Anda di halaman 1dari 9

Arca digambarkan dengan beberapa komponen, pertama komponen umum arca yang terdiri

dari lapik arca berbentuk lapisan persegi tipis, alas duduk yang berupa kelopak bunga
padma (padmasana) ganda, sandaran arca (stela), dan lingkaran kedewataan
(prabhamandala) yang ada di belakang kepala arca. Kedua komponen perhiasan dan
pakaian arca yang terdiri dari mahkota yang dibuat dari gelung rambut ke atas (jatamakuta),
hiasan dahi (jamang), kalung (hara), hiasan melintang badan (udarabhanda), ikat lengan
(keyura), gelang tangan (kankana), kain (antarvasaka) dari pinggang hingga batas atas
mata kaki, dan gelang kaki (padasaras). Ketiga, komponen khusus untuk identifikasi tokoh
yang diketahui dari beberapa hal, yaitu Kepala gajah, hiasan tengkorak di atas bulan sabit
(ardhacandrakapala), selempang badan (upavita) berupa ular, dan ketiga benda yang
dibawa oleh tangan, antara lain, patahan gading (danta) di tangan kanan, mangkuk
(modaka) dan kapak (parasu) di tangan kiri.

Ganesha ini dipuja karena memiliki berbagai macam anugerah, seperti menghalau aura
jahat, menjaga tempat dari marabahaya, menjaga kesuburan tanah, hingga memberikan
rezeki bagi para pedagang. Salah satu anugerah yang paling dikenal di Indonesia adalah
memberikan pengetahuan.

Arca Ganesha banyak ditemukan hampir di seluruh pulau Jawa yang diperkirakan sudah
ada sejak abad IV Masehi. Penggambarannya pun beragam, mulai dari posisi duduk hingga
berdiri, dari tidak mengenakan mahkota hingga mengenakan mahkota, dan memiliki
perhiasan yang banyak hingga polos.Penggambaran lain yang juga dijumpai antara lain
adanya ornamen ular hingga penggambaran wahana berupa tikus.

Keberadaan arca ini memiliki dua tipe, pertama keberadaannya yang berasosiasi dengan
objek lainnya seperti lingga atau arca dewa Siwa, Durga, dan Agastya pada sebuah
bangunan suci. Ganesha dalam bangunan suci merupakan dewa pertama yang dipuja
sebelum melakukan pemujaan kepada Dewa Siwa dan dewa lainnya. Hal ini dikarenakan
kebaktian dan ketaatannya kepada kedua orang tuanya, Dewa Siwa dan Parwati. Kedua,
keberadaannya yang berdiri sendiri. Hal ini dapat dijumpai di beberapa wilayah, seperti
Ganesha di dekat situs Gupolo Prambanan, Ganesha di Sikunir Bergas, dan Ganesha
Torongrejo di Kota Batu. Ganesha dalam konteks ini memiliki arti bahwa Ganesha menjadi
menjaga area tersebut.

13 04.2.39
Arca Wisnu Laksmi

Arca ini merupakan lambang keabadian antara Dewa Wisnu dan Dewi Laksmi.

Objek arca menggambarkan dua sosok tokoh pria dan wanita dengan posisi tokoh wanita
duduk di atas kaki kiri tokoh pria. Tokoh pria tersebut adalah Dewa Wisnu sedangkan tokoh
wanita adalah Dewi Lakshmi. Tokoh pria digambarkan memiliki empat tangan sedangkan
tokoh wanita memiliki dua tangan

Penggambaran arca kurang detail yang diperkirakan karena pembuatannya belum selesai.

Kedua arca digambarkan dengan beberapa komponen umum yang terlihat seperti lapik
arca, alas duduk (asana), sandaran arca (stela), dan lingkaran kedewataan
(Prabhamandala) yang berada di belakang kepala kedua tokoh.

Tokoh pria digambarkan dengan mahkota yang kemungkinan berbentuk kiritamakuta,


hiasan batas rambut (jamang), kalung (hara), anting (kundala), selempang badan (upavita),
gelang tangan (kankana), ikat lengan (keyura), kain (antarvasaka), dan gelang kaki
(padasaras).
Sementara itu tokoh wanita digambarkan dengan mahkota, hiasan batas rambut (jamang),
kalung (hara), anting (kundala), hiasan menyilang badan (channavira), gelang tangan
(kankana), ikat lengan (keyura), kain (antarvasaka), dan gelang kaki (padasaras).

