Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

SEJARAH MASYARAKAT PADA MASA PRAAKSARA

Disusun Oleh :
Nama : Dina Arvaah Reva Lina
Kelas : VII B
Guru Pembimbing : Niswatul Hamidah, S.Pd

SMP NEGERI 1 RANTAU PULUNG


TAHUN 2021
 Sejarah Masyarakat Pada Masa Praaksara
Kehidupan masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan disebut juga
dengan kehidupan masyarakat zaman prasejarah. Zaman prasejarah ada sejak
manusia ada hingga manusia mengenal tulisan. Zaman ini merupakan zaman yang
sangat panjang dalam sejarah kehidupan masyarakat.
Manusia hidup dalam zaman prasejarah belum mengenal tulisan. Akibatnya,
generasi selanjutnya serta para peneliti tidak mungkin mengharapkan adanya bukti-
bukti tertulis mengenai kehidupan mereka. Melalui benda-benda ini, para ahli
meneliti kehidupan mereka. Para ahli, misalnya, mencoba mengamati secara
seksama benda-benda itu dengan cara merekonstruksinya. Kemudian mereka
membuat penafsiran dan pemikiran tentang kehidupan pada masa itu. Meski
demikian, karena hasilnya hanya berupa penafsiran situasi dan kehidupan,
kehidupan macam apa yang sesungguhnya terjadi tetap tidak tersingkap secara
penuh.
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno, pernah menyatakan,
“jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Pernyataan tersebut ingin menekankan
kepada rakyat Indonesia bahwa pentingnya mengenal sejarah. Namun kenyataannya
sekarang, banyak sekali masyarakat yang tidak mengenal dan tidak mempelajari
sejarah Pra-Aksara.

 Tradisi Sejarah Masyarakat Pada Masa Praaksara


Masyarakat Indonesia sebelum mengenal aksara sudah memiliki tradisi
sejarah. Maksud tradisi sejarah adalah bagaimana suatu masyarakat memiliki
kesadaran terhadap masa lalunya. Kesadaran itu kemudian dia rekam dan dia
wariskan pada generasi penerusnya. Perekaman dan pewarisan tersebut kemudian
menjadi suatu tradisi yang hidup tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Tradisi sejarah masyarakat pada masa praaksara dapat diuraikan menjadi
tiga bagian, yaitu pola pemikiran masyarakat pada masa praaksara, cara masyarakat
pada masa praaksara merekam dan mewariskan masa lalu dan cara masyarakat masa
praaksara mengenal tulisan dan mengembangkan tradisi sejarah.
 Pola Pemikiran Masyarakat Pada Masa Praaksara
Alam pikiran masyarakat masa praaksara tentu berbeda dengan masyarakat
pada masa aksara yang telah mengenal tulisan. Karena tulisan pada dasarnya
merupakan hasil dari alam pikiran manusia.
Kedupan manusia memperlihatkan adanya suatu kesinambungan waktu.
Kesinambungan waktu tersebut dapat diamati dalam kehidupan manusia, misalnya
mulai dari dilahirkan, masa anak-anak, masa dewasa, sampai masa tua. Dalam
kesinambungan waktu itulah, terlihat adanya perubahan-perubahan pada tiap
tahapan.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat tersebut dapat menjadi
pengalaman hidup masa lalunya. Secara garis besar, perubahan dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu perubahan alami dan perubahan insani. Perubahan yang bersifat
alami adalah perubahan yang terjadi pada alam itu sendiri, misalnya gempa bumi,
banjir, gunung meletus, dan lain-lain. Sedangkan perubahan insani yaitu perubahan-
perubahan yang terjadi pada diri manusia baik individu maupun kelompok, seperti
contoh, kelahiran, peperangan dan yang lainnya.
Masyarakat praaksara melihat alam sebagai bagian terpenting dalam
menentukan perubahan diri dan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi
baik pada diri ataupun lingkungannya, lebih banyak menempatkan alam sebagai
penyebab utamanya. Karena itulah, masyarakat pada masa praaksara
memperlakukan alam sebagai kekuatan yang harus dihormati. Alam memiliki
kekuatan-kekuatan yang melahirkan suatu hukum keteraturan, yang disebut hukum
alam.
Dalam pemahaman diatas, dapat diketahui bahwa manusia pada masa
praaksara melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari kekuatan di luar diri
manusia. Bahkan bukan hanya dari alam, namun juga dari figur-figur lain seperti
dewa dan figur lainnya yang dianggap memiliki kesaktian. Pemahaman itu disebut
dengan pemahaman religis magis. Dalam pemahaman yang seperti demikian, maka
pemikiran masyarakat praaksara dalam asal-usul kejadian tidaklah bersifat rasional
atau masuk akal, namun irasional atau tidak masuk akal.
Pemikiran yang bersifat religio magis banyak bertebaran di Indonesia,
misalnya dalam cerita mengenai asal-usul suatu daerah yang diawali dengan tokoh
dewa atau manusia setengah dewa yang memiliki kesaktian. Dan tokoh tersebut
ditempatkan sebagai tokoh sentral. Kedatangannya tersebut karena utusan dari dewa
tertinggi. Kemudian untuk menjadi lebih manusiawi lagi, dewa tersebut menikahi
manusia dan anaknya menjadi cikal bakal terbentuknya daerah tersebut.
Begitu pula dalam menjelaskan peristiwa alam. Perubahan tersebut dianggap
sebagai suatu kehendak yang diluar kehendak manusia. Masyarakat praaksara hanya
pasrah menerima perubahan yang terjadi tersebut. Kehendak yang dimaksud adalah
kehendak dewa atau figur sakti semacamnya. Kalau dikaitkan dengan perilaku
manusia, peristiwa alam tersebut dianggap sebagai hukuman atau kemarahan dewa.

1. Prasejarah Megatilikum

Prasejarah Megatilikum merupakan kebudayaan yang menghasilkan


bangunan-bangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar. Bangunan
megatilikum ini dipergunakan sebagai sarana untuk menghormati dan pemujaan
terhadap roh-roh nenek moyang.

2. Gerabah
Pada umumnya gerabah dibuat untuk kepentingan rumah tangga sehari-hari,
misalnya, sebagai tempat air, alat untuk memasak, dan tempat menyimpan
makanan. Dalam upacara keagamaan tembikar ini dapat digunakan sebagai wadah
kubur, bekal kubur, atau tempat peralatan upacara.

3. Mata Panah

Mata panah adalah alat berburu yang sangat penting. Mata panah dibuat
bergerigi dan digunakan untuk berburu dan menangkap ikan. Alat ini digunakan
oleh manusia purba untuk menusuk, memotong dan melubangi kulit binatang, dan
terbentuk dari batu.

4. Kapak Genggam

Kapak genggam digunakan untuk menumbuk biji-bijian, membuat serat-


serat dari pepohonan, membunuh binatang buruan, dan sebagai senjata menyerang
lawannya.
5. Beliung atau Kapak Persegi

Beliung atau kapak persegi yang berukuran besar digunakan untuk


mencangkul sedangkan yang kecil digunakan untuk mengukir atau memahat. Kapak
jenis ini banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan
Kalimantan.

Anda mungkin juga menyukai