Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi Hindu yang secara administ rasi t erlet ak di wilayah
Desa Berjo, Kecamat an Ngargoyoso, Kabupat en Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini dianggap
kont roversial karena bent uknya yang kurang lazim dan karena penggambaran alat -alat kelamin
manusia secara eksplisit pada beberapa figurnya.
Lokasi candi
Lokasi candi Sukuh t erlet ak di lereng kaki Gunung Lawu pada ket inggian kurang lebih 1.186
met er di at as permukaan laut pada koordinat 07o37, 38’ 85’’ Lint ang Selat an dan 111o07,.
52’65’’ Bujur Barat . Candi ini t erlet ak di Dukuh Sukuh, Desa Berjo, Kecamat an Ngargoyoso,
Kabupat en Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini berjarak kurang lebih 20 kilomet er dari Kot a
Karanganyar dan 36 kilomet er dari Surakart a.
Kesan kesederhanaan ini menarik perhat ian arkeolog t ermasyhur Belanda, W.F. St ut t erheim,
pada t ahun 1930. Ia mencoba menjelaskannya dengan memberikan t iga argumen. Pert ama,
kemungkinan pemahat candi Sukuh bukan seorang t ukang bat u melainkan t ukang kayu dari
desa dan bukan dari kalangan kerat on. Kedua, candi dibuat dengan agak t ergesa-gesa sehingga
kurang rapi. Ket iga, keadaan polit ik kala it u dengan menjelang kerunt uhan Majapahit , t idak
memungkinkan unt uk membuat candi yang besar dan megah.
Para pengunjung yang memasuki pint u ut ama lalu memasuki gapura t erbesar akan melihat
bent uk arsit ekt ur khas bahwa ini t idak disusun t egak lurus namun agak miring, berbent uk
t rapesium dengan at ap di at asnya.
Bat u-bat uan di candi ini berwarna agak kemerahan, sebab bat u-bat u yang dipakai adalah jenis
andesit .
Pada t eras pert ama t erdapat gapura ut ama. Pada gapura ini ada sebuah sengkala memet
dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta aban wong ("raksasa gapura memangsa
manusia"), yang masing-masing memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapat kan t ahun
1359 (Saka) (1437 Masehi). Angka t ahun ini sering dianggap sebagai t ahun berdirinya candi ini,
meskipun lebih mungkin adalah t ahun selesainya dibangun gapura ini. Di sisi sebelahnya juga
t erdapat relief sengkala memet berwujud gajah bersorban yang menggigit ekor ular. Ini
dianggap melambangkan bunyi gapura buta anahut buntut ("raksasa gapura menggigit ekor"),
yang juga dapat dit afsirkan sebagai 1359 Saka.
Relief sengkala pada gapura
Tepat di at as candi ut ama di bagian t engah t erdapat sebuah bujur sangkar yang kelihat annya
merupakan t empat menaruh sesajian. Di sini t erdapat bekas-bekas kemenyan, dupa dan hio
yang dibakar, sehingga t erlihat masih sering dipergunakan unt uk bersembahyang.
Kemudian pada bagian kiri candi induk t erdapat serangkaian panel dengan relief yang
mencerit akan mit ologi ut ama candi Sukuh, Kidung Sudamala. Urut an reliefnya adalah sebagai
berikut .
Panel pertama
Panel pertama.
Di bagian kiri dilukiskan sang Sahadewa at au Sadewa, saudara kembar Nakula dan merupakan
yang t ermuda dari para Pandawa Lima. Kedua-duanya adalah put ra Prabu Pandu dari Dewi
Madrim, ist rinya yang kedua. Madrim meninggal dunia ket ika Nakula dan Sadewa masih kecil
dan keduanya diasuh oleh Dewi Kunt i, ist ri ut ama Pandu. Dewi Kunt i lalu mengasuh mereka
bersama ket iga anaknya dari Pandu: Yudhist ira, Bima dan Arjuna. Relief ini menggambarkan
Sadewa yang sedang berjongkok dan diikut i oleh seorang punakawan at au pengiring.
Berhadapan dengan Sadewa t erlihat lah seorang t okoh wanit a yait u Dewi Durga yang juga
disert ai seorang punakawan.