Komponen khusus untuk identifikasi tokoh dapat diketahui pada benda yang dipegang.
Pada Arca tokoh pria, memiliki empat tangan. Tangan kanan belakang memegang cakra,
tangan kanan depan memegang rumah siput (sankha), sedangkan tangan kiri belakang
memegang gada, dan tangan kanan depan memeluk tokoh wanita. Sementara itu, arca
tokoh perempuan memiliki dua tangan, dengan tangan kanan memeluk tokoh pria dan
tangan kiri memegang benda seperti cermin.

14 04.2.40
Hiasan Kepala Kala
Berasal dari Jawa merupakan salah satu hiasan pada bangunan candi. Biasanya,
Kala berpasangan dengan Makara.

Objek merupakan salah satu bagian struktur bangunan terbuat dari batu andesit monolit
yang dikenal dengan sebutan hiasan kepala kala. Hiasan ini biasa diletakkan pada bagian
atas pintu masuk candi, relung, pangkal pipi tangga, hingga saluran air.

Penggambaran kepala kala ini berupa, kepala dengan dua tanduk, dahi menonjol, kedua
mata melotot, hidung besar, dengan mulut menyeringai sehingga terlihat gigi dan taringnya.

Berdasarkan pada gaya seninya, diperkirakan objek berasal dari abad VIII-X Masehi.

Dalam budaya India sering disebut dengan Kirtimukha atau wajah kegemilangan. Wajahnya
cenderung menyerupai singa yang terkadang digambarkan bertanduk. Keberadaan
ornamen ini dimaksudkan untuk menghilangkan aura negatif. Keberadaan ornamen Kala
tersebut juga dapat diasosiasikan dengan matahari, waktu, kematian, dan api kosmik yang
menghancurkan dunia.

15 04.2.41

Makara
Berasal dari Jawa Tengah abad 10-12 M. Merupakan hiasan ujung tangga bangunan candi.

Objek merupakan sebuah bagian dari struktur bangunan yang dikenal sebagai bagian ujung
dari pipi tangga bangunan candi. Ornamen tersebut memiliki penggambaran yang unik, yaitu
Bagian ujung pipi tangga tersebut berupa makhluk mitologi makara dengan mulut terbuka
dan adanya gigi taring tanpa ada pahatan jelas mata binatang tersebut. Bagian ujung mulut
makara berupa belalai gajah yang sedang memegang suluran tanaman hingga ke bagian
mulutnya. pada bagian mulut makara terdapat binatang singa yang mengangkat kaki kanan
depannya.

Figur makara karena binatang mitologis tersebut merupakan binatang air yang sering
muncul dalam seni India awal. Motif hewan yang digambarkan terdiri dari beberapa yaitu
buaya, lumba-lumba, hingga gajah. Makara mewakili kehidupan perairan, kegelapan, hingga
kekuatan hidup. Aspek kehidupan inilah yang menjadi penyebab makara menjadi motif pada
suatu benda, antara lain, pada bagian belakang singgasana, pada arsitektur Torana awal,
hingga pada perhiasan seperti anting.

16 04.2.42
Makara

Berasal dari Jawa Tengah. Merupakan hiasan ujung tangga bangunan candi.
Objek merupakan sebuah bagian dari struktur bangunan yang dikenal sebagai bagian ujung
dari pipi tangga bangunan candi. Ornamen tersebut memiliki penggambaran yang unik, yaitu
Bagian ujung pipi tangga tersebut berupa makhluk mitologi makara dengan mulut terbuka
dan adanya gigi taring tanpa ada pahatan jelas mata binatang tersebut. Bagian ujung mulut
makara berupa belalai gajah yang sedang memegang suluran tanaman hingga ke bagian
mulutnya. pada bagian mulut makara terdapat binatang singa yang mengangkat kaki kanan
depannya.

