Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH DEWI DURGA

17 Oktober 2017

Anggota:
1. Anabela Rosanti D. P (04)
2. Fransiska Pangemanan (15)
3. Isedora Cilvia I. A (20)
4. Rachel Jeanette R (37)
5. Yacinta Adies S. J (40)

SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

Jl. Dr. Sutomo 16 Yogyakarta, Telp. (0274) 513129, Fax. (0274) 562276

Tahun Ajaran 2017-2018

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena berkat kasih dan rahmatnya kami semua dapat menyelesaikan
tugas “Sejarah Indonesia” dengan tema “latar belakang Dewa-Dewi
Hindhu dan Mudra Budha” dengan baik dan lancar.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas


bimbingan dan bantuannya kepada :

1. Ibu Dra. R. Tuti Ratnaningsih, selaku kepala sekolah SMA


Stella Duce 2 Yogyakarta.
2. Bapak Alb. Sutrisna, S.Pd, selaku guru pendamping “Sejarah
Indonesia”.
3. Orang tua, yang telah membimbing dan memberikan dukungan
kepada kami dalam mengerjakan laporan ini.
4. Teman-teman sekelas dan semua pihak yang tidak bisa kami
tuliskan satu persatu.
Adapun kami menulis laporan ini sebagai penunjang mata
pelajaran yang telah diberikan kepada kami. Kami menyadari bahwa
laporan yang kami tulis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu kritik dan saran sangat bermanfaat bagi kami sehingga
dikedepannya kami dpat mebuat hasil karya ini dengan lebih baik lagi.
Semoga apa yang telah kami tulis dapat bermanfaat dan berguna bagi
semua pihak.
Yogyakarta, 17 Oktober 2017

Penulis

2
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Arca-arca peninggalan masa lampau, zaman kerajaan-kerajaan
bercorak Hindu Budha di Nusantara tidak hanya menampilkan keindahan
semata. Arca-arca tersebut banyak memiliki makna yang berkaitan dengan
cerita sejarah, legenda, mitologi, dan unsur religius yang terkandung di
balik keindahannya itu sendiri. Bentuk Peninggalan Sejarah Hindu Budha
di Indonesia – Agama Hindu-Budha banyak sekali mempengaruhi
kehidupan masyarakat di Nusantara, sehingga akibat dari pengaruh tersebut
banyak sekali peninggalan – peninggala sejarah, baik yang berupa
bangunan kuno (seni bangun), prasasti, maupun kesusastraan.

3
Patung-patung Durga dapat memiliki empat/ delapan/ sepuluh/
delapan belas/ duapuluh tangan. Matanya biasanya tiga, rambutnya
dibentuk menyerupai mahkota (Karandamukuta), dia secara indah diberikan
pakaian merah dan beberapa hiasan. Beberapa benda-benda yang
dipegangnya, yang lebih umum adalah: kulit kerang, cakra, trisula, busur,
anak panah, pedang, belati, tameng, genitri, mangkuk anggur, dan genta.
Dia digambarkan berdiri pada sebuah bunga Padma atau kepada kerbau
atau menunggangi seekor singa. Singa sebagai raja rimba merupakan
simbolik ciptaan binatang terbaik, dia juga menggambarkan keserakahan
terhadap makanan, sehingga ketamakan terhadap obyek-obyek kenikmatan
yang tak terhindarkan membawa pada nafsu.

Ada banyak lambang pada gambar Dewi Durga salahsatunya adalah


warna merah melambangkan keganasan dan ini menunjukkan bahwa dewi
menghancurkan kejahatan dan melindungi orang dari rasa sakit dan
penderitaan yang disebabkan oleh kejahatan jahat. Dewi Durga
menunggang Harimau karena menunjukan bahwa ia memegang kekuasaan
yang tak terbatas dan menggunakannya untuk menyimpan kebajikan dan
menghancurkan kejahatan. Delapan belas lengan memgang senjata
menandakan energy yang Dimiliki Dewi Durga sangatlah tak terjangkau,
senjata yang berbeda yang dipunyai oleh Dewi Durga adalah dia bisa
menghadapi kekuatan jahat tanpa pertimbangan

Kebanyakan umat hindu beranggapan bahwa dewi durga dipuja oleh


orang-orang jahat dan penganut ilmu hitam, namun itu sebuah kesalahan
besar. Sebenarnya dewi durga dipuja oleh orang yang terancam jiwanya
mereka memohon anugerah berupa kesaktian untuk membasmi orang-orang
jahat. Dewi durga juga bersedia menyembuhkan orang yang mempunyai
penyakit yang sudah cukup sekarat. Oleh karena itu, dipercaya bahwa siaoa
yang menyembah dewi Durga akan terlepas dari semua marabahaya. Dibali
juga, pada hari raya galunagn, dewi yang paling mereka sembah adalah
dewi durga dan umat bali akan memasang sampingan candigaan karena
candigaan berasal dari kata candika, sementara candika adalah nama lari
dari dewi durga.

