejiwa dengan Sanghyang Wenang, ayahnya. Ia mempunyai pusaka pemberian Sanghyang
Wenang antara lain; Cupu Retnadumilah, Cupu Manikastagina, Lata Maha Usadi/Lata Mausadi,
dan Kayu Rewan.
Bersama keenam bidadari upacara Suralaya lainnya, Dewi Tunjungbiru pernah ditugaskan
Bathara Indra turun ke marapada, untuk membangunkan tapa Arjuna di Goa Mintaraga, di lereng
Gunung Indrakila bergelar Bagawan Ciptaning. Namun tidak berhasil membangunkan
kekhusukkan tapa Bagawan Ciptaning.
Kelahiran Dewi Umayi diiringi kekacauan alam yang dahsyat. Gunung-gunung meletus, gempa
bumi dan badai terjadi dimana-mana. Saat lahir dari rahim ibunya, ia bukan berupa bayi biasa,
melainkan berwujud segumpal cahaya merah yang memelesat ke angkasa. Cahaya itu melayang
ke sana kemari. Sang ayah segera mengejar dan mencoba menangkapnya, tetapi selalu gagal.
Dewi Warsiki adalah satu dari 40 (empat puluh) orang putri Sanghyang Nioya dengan Bathari
Darmastuti. Salah seorang saudaranya, Dewi Urwaci, yang merupakan bidadari paling seksi di
kahyangan, menjadi kecintaan Bathara Guru.
Dalam kisah ―Arjuna Wiwaha‖ Dewi Warsiki pernah turun ke arcapada bersama keenam
bidadari upacara Suralaya lainnya melaksanakan perintah Sanghyang Indra, untuk membuyarkan
atau menggagalkan Arjuna yang sedang bertapa di Goa Mintaraga, hutan Kaliasa di lereng
gunung Indrakilo.
ditolak Bathara Guru. Perang tak dapat dihindarkan antara para dewa Suralaya melawan para
raksasa dari Setragandamyit. Perang baru berakhir setelah Sanghyang Narada turun ke arcapada
dan meminta bantuan Resi Manumayasa dari pertapaan Retawu, gunung Saptaarga. Dalam
peperangan tersebut Manumayasa berhasil mengalahkan Bathara kalagotama dan kelima
saudaranya, yaitu Bathara Siwahjaya, Bathara Kalayuwana, Bathara Kartinea dan Bathara
Dewasrani.
Akhirnya cahaya itu hinggap di puncak Gunung Tengguru, suatu tempat yang dikuasai para
makhluk halus, peri, dan gandarwa. Di tempat itu saudagar Umaran lalu bersamadi, mohon pada
Yang Maha kuasa agar anaknya yang berwujud cahaya itu dapat dikembalikan dalam wujud
yang sempurna, yaitu layaknya menjadi bayi biasa. Doa itu terkabul namun bayi itu berkelamin
ganda.
Setelah Sang Hyang Wenang dewasa, Sang Hyang Nurasa kemudian manuksma (hidup dalam
satu jiwa) ke dalam diri Sang Hyang Wenang setelah menyerahkan benda-benda pusaka : Kitab
Pustaka Darya, pusaka dan azimat berupa Kayu Rewan, Lata Maha Usadi, Cupu Manik Astagina
dan cupu Retnadumilah.
Sang Hyang Wenang menikah dengan Dewi Sahoti/Dewi Sati, putri Prabu Hari raja negri
Keling. Dari perkawinannya dianugerahi 5 putra yang kesemuanya berwujud akyan : Sang
Hyang Tunggal, Dewi Suyati, Batara Nioya, Batara Herumaya dan Betara Senggana. Setelah
Sang Hyang Tunggal dewasa, maka Sang Hyang Wenang menyerahkan tahta kerajaan dan
segenap pasukannya kepada Sang Hyang Tunggal.
Dewi Wilutama pernah turun ke Arcapada melaksanakan perintah Sanghyang Manikmaya untuk
mempertemukan titisan Bathara Derma dengan Bathari Dermi. Waktu itu Bathara Derma menitis
pada Raden Samba, Putra Prabu Kresna dengan Dewi Jembawati. Sedangkan Bathari Dermi,
menitis pada Dewi Hagnyanawati, putri Prabu Narakasura raja negara Surateleng, yang telah
menjadi istri Prabu Bomanarakusra, raja negara Prajatisa/Surateleng.
Menurut cerita pedalangan, Dewi Wilutama pernah turun ke Arcapada menjelma menjadi kuda
sembrani betina dan membawa terbang Bambang Kumbayana/Resi Drona menyeberangi lautan
yang waktu itu sedang mencari Arya Sucitra. Dalam peristiwa itu terjalin hubungan asmara
antara Dewi Wilutama dengan Bambang Kumbayana. Akibatnya Dewi Wilutama hamil, dan
melahirkan seorang putra lelaki yang mempunyai ciri-ciri berambut dan bertelapak kaki kuda,
yang diberi nama Bambang Aswatama.
