Anda di halaman 1dari 8

KLIPING SEJARAH

PENINGGALAN ARCHA HINDU DAN


BUDHA
D
I
S
U
S
U
N

OLEH
MARSHA DWI MAHARANI
X MIPA 3

SMA NEGRI 1 PAYAKUMBUH


TAHUN AJARAN 2020\2021

A.Archa peninggalan hindu


Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti (Dewanagari: मूर्ति), atau
murthi, yang merujuk kepada citra yang menggambarkan Roh atau Jiwa Ketuhanan
(murta). Berarti "penubuhan", murti adalah perwujudan aspek ketuhanan (dewa-
dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu, atau logam, yang berfungsi sebagai sarana
dan sasaran konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan.Menurut kepercayaan Hindu,
murti pantas dipuja sebagai fokus pemujaan kepada Tuhan setelah roh suci dipanggil
dan bersemayam didalamnya dengan tujuan memberikan persembahan atau sesaji.
Perwujudan dewa atau dewi, baik sikap tubuh, atribut, atau proporsinya harus
mengacu kepada tradisi keagamaan yang bersangkutan.

Arca tidak selalu ditemukan di dekat sebuah candi. Candi bisa jadi memiliki sebuah arca, namun
sebuah arca belum tentu ada dalam sebuah candi. Ada tiga jenis arca berdasarkan kuantitas
pemujanya, yakni
: · Arca Istadewata, yaitu arca yang dimiliki oleh perseorangan, sehingga dapat dibawa ke mana-
mana.
· Arca Kuladewata, yaitu arca yang dimiliki oleh sebuah keluarga, biasanya terdapat di rumah-
rumah.
· Arca Garbadewata, yaitu arca yang dipuja oleh banyak orang, dalam hal ini masyarakat.

Contoh arca peninggalan hindu;

1. Arca Bidadari Majapahit

patung emas ini adalah patung emas-moldara gaya


Majapahit yang menggambarkan era prima kerajaan Majapahit serta
“zaman keemasan” di kepulauan tersebut.

2.Patung Penjaga Gerbang


Sepasang patung penjaga gerbang ini berasal dari abad ke-14 dari kuil Majapahit di Jawa Timur.
Sekarang disimpan di Museum of Asian Art, San Francisco-Amerika Serikat.

3.Arca Ratu Suhita

Arca ini menggambarkan Ratu Suhita yang memerintah tahun 1429-1447. Arca yang
ditemukan di Tulungagung, Jawa Timur ini sekarang disimpan di Museum Nasional
Republik Indonesia.

4.Arca Ganesha

Arca ini ditemukan warga Nganjuk saat warga yang sedang melakukan kerja bakti
untuk membenahi pipa saluran air di pekarangan rumahnya yang juga berdekatan
dengan punden atau tempat yang dikeramatkan. Menurut Dimin, warga yang
menemukan arca, mengatakan saat menggali tanah itulah, alat penggali yang
digunakannya membentur benda karas. Karena curiga, maka benda itu digali dan
ditemukanlah arca tersebut.

5. Arca Dewa Wisnu

Di Museum Trowulan, Mojokerto,  terdapat arca yang paling terkenal yaitu Arca Raja
Airlangga, digambarkan sebagai Dewa Wishnu yang mengendarai Garuda, dari Candi
Belahan.

6,Arca Minak Jinggo

Di Desa Ungah-unggahan, Trowulan, sebelah Timur kolam Segaran, terdapat sebuah


candi yang saat ini hanya tinggal reruntuhan candi yang terbuat dari bahan batu
andesit, sebuah bahan bangunan candi yang tidak lazim dipergunakan pada candi-
candi di kawasan Trowulan, yang sebagian besar mempergunakan bahan dasar batu
bata merah. Dari lokasi reruntuhan candi ini telah ditemukan sebuah arca Garudha,
namun oleh masyarakat setempat dan berita-berita tradisi disebutkan sebagai arca
Menak-Jinggo. Arca yang terkenal namanya ini dipercaya sebagai perwujudan Raja
Blambangan.

7,Patung Hutan Balura


Patung yang ditemukan di Hutan Baluran Situbondo, Jawa Timur, pada 10 Maret
2013 ini akhirnya dipastikan keasliannya sebagai benda purbakala. Patung tersebut
dinyatakan sebagai Patung Dewi Laksmi dan peninggalan dari era Kerajaan
Majapahit. Arca ini Tergolong unik karena ditemukan di Wilayah Kekuasaan
Majapahit Timur yang belum tersentuh sama-sekali peninggalan bersejarahnya.

8.Arca Harihara

Arca ini merupakan gabungan dari Siwa dan Wisnu yang menggambarkan Taja
Kertarajasa. Meskipun lokasinya di Candi Simoing, Blitar, kini arca ini telah dipindah
ke Museum Nasional Republik Indonesia

9,Arca Dewi Parwati


Arca ini sebagai perwujudan anumerta Tribhuwana Wijayatunggadewi, yaitu ratu
Majapahit yang merupakan ibunda Hayam Wuruk.

10. Arca Perapa Hindu

Arca pertapa Hindu ini berasal dari masa Majapahit akhir. Namun sekarang menjadi
koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

Selain itu Patung Hindu biasanya berwujud dewa-dewi, raja, dan mahluk gaib mirip
makara. Patung raja biasanya tidak ditampilkan sebagaimana adanya melainkan mirip
yang kuasa atau dewi tertentu yang diidentikkan dengan raja bersangkutan, misalnya:

(a) Patung dewa-dewi, contohnya Trimurti dan Durga. Pada patung Trimurti, patung
Siwa biasanya tampak lebih dominan. Dewa ini ditampilkan dalam beragai wujud
antara ain mahaguru, mahakala, dan bhairawa;
(b) Patung Airlangga (Medang Kamulan) dalam wujud Wisnu sedang menunggang
burung Garuda;
(c) Patung Ken Dedes dalam wujud Dewi Pajnaparamita;
(d) Patung Kertanegara dalam wujud Joko Dolok dan Amoghapasya;
(e) Patung Kertarajasa (Raden Wijaya) dalam wujud Dewa Siwa;
(f) Patung Dwarapala atau Batara Kala dalam wujud raksasa memegang gada.

B.Archa peninggalan budha


Murti juga dimuliakan dalam agama Buddha terutana mazhab Mahayana saat
beribadah sebagai sasaran pemujaan atau fokus meditasi. Pemujaan murti sangat
dianjurkan dalam dalam Hindu dan Buddha, khususnya pada masa Dwapara Yuga,[3]
seperti disebutkan dalam naskah Pañcaratra. Dalam agama Buddha, arca perwujudan
Buddha Gautama disebut Buddharupa.

Arca dewa, dewi, atau boddhisatwa biasanya mengenakan perhiasan yang raya dan
mewah, seperti jamang, jatamakuta (mahkota), subang (anting-anting), cincin, gelang,
kelat bahu, upawita, pending, ikat perut, ikat pinggang, ikat pinggul, dan gelang kaki.

Tidak seperti patung biasa yang dibuat bebas sesuai keinginan seniman pematungnya,
arca dewa-dewi, buddha, bodhisattwa atau makhluk spiritual tertentu memiliki ciri-
ciri yang disebut laksana, yaitu atribut atau benda-benda tertentu yang dibawa oleh
arca ini yang menjadi cirinya. Laksana sudah disepakati dalam ikonografi seni Hindu
dan Buddha.

Berikut ini adalah laksana atau ciri-ciri atribut dewa-dewa atau tokoh spiritual
lainnya:

 Shiwa: Memiliki mata ketiga di dahinya, pada mahkotanya terdapat bulan sabit dan
tengkorak yang disebut Ardhachandrakapala, upawita (tali kasta) ular naga, mengenakan
cawat kulit harimau yang ditampilkan dengan ukiran kepala dan ekor harimau di pahanya,
bertangan empat yang membawa atribut yaitu trisula, aksamala (tasbih), camara (pengusir
lalat), dan kamandalu (kendi). Wahana (kendaraannya) adalah Nandi.
 Wishnu: Mengenakan mahkota agung jatamakuta, bertangan empat yang membawa atribut
yaitu chakra (piringan cakram), cengkha (cangkang kerang bersayap), gada, dan buah atau
kuncup bunga padma. Wahananya adalah Garuda.
 Brahma: Berkepala empat pada tiap penjuru mata angin, mengenakan mahkota agung
jatamakuta, bertangan empat yang membawa atribut yaitu kitab, aksamala (tasbih), camara
(pengusir lalat), dan buah atau kuncup bunga padma.Wahananya adalah Hamsa (angsa).
 Agastya: Shiwa dalam perwujudannya sebagai resi brahmana pertapa, digambarkan pria tua
berjanggut dan berperut buncit, memegang aksamala, kamandalu, dan trisula.
 Ganesha: Putra Shiwa yang berkepala gajah ini digambarkan bertangan empat dengan
tangan belakang memegang aksamala dan kampak, sementara tangan depannya memegang
mangkuk yang dihirup belalainya, serta potongan gadingnya.
 Durga: Istri Shiwa ini sering diwujudkan sebagai Mahisashuramardhini (pembunuh ashura
banteng) dengan posisi menindas raksasa banteng. Ia digambarkan sebagai wanita cantik
dalam busana kebesaran bertangan delapan atau duabelas dengan memegang berbagai
senjata seperti pedang, perisai, parang busur panah, anak panah, chakra, cengkha, dan
tangan yang menjambak rambut Mahisashura dan menarik ekornya. Wahananya adalah
Singa.
 Laksmi: Istri Wishnu ini adalah dewi kemakmuran dan kebahagiaan. Digambarkan sebagai
wanita cantik dalam busana kebesaran bertangan dua atau empat dengan memegang padma
(teratai merah).
 Saraswati: istri Brahma ini adalah dewi pengetahuan dan kesenian. Digambarkan sebagai
wanita cantik dalam busana kebesaran bertangan empat yang memegang alat musik sitar,
aksamala, dan kitab lontar. Wahananya adalah hamsa (angsa).
 Wairocana: Buddha penguasa pusat zenith digambarkan sebagai Buddharupa dalam posisi
bersila atau duduk dengan mudra (sikap tangan) dharmachakra mudra atau witarka mudra.
 Awalokiteswara: Mengenakan mahkota agung jatamakuta yang ditengahnya terukir Buddha
Amitabha, bertangan dua atau empat yang membawa atribut buah atau kuncup bunga
padma.
 Maitreya: Mengenakan mahkota agung jatamakuta yang ditengahnya terukir stupa.
 Prajnaparamita: Dewi kebijaksanaan buddhis ini digambarkan sebagai wanita cantik
berbusana kebesaran tengah bersila dalam posisi teratai dengan mudra dharmachakra
(memutar roda dharma). Lengan kirinya menggamit batang bunga teratai yang diatasnya
terdapat naskah lontar kitab Prajnaparamita sutra.

Dan Umumnya patung-patung bercorak Budha berwujud Sang Budha dalam banyak
sekali posisi, meski ada juga sejumlah patung Bodhisattva. Patung Sang Budha tampil
dalam banyak sekali posisi dengan perilaku tangan (mudra) menghadap arah mata
angin tertentu. Sikap tangan Sang Buddha tersebut mengandung makna tersendiri,
yaitu
(a) Arca Aksobhya dengan perilaku bumisparca-mudra yakni perilaku tangan
menyentuh bumi sebagai saksi. Arca menghadap ke timur.
(b) Arca Ratnasambhawa dengan perilaku wara-mudra, yakni perilaku tangan
memberi anugerah. Arca menghadap selatan.
(c) Arca Amithaba dengan perilaku dhyana-mudra, perilaku tangan bersemadi. Arca
menghadap ke barat.
(d) Arca Amogashidi, perilaku abhaya-mudra, perilaku tangan menenteramkan. Arca
menghadap utara.
(e) Arca Wairicana, perilaku dharmacaraka-mudra, perilaku tangan memutar
rodadharma. Arca tersembunyi dalam stupa.

Anda mungkin juga menyukai