4
Dewi Durga adalah gadis yang sangat cantik dengan penuh
kemarahan. Dewi Durga menunggang seekor singa ke puncak gunung.
Dalam pertempuran kekerasan, dia membunuh mahishasura dengan
demikian, menyelamatkan dunia dari ancaman iblis.

B. Tujuan
1. Agar dapat mengerti perkembangan Negara Indonesia.
2. Mengerti sejarah Dewi Durga.
3. Manfaat yang dihasilakan.

C. Manfaat
1. Siswi dapat mengetahui sejarah lengkap Dewa-Dewi Hindhu dan Mudra
Budha

BAB II
Pembahasan

A. Dewi Durga
Durgamahasisuramardhini yang merupakan gabungan dari kata Durga,
Mahisa, Asura, dan Mardhini. Arca Dewi Durga memiliki banyak tangan,
lebih dari 8, 12 atau pada beberapa arca sampai dengan 16. Dewi
Durga adalah nama sakti atau istri Dewa Siwa, Mahisa adalah kerbau,
Asura berarti raksasa, sedang Mardhini berarti menghancurkan atau
membunuh. Jadi, Durgamahasisuramardhini berarti Dewi Durga yang
sedang membunuh raksasa yang ada di dalam tubuh seekor kerbau. Durga
merupakan tokoh dewi yang terkenal di India, dan juga sangat di puja-puja
dalam agama Hindu. Dia dipuja di musim gugur pada pertengahan kedua
bulan Asvina di propinsi India Timur Laut.

Dewi Durga pembunuh mahisa (kerbau) yang


penjelmaan asura (raksasa musuh para dewa yang sering menyerang

5
khayangan). Dewi Durga ditugaskan untuk menghalau asura. Asura bisa
menjelma jadi berbagai macam bentuk, misalnya gajah, singa, kerbau.
Sebelum muncul wujud aslinya, diwujudkan dengan mahisa (kerbau).
Setelah mahisa dibunuh ditombak dengan trisula, muncul wujud aslinya
(asura). Menjelma keluarnya dari ubun-ubun (kepala).

Sebagai dewi yang digambarkan sedang berperang, Durga membawa


senjata. Tangan atasnya membawa cakra dan yang dibekali oleh dewa
wisnu. Dia juga bawa pedang yang panjang dan busur panah dengan mata
panahnya. Tangan sebelah kanan depan menarik ekor dari kerbau (mahisa
yang sudah mati). Tangan kiri menjambak rambut asura. Tangan lainnya
bawa pitaka (perisai) dan Cangka, dibuat dari cangkang kerang pemberian
Dewa Wisnu. Durga digambarkan dalam adegan kemenangan setelah
berhasil mengalahkan asura yang berubah bentuk seperti kerbau yang
sangat besar.

Menurut naskah Devi Mahatya, diceritakan bahwa para dewa pada suatu
ketika dikalahkan oleh para asura atau raksasa dibawah pimpinan
Mahisasura. Para dewa memohon pertolongan Dewa Siwa dan Dewa Wisnu
untuk dapat mengalahkan dan mengusir para asura yang telah mengganggu
khayangan. Mendengar peristiwa yang menimpa para dewa, Dewa Siwa dan
Dewa Wisnu menjadi sangat marah akan perbuatan para asura, sehingga
dari mulut mereka keluar lidah api yang menyala-nyala. Lidah api juga
keluar dari tubuh dewa-dewa yang lain. Kekuatan lidah api bergabung
menerangi semua penjuru yang akhirnya mengumpulkan dan membentuk
tubuh seorang wanita yang sangat cantik dan jadilah Dewi Durga.

Siwa memberikan Trisulanya, Wisnu memberikan Cakra, Baruna


memberikan sebuah Sangkha dan Pasa, kalung mutiara dan sepasang
pakaian yang tidak bisa rusak, Agni memberikan tombak, Maruta memberi
busur dengan anak panahnya, Indra memberi Fajra dan Ganta, Yama
memberi Kamandalu, Kala memberi pedang dan perisai, Vivakarma
memberi kapak yang mengkilap beserta senjata dan baju sirah yang tidak
tembus senjata, Himavat memberikan seekor singa sebagai wahana, Kuwera

6
memberi mangkuk yang penuh dengan anggur, dan Sesa memberikan
sebuah kalung ular yang dihiasi dengan permata yang besar.

Melalui Dewi Durga, para dewa akhirnya berhasil mengalahkan


Mahisasura dengan menginjak lehernya. Dari kepala atau mulut Mahisa
keluar wujud Asura-raksasa dan segera dibunuhnya.

Berdasarkan latar belakang cerita tersebut, Durgamahasisuramardhini


biasa digambarkan sedang membunuh Mahisasura, dengan jumlah tangan
yang bervariasi, trisula menusuk di leher mahisa. Dia memiliki tiga mata,
dada membusung, pinggang ramping, dan berdiri dalam sikap Tribhangga,
rambut Jatamahkota, sedang Asura digambarkan dalam bentuk kerbau
dengan darah mengalir di lehernya, berbaring di bawah kaki durga. Pada
beberapa arca dewi Durga kaki kanannya  biasanya digambarkan berada
diatas singa, sedang kaki kirinya menginjak punggung kerbau, dan singa
digambarkan sedang mencakar kerbau. Di candi-candi, ia biasanya
menempati relung sebelah utara.

B. Ganesha
Dewa Ganesha termasuk dalam dewa yang populer selain dewa – dewa
Trimurti seperti Brahma (dewa pencipta), Wisnu (dewa pemelihara), dan
Siwa (dewa pelebur atau penghancur). Telah banyak penemuan arca
Ganesha di Indonesia terutama di Jawa. Diantaranya ada arca Ganesha yang
berbentuk sederhana hingga arca Ganesha yang berbentuk rumit megah. Hal
tersebut disesuaikan dengan tingkat keterampilan seniman dan kondisi
ekonomi masyarakat pada tempat ditemukannya arca Ganesha tersebut. 

Ganesha merupakan dewa berkepala gajah yang dianggap setengah dewa


dan setengah manusia. Ganesha merupakan anak dari Dewa Siwa sang
pelebur. Masyarakat Hindu percaya bahwa Ganesha merupakan perlambang
dewa ilmu pengetahuan. Hingga saat ini, banyak candi, wihara maupun pura
menempatkan arca Ganesha di dalamnya. Penempatan Ganesha tersebut
bertujuan agar kelak anak – anak yang dilahirkan akan menjadi pintar dan
berbakti kepada orang tuanya. 

7
Dewa Ganesha sangat dikagumi para pakar ikonografi karena bentuk ,
gaya seni, serta langgamnya yang beraneka ragam. Namun pada dasarnya,
ciri utama Ganesha yaitu belalai yang sedang menghisap isi mangkuk yang
ada di tangannya. Mangkuk yang ada di tangan Ganesha dipercaya
merupakan cairan ilmu pengetahuan yang tak akan habis walaupun dihisap
terus menerus oleh Ganesha. Hal ini dimungkinkan sebagai perlambang
bahwa ilmu pengetahuan tidak akan habis apabila dipelajari secara terus
menerus. 

Karena kepopulerannya, ia juga dianggap sebagai penyingkir rintangan baik


magis maupun fisik. Arca Ganesha biasanya ditempatkan di tempat –
tempat berbahaya seperti di tebing, jurang dan lain – lain untuk menandakan
bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang rawan bencana .

Pemujaan Dewa Ganeha disebut juga Ganapatya. Ganesha memiliki nama

8
lain yaitu Ganapati yang berarti pemimpin dari para Gana. Gana merupakan
makhluk kahyangan yang bertugas mengawal Dewa Siwa. Nama lain dari
Ganesha diantaranya Ekadanta (hanya memiliki satu gading), Lambodara
(berperut gendut), Vighneswara (penyingkir rintangan), dan Haremba .

Kitab Siwa Purana menjelaskan, dahulu kala Dewi Parvati, istri dari
Dewa Siwa ingin mandi. Karena ia tidak ingin ada yang mengganggu ketika
ia mandi, Dewi Parvati kemudian menciptakan seorang anak yang ia
namakan dengan nama Ganesha. Dewi Parvati memberi tahu kepada
Ganesha agar melarang siapapun yang akan masuk ke dalam rumahnya
karena Dewi Parvati sedang mandi. Ganesha hanya boleh menuruti kata –
kata Dewi Parvati. Pesan tersebut kemudian dilaksanakan dan dilakukan
oleh para Dewa Ganesha.

Dewa Siwa kehilangan kesabaran dan bertarung melawan Ganesha.


Pertarungan terjadi dengan sengit diantara keduanya. Sampai akhirnya Siwa
menggunakan senjata Trisulanya dan memenggal kepala Ganesha. Saat
Dewi Parvati selesai mandi, ia menemukan anaknya, Ganesha sudah tak
bernyawa dan dalam keadaan kepala terpenggal. Mengetahui hal tersebut
Dewi Parvati sangat marah dan menuntut agar Ganesha dihidupkan kembali
kepada Dewa Siwa. 

9
DAFTAR PUSTAKA

https://ariesaksono.wordpress.com/2008/02/20/arca-dewi-durga-
mahisasuramardhini/
http://www.idsejarah.net/2016/12/kisah-kisah-ganesha-sang-anak-dari-
dewa.html
http://www.mantrahindu.com/dewi-durga-sang-pembasmi-dan-pelindung/

10
DAFTAR ISI

SEJARAH DEWI DURGA.....................................................................................................................1


KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................................3
Pendahuluan.....................................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
Pembahasan..........................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................8

11

Anda mungkin juga menyukai