Figur makara karena binatang mitologis tersebut merupakan binatang air yang sering
muncul dalam seni India awal. Motif hewan yang digambarkan terdiri dari beberapa yaitu
buaya, lumba-lumba, hingga gajah. Makara mewakili kehidupan perairan, kegelapan, hingga
kekuatan hidup. Aspek kehidupan inilah yang menjadi penyebab makara menjadi motif pada
suatu benda, antara lain, pada bagian belakang singgasana, pada arsitektur Torana awal,
hingga pada perhiasan seperti anting.

17 04.2.43
Arca Durga Mahesauramardini
Berasal dari Jawa Tengah abad 8-10 M. Dewi Durga yang berdiri di atas sapi jantan
(Mahisa) dan tangan kanan memegang kepala raksasa (Asura).

Objek merupakan arca yang terbuat dari batu andesit monolit yang dikenal dengan nama
Durga Mahisasuramardhini, yaitu dewi Durga yang berhasil mengahalkan asura dalam
wujud sapi.

Arca Durga digambarkan secara detail dan saat ini memiliki kondisi yang bagus dan detail.
Arca digambarkan berdiri di atas binatang sapi dengan kaki kanan agak ditekuk (tribhanga).
Arca memiliki delapan tangan dan membawa beragam benda. Pada bagian atas kepala sapi
terdapat tokoh kecil yang merupakan termasuk wujud raksasa dari asura sapi tersebut.

Arca digambarkan dengan beberapa komponen, pertama komponen umum arca yang terdiri
dari sandaran arca (stela) dan lingkaran kedewataan (prabhamandala) yang ada di belakang
kepala arca. Kedua komponen perhiasan dan pakaian arca yang terdiri dari mahkota yang
dibuat dari gelung rambut ke atas (jatamakuta), hiasan dahi (jamang), kalung (hara), hiasan
menyilang badan (channavira), ikat lengan (keyura), gelang tangan (kankana), kain
(antarvasaka) dari pinggang hingga batas atas mata kaki, dan gelang kaki (padasaras).
Ketiga, komponen khusus untuk identifikasi tokoh yang diketahui dari beberapa hal, yaitu
tangan yang berjumlah delapan enam diantaranya tangan kanan memegang cakra, pedang
(khadga), anak panah (bana), dan ekor sapi jantan, sedangkan tangan kiri memegang
rumah siput (sankha), tameng (khetaka), busur (dhanus), dan rambut asura.

Sementara itu, rakasasa asura yang berada di sisi kiri arca Durga digambarkan muncul dari
tengkuk sapi jantan, kepala menoleh ke kanan, tangan kanan memegang pedang (khadga),
tangan kiri memegang kepala. Sedangkan sapi dalam posisi duduk.

Dewi Durga ini merupakan dewi dengan kekuatan dari seluruh dewa agama Hindu. Benda
yang dipegang serta perhiasan yang dikenakan merupakan hadiah dari para dewa yang
digunakan untuk mengalahkan Raksasa Mahisa. Hal menarik lainnya, keberadaan Durga di
Indonesia memiliki penggambaran yang berbeda dalam hal jumlah tangannya, ada yang
digambarkan dengan dua tangan, empat tangan, enam tangan, dan delapan tangan.

18 11691
04.2.44
Arca Haryagriwa
Berasal dari Jawa Tengah abad 9-10 M. Merupakan dewa kuda yang dipuja oleh pemelihara
kuda

Objek diperkirakan adalah tokoh dewa dengan penggambaran yang sudah rusak atau aus.
Terdapat beberapa komponen arca yang masih terlihat meski dalam kondisi aus, antara lain
alas berdiri (asana) dan sandaran arca (stela). Komponen perhiasan dan pakaian tidak
terlalu terlihat karena aus, namun beberapa bekasnya masih terlihat, seperti rambut
digelung kebelakang, mengenakan hiasan dahi (jamang), memakai anting (kundala), kalung
(hara), hiasan melintang badan (udarabhanda), selempang badan (upavita), ikat lengan
(keyura), gelang tangan (kankana), kain (antarvasaka) dari pinggang hingga batas atas
mata kaki, gelang kaki (padasaras).

Komponen untuk identifikasi nama tokoh dapat diketahui dari tombak bermata tiga (trisula)
di sisi kanan arca, dan dua benda yang dibawa di tangan kanan dan tangan kiri, namun
sayang, karena sudah aus, maka kedua benda tersebut tidak dapat dipastikan wujudnya.

