Anda di halaman 1dari 7

Nama: Ganendra Abror

Kelas: 7D
No.Absen: 11

TUGAS IPS

1. Peninggalan Zaman Praaksara:


A. Kapak Perimbas

Peninggalan zaman praaksara pada masa batu tua yang pertama berupa kapak perimbas. Kapak ini berasal dari batu dimana tidak
menggunakan tangkai. Kapak perimbas dimanfaatkan dengan cara digenggam. Kemudian perimbas berfungsi sebagai alat memotong kayu,
memecah tulang hewan buruan dan menguliti binatang.

B. Kapak Genggam

Peninggalan zaman praaksara pada masa batu tua selanjutnya berupa kapak genggam. Bentuk kapak genggam pada masa ini
hampir menyerupai kapak perimbas dan kapak penetak. Tetapi bentuk kapak genggam jauh lebih kecil diantara kedua kapak tadi.
Kapak genggam berfungsi sebagai alat untuk memotong daging hewan buruan, membelah kayu, menggali umbi umbian dan
sebagainya.

C. Flakes (Alat Alat serpih)

Peninggalan zaman praaksara pada masa batu tua selanjutnya berupa flakes atau alat alat serpih. Peninggalan ini berguna untuk memotong
daging, sebagai pisau, dan alat penusuk yang terbuat dari pecahan batu kecil.
D. Perkakas dari Tanduk dan Tulang

Peninggalan zaman praaksara pada masa batu tua selanjutnya berupa perkakas dari tanduk dan tulang. Penemuan perkakas ini banyak
berada di sekitar Ngandong, Ngawi, Jawa Tengah. Perkakas dari tanduk dan tulang tersebut berguna untuk mata tombak, alat penusuk
maupun pengorek.

E. Pebble (Kapak Sumatra)

Peninggalan zaman praaksara pada masa batu madya yang pertama berupa pebble atau kapak sumatra. Kapak sumatra berbentuk bulat dan
berasal dari pembelahan batu kali menjadi dua bagian.

F. Hache Courte (Kapak Pendek)

Peninggalan zaman praaksara pada masa batu madya selanjutnya berupa Hache Courte atau kapak pendek. Jenis kapak ini masih termasuk
kapak genggam pendek yang berbentuk setengah lingkaran. Penemuan kapak ini berada di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra.

G. Abris sous roche

Peninggalan zaman praaksara pada masa batu madya selanjutnya berupa Abris sous roche. Abris sous roche ialah ceruk atau gua batu karang
yang berguna bagi manusia purba untuk tempat tinggal.

H. Lukisan di Dinding Gua


Peninggalan zaman praaksara pada masa batu madya selanjutnya berupa lukisan di dinding gua. Biasanya dalam abris
sous roche banyak ditemukan lukisan seperti ini. Lukisan tersebut berisi gambaran cap tangan yang warnanya merah
dan hewan buruan.
I. Kapak Persegi

Peninggalan zaman praaksara pada masa batu muda yang pertama berupa kapak persegi. Pembuatan kapak persegi
berasal dari batu persegi. Jenis kapak ini berguna untuk menggarap tanah, upacara, dan mengerjakan kayu.
J. Kapak Lonjong

Peninggalan zaman praaksara pada masa batu muda selanjutnya berupa kapak lonjong. Bentuk kapak ini berupa
lonjong, maka dari itu dinamakan dengan kapak lonjong. Ada kapak lonjong yang berukuran pendek, besar maupun
kecil. Jenis kapak ini berguna untuk memotong pohon atau kayu dan menggarap sawah seperti mencangkul.
2. Peninggalan Zaman Hindu
A. Prasasti Kutai

Kutai Martapura (Martadipura) disebut-sebut sebagai kerajaan tertua di Indonesia, setidaknya berdasarkan bukti-bukti atau prasasti
sejarah yang ditemukan. Kerajaan ini berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara meskipun diperkirakan eksis di periode yang
sama dan nantinya menjadi satu.

B. Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun terbuat dari batu berukuran 200 cm x 150 cm. Pesan yang terpahat ditulis menggunakan huruf Pallawa dan
bahasa Sanskerta. Tulisan pada prasasti ini terdiri dari empat baris dan ditulis dalam bentuk puisi India. Berikut ini bunyi isi
Prasasti Ciaruteun: vikkrantasyavanipateh crimatah purnnavarmmanah tarumanagarendrasya vishnoriva padadvayam

C. Prasasti Canggal

Prasasti Canggal dipahatkan pada batu berwarna kuning kecoklatan, berbentuk persegi empat pipih (stele), dan bagian tepiannya
telah diratakan. Permukaan bidang yang akan ditulisi juga telah diratakan dan diupam terlebih dahulu. Bagian atas atau puncak
dibentuk lengkung kurawal.
Pada saat ditemukan, prasasti Canggal kondisinya terbelah menjadi dua bagian, dan saat ini telah direstorasi, disatukan kembali.
D. Candi Perambanan

Komplek Candi Prambanan menjadi lokasi sekitar 240 candi besar dan kecil, namun kini hanya tersisa 18 candi, yaitu delapan
candi utama, delapan candi kecil di zona inti, serta dua candi perwara. Mengutip situs BorobudurPark.com, sejatinya, 240 candi
tersebut ialah; 3 Candi Trimurti (candi Siwa, Wisnu, dan Brahma), 3 Candi Wahana (candi Nandi, Garuda, dan Angsa), dan 2
Candi Apit (terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi Wahana di sisi utara dan selatan). Lalu, 4 Candi Kelir
(terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu masuk halaman dalam atau zona inti), 4 Candi Patok (terletak di 4 sudut
halaman dalam atau zona inti), dan 224 Candi Perwara (tersusun dalam 4 barisan konsentris dengan jumlah candi dari barisan
terdalam hingga terluar: 44, 52, 60, dan 68). Arsitektur Candi Prambanan berpedoman kepada tradisi arsitektur Hindu yang
berdasarkan kitab Wastu Sastra/Kitab Silpastra. Denah candi mengikuti pola mandala, sementara bentuk candi yang tinggi
menjulang menyerupai bentuk gunung suci Mahameru, tempat para dewa bersemayam.
E. Candi Dieng

Candi Dieng merupakan sebuah kompleks Candi yang berada di dataran tinggi dieng yang berada pada ketinggian 2000 meter
diatas permukaan laut. Kompleks Candi ini juga merupakan salah satu candi tertua di Jawa yang dibangun sekitar abad ke 7
hingga abad ke-9 Masehi. Area kompleks candi ini juga memiliki wilayah yang cukup luas, memiliki panjang hampir 1900 meter
dan lebar sekitar 800 meter.
F. Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek candi bercorak Hindu yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang. Nama Gedong Songo berasal dari Bahasa Jawa, yaitu Gedong yang artinya bangunan dan Songo yang
berarti sembilan. Thomas Stamford Raffles adalah penemu candi ini pada sekitar tahun 1804. Saat ini, Candi Gedong Songo
menjadi salah satu tujuan wisata populer di Semarang.
G. Arca Airlangga

Airlangga (Bali, 990 - Belahan, 1049) atau sering ditulis dengan Erlangga, adalah pendiri Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur,
yang memerintah tahun 1009-1042 dengan bergelar nama abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga
Anantawikramatunggadewa. Ia memerintahkan Mpu Kanwa untuk menggubah Kakawin Arjunawiwaha yang menggambarkan
keberhasilannya dalam medan peperangan, di akhir masa pemerintahannya, kerajaannya dibagi menjadi dua yaitu Kerajaan
Kadiri dan Kerajaan Janggala untuk kedua puteranya. Nama Airlangga hingga saat ini masih dikenang dalam berbagai cerita
rakyat, dan sering diabadikan di berbagai tempat di Indonesia.
H. Patung Prabu Kertarajasa Jayawardana / Raden Wijaya

;
Raden Wijaya atau disebut juga Dyah Wijaya (wafat: Majapahit, 1309) adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Majapahit yang
memerintah pada tahun 1293-1309, bergelar Sri Kertarajasa Jayawardana, atau lengkapnya Nararya Sanggramawijaya Sri
Maharaja Kertarajasa Jayawardhana.
I. Patung Prajnaparamita

Prajnaparamita (Sanskerta: prajñā pāramitā, Hanzi: 般若波羅蜜多, Pinyin: bo re bō luó mì duō, Jepang: hannya-haramita, Jawa:


ꦥꦿꦗ꧀ꦚꦦꦫꦩꦶꦠ) adalah salah satu aspek sifat seorang bodhisattva yang disebut paramita. Arti harafiahnya adalah
"kesempurnaan dalam kebijaksanaan" dan merupakan salah satu dari enam atau sepuluh sifat transedental manusia. Selain itu
dikenal pula sutra-sutra Prajñāparamitā, suatu jenis literatur Buddha mazhab Mahayana yang berhubungan dengan Kesempurnaan
Kebijaksanaan. Istilah Prajñāparamitā tidak pernah merujuk kepada salah satu teks khusus tetapi kepada sebuah khazanah teks.

J. Kakawin Baratayudha
Kakawin ini digubah oleh dua orang yaitu: mpu Sedah dan mpu Panuluh. Bagian permulaan sampai tampilnya prabu Salya ke
medan perang adalah karya mpu Sedah, selanjutnya adalah karya mpu Panuluh.
Konon ketika mpu Sedah ingin menuliskan kecantikan Dewi Setyawati, permaisuri prabu Salya, ia membutuhkan contoh supaya
dapat berhasil. Maka putri prabu Jayabaya yang diberikan kepadanya. Tetapi mpu Sedah berbuat kurang ajar sehingga ia dihukum
dan karyanya harus diberikan kepada orang lain.
Tetapi menurut mpu Panuluh sendiri, setelah hasil karya mpu Sedah hampir sampai kisah sang prabu Salya yang akan berangkat
ke medan perang, maka tak sampailah hatinya akan melanjutkannya. Maka mpu Panuluh diminta melanjutkannya. Cerita ini
disebutkan pada akhir kakawin Bharatayuddha.

Anda mungkin juga menyukai