Anda di halaman 1dari 6

20 Peninggalan Zaman Praaksara di Indonesia Lengkap

Manusia telah hidup dan melewati beberapa zaman, salah satunya adalah zaman praaksara. Tahukah
anda apa itu zaman praaksara? Zaman praaksara merupakan istilah untuk zaman yang
dimana manusia belum mengenal adanya tulisan. Praaksara sendiri terbagi atas dua paduan kata yakni
“pra” yang berarti sebelum dan “aksara” yang berarti tulisan. Itulah mengapa masa praaksara disebut
sebagai masa sebelum adanya tulisan.
Peninggalan Zaman Praaksara

Zaman praaksara ini juga dikenal sebagai zaman prasejarah karena zaman sejarah manusia
purba bermula tepat setelah berakhirnya zaman praaksara. Zaman praksara diperkirakan merintis
jalannya dalam kurun waktu 3.000.000 sampai 10.000 tahun yang lalu sampai manusia mengenal
tulisan (masa sejarah). Pada saat itu manusia hidup secara purba yang dimana mereka hanya
memanfaatkan benda-benda alam di sekitar mereka untuk bertahan hidup. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya beberapa macam peninggalan zaman praaksara yang ditemukan oleh para arkeolog.
Meski pada masa itu manusia belum mengenal adanya tulisan namun manusia sudah mampu
memanfaatkan pikiran mereka untuk membuat peralatan atau perkakas yang mereka butuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Peralatan atau perkakas itulah yang menjadi benda-benda peninggalan zaman
praaksara. Selain itu, terdapat beberapa peninggalan lainnya yang merujuk pada seni, budaya serta
kepercayaan yang dianut oleh manusia yang hidupa pada zaman itu.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai peninggalan zaman praaksara, ada baiknya kita untuk
mengetahui bahwa bahwa zaman praaksara itu dibagi menjadi 3 yaitu zaman paleothikum, neolithikum
dan megalithikum. Dalam ketiga zaman yang terangkum sebagai zaman praaksara itulah terdapat
beberapa peninggalan dapat diklarifikasi, yakni:

1. Kapak Genggam

Barangkali dalam bayangan anda kapak genggam di sini merupakan kapak yang terbuat dari besi
sebagaimana yang sering anda jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tentu itu berbeda pada
zaman praaksara. Kapak genggam pada zaman praaksara yang terbuat dari batu atau lempung dan tak
bertangkai itu ditemukan oleh seorang bernama Ralph von Koenigswald pada tahun 1935 di Punung
Kabupaten Pacitan.

Kapak genggam ini digunakan oleh manusia praaksara pada zaman paleolithikum sebagai alat penetak
atau alat yang digunakan untuk membelah kayu, menggali umbi – umbian, memotong dagimg hewan
buruan, serta berbagai keperluan lainnya. Kapak genggam ini memiliki kesamaan dengan kapak
berimbas yang juga ditemukan pada zaman praaksara. Hanya saja kapak berimbas berukuran lebih
besar bila dibandingkan dengan kapak genggam. Menurut salah satu sumber, kapak berimbas ini
dibuat oleh manusia pithecantropus dan banyak ditemukan di Indonesia, khususnya kabupaten pacitan.
Adapun kegunaannya tak jauh berbeda dengan kapak genggam, yakni untuk memotong daging hewan,
dll.
2. Kapak Sumatera
Kapak sumatera ini juga dikenal dengan nama pebble. Sesuai amanya, kapak jenis ini banyak
ditemukan di daerah sumatera, khususnya di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra, antara Langsa
(Aceh) dan Medan. Sama seperti kapak genggam, kapak sumatera ini juga terbuat dari batu. Hanya
saja, kapak sumatera atau pebble tersebut terbuat dari batu kali yang dipecah-pecah, berbentuk bulat
serta memilik permukaan yang lebih halus. Kapak ini diduga merupakan hasil kebudayaan jaman
Mesolithikum, dimana manusia pada waktu itu sudah mulai hidup menetap, namun kadang juga masih
berpindah-pindah atau semi nomaden.

3. Kapak Pendek

Satu lagi jenis yang serupa dengan kapak genggam, yakni kapak pendek. Kapak pendek ini berbentuk
setengah lingkaran dan memiliki sisi yang tajam sehingga lebih mempermudah untuk memotong
daging atau hal-hal lainnya.

Sama seperti kapak sumatera, kapak pendek ini banyak ditemukan di daerah sepanjang Pantai Timur
Pulau Sumatra. Para peneliti kemudian mencari persebaran pebble dan kapak pendek sampai ke tempat
asal mula ras Papua melanosoide di teluk Tonkin,Vietnam. Akhirnya ditemukan pusat pebble dan
kapak pendek berasal dari Hoabinhian dan Bacsonian,Vietnam Utara.
4. Pipisan

Pipisan adalah batu-batu Penggiling beserta landasannya. Bila dibandingkan dengan zaman sekarang,
barangkali pipisan ini serupa dengan ulekan karena sama-sama digunakan untuk menghancurkan biji-
bijian. Hanya saja bentuk pipisan ini datar dan halus. Pipisan ini tidak hanya digunakan untuk
menggiling makanan, tetapi juga untuk menghaluskan cat merah yang terbuat dari tanah merah yang
merupakan bentuk aktivitas yang berkaitan dengan upacara ritual dan kepercayaan. Alat ini ditemukan
di kjokkenmoddinger di sepanjang Sumatera Timur laut, di antara Langsa (Aceh) dan Medan
(Sumatera Utara).

5. Kapak Persegi

Tampaknya pada zaman praaksara, terdapat berbagai macam kapak yang ditemukan, salah satunya
adalah kapak persegi. Kapak persegi ini sendiri berasal dari von Heine Geldern.  Alat ini memiliki
bentuk yang memanjang dengan penampang Alang berbentuk persegi dan bagian pangkalnya tidak
biasa sebagai tempat ikatan tangkai. Sesuai namanya, kapak persegi ini terbuat dari batu yang
berbentuk persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, Serta
melaksanakan upacara. Di daerah Indonesia sendiri, kapak persegi banyak ditemukan di Jawa,
Kalimantan Selatan,Sulawesi , dan Nusa Tenggara.

6. Kapak Bahu

Kapak bahu adalah sejenis kapak persegi yang pada tangkainya diberi leher sehingga membentuk botol
persegi. Kapak bahu ini ditemukan pada zaman neolithikum. Daerah kebudayaan kapak bahu ini
meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas
selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas ini tidak
ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa
buah ditemukan yaitu di Minahasa.
7. Kapak Lonjong

Kapak lonjong ini terbuat dari batu kali dan memiliki warna yang kehitam-hitaman. Sama seperti
namanya, kapak lonjong ini memiliki bentuk yang lonjong, ujungnya yang lancip menjadi tempat
tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam.  Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang
besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi
kapak lonjong sama dengan kapak persegi, yakni untuk menggarap tanah, dan berbagai keperluan
lainnya.

8. Perhiasan

Selain perkakas, terdapat juga penemuan lainnya yang merupakan benda peninggalan manusia
praaksara, yakni perhiasan. Perhiasan tampaknya telah dikenal sejak zaman praaksara dan digunakan
oleh beberapa jenis-jenis manusia purba di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
penemuan beberapa jenis peninggalan zaman praaksara yang berupa perhiasan. Perhiasan yang berupa
gelang dan kalung pada zaman praaksara ini sendiri terbuat dari  batu-batu indah seperti agat,
chalcedon dan jaspis. Perhiasan banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan
Sumatera.

9. Nekara

Nekara adalah gendang perunggu berbentuk seperti dandang berpinggang pada bagian tengahnya
dengan selaput suara berupa logam atau perunggu. Pada zamannya, nekara dianggap benda suci yang
berfungsi sebagai benda upacara, mas kawin, dll. Benda ini banyak ditemukan di Bali, Nusatenggara,
Maluku, Selayar, dan Irian.

10. Sarkofagus

Bentuk lain dari peninggalan masa praaksara adalah makam. Salah satunya dikenal dengan nama
sarkofagus. Sarkofagus ini merupakan peti mati yang terbuat dari batu yang utuh dan diberikan
penutup pada bagian atasnya. Salah satu tempat penemuan sarkofagus adalah  Bali, serta beberapa
lainnya juga ditemukan di Bondowoso Jawa Timur.
11. Menhir

Menhir merupakan benda peninggalan praaksara yang berkaitan dengan kepercayaan yang dianut oleh
manusia pada masa itu. Menhir ini berbentuk tiang atau tugu terbuat dari batu yang berdiri tegak di
atas tanah. Menhir didirikan sebagai sarana menyembah arwah nenek moyang. Menhir banyak
ditemukan di dataran tinggi pasemah yaitu pegunungan antara wilayah Palembang dan Bengkulu,
Ngada (Flores),  Gunung Kidul, Rembang(Jawa Tengah), Sungai Talang Koto dan daerah lainnya.

12. Dolmen

Sama halnya dengan menhir, dolmen juga merupakan salah satu sarana penyembahan arwah nenek
moyang pada masa praaksara. Dolmen yang memiliki bentuk seperti meja yang tersusun dari beberapa
batu itu banyak ditemukan di daerah Besuki Jawa Timur. Di daerah tersebut biasanya dinamai
pandhusa.

13. Waruga

Waruga atau kubur batu merupakan peti mati yang terbuat dari batu. Keempat Sisinya berdindingkan
papan-papan batu begitu pula alas dan bidang atasnya dari papan batu. Waruga banyak ditemukan di
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.

14. Arca atau Patung

Arca adalah Patung yang terbuat dari batu utuh. Bentuknya ada bermacam-macam, ada yang
menyerupai manusia, kepala manusia, dan juga hewan. Arca banyak ditemukan di Sumatera Selatan,
Lampung ,Jawa Tengah, dan Jawa Tengah. Arca ini juga merupakan salah satu sarana penyembahan
pada masa praaksara.

15. Punden Berundak

Barangkali salah satu bentuk peninggalan praaksara yang cukup familiar di telinga adalah punden
berundak. Yah, punden berundak ini sendiri merupakan peninggala megalitikum yang terdiri dari
susunan batu bertingkat dan berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang. Punden
berundak banyak ditemukan di Lebak sibedug, Banten Selatan, Leles (Garut) dan Kuningan.
16. Flakes
Kembali ke benda-benda peninggalan praaksara yang berupa peralatan atau perkakas, ada juga dikenal
dengan nama flakes. Flakes ini merupakan alat yang terbuat terbuat dari pecahan – pecahan batu kecil.
Ia berfungsi sebagai alat penusuk, pemotong daging, dan pisau. Flakes banyak ditemukan di Daerah
Sangiran,Sragen, Jawa Tengah. Termasuk kebudayaan Ngandong.

17. Perkakas dari Tulang dan Tanduk

Selain dari batu, perkakas yang digunakan pada masa praaksara juga banyak terbuat dari tulang dan
tanduk hewan. Perkakas tulang dan tanduk ini berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek dan mata
tombak. Alat ini banyak di temukan di Daerah Ngandong, dekat Ngawi ,Jawa Timur.

18. Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger merupakan sampah dapur yang terdiri dari kulit – kulit kerang dan siput  pada
masa Mesolithikum yang tertumpuk selama beribu – ribu tahun sehingga membentuk sebuah bukit
kecil yang beberapa meter tingginya. Kjokkenmoddinger banyak ditemukan di Sepanjang Pantai
Timur Pulau Sumatra.

19. Abris Sous Roche


Abris sous roche adalah gua – gua batu karang atau ceruk yang digunakan sebagai tempat tinggal
manusia Purba. Ia berfungsi sebagai tempat tinggal.

20. Lukisan di Dinding Gua


Salah satu bentuk peninggalan prasejarah yang cukup fenomenal adalah lukisan yang terdapat di
dinding gua. Lukisan ini menggambarkan hewan buruan dan cap tangan berwarna merah. Hal ini
menjadi salah satu bukti bahwa manusia praaksara telah menyadari adanya seni. Lukisan di dinding
gua ditemukan di Leang  Leang, Sulawesi Selatan,di Gua Raha,Pulau Muna,Sulawesi Tenggara, dan di
Danau Sentani,Papua.

Demikianlah pembahasan mengenai benda-benda peninggalan zaman praaksara. Semoga bermanfaat.


Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai