Disusun Oleh:
Nessa Rosalia
Kelas:
VII D
1. Kapak Genggam
2. Kapak Sumatera
Kapak sumatera ini juga dikenal dengan nama pebble. Sesuai namanya,
kapak jenis ini banyak ditemukan di daerah sumatera, khususnya di Sepanjang
Pantai Timur Pulau Sumatra, antara Langsa (Aceh) dan Medan. Sama seperti
kapak genggam, kapak sumatera ini juga terbuat dari batu. Hanya saja, kapak
sumatera atau pebble tersebut terbuat dari batu kali yang dipecah-pecah,
berbentuk bulat serta memilik permukaan yang lebih halus. Kapak ini diduga
merupakan hasil kebudayaan jaman Mesolithikum, dimana manusia pada waktu
itu sudah mulai hidup menetap, namun kadang juga masih berpindah-pindah
atau semi nomaden.
3. Kapak Pendek
Satu lagi jenis yang serupa dengan kapak genggam, yakni kapak pendek.
Kapak pendek ini berbentuk setengah lingkaran dan memiliki sisi yang tajam
sehingga lebih mempermudah untuk memotong daging atau hal-hal lainnya.
4. Pipisan
Pipisan adalah batu-batu Penggiling beserta landasannya. Bila
dibandingkan dengan zaman sekarang, barangkali pipisan ini serupa dengan
ulekan karena sama-sama digunakan untuk menghancurkan biji-bijian. Hanya
saja bentuk pipisan ini datar dan halus. Pipisan ini tidak hanya digunakan untuk
menggiling makanan, tetapi juga untuk menghaluskan cat merah yang terbuat
dari tanah merah yang merupakan bentuk aktivitas yang berkaitan dengan
upacara ritual dan kepercayaan. Alat ini ditemukan di kjokkenmoddinger di
sepanjang Sumatera Timur laut, di antara Langsa (Aceh) dan Medan (Sumatera
Utara).
5. Kapak Persegi
6. Kapak Bahu
Kapak bahu adalah sejenis kapak persegi yang pada tangkainya diberi leher
sehingga membentuk botol persegi. Kapak bahu ini ditemukan pada zaman
neolithikum. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa,
Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas selatannya
adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas
ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya,
meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.
7. Kapak Lonjong
Kapak lonjong ini terbuat dari batu kali dan memiliki warna yang kehitam-
hitaman. Sama seperti namanya, kapak lonjong ini memiliki bentuk yang
lonjong, ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung
lainnya diasah hingga tajam. Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar
lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil,
sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi, yakni untuk
menggarap tanah, dan berbagai keperluan lainnya.
8. Perhiasan
Selain perkakas, terdapat juga penemuan lainnya yang merupakan benda
peninggalan manusia praaksara, yakni perhiasan. Perhiasan tampaknya telah
dikenal sejak zaman praaksara dan digunakan oleh beberapa jenis-jenis manusia
purba di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penemuan beberapa
jenis peninggalan zaman praaksara yang berupa perhiasan. Perhiasan yang
berupa gelang dan kalung pada zaman praaksara ini sendiri terbuat dari batu-
batu indah seperti agat, chalcedon dan jaspis. Perhiasan banyak ditemukan di
daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera.
9. Nekara
Nekara adalah gendang perunggu berbentuk seperti dandang berpinggang pada
bagian tengahnya dengan selaput suara berupa logam atau perunggu. Pada
zamannya, nekara dianggap benda suci yang berfungsi sebagai benda upacara,
mas kawin, dll. Benda ini banyak ditemukan di Bali, Nusatenggara, Maluku,
Selayar, dan Irian.
10. Sarkofagus
Bentuk lain dari peninggalan masa praaksara adalah makam. Salah satunya
dikenal dengan nama sarkofagus. Sarkofagus ini merupakan peti mati yang
terbuat dari batu yang utuh dan diberikan penutup pada bagian atasnya. Salah
satu tempat penemuan sarkofagus adalah Bali, serta beberapa lainnya juga
ditemukan di Bondowoso Jawa Timur.
11. Menhir
Menhir merupakan benda peninggalan praaksara yang berkaitan dengan
kepercayaan yang dianut oleh manusia pada masa itu. Menhir ini berbentuk
tiang atau tugu terbuat dari batu yang berdiri tegak di atas tanah. Menhir
didirikan sebagai sarana menyembah arwah nenek moyang. Menhir banyak
ditemukan di dataran tinggi pasemah yaitu pegunungan antara wilayah
Palembang dan Bengkulu, Ngada (Flores), Gunung Kidul, Rembang(Jawa
Tengah), Sungai Talang Koto dan daerah lainnya.
12. Dolmen
Sama halnya dengan menhir, dolmen juga merupakan salah satu sarana
penyembahan arwah nenek moyang pada masa praaksara. Dolmen yang
memiliki bentuk seperti meja yang tersusun dari beberapa batu itu banyak
ditemukan di daerah Besuki Jawa Timur. Di daerah tersebut biasanya dinamai
pandhusa.
13. Waruga
Waruga atau kubur batu merupakan peti mati yang terbuat dari batu. Keempat
Sisinya berdindingkan papan-papan batu begitu pula alas dan bidang atasnya
dari papan batu. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Utara.
16. Flakes
Kembali ke benda-benda peninggalan praaksara yang berupa peralatan atau
perkakas, ada juga dikenal dengan nama flakes. Flakes ini merupakan alat yang
terbuat terbuat dari pecahan – pecahan batu kecil. Ia berfungsi sebagai alat
penusuk, pemotong daging, dan pisau. Flakes banyak ditemukan di Daerah
Sangiran,Sragen, Jawa Tengah. Termasuk kebudayaan Ngandong.
18. Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger merupakan sampah dapur yang terdiri dari kulit – kulit
kerang dan siput pada masa Mesolithikum yang tertumpuk selama beribu –
ribu tahun sehingga membentuk sebuah bukit kecil yang beberapa meter
tingginya. Kjokkenmoddinger banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur
Pulau Sumatra.