Dewi Winata pernah terkena kutuk pastu putranya sendiri, Garuda Aruna sebagia akibat ketidak
sabarannya memecah telur Aruna sebelum waktunya menetas. Aruna yang merasa kesakitan
anak-anaknya yang
kerena menetas berwujud
sebelum ular melilit
waktunya tubuh mengutuk
membalas kuda Ucirawas, hingga
ibunya, tubuh
bahwa kuda
Dewi yang putih
Winata akan
mulus menjadi belang-belang.
menjadi budak saudaranya sendiri. Kutukan itu menjadi kenyataan. Dewi Winata diperbudak
oleh Dewi Kadru akibat kalah menebak warna kuda Ucirawas, karena Dewi Kadru dibandu
Bertahun-tahun Dewi Winata diperbudak Dewi Kadru untuk mengasuh ribuan ular anak Dewi
Kadru dengan Resi Kasyapa. Penderitaan Dewi Winata akhirnya dapat dibebaskan oleh
putranya, Garuda Aruni yang dapat memenuhi permintaan Dewi Kadru dengan memberikan
tebusan berupa air Saktiwisa yang diperoleh Garuda Aruni dengan meminjamnya dari Bathara
Brahmanayana, atas seijin Sanghyang Brahma.
Mereka yang mendapat titisan Hyang Wisnu, menjadi orang orang yang sakti dan waspada.
Yang mendapat titisan Wisnu ialah: Prabu Arjunasasrabau dari Maespati, Patih Suwanda di
Maespati, Sri Rama, Arjuna dan Prabu Kresna. Penitisan juga terjadi sesudah zaman Purwa,
ialah pada Prabu Jayabaya di Kediri.
Ketika Dewa ini dilahirkan, bumi terpengaruh hingga getar, sampai-sampai Betara Guru pun
jatuh terpelanting.
Setelah dewasa, ia beristrikan Dewi Setyabama, putri Hyang Pancaresi, Hyang Wisnu bisa
tiwikrama, menjadi raksasa yang tidak terhingga besarnya dan memiiki senjata cakra yang sangat
sakti. Kesaktian dan senjata cakra itu digunakan oleh titisan Wisnu sebagai bukti bahwa mereka
memang titisannya. Hyang Wisnu merupakan pokok pangkal yang memulai keturunan Pendawa
dan ia berbesan dengan Hyang Brama.
Asal mula Hyang Wisnu mendapat bunga Wijayakusuma ialah sewaktu ia akan kawin dengan
Dewi Pertiwi yang minta sebagai jujur bunga Wijayakusuma.
Semula bunga itu dimiliki oleh Begawan Kesawasidi. Tersebutlah, ketika Hyang Wisnu akan
kawin dengan Dewi Pertiwi, maka bunga tersebut dipinjam oleh Hyang Wisnu untuk digunakan
sebagai jujur. Permintaan itu dikabulkan. Tetapi untuk lengkapnya, barang siapa memiliki bunga
itu harus memiliki pula kulitnya dan kulit itu dimiliki oleh Prabu Wisnudewa dari negara
Garbapitu. Kulit bunga yang bertempat di dalam mulut seekor banteng (lembu hitam) dapat
direbut oleh Hyang Wisnu dari mulut banteng itu. Terkabullah perkawinan Hyang Wisnu karena
bisa mengadakan jujur yang diminta.
Menurut adat-istiadat Sala, pada waktu di situ masih terdapat seorang raja, maka pemetikan
bunga Wijayukusuma dari Pulau Nusakambangan dilakukan oleh seorang ulama atas titah raja.
Batara Wrahaspati bersahabat baik dengan seorang brahmana sakti bernama Resi Sukra yang
telah bertapa selama 1.000 tahun memuja Batara Prameswara sehingga memperoleh ajian
Sanjiwani, yaitu mantra sakti yang dapat menghidupkan orang yang telah mati meskipun telah
menjadi abu sekalipun.Mengetahui Resi Sukra menjadi guru bangsa raksasa dan berusaha
menjadi abu sekalipun.Mengetahui Resi Sukra menjadi guru bangsa raksasa dan berusaha
melawan para dewa, Wrahaspati kemudian menyuruh Kaca murid kesayangannya untuk berguru
kepada Resi Sukra. Kaca berhasil mendapatkan mantra sakti itu dengan bantuan Dewi Dewayani,
putri tunggal Resi Sukra bersama Dewi Jayanti, maka para dewa tetap tidak terkalahkan oleh
golongan raksasa.
dulu, bahwa kalau orang yang sedang sakit melihat kedatangan Hyang Yamadipati, si sakit itu
sudah mendekati YAMADIPATI
71. BATHARA ajalnya.
BATHARA YAMADIPATI seorang Dewa dan anak Semar. Dewa ini berkuasa memegang
Gambar
kunci Wayang
neraka Yamadipati
dan berkuasa pulaberupa orang
mencabut bermuka
nyawa raksasa,
manusia. Maka melambangkan keganasan Dewa
menjadilah kepercayaan orang
itu.
Dewa ini beristrikan Dewi Mumpuni tetapi Dewi ini tidak suka pada Yamadipati
Hyang Yamadipati dapat disebut Dewa kematian. Ia bermahkota topong, berjamang dengan
garuda membelakang, dan bersunting waderan. Bersenjata rencong dan berpakaian menurut adat-
istiadat Dewa. Bermata plelengan (berkedip, tetapi jarang), menandakan keganasannya.
Berhidung manusia, artinya tidak berhidung macam wayang, melambangkan, bahwa Dewa ini
selalu mendekati manusia.
Maksud Bathara Narada agar Gathutkaca segera menjadi anak dewasa yang sanggup melawan
musuh para dewa yaitu Kala Percona dan Patih Sekipu. Dan akhirnya berkat gemblengan
Bathara Rama Yadi, Gathutkaca menjadi Ksatriya yang gagah perkasa dan sanggup
memusnahkan musuh para Dewa yaitu Kala Percona dan Patih Sekipu.