1. ADREY BRILIANSYAH
2. AURA AZZAHRA
3. CICILIA RAMADHANI
4. FERDI FARHANA HERLINO
5. FRISCHA ANDINI
6. YANI MARIYANTI DIRSI ANI PUTRI
7. ZELIKA NUR RAHMAH
A. KERAJAAN KUTAI
Sumber primer sejarah Kerajaan Kutai adalah tujuh prasasti yupa yang
ditemukan di Bukit Brubus, Muara Kaman. Penemuan batu bertulis ini tidak
sekaligus, melainkan dalam dua tahap dengan rentang waktu lebih dari setengah
abad. Tahap pertama, empat prasasti ditemukan pada tahun 1879. Setahun
kemudian, keempat prasasti tersebut diangkut ke Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen (kini Museum Nasional, Jakarta). Tahap kedua, tiga
prasasti lainnya ditemukan berselang 61 tahun kemudian, yakni pada 1940.
Ketiganya disimpan di museum yang sama.
Yupa juga sebagai tugu peringatan dari upacara kurban. Prasasti yupa
tersebut ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa sansakerta. Dengan melihat
bentuk hurufnya, para ahli berpendapat bahwa yupa dibuat sekitar abad ke-5 M.
Pada prsasti yupa tersebut terdapat hal yang menarik yaitu disebutkannya
nama kakek Mulawarman yang bernama Kudungga. Kudungga berarti penguasa
lokal setelah terkena pengaruh hindu buddha daerah nya berubah menjadi
kerajaan. Walaupun sudah terkena pengaruh Hindu Buddha namanya tetap
Kudungga. Berbeda dengan putranya yang bernama Aswawarman dan cucunya
yang bernama Mulawarman, oleh karena itu yang terkenal sebagai wangsakerta
adalah Aswawarman. Raja Aswawarman sendiri dikatakan seperti dewa ansuman
(dewa matahari). Raja Aswawarman memiliki 3 anak dan yang paling terkenal
adalah Mulawarman. Raja Mulawarman dikatakan sebagai Raja yang paling besar
di kutai. Ia merupakan pemeluk hindu yang setia. Tempat sucinya dinamakan
Waprakeswara. Ia juga di kenal sebagai raja yang dekat dengan rakyat dan
brahmana. Ia mengadakan kurban emas dan 20.000 ekor lembu untuk para
brahmana. Oleh karena itu sebagai ucapan terimakasih ara brahmana mendirikan
sebuah yupa untuk Raja Mulawarman.
B. KERAJAAN TARUMANEGARA
1. Prasasti Tugu
"ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, lalah kaki Yang Mulia
Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia".
Beberapa sarjana telah berusaha membaca Inskripsi B, namun hasilnya belum
memuaskan. Inskrispi B ini dibaca oleh J.L.A. Brandes sebagai Cri Tji aroe? Eun
waca (Cri Ciaru?eun wasa), sedangkan H. Kern membacanya Purnavarmma-
padam yang berarti "telapak kaki Purnawarman".