Anda di halaman 1dari 8

1.

Matsya Awatara

Dalam ajaran agama Hindu, Matsya (Dewanagari :मततततय; IAST: matsya) adalah awatara Wisnu
yang berwujud ikan raksasa. Dalam bahasa Sanskerta, kata matsya sendiri berarti ikan. Menurut
mitologi Hindu, Matsya muncul pada masa Satyayuga, pada masa pemerintahan Raja Satyabrata
(lebih dikenal sebagai Maharaja Waiwaswata Manu), putra Wiwaswan, dewa matahari. Matsya turun
ke dunia untuk memberitahu Maharaja Manu mengenai bencana air bah yang akan melanda bumi. Ia
memerintahkan Maharaja Manu untuk segera membuat bahtera besar.

2. Kurma Awatara,
Dalam agama Hindu, Kurma (Sanskerta: ककककक; Kurma) adalah awatara (penjelmaan) kedua dewa
Wisnu yang berwujud kura-kura raksasa. Awatara ini muncul pada masa Satyayuga. Menurut
kitab Adiparwa, kura-kura tersebut bernama Akupa.
Menurut berbagai kitab Purana, Wisnu mengambil wujud seekor kura-kura (kurma) dan mengapung
di lautan susu (Kserasagara atau Kserarnawa). Di dasar laut tersebut konon terdapat harta karun dan
tirta amerta yang dapat membuat peminumnya hidup abadi. Para Dewa dan Asura berlomba-lomba
mendapatkannya. Untuk mangaduk laut tersebut, mereka membutuhkan alat dan sebuah gunung
yang bernama Mandara digunakan untuk mengaduknya. Para Dewa dan para Asura mengikat
gunung tersebut dengan naga Wasuki dan memutar gunung tersebut. Kurma menopang dasar
gunung tersebut dengan tempurungnya. Dewa Indra memegang puncak gunung tersebut agar tidak
terangkat ke atas. Setelah sekian lama tirta amerta berhasil didapat dan Dewa Wisnu mengambil alih.
Kurma juga nama dari seorang resi, putra Gretsamada.

3. Waraha Awatara

Waraha (Sanskerta: ककककक; Varāha) adalah awatara (penjelmaan) ketiga dari Dewa Wisnu yang
berwujud babi hutan. Awatara ini muncul pada masa Satyayuga (zaman kebenaran). Kisah mengenai
Waraha Awatara selengkapnya terdapat di dalam kitab Warahapurana dan Purana-Purana lainnya.
Menurut mitologi Hindu, pada zaman Satyayuga (zaman kebenaran), ada seorang raksasa
bernama Hiranyaksa, adik raksasa Hiranyakasipu. Keduanya merupakan kaum Detya (raksasa).
Hiranyaksa hendak menenggelamkan Pertiwi (planet bumi) ke dalam "lautan kosmik," suatu tempat
antah berantah di ruang angkasa.
Melihat dunia akan mengalami kiamat, Wisnu menjelma menjadi babi hutan yang memiliki dua taring
panjang mencuat dengan tujuan menopang bumi yang dijatuhkan oleh Hiranyaksa. Usaha
penyelamatan yang dilakukan Waraha tidak berlangsung lancar karena dihadang oleh Hiranyaksa.
Maka terjadilah pertempuran sengit antara raksasa Hiranyaksa melawan Dewa Wisnu. Konon
pertarungan ini terjadi ribuan tahun yang lalu dan memakan waktu ribuan tahun pula. Pada akhirnya,
Dewa Wisnu yang menang.

4. Narasimha Awatara
Narasinga (Devanagari: कककककक ; disebut juga Narasingh, Nārasiṃha) adalah awatara
(inkarnasi/penjelmaan) Wisnu yang turun ke dunia, berwujud manusia dengan kepala singa, berkuku
tajam seperti pedang, dan memiliki banyak tangan yang memegang senjata. Narasinga merupakan
simbol dewa pelindung yang melindungi setiap pemuja Wisnu jika terancam bahaya.
Menurut kitab Purana, pada menjelang akhir zaman Satyayuga (zaman kebenaran), seorang raja
asura (raksasa) yang bernama Hiranyakasipu membenci segala sesuatu yang berhubungan dengan
Wisnu, dan dia tidak senang apabila di kerajaannya ada orang yang memuja Wisnu. Sebab bertahun-
tahun yang lalu, adiknya yang bernama Hiranyaksa dibunuh oleh Waraha, awatara Wisnu.
Agar menjadi sakti, ia melakukan tapa yang sangat berat, dan hanya memusatkan pikirannya pada
Dewa Brahma. Setelah Brahma berkenan untuk muncul dan menanyakan permohonannya,
Hiranyakasipu meminta agar ia diberi kehidupan abadi, tak akan bisa mati dan tak akan bisa dibunuh.
Namun Dewa Brahma menolak, dan menyuruhnya untuk meminta permohonan lain. Akhirnya
Hiranyakashipu meminta, bahwa ia tidak akan bisa dibunuh oleh manusia, hewan ataupun dewa,
tidak bisa dibunuh pada saat pagi, siang ataupun malam, tidak bisa dibunuh di darat, air, api, ataupun
udara, tidak bisa dibunuh di dalam ataupun di luar rumah, dan tidak bisa dibunuh oleh segala macam
senjata. Mendengar permohonan tersebut, Dewa Brahma mengabulkannya.

5. Wamana Awatara
Dalam agama Hindu, Wamana (Devanagari: कककक ; Vāmana) adalah awatara Wisnu yang kelima,
turun pada masa Tretayuga, sebagai putra Aditi dan Kasyapa, seorang Brahmana. Ia (Wisnu) turun
ke dunia guna menegakkan kebenaran dan memberi pelajaran kepada raja Bali (Mahabali, seorang
Asura, cucu dari Prahlada. Raja Bali telah merebut surga dari kekuasaan Dewa Indra, karena itu
Wisnu turun tangan dan menjelma ke dunia, memberi hukuman pada Raja Bali. Wamana awatara
dilukiskan sebagai Brahmana dengan raga anak kecil yang membawa payung. Wamana Awatara
merupakan penjelmaan pertama Dewa Wisnu yang mengambil bentuk manusia lengkap, meskipun
berwujud Brahmana mungil. Wamana kadang-kadang dikenal juga dengan sebutan "Upendra."

6. Parasurama Awatara

P
a
r
a
s
u
r
a
nama seorang tokoh Ciranjiwin (abadi) dalam ajaran agama Hindu. Secara harfiah,
namaParashurama bermakna "Rama yang bersenjata kapak". Nama lainnya adalah Bhargawa yang
bermakna "keturunan Maharesi Bregu". Ia sendiri dikenal sebagai awatara Wisnu yang keenam dan
hidup pada zaman Tretayuga. Pada zaman ini banyak kaum kesatria yang berperang satu sama lain
sehingga menyebabkan kekacauan di dunia. Maka, Wisnu sebagai dewa pemelihara alam semesta
lahir ke dunia sebagai seorang brahmana berwujud angker, yaitu Rama putra Jamadagni, untuk
menumpas para kesatria tersebut.

7. Rama Awatara

Dalam agama Hindu, Rama (Sanskerta: ककक; Rāma) atau Ramacandra (Sanskerta:
ककककककककक; Rāmacandra) adalah seorang raja legendaris yang terkenal dari India yang konon
hidup pada zaman Tretayuga, keturunan Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia berasal dari Kerajaan
Kosala yang beribukota Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, ia merupakan awatara Dewa Wisnu
yang ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Tretayuga. Sosok dan kisah kepahlawanannya yang
terkenal dituturkan dalam sebuah sastra Hindu Kuno yang disebut Ramayana, tersebar dari Asia
Selatan sampai Asia Tenggara. Terlahir sebagai putera sulung dari pasangan Raja Dasarata dengan
Kosalya, ia dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna". Setelah
dewasa, Rama memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi Laksmi.
Rama memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa.

8. Kresna Awatara
K
r
e
s
n
a

(
D
e
w
a
n
a
g
a
r
i
:

तत
ततण; IAST: kṛṣṇa; dibaca [ˈkr̩ʂɳə]) adalah salah satu dewa yang dipuja oleh umat Hindu, berwujud
pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam
seni lukis dan arca, umumnya ia digambarkan sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki
9. Buddha
yang ditekukAwatara
ke samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan Mahabharata menyatakan bahwa
ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari kerajaan Surasena, kerajaan
mitologis di India Utara.
Dalam agama Hindu, Gautama Buddha muncul dalam kitab Purana (Susastra Hindu) sebagai
awatara (inkarnasi) kesembilan di antara sepuluh awatara (Dasawatara) Dewa Wisnu.
Dalam Bhagawatapurana, Beliau disebut sebagai awatara kedua puluh empat di antara dua puluh
lima awatara Wisnu. Kata buddha berarti "Dia yang mendapat pencerahan" dan dapat mengacu
kepada Buddha lainnya selain Gautama Buddha, pendiri Buddhisme yang dikenal pada masa
sekarang.

10. Kalki Awatara

D
a
l
a
m

a
j
a
r
memiliki berbagai kepercayaan dan pemikiran mengenai kapan, bagaimana, di mana, dan mengapa
Kalki muncul. Penggambaran yang umum mengenai Kalki yaitu Beliau adalah awatara yang
mengendarai kuda putih (beberapa sumber mengatakan nama kudanya Devadatta [anugerah Dewa]
dan dilukiskan sebagai kuda bersayap). Kalki memiliki pedang berkilat yang digunakan untuk
memusnahkan kejahatan dan menghancurkan iblis Kali kemudian menegakkan kembali dharma dan
memulai zaman yang baru.

Anda mungkin juga menyukai