Panel kedua
Panel kedua.
Pada relief kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang t elah berubah menjadi seorang raksasi
(raksasa wanit a) yang berwajah mengerikan. Dua orang raksasa mengerikan; Kalant aka dan
Kalañjaya menyert ai Bat ari Durga yang sedang murka dan mengancam akan membunuh
Sadewa. Kalant aka dan Kalañjaya adalah jelmaan bidadara yang dikut uk karena t idak
menghormat i Dewa sehingga harus t erlahir sebagai para raksasa berwajah buruk. Sadewa
t erikat pada sebuah pohon dan diancam dibunuh dengan pedang karena t idak mau
membebaskan Durga. Di belakangnya t erlihat ant ara lain ada Semar. Terlihat wujud hant u yang
melayang-layang dan di at as pohon sebelah kanan ada dua ekor burung hant u. Lukisan
mengerikan ini kelihat annya ini merupakan lukisan di hut an Set ra Gandamayu (Gandamayit )
t empat pembuangan para dewa yang diusir dari sorga karena pelanggaran.
Panel ketiga
Panel ketiga.
Pada bagian ini digambarkan bagaimana Sadewa bersama punakawannya, Semar berhadapan
dengan pert apa but a bernama Tambrapet ra dan put rinya Ni Padapa di pert apaan Prangalas.
Sadewa akan menyembuhkannya dari kebut aannya.
Panel keempat
Panel keempat.
Adegan di sebuah t aman indah memperlihat kan sang Sadewa sedang bercengkerama dengan
Tambrapet ra dan put rinya Ni Padapa sert a seorang punakawan di pert apaan Prangalas.
Tambrapet ra bert erima kasih dan memberikan put rinya kepada Sadewa unt uk dinikahinya.
Panel kelima
Panel ini menggambarkan adegan adu kekuat an ant ara Bima dan kedua raksasa Kalant aka dan
Kalañjaya. Relief hanya menunjukkan salah sat u dari kedua raksasa. Bima dengan kekuat annya
yang luar biasa sedang mengangkat raksasa t ersebut unt uk dibunuh dengan kuku
pañcanakanya. Inskripsi bert ulisan aksara Kawi berbahasa Jawa Kuno, berbunyi padamel rikang
buku[r] tirta sunya , yang merupakan sengkalan berart i 1361 Saka (1439 M).
Patung-patung sang Garuda
Prasasti sukuh.
Pada bagian kanan t erdapat dua sosok pat ung Garuda yang merupakan bagian dari cerit a
pencarian t irt a amert a (air kehidupan) yang t erdapat dalam Adiparwa, kit ab pert ama dalam
Mahabharat a. Pada bagian ekor sang Garuda t erdapat sebuah inskripsi (t at ahan t ulisan)
berbunyi
Kemudian sebagai bagian dari kisah pencarian amert a t ersebut di bagian ini t erdapat pula t iga
pat ung kura-kura yang melambangkan bumi dan penjelmaan Dewa Wisnu. Bent uk kura-kura ini
menyerupai meja dan ada kemungkinan memang didesain sebagai t empat menaruh sesajian.
Sebuah piramida yang puncaknya t erpot ong melambangkan Gunung Mandaragiri yang diambil
puncaknya unt uk mengaduk-aduk laut an mencari t irt a amert a.
Lihat kisah Pemutaran Laut Mencari
Amerta
Lalu ada pula bangunan berelief t apal kuda dengan dua sosok manusia di dalamnya, di sebelah
kiri dan kanan yang berhadapan sat u sama lain. Ada yang berpendapat bahwa relief ini
melambangkan rahim seorang wanit a dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahat an dan
sosok sebelah kanan melambangkan kebajikan. Namun hal ini belum begit u jelas.
Kemudian ada sebuah bangunan kecil di depan candi ut ama yang disebut candi pewara. Di
bagian t engahnya, bangunan ini berlubang dan t erdapat pat ung kecil t anpa kepala. Pat ung ini
oleh beberapa kalangan masih dikeramat kan sebab sering kali diberi sesajian.
Lihat pula
Aksara Sukuh
Candi Cetho
Referensi
Bibliografi
Pranala luar
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Candi_Sukuh&oldid=23754927"