Oleh:
2006585531
2021
Triloka
Triloka berasal dari Bahasa Sanskerta, ‘Tri” yang artinya tiga dan “Loka” yang
artinya dunia. Konsep Tribuana atau Triloka adalah konsep keseimbangan diantara tiga
dunia, yang bernama Sakala (dunia atas), Sakala Niskala (dunia tengah), dan Niskala (dunia
bawah) atau biasanya dipanggil sebagai Bhurloka, Bhuvahloka dan Svahloka. yang masing-
masing dibagi menjadi tujuh wilayah. Terkadang 14 dunia disebutkan: 7 di atas bumi dan 7 di
bawah. Berbagai bagian menggambarkan konsep Hindu tentang dunia yang teratur secara
hierarkis yang tak terhitung banyaknya. Loka (dunia) sering dikaitkan dengan dewa tertentu,
hubungan yang juga ditemukan dalam Buddhisme, dengan dewa digantikan oleh Buddha atau
bodhisattwa. Konsep Tribuana/Triloka merupakan simbolisasi satu kesatuan dan
keseimbangan tiga alam. Pada dasarnya ketiga alam tersebut saling berkaitan dan bersirkulasi
untuk menjaga kesatuan dan keseimbangan antara yang satu dengan yang lainnya.
Konsep ini diterapkan kedalam pemilihan lahan untuk pembangunan candi yang
dibagi menjadi 3 tataran:
1. Bhurloka (nista): dari kaki gunung sampai ke daerah pantai. Merupakan dunia
manusia yang penuh Hasrat dan hawa nafsu.
2. Bhuvahloka (madya): bagian tengah gunung. Dunia manusia yang sudah bersih
dari keinginan dan hawa nafsu. Tanah yang bagus untuk hunian, kota-kota, dan
candi.
3. Svahloka (uttama): puncak gunung.
Tataran ini disebut juga triangle (nista, madya, uttama). Peringkat lahan ini tidak
selalu berhubungan dengan perbedaan ketinggian, ke-tiga tataran ini dapat juga dibedakan
dengan pagar.
1. Candi Suddha: artinya suci dan bersih, yaitu candi yang menggunakan 1 bahan saja
Contohnya: Candi Pawon, Candi Dieng, Candi Gunungwukir, Candi Mendut,
dan Candi Gendongsongo.
2. Candi Missra: yaitu candi yang menggunakan 2 bahan, misalnya, batu dan kayu, bata
dan kayu, batu dan bata.
Contohnya: Candi Ngrimbi, Candi Jabung, Candi Bangkal. Dan Candi Jawi
3. Candi Samkirna: candi yang mungganakn lebih dari 3 bahan, misalnya batu, bata,
kayu, bamboo, ijuk, daun untuk atap candi.
Contohnya: Candi Jago, Candi Bhayanglango, Candi Surawana, Candi
Sukuh/ Candi Cetho.
10 Avatara Visnu
Agama Hindu mengenal adanya Dasa Awatara yang sangat terkenal di antara
Awatara-Awatara lainnya. Dasa Awatara adalah sepuluh Awatara yang diyakini sebagai
penjelmaan material Dewa Wisnu dalam misi menyelamatkan dunia.
6. Parasurama Awatara, sang Rama bersenjata kapak, muncul saat Treta Yuga
Pancamahabhuta
Panca Mahabutha merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Sanksekerta, yakni kata
panca yang berarti 'lima', kata maha yang berarti 'utama'; dan kata bhuta yang dapat diartikan
sebagai 'elemen'. Dalam konsepsi Panca Mahabutha terbagi atas dua bagian yaitu alam
semesta dan tubuh manusia. Alam semesta dalam konsepsi ini didefinisikan sebagai tataran
alam makro kosmos dan tubuh manusia dianggap sebagai tataran alam mikro kosmos yang
tersusun atas lima elemen utama. Kelima buah elemen utama penyusun makro serta mikro
kosmos tersebut yakni:
PANCAMAHABHUTA DI ALAM
Panca Mahabhuta dengan kelima elemennya dapat dijumpai di alam dalam beragam bentuk
zat yang terdapat di bumi. Masing-masing dari kelima jenis zat tersebut tentu memiliki porsi
serta tempat tersendiri di alam. Selain dari pada itu, kelima elemen utama ini juga
mempunyai fungsi-fungsi berbeda yang sangat penting dan saling berhubungan dengan
segala ekosistem kehidupan di bumi secara menyeluruh, berkesinambungan, dan seimbang.
Beragam jenis zat padat yang ditemukan di bumi merupakan wujud dari
elemen pertiwi. Tanah, bebatuan,cmineral, logam, pasir, serta butir-butir debu
merupakan contoh zat-zat padat tersebut. Secara umum lapisanlapisan bawah sebagai
unsur pembentuk daratan maupun dasar bumi adalah tempat-tempat elemen
pertiwicatau zat-zat padat berada.
Berbagai elemen cair yang terdapat di bumi merupakan wujud dari elemen
apah. Air yang memenuhi 70% lebih permukaan bumi merupakan elemen cair yang
paling mudah diindentifikasi. Lautan, sungai, danau, serta mata air adalah tempat
unsur air dapat dijumpai. Bongkahan-bongkahan es padat serta lapisan salju yang
banyak ditemukan di wilayah-wilayah kutub dan daerah dataran tinggi di muka bumi
juga merupakan wujud air. Titik-titik air, uap, embun, awan, maupun hujan
merupakan
Unsur-unsur Panca Mahabutha dapat ditemukan pula di dalam tubuh manusia. Unsur-
unsur ini mempunyai fungsi beserta porsinya masing-masing di dalam tubuh manusia.
Elemen pertiwi memiliki karakteristik yang padat dan pejal sehingga sangat
mudah untuk dikenali. Di dalam tubuh manusia, keberadaan elemen pertiwi atau
unsur padat ini disetarakan dengan keberadaan struktur tulang-tulang pada rangka
yang menyangga tubuh manusia secara keseluruhan. Tulang-tulang pada rangka ini
juga memiliki peranan penting sebagai tempat melekatnya otot-otot tubuh yang
membantu manusia untuk melakukan gerakan dalam aktivitasnya sehari-hari.
Komponen lainnya pada tubuh manusia yang dinyatakan sebagai perwujudan dari
unsur pertiwi diantaranya otot, jaringan urat saraf, kulit, rambut, dan berbagai
komponen tubuh manusia yang bersifat padat. Pada konsepsi lima unsur versi Jepang
yang dikenal dengan nama Gorin Gainen (‘konsepsi lima elemen’), elemen 地
(Chi/elemen tanah) yang digambarkan terkonsentrasi di bagian kaki manusia ini
memiliki nilai yang setara dengan unsur pertiwi dalam konsepsi Panca Mahabhuta di
Bali.
Unsur cair atau elemen apah dapat disetarakan dengan berbagai unsur-unsur
cair yang dapat ditemukan di dalam tubuh manusia. Keberadaan dari unsur apah
dalam tubuh manusia ini bisa dilihat dari adanya cairan darah, cairan kelenjar, dan
berbagai cairan lain yang terdapat di dalam tubuh manusia. Unsur apah atau dalam
Gorin Gainen yang dikenal dengan nama 水 (Sui) ini yang memiliki sifat cair dan
digambarkan terpusat pada bagian perut manusia. Dalam hal ini, porsi unsur cairan
dalam tubuh manusia, baik pada tubuh wanita hamil maupun tubuh manusia dalam
kondisi pada umumnya, memang paling banyak berada di bagian perut manusia.
Arca Ganesa
Dalam cerita wayang, ia disebut Bhatara Gana, karena berperan sebagai pemimpin
para gana. Gana adalah pasukan pengawal Siwa. Dalam tradisi pewayangan, Bhatara Gana
adalah pahlawan yang mengalahkan para asura yang hendak menduduki kahyangan para
dewa.
Dalam beberapa kitab dari India, Ganesa disebutkan mempunyai ciri-ciri pokok
sebagai berikut:
1. berkepala gajah,
2. bertangan empat dengan salah satu tangannya memegang ekadanta (gadingnya
sendiri yang patah),
3. tangan kiri memegang parasu (kapak perang), dan
4. kedua tangan lainya memegang padma (teratai merah) dan modaka (sweetmeats).
5. Mempunyai trinetra (tiga mata), upavitanya berupa ular, kepalanya merah seperti
sindura, tubuhnya merah seperti kunkuma dan duduk di atas seekor tikus,
terkadang digambarkan duduk di atas singa.
Pengarcaan Ganesa bervariasi, ada yang digambarkan dalam posisi berdiri (stanaka)
dan posisi duduk (Utkutikasana) di atas asana, serta jarang sekali Ganesa digambarkan di atas
wahananya yang berupa tikus. Ganesa biasa menempati relung atau bilik belakang candi
Hindu maupun diarcakan tersendiri. Atribut yang dibawa di tangan kanan belakang berupa
aksamala (tasbih), tangan kiri belakang membawa parasu (kapak perang), tangan kanan
depan membawa danta (gading yang patah) dan tangan kiri depan membawa modaka
(sweetmeats). Pakaian dan perhiasan yang dikenakan berupa jatamukuta (mahkota dari
pilinan rambut) dengan hiasan ardhacandrakapala, serta prabhamandala dibelakang kepala,
kadang memakai kundala (anting-anting), hara (kalung), keyura (kelat bahu), gelang tangan,
gelang kaki, upavita berupa ular, ikat pinggang, uncal, dan kain. Lapik arca berupa padma,
namun kadang-kadang juga dijumpai Ganesa yang duduk atau berdiri di asana berupa kapala
(tengkorak), yang dikenal dengan sebutan kapalasana. Jika digambarkan duduk di atas
padmasana, Ganesa digambarkan dalam dalam sikap duduk utkutikasana, yang menjadi salah
satu laksana kuatnya.