Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

20 PENINGGALAN ZAMAN PRAAKSARA DI INDONESIA

Disusun Oleh:
Nessa Rosalia

Kelas:
VII D

SMP NEGERI 1 RANTAU PULUNG


KABUPATEN KUTAI TIMUR
TAHUN 2021
 Peninggalan Zaman Praaksara Di Indonesia
Manusia telah hidup dan melewati beberapa zaman, salah satunya adalah
zaman praaksara. Tahukah anda apa itu zaman praaksara? Zaman praaksara
merupakan istilah untuk zaman yang dimana manusia belum mengenal adanya
tulisan. Praaksara sendiri terbagi atas dua paduan kata yakni “pra” yang berarti
sebelum dan “aksara” yang berarti tulisan. Itulah mengapa masa praaksara disebut
sebagai masa sebelum adanya tulisan.

 Peninggalan Zaman Praaksara


Zaman praaksara ini juga dikenal sebagai zaman prasejarah karena zaman
sejarah manusia purba bermula tepat setelah berakhirnya zaman praaksara. Zaman
praksara diperkirakan merintis jalannya dalam kurun waktu 3.000.000 sampai
10.000 tahun yang lalu sampai manusia mengenal tulisan (masa sejarah). Pada saat
itu manusia hidup secara purba yang dimana mereka hanya memanfaatkan benda-
benda alam di sekitar mereka untuk bertahan hidup. Hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya beberapa macam peninggalan zaman praaksara yang ditemukan oleh para
arkeolog.
Meski pada masa itu manusia belum mengenal adanya tulisan namun
manusia sudah mampu memanfaatkan pikiran mereka untuk membuat peralatan
atau perkakas yang mereka butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Peralatan atau
perkakas itulah yang menjadi benda-benda peninggalan zaman praaksara. Selain itu,
terdapat beberapa peninggalan lainnya yang merujuk pada seni, budaya serta
kepercayaan yang dianut oleh manusia yang hidupa pada zaman itu.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai peninggalan zaman praaksara,
ada baiknya kita untuk mengetahui bahwa bahwa zaman praaksara itu dibagi
menjadi 3 yaitu zaman paleothikum, neolithikum dan megalithikum. Dalam ketiga
zaman yang terangkum sebagai zaman praaksara itulah terdapat beberapa
peninggalan dapat diklarifikasi, yakni:

1. Kapak Genggam

Barangkali dalam bayangan anda kapak genggam di sini merupakan


kapak yang terbuat dari besi sebagaimana yang sering anda jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Namun, tentu itu berbeda pada zaman praaksara. Kapak
genggam pada zaman praaksara yang terbuat dari batu atau lempung dan tak
bertangkai itu ditemukan oleh seorang bernama Ralph von Koenigswald pada
tahun 1935 di Punung Kabupaten Pacitan.
Kapak genggam ini digunakan oleh manusia praaksara pada zaman
paleolithikum sebagai alat penetak atau alat yang digunakan untuk membelah
kayu, menggali umbi – umbian, memotong dagimg hewan buruan, serta
berbagai keperluan lainnya. Kapak genggam ini memiliki kesamaan dengan
kapak berimbas yang juga ditemukan pada zaman praaksara. Hanya saja kapak
berimbas berukuran lebih besar bila dibandingkan dengan kapak genggam.
Menurut salah satu sumber, kapak berimbas ini dibuat oleh manusia
pithecantropus dan banyak ditemukan di Indonesia, khususnya kabupaten
pacitan. Adapun kegunaannya tak jauh berbeda dengan kapak genggam, yakni
untuk memotong daging hewan, dll.

2. Kapak Sumatera
Kapak sumatera ini juga dikenal dengan nama pebble. Sesuai namanya,
kapak jenis ini banyak ditemukan di daerah sumatera, khususnya di Sepanjang
Pantai Timur Pulau Sumatra, antara Langsa (Aceh) dan Medan. Sama seperti
kapak genggam, kapak sumatera ini juga terbuat dari batu. Hanya saja, kapak
sumatera atau pebble tersebut terbuat dari batu kali yang dipecah-pecah,
berbentuk bulat serta memilik permukaan yang lebih halus. Kapak ini diduga
merupakan hasil kebudayaan jaman Mesolithikum, dimana manusia pada waktu
itu sudah mulai hidup menetap, namun kadang juga masih berpindah-pindah
atau semi nomaden.

3. Kapak Pendek

Satu lagi jenis yang serupa dengan kapak genggam, yakni kapak pendek.
Kapak pendek ini berbentuk setengah lingkaran dan memiliki sisi yang tajam
sehingga lebih mempermudah untuk memotong daging atau hal-hal lainnya.

Sama seperti kapak sumatera, kapak pendek ini banyak ditemukan di


daerah sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra. Para peneliti kemudian mencari
persebaran pebble dan kapak pendek sampai ke tempat asal mula ras Papua
melanosoide di teluk Tonkin,Vietnam. Akhirnya ditemukan pusat pebble dan
kapak pendek berasal dari Hoabinhian dan Bacsonian,Vietnam Utara.

4. Pipisan
Pipisan adalah batu-batu Penggiling beserta landasannya. Bila
dibandingkan dengan zaman sekarang, barangkali pipisan ini serupa dengan
ulekan karena sama-sama digunakan untuk menghancurkan biji-bijian. Hanya
saja bentuk pipisan ini datar dan halus. Pipisan ini tidak hanya digunakan untuk
menggiling makanan, tetapi juga untuk menghaluskan cat merah yang terbuat
dari tanah merah yang merupakan bentuk aktivitas yang berkaitan dengan
upacara ritual dan kepercayaan. Alat ini ditemukan di kjokkenmoddinger di
sepanjang Sumatera Timur laut, di antara Langsa (Aceh) dan Medan (Sumatera
Utara).

5. Kapak Persegi

Tampaknya pada zaman praaksara, terdapat berbagai macam kapak yang


ditemukan, salah satunya adalah kapak persegi. Kapak persegi ini sendiri
berasal dari von Heine Geldern. Alat ini memiliki bentuk yang memanjang
dengan penampang Alang berbentuk persegi dan bagian pangkalnya tidak biasa
sebagai tempat ikatan tangkai. Sesuai namanya, kapak persegi ini terbuat dari
batu yang berbentuk persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu,
menggarap tanah, Serta melaksanakan upacara. Di daerah Indonesia sendiri,
kapak persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan,Sulawesi , dan
Nusa Tenggara.

6. Kapak Bahu
Kapak bahu adalah sejenis kapak persegi yang pada tangkainya diberi leher
sehingga membentuk botol persegi. Kapak bahu ini ditemukan pada zaman
neolithikum. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa,
Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas selatannya
adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas
ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya,
meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.

7. Kapak Lonjong

Kapak lonjong ini terbuat dari batu kali dan memiliki warna yang kehitam-
hitaman. Sama seperti namanya, kapak lonjong ini memiliki bentuk yang
lonjong, ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung
lainnya diasah hingga tajam. Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar
lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil,
sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi, yakni untuk
menggarap tanah, dan berbagai keperluan lainnya.

8. Perhiasan
Selain perkakas, terdapat juga penemuan lainnya yang merupakan benda
peninggalan manusia praaksara, yakni perhiasan. Perhiasan tampaknya telah
dikenal sejak zaman praaksara dan digunakan oleh beberapa jenis-jenis manusia
purba di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penemuan beberapa
jenis peninggalan zaman praaksara yang berupa perhiasan. Perhiasan yang
berupa gelang dan kalung pada zaman praaksara ini sendiri terbuat dari batu-
batu indah seperti agat, chalcedon dan jaspis. Perhiasan banyak ditemukan di
daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera.

9. Nekara
Nekara adalah gendang perunggu berbentuk seperti dandang berpinggang pada
bagian tengahnya dengan selaput suara berupa logam atau perunggu. Pada
zamannya, nekara dianggap benda suci yang berfungsi sebagai benda upacara,
mas kawin, dll. Benda ini banyak ditemukan di Bali, Nusatenggara, Maluku,
Selayar, dan Irian.

10. Sarkofagus
Bentuk lain dari peninggalan masa praaksara adalah makam. Salah satunya
dikenal dengan nama sarkofagus. Sarkofagus ini merupakan peti mati yang
terbuat dari batu yang utuh dan diberikan penutup pada bagian atasnya. Salah
satu tempat penemuan sarkofagus adalah Bali, serta beberapa lainnya juga
ditemukan di Bondowoso Jawa Timur.

11. Menhir
Menhir merupakan benda peninggalan praaksara yang berkaitan dengan
kepercayaan yang dianut oleh manusia pada masa itu. Menhir ini berbentuk
tiang atau tugu terbuat dari batu yang berdiri tegak di atas tanah. Menhir
didirikan sebagai sarana menyembah arwah nenek moyang. Menhir banyak
ditemukan di dataran tinggi pasemah yaitu pegunungan antara wilayah
Palembang dan Bengkulu, Ngada (Flores), Gunung Kidul, Rembang(Jawa
Tengah), Sungai Talang Koto dan daerah lainnya.

12. Dolmen
Sama halnya dengan menhir, dolmen juga merupakan salah satu sarana
penyembahan arwah nenek moyang pada masa praaksara. Dolmen yang
memiliki bentuk seperti meja yang tersusun dari beberapa batu itu banyak
ditemukan di daerah Besuki Jawa Timur. Di daerah tersebut biasanya dinamai
pandhusa.

13. Waruga
Waruga atau kubur batu merupakan peti mati yang terbuat dari batu. Keempat
Sisinya berdindingkan papan-papan batu begitu pula alas dan bidang atasnya
dari papan batu. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Utara.

14. Arca atau Patung


Arca adalah Patung yang terbuat dari batu utuh. Bentuknya ada bermacam-
macam, ada yang menyerupai manusia, kepala manusia, dan juga hewan. Arca
banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung ,Jawa Tengah, dan Jawa
Tengah. Arca ini juga merupakan salah satu sarana penyembahan pada masa
praaksara.

15. Punden Berundak


Barangkali salah satu bentuk peninggalan praaksara yang cukup familiar di
telinga adalah punden berundak. Yah, punden berundak ini sendiri merupakan
peninggala megalitikum yang terdiri dari susunan batu bertingkat dan berfungsi
sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang. Punden berundak banyak
ditemukan di Lebak sibedug, Banten Selatan, Leles (Garut) dan Kuningan.

16. Flakes
Kembali ke benda-benda peninggalan praaksara yang berupa peralatan atau
perkakas, ada juga dikenal dengan nama flakes. Flakes ini merupakan alat yang
terbuat terbuat dari pecahan – pecahan batu kecil. Ia berfungsi sebagai alat
penusuk, pemotong daging, dan pisau. Flakes banyak ditemukan di Daerah
Sangiran,Sragen, Jawa Tengah. Termasuk kebudayaan Ngandong.

17. Perkakas dari Tulang dan Tanduk


Selain dari batu, perkakas yang digunakan pada masa praaksara juga banyak
terbuat dari tulang dan tanduk hewan. Perkakas tulang dan tanduk ini berfungsi
sebagai alat penusuk, pengorek dan mata tombak. Alat ini banyak di temukan di
Daerah Ngandong, dekat Ngawi ,Jawa Timur.

18. Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger merupakan sampah dapur yang terdiri dari kulit – kulit
kerang dan siput pada masa Mesolithikum yang tertumpuk selama beribu –
ribu tahun sehingga membentuk sebuah bukit kecil yang beberapa meter
tingginya. Kjokkenmoddinger banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur
Pulau Sumatra.

19. Abris Sous Roche


Abris sous roche adalah gua – gua batu karang atau ceruk yang digunakan
sebagai tempat tinggal manusia Purba. Ia berfungsi sebagai tempat tinggal.

20. Lukisan di Dinding Gua


Salah satu bentuk peninggalan prasejarah yang cukup fenomenal adalah lukisan
yang terdapat di dinding gua. Lukisan ini menggambarkan hewan buruan dan
cap tangan berwarna merah. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa manusia
praaksara telah menyadari adanya seni. Lukisan di dinding gua ditemukan di
Leang Leang, Sulawesi Selatan,di Gua Raha,Pulau Muna,Sulawesi Tenggara,
dan di Danau Sentani,Papua.

Anda mungkin juga menyukai