Anda di halaman 1dari 18

KERAJAAN TARUMANEGARA

Kelompok 2
Ketua : Deasy Amelia Sihombing
Angggota : Dika Krisnawan
Juwita Sinaga
Naomi
Sepriyanti Manik
Samuel Nainggolan
KERAJAAN TARUMANEGARA
Tarumanegara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa
di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hinga abad ke-7 M. Taruma merupakan
salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah.
Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa
pada saat itu kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Purnawarman adalah raja terkenal dari Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara
muncul setelah berkembangnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Kerajaan ini
terletak tidak jauh dari pantai utara Jawa bagian barat. Berdasarkan prasasti-prasasti
yang ditemukan, letak pusat kerajaan Tarumanegara diperkirakan berada diantara
Sungai Citarum dan Cisadane. Adapun prasasti-prasasti yang berkaitan dengan
perkembangan kerajaan Tarumanegara ialah :
1. Prasasti Tugu
2. Prasasti Ciaruteun
3. Prasasti Kebun Kopi
4. Prasasti Muara Cianten
5. Prasasti Jambu ( Prasasti Koleangkak )
6. Prasasti Cidanghiang ( Lebak )
7. Prasasti Pasir Awi
SISTEM PEMERINTAHAN

Sistem pemerintahan kerajaan Tarumanegara


adalah Monarki Absolute atau kekuasaan tertinggi
terdapat pada pemimpin kerajaan. Secara etimologi
Monarki berasal dari bahasa yunani yakni monos yang
artinya satu, dan archein yang artinya pemerintah. Jadi
Monarki adalah sistem pemerintahan yang dipimpin oleh
satu penguasa yang dalam sistem kekuasaan
Tarumanegara disebut dengan Raja. Monarki adalah
sistem pemerintahan kerajaan. Menurut sejarahnya sistem
ini sudah ada sejak abad ke 19 dan merupakan sistem
pemerintahan tertua di dunia.
Pemerintahan dengan sistem Monarki Absolute pada kerajaan Tarumanegara
yakni ketika raja yang berkuasa mengundurkan diri atau meninggal, maka yang
menjadi pewaris tahta adalah putra makhota yang telah diberikan kewenangan.
Tidak boleh memilih orang yang berbeda darah. Artinya bahwa harus memilih raja
yang masih satu darah. Pada masa kerajaan Tarumanegara terdapat 12 (dua belas)
raja yang pernah berkuasa atau dinobatkan sebagai pemimpin kerajaan. Adapun
kedua belas raja tersebut adalah sebagai berikut:
•Jayasingawarman Memimpin pada Tahun 358 sampai 382 Masehi
•Dharmayawarman Memimpin pada Tahun 382 sampai 395 Masehi
•Purnawarman Memimpin pada Tahun 395 sampai 434 Masehi
•Wisnuwarman Memimpin pada Tahun 434 sampai 455 Masehi
•Indrawarman Memimpin pada Tahun 455 sampai 515 Masehi
•Candrawarman Memimpin pada Tahun 515 sampai 535 Masehi
•Suryawarman Memimpin pada Tahun 535 sampai 561 Masehi
•Kertawarman Memimpin pada Tahun 561 sampai 628 Masehi
•Sudhawarman Memimpin pada Tahun 628 sampai 639 Masehi
•Hariwangsawarman Memimpin pada Tahun 639 sampai 640 Masehi
•Nagajayawarman Memimpin pada Tahun 640 sampai 666 Masehi
•Linggawarman Memimpin pada Tahun 666 sampai 669 Masehi
1. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu isinya menerangkan
penggalian Sungai Candrabaga
oleh Rajadirajaguru dan penggalian
Sungai Gomati oleh Purnawarman
pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya. Penggalian tersebut
merupakan gagasan untuk
menghindari bencana alam berupa
banjir yang sering terjadi pada masa
pemerintahan Purnawarman, dan
kekeringan yang terjadi pada musim Prasasti Tugu bertuliskan aksara
kemarau. Pallawa yang disusun dalam bentuk
seloka bahasa Sansekerta dengan metrum
Anustubh yang terdiri dari lima baris
melingkar mengikuti bentuk permukaan
batu.
Adapun isi dari prasasti tugu ialah:
pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya
candrabhagarnnavam yayau
pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa narendradhvajabhutena srimata
purnavarmmana
prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais
siddhaikavingsakaih
ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka
pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena prayati
krtadaksina
Yang memiliki arti :
“Dahulu sungai yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan
yang memiliki lengan kencang serta kuat yakni Purnnawarmman, untuk mengalirkannya
ke laut, setelah kali (saluran sungai) ini sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada
tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnnawarmman yang berkilau-kilauan karena
kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja-raja, (maka
sekarang) dia pun menitahkan pula menggali kali (saluran sungai) yang permai dan
berair jernih Gomati namanya, setelah kali (saluran sungai) tersebut mengalir melintas di
tengah-tegah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja
Purnnawarmman). Pekerjaan ini dimulai pada hari baik, tanggal 8 paro-gelap bulan dan
disudahi pada hari tanggal ke 13 paro terang bulan Caitra, jadi hanya berlangsung 21
hari lamanya, sedangkan saluran galian tersebut panjangnya 6122 busur. Selamatan
baginya dilakukan oleh para Brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan”
2. Prasasti Ciaruteun
Prasasti ini ditemukan di tepi sungai
Ciarunteun yaitu dekat dengan sungai
Cisadane Bogor. Saat itu Raja Purnawarman
menemukan sepasang lukisan bergambar
telapak kaki. Disinyalir gambar tersebut
merupakan telapak kaki Dewa Wisnu.
Prasasti Ciarunteun disebut juga dengan
nama prasati Ciampea. Prasasti ini ditulis
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta 4 baris. Prasasti tersebut Terdapat gambar telapak kaki pada prasasti
Ciaruteun yang memiliki 2 makna yaitu :
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa 1.Cap telapak kaki melambangkan
Sansekerta yang terdiri dari 4 baris disusun kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat
ke dalam bentuk Sloka dengan metrum ditemukannya prasasti tersebut)
Anustubh. Makna dari gambar sepasang 2. Cap telapak kaki melambangkan
kekuasaan dan eksistensi seseorang
kaki tersebut adalah kekuasaan raja atas
( biasanya penguasa ) sekaligus
daerah serta kedudukan Purnawarman yang penghormatan kepada dewa.
dianggap sebagai penguasa sekaligus
pelindung rakyat.
Teks:

vikkrantasyavanipat eh
srimatah purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya
visnoriva padadvayam

Terjemahan:
“Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa
Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnnawarmman, raja di
negri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.

Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tempat


ditemukannya prasasti tersebut. Hal ini berarti menegaskan kedudukan
Purnawarman yang diibaratkan Dewa Wisnu maka dianggap sebagai
penguasa sekaligus pelindung rakyat. Penggunaan cetakan telapak kaki pada
masa itu mungkin dimaksudkan sebagai tanda keaslian, mirip dengan tanda
tangan zaman sekarang. Hal ini mungkin sebagai tanda kepemilikan atas tanah.
3. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebonkopi terletak di
Kampung Muara, termasuk wilayah
Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulan, Bogor,
Prasasti ini ditemukan pada abad ke-19,
ketika dilakukan penebangan hutan untuk
lahan perkebunan kopi. Oleh karena itu
prasasti ini disebut Prasasti Kebon Kopi.
Prasasti ini menampilkan ukiran tapak
kaki gajah, yang mungkin merupakan
tunggangan raja Purnawarman, yang
disamakan dengan gajah Airawata,
wahana Dewa Indra.
Prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa
Sansekerta yang disusun ke dalam bentuk seloka metrum
Anustubh yang diapit sepasang pahatan gambar telapak kaki
gajah.
Teks:
~ ~ jayavisalasya Tarumendrasya hastinah ~ ~
Airwavatabhasya vibhatidam ~ padadvayam
Terjemahan:
“Di sini tampak tergambar sepasang telapak kaki …yang
seperti Airawata, gajah penguasa Taruma yang agung
dalam….dan (?) kejayaan”
4. Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten terletak di tepi


(sungai) Cisadane dekat Muara Cianten yang
dahulu dikenal dengan sebutan prasasti
Pasir Muara (Pasiran Muara) karena memang
masuk ke wilayah kampung Pasirmuara.
Prasasti Muara Cianten dipahatkan pada batu
besar dan alami dengan ukuran 2.70 x 1.40 x
140 m3. Peninggalan sejarah ini disebut
prasasti karena memang ada goresan tetapi
merupakan pahatan gambar sulur-suluran
(pilin) atau ikal yang keluar dari umbi.
Namun prasasti Muara Cianten merupakan
prasasti yang belum dapat terbaca. Hal ini
dikarenakan muara cianten di temukan di Bogor
dengan aksara ikal.
5. Prasasti Jambu (Prasasti Koleangkak)
Prasasti Jambu terletak di Pasir
Sikoleangkak di wilayah kampung Pasir
Gintung, Desa Parakanmuncang, Kecamatan
Nanggung, Bogor. Prasasti Jambu terdiri dari
dua baris aksara Pallawa yang disusun dalam
bentuk seloka bahasa Sansekerta dengan
metrum Sragdhara. Pada batu prasasti ini juga
terdapat pahatan gambar sepasang telapak
kaki yang digoreskan pada bagian atas tulisan
tetapi sebagian gambar telapak kaki kiri
telah hilang karena batu bagian ini pecah.
Prasasti ini menyebutkan nama raja
Purnawarman yang memerintah di negara
Taruma. Prasasti ini tanpa angka tahun dan
berdasarkan bentuk aksara Pallawa yang
dipahatkannya (analisis Palaeographis)
diperkirakan berasal dari pertengahan abad
ke-5 Masehi.
Teks:
siman=data krtajnyo narapatir=asamo yah pura tarumayam/
nama sri purnnavarmma pracura ri pusara bhedya bikhyatavarmmo/
tasyedam= pada vimbadvayam= arinagarot sadane nityadaksam/
bhaktanam yandripanam= bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam//

Bunyi terjemahan praasasti itu adalah:


"Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah
pemimpin manusia yang tiada taranya yang termasyhur Sri Purnawarman
yang sekali waktu (memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang
terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak
kakinya yang senantiasa menggempur kota-kota musuh, hormat kepada
para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-
musuhnya."
6. Prasasti Cidanghiang (Lebak)

Prasasti Cidanghiyang adalah


salah satu prasasti yang terletak di
wilayah Pandeglang. Prasasti
Cidanghiyang terletak di tepi aliran
(sungai) Ci Danghiyang di Desa
Lebak, Kecamatan Munjul,
Kabupaten Pandeglang. Prasasti
Cidanghiyang ditulis dalam
aksara Pallawa yang disusun dalam
bentuk seloka bahasa Sansekerta
dengan metrum anustubh.
Teks :
Vikranto ‘yam vanipateh/ prabhuh satyapara (k) ra (mah)
narendraddhvajabhutena/ srimatah purnnavarmmannah

Terjemahan prasasti ini adalah “Inilah tana keperwiraan


Keagungan dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya
dari Raja Dunia, Yang mulia Purnawarman, yang menjadi
sekalian raja”.
7. Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi terletak di lereng


selatan bukit Pasir Awi di kawasan hutan
perbukitan Cipamingkis, desa Sukamakmur,
kecamatan Sukamakmur (antara Kec. jonggol
dan Kec. Citeureup) Kabupaten Bogor.
Gambar pahatan berupa telapak kaki yang
terdapat pada batu tersebut menghadap ke arah
utara dan timur. Dari arah kaki tersebut,
prasasti ini menghadap ke wilayah bukit dan
lembah yang posisinya sangat curam dan
berbahaya. Sementara itu, untuk isi dari
Prasasti Pasir Awi masih belum bisa dibaca
karena ditulis menggunakan huruf ikal.

Anda mungkin juga menyukai