19 11692
04.2.45
Arca Dewi

Dewa Berasal dari Jawa Tengah merupakan perwujudan dari seorang dewi, salah satu
tangannya memegang setangkai bunga teratai (upala) yang keluar dari pot.

Objek merupakan sebuah relief yang terbuat dari batu andesit monolit yang berupa figur
tokoh dewa. Tokoh dewa digambarkan secara detail dan saat ini memiliki kondisi yang
masih bagus dengan bagian muka telah aus dan bagian telapak kaki hilang. Arca
digambarkan dalam posisi berdiri tegak (samabhanga) dan memiliki dua tangan.
Tokoh Dewa digambarkan dengan beberapa komponen, pertama komponen umum arca
yang terdiri dari sandaran arca (stela), dan lingkaran kedewataan (prabhamandala) yang
ada di belakang kepala arca. Kedua komponen perhiasan dan pakaian arca yang terdiri dari
mahkota yang dibuat dari gelung rambut ke atas (jatamakuta), hiasan dahi (jamang), anting
(kundala), kalung (hara), selempang badan (upavita), ikat lengan (keyura), gelang tangan
(kankana), kain (antarvasaka) dari pinggang hingga batas atas mata kaki, dan gelang kaki
(padasaras). Ketiga, komponen khusus untuk identifikasi tokoh yang diketahui dari beberapa
hal, yaitu tangan kiri memegang tangkai bunga padma yang mekar setengah (utpala).

Relief seperti itu dapat dijumpai di beberapa bangunan candi seperti Candi Plaosan, Candi
Sewu, dan Candi Sari, diperkirakan bahwa relief tokoh ini merupakan penggambaran dewa
penghuni kahyangan yang juga menjadi tokoh pendamping dari dewa utama.

20 04.2.46
Jaladwara
Merupakan jalan air pada suatu bangunan candi, baik yang bersifat Hindu maupun Budha.
Berasal dari Jawa Tengah sekitar abad 8-9 M.

Objek merupakan sebuah bagian dari struktur bangunan yang dikenal sebagai bagian ujung
dari pipi tangga bangunan candi. Ornamen tersebut memiliki penggambaran yang unik, yaitu
Bagian ujung pipi tangga tersebut berupa makhluk mitologi makara dengan mulut terbuka
dan adanya gigi taring tanpa ada pahatan jelas mata binatang tersebut. Biasanya, bagian
ujung mulut yang terbuka memiliki bentuk belalai, namun pada objek ini, memiliki gambaran
kepala singa. Mulut singa terbuka dan dari dalam mulutnya keluar ornamen semacam tali
yang turun hingga ke mulut makara. Saluran tersebut memiliki bentuk kepala makara yang
sedang terbuka yang pada bagian atasnya berupa setengah badan singa yang siap
menerkam.
Figur makara karena binatang mitologis tersebut merupakan binatang air yang sering
muncul dalam seni India awal. Motif hewan yang digambarkan terdiri dari beberapa yaitu
buaya, lumba-lumba, hingga gajah. Makara mewakili kehidupan perairan, kegelapan, hingga
kekuatan hidup. Aspek kehidupan inilah yang menjadi penyebab makara menjadi motif pada
suatu benda, antara lain, pada bagian belakang singgasana, pada arsitektur Torana awal,
hingga pada perhiasan seperti anting.

21 04.2.47
Meriam Kuno Meriam merupakan senjata untuk menembak. Pada bagian pangkal
terdapat tulisan huruf Jawa yang berbunyi “Yasa Dalem meriyem ing Ngayogyakarta
Hadiningrat ing tahun Jimakir, sinengkalan Naga Mosik sabdaning Ratu” (1768 Saka / 1846
M). Merupakan senjata dari Masa Sultan Hamengku Buwono II.

Objek ditempatkan pada tatakan kayu beroda. Bagian Cascable terdapat button dengan tipe
knob. Pada 1st Reinforce terdapat base ring, frame lubang sumbu, dan inskripsi beraksara
Jawa. Kemudian 2nd Reinforce memiliki sepasang trunnion dan ada tiga ornament bulan
yang sudah aus. Selanjutnya pada Chase memiliki ornamen frame tumbuhan menyerupai
lidah api. Adapun Muzzle artileri berbentuk tulip.

22 04.2.48
Meriam Kuno Meriam yang merupakan senjata untuk menembak. Meriam ini
merupakan peninggal dari era Sultan Hamengku Buwono II. Terdapat tulisan Jawa yang
berbunyi ‘Yasa Dalem meriyem ing Ngayogyakarta Hadiningrat ing Tahun Alip Sinengkalan
Trus Guna Pandita Ratu’ (1739 Saka / 1871 M)

Objek ditempatkan pada tatakan kayu beroda. Bagian Cascable terdapat button dengan tipe
knob. Pada 1st Reinforce terdapat base ring, frame lubang sumbu, dan inskripsi beraksara
Jawa. Kemudian 2nd Reinforce memiliki sepasang trunnion.
Selanjutnya pada Chase memiliki ornamen frame tumbuhan menyerupai lidah api yang
sudah aus. Adapun Muzzle artileri berbentuk tulip. Artileri ini memiliki kesamaan dengan
artileri sebelumnya.

23 04.2.49
Yoni
Barat Berasal dari Jawa Tengah sekitar abad 8-10 M dan kerap digunakan sebagai lapik
arca. Yoni biasanya berpasangan dengan lingga dalam konsep agama Hindu.

Objek menggambarkan yoni dengan bentuk persegi yang di salah satu sisinya terdapat
cerat untuk saluran air. Bagian tengah Yoni tersebut memiliki lubang di tengah yang
digunakan sebagai kuncian untuk benda yang ada di atas. Benda yang diletakkan di atas
yoni tersebut dapat berupa lingga yang keberadaan keduanya memiliki representasi
penggabungan Dewa Siwa dengan Dewi Parwati yang membentuk energi kehidupan.

Berdasarkan pada kedalaman lubang di bagian tengahnya, kemungkinan di atas yoni


tersebut ditempatkan sebuah arca.

26 04.2.52
Arca Wisnu & Laksmi
Dewa-Dewi (Siwa dan Parwati Diperkirakan berasal dari Jawa Tengah dari abad 10-
12 M. Arca ini merupakan lambang keabadian antara Dewa Wisnu dan saktinya Dewi
Laksmi.

Arca menggambarkan dua tokoh pria dan wanita yang termasuk pada golongan dewa yang
dicirikan dari lingkaran kedewataan (prabhamandala) di belakang kepala. Arca dalam
kondisi rusak pada bagian wajah tokoh pria. Kedua arca tersebut memiliki lapik dan alas
duduk berbentuk bunga padma ganda (padmasana) yang menjadi satu. Begitu pula
sandaran arca (stela) yang menjadi satu.

Tokoh pria digambarkan duduk dengan duduk bersila dengan posisi kedua telapak kaki
menghadap ke atas (pranyaksana) dan dengan sikap tangan dhyana mudra. Arca tokoh pria
ini digambarkan memiliki mahkota yang berbentuk gelung rambut ke atas (jatamakuta),
mengenakan hiasan batas rambut (jamang), anting (kundala), kalung (hara), selempang
badan dari kain (upavita), ikat lengan (keyura), gelang tangan (kankana), dan kain
(antarvasaka) dari pinggang hingga batas atas mata kaki.

Tokoh wanita digambarkan duduk dengan duduk bersila dengan posisi kedua telapak kaki
menghadap ke atas (pranyaksana) dan dengan sikap tangan dhyana mudra.

27 04.2.53
Arca Ganesa Merupakan dewa ilmu pengetahuan dan penyelamat dunia dari
kehancuran. Dewa Ganesa adalah putera Dewa Siwa dan Dewi Parwati.

Objek merupakan sebuah arca yang terbuat dari batu andesit monolit yang dikenal dengan
nama Ganesha atau Ganapati, yaitu dewa yang memiliki kepala berwujud kepala Gajah.
Dewa ini adalah putra dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati.

Arca Ganesha digambarkan secara detail dan saat ini memiliki kondisi yang masih bagus.
Arca digambarkan dalam posisi duduk dengan telapak kaki saling berhadapan
(utkutikasana) dan memiliki empat tangan dengan kondisi salah satu tangan kanan yang
posisinya ada di belakang telah hilang.

Arca digambarkan dengan beberapa komponen, pertama komponen umum arca yang terdiri
dari l alas duduk (asana). Kedua komponen perhiasan dan pakaian arca yang terdiri dari
mahkota yang dibuat dari gelung rambut ke atas (jatamakuta), hiasan dahi (jamang), kalung
(hara), hiasan melintang badan (udarabhanda), ikat lengan (keyura), gelang tangan
(kankana), kain (antarvasaka) dari pinggang hingga batas atas mata kaki, dan gelang kaki
(padasaras). Ketiga, komponen khusus untuk identifikasi tokoh yang diketahui dari beberapa
hal, yaitu kepala gajah, selempang badan (upavita) berupa ular, dan ketiga benda yang
dibawa oleh tangan, antara lain,untaian manik-manik atau mutiara (aksamala) dan patahan
gading (danta) di tangan kanan, mangkuk (modaka) dan kapak (parasu) di tangan kiri.

Ganesha ini dipuja karena memiliki berbagai macam anugerah, seperti menghalau aura
jahat, menjaga tempat dari marabahaya, menjaga kesuburan tan, hingga memberikan rezeki
bagi para pedagang. Salah satu anugerah yang paling dikenal di Indonesia adalah
memberikan pengetahuan.

Arca Ganesha banyak ditemukan hampir di seluruh pulau Jawa yang diperkirakan sudah
ada sejak abad IV Masehi. Penggambarannya pun beragam, mulai dari posisi duduk hingga
berdiri, dari tidak mengenakan mahkota hingga mengenakan mahkota, dan memiliki
perhiasan yang banyak hingga polos.Penggambaran lain yang juga dijumpai antara lain
adanya ornamen ular hingga penggambaran wahana berupa tikus.

Keberadaan arca ini memiliki dua tipe, pertama keberadaannya yang berasosiasi dengan
objek lainnya seperti lingga atau arca dewa Siwa, Durga, dan Agastya pada sebuah
bangunan suci. Ganesha dalam bangunan suci merupakan dewa pertama yang dipuja
sebelum melakukan pemujaan kepada Dewa Siwa dan dewa lainnya. Hal ini dikarenakan
kebaktian dan ketaatannya kepada kedua orang tuanya, Dewa Siwa dan Parwati. Kedua,
keberadaannya yang berdiri sendiri. Hal ini dapat dijumpai di beberapa wilayah, seperti
Ganesha di dekat situs Gupolo Prambanan, Ganesha di Sikunir Bergas, dan Ganesha
Torongrejo di Kota Batu. Ganesha dalam konteks ini memiliki arti bahwa Ganesha menjadi
menjaga area tersebut.

28 04.2.54
Arca Dewi Sri Merupakan perwujudan daru Dewi Kesuburan. Dewi Sri merupakan
perwujudan dari Laksmi, sakti Dewa Wisnu.

Objek merupakan sebuah arca yang terbuat dari batu andesit monolit yang dikenal dengan
nama Dewi Sri, yaitu dewi yang terkait dengan tanaman padi dan kesuburan yang juga
merupakan pasangan dari Dewa Wisnu.
Arca Dewi Sri digambarkan secara detail dan saat ini memiliki kondisi yang masih bagus
kecuali pada bagian kiri yang sudah rusak. Arca digambarkan dalam posisi duduk bersila
dengan kaki kanan berada di atas kaki kiri dan memiliki empat tangan.
Arca digambarkan dengan beberapa komponen, pertama komponen umum arca yang terdiri
dari lapik arca berbentuk lapisan persegi tipis, alas duduk yang berupa kelopak bunga
padma (padmasana) ganda, sandaran arca (stela), dan lingkaran kedewataan
(prabhamandala) yang ada di belakang kepala arca. Kedua komponen perhiasan dan
pakaian arca yang terdiri dari mahkota yang berjenis kiritamakuta, hiasan dahi
(jamang),anting (kundala), kalung (hara), selempang badan (upavita), ikat lengan (keyura),
gelang tangan (kankana), kain (antarvasaka) dari pinggang hingga batas atas mata kaki,
dan gelang kaki (padasaras). Ketiga, komponen khusus untuk identifikasi tokoh yang
diketahui dari beberapa hal, yaitu tanaman padi yang dipegang oleh tangan kiri belakang.
Kemudian, tangan kanan belakang memegang untaian manik-manik atau mutiara
(aksamala), tangan kanan depan membentuk sikap memberi (varada mudra), dan tangan
kiri depan berada di depan perut membentuk sikap samadhi (dhyana mudra).

29 04.2.55
Dewa Siwa

Harihara Dewa Siwa adalah dewa tertinggi dalam agama Hindu yang memiliki peran
sebagai dewa perusak dunia.

Objek merupakan sebuah arca yang terbuat dari batu andesit monolit yang dikenal dengan
nama Harihara, yaitu bentuk penyatuan Dewa Siwa di sisi kanan dengan Dewa Wisnu di sisi
kiri.
Kondisi arca masih dapat terlihat cukup jelas meski sudah terlihat beberapa bagian mulai
aus.

Arca digambarkan dalam posisi berdiri lurus (samabhanga) dan memiliki empat
tangan.Berdasarkan pada gaya seninya, arca ini berasal dari abad XIV-XV Masehi.

Arca digambarkan dengan beberapa komponen, pertama komponen umum arca yang terdiri
dari alas berdiri berupa kelopak bunga padma (padmasana) ganda, adanya tanaman bunga
padma yang muncul dari dalam pot, sandaran arca (stela), dan lingkaran kedewataan
(prabhamandala) yang ada di belakang kepala arca. Kedua komponen perhiasan dan
pakaian arca yang terdiri dari mahkota yang dibuat berupa kuluk (kiritamakuta), hiasan dahi
(jamang), anting (kundala), kalung (hara), selempang badan (upavita), ikat lengan (keyura),
gelang tangan (kankana), kain (antarvasaka), dan gelang kaki (padasaras). Ketiga,
komponen khusus untuk identifikasi tokoh yang diketahui dari beberapa hal, yaitu tombak
kecil yang disetiap ujungnya bermata tiga (trisula) yang dipegang oleh tangan kanan
belakang dan roda cakra yang dipegang oleh tangan kiri belakang.
Sementara itu, dua tangan depan dalam posisi di depan dada sambil membawa bunga.
Posisi tersebut mengindikasikan bahwa arca adalah gambaran dari tokoh masyarakat yang
sudah meninggal.
30 04.2.56
Arca Durga Mahesauramardini Berasal dari Jawa Tengah abad 8-10 M. Dewi
Durga yang berdiri di atas sapi jantan (Mahisa) dan tangan kanan memegang kepala
raksasa (Asura).

Objek merupakan arca yang terbuat dari batu andesit monolit yang dikenal dengan nama
Durga Mahisasuramardhini, yaitu dewi Durga yang berhasil mengalahkan asura dalam
wujud sapi. Penggambaran arca berdiri tegak lurus (samabhanga) di atas sapi jantan. Arca
Durga digambarkan secara detail dan saat ini memiliki kondisi yang bagus, baik pada bagian
tubuh arca durga maupun pada bagian tubuh raksasa dan sapi jantan. Pada bagian atas
kepala sapi terdapat tokoh kecil yang merupakan termasuk wujud raksasa dari asura sapi
tersebut. Berdasarkan gaya seninya, diperkirakan arca ini berasal dari abad VIII-X Masehi

Arca digambarkan dengan beberapa komponen, pertama komponen umum arca yang terdiri
dari lapik arca yang ada di bawah pahatan sapi, sandaran arca (stela) dan lingkaran
kedewataan (prabhamandala) yang ada di belakang kepala arca. Kedua komponen
perhiasan dan pakaian arca yang terdiri dari mahkota yang dibuat dari gelung rambut ke
atas (jatamakuta), hiasan dahi (jamang), anting (kundala), kalung (hara), ikat lengan
(keyura), gelang tangan (kankana), kain (antarvasaka) dari pinggang hingga batas atas
mata kaki, dan gelang kaki (padasaras). Ketiga, komponen khusus untuk identifikasi tokoh
yang diketahui dari beberapa hal, yaitu tangan yang berjumlah delapan enam diantaranya
tangan kanan memegang benda berupa cakra, pedang kecil (khadga), anak panah (bana),
dan memegang ekor sapi asura. Tangan kiri memegang terompet rumah siput (sankha),
busur (dhanus), perisai (khetaka).

Sementara itu, rakasasa asura yang berada di sisi kiri arca Durga digambarkan muncul dari
tengkuk sapi jantan, kepala menoleh ke kanan, tangan kanan memegang pedang kecil
(khadga), tangan kiri memegang kepala, sedangkan sapi dalam posisi duduk.

Dewi Durga ini merupakan dewi dengan kekuatan dari seluruh dewa agama Hindu. Benda
yang dipegang serta perhiasan yang dikenakan merupakan hadiah dari para dewa yang
digunakan untuk mengalahkan Raksasa Mahisa. Hal menarik lainnya, keberadaan Durga di
Indonesia memiliki penggambaran yang berbeda dalam hal jumlah tangannya, ada yang
digambarkan dengan dua tangan, empat tangan, enam tangan, dan delapan tangan.

31 04.2.57
Relief Gajah Laksmi Merupakan penggambaran Dewi Laksmi yang duduk diapit
dua ekor gajah. Merupakan ambang atas pintu candi. Diperkirakan berasal dari Candi
Nagasari, Madurejo, Prambanan. Berlokasi sekitar 1 km dari Kali Opak. Relief Gajah-Laksmi
ini tercatat pertama kali dalam inventarisasi yang dilakukan oleh F.D.K. Bosch pada tahun
1915 dalam Rapporten van Den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie; Inventaris
der Hindoe-oudheden. Sebelum akhirnya berpindah ke Museum Sonobudoyo.

Koleksi ini merupakan salah satu bagian struktur bangunan yang diperkirakan adalah
ambang pintu masuk candi yang memiliki gambaran relief Gaja Lakhsmi. Tokoh Dewi
Lakşmī duduk di atas āsana yang berbentuk bunga padmā atau padmāsana dengan sikap
duduk paryaṅkāsana. Pada bagian belakang terdapat sandaran duduk atau stella berbentuk
lingkaran cenderung oval dan śiraścakra/prābha sebagai salah satu ciri kedewataannya. Ia
digambarkan memiliki dua tangan, tangan kanan memegang tangkai bunga padmā yang
mekar dan tangan kiri diletakkan di pangkuan bersikap dyanāmudrā yang bagian atas
telapaknya terdapat semacam kelopak bunga atau permata. Dewi Lakşmī digambarkan
memakai mahkota berbentuk jaţāmakuţa, mengenakan hiasan jamang di atas dahinya, dan
anting (kuņdala), kalung (hāra). Dewi tersebut memiliki hiasan tubuh atau dada berupa dua
buah selempang pada kedua bahu bersilang di depan dada (channavīra). Lengannya
mengenakan kelat bahu (keyūra) dan mengenakan gelang tangan (kańkana). Dewi Lakşmī
juga digambarkan mengenakan antaravasaka (semacam kain sarung) sampai dengan mata
kaki, adanya hiasan kathibanda di samping kanan-kiri pinggul, dan mengenakan gelang kaki
(padasaras). Tokoh Dewi Lakşmī diapit oleh dua ekor gajah yang duduk dengan kaki
belakang ditekuk ke dalam, sementara dua kaki depan tegak berdiri. Kedua gajah
digambarkan memegang atau melilit sesuatu melalui belalainya dan diarahkan ke bagian
atas kepala Dewi Lakşmi. Benda yang dipegang tidak terlalu jelas dan agak sukar
diidentifikasi, ditambah lagi adanya kerusakan di salah satu relief gajah pada sisi kanan.
Namun, diperkirakan benda yang dibawa oleh para gajah tersebut adalah kendi air sehingga
penggambaran kedua ekor gajah tersebut seolah-olah menuangkan air.

Gaja-Lakșmī merupakan salah satu wujud dari Dewi Lakşmī dalam bentuk Ashta Lakşmi.
Penggambaran Gaja-Lakșmī memiliki beberapa tujuan, yaitu agar masyarakat (mamusia)
memperoleh kekuasaan, keselamatan, dan kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai