Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

RESENSI NOVEL

“ RANTAU 1 MUARA “

DI SUSUN OLEH :

Nama : Devend Efreliyoy Kahanfiya


Kelas : XII IPS 1
Guru Pembimbing : Sisco Veronica Y.E.S S.Pd

SMA NEGERI 1 RANTAU PULUNG


TAHUN AJARAN 2021/2022
A. IDENTITAS BUKU
Judul : Rantau 1 Muara
Pengarang : A.FUADI
Penerbit : PT. GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
Tahun terbit : 2013
Kota terbit : Jakarta
Tebal buku : 407 Halaman
Harga : Rp.70.000,00

B. UNSUR INTRINSIK
1. Tema : Impian Alif
2. Tokoh dan Perwatakan :
a. Tokoh Utama : Alif
b. Perwatakan : Protagonis
Pembuktian
 Pantang Menyerah
Apa yang aku impikan ahkirnya selalu tercapai. (Halaman 3)
 Berbakti
“ Ngga Bang, duit habis untuk dikirim ke Amak.” (Halaman 6)
 Cerdik
Aku tidak kurang akal. Aku keluarkan koran Pikiran Rakyat dari tasku.
(Halaman 7)
 Rajin
Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan untuk mengasah kemampuanku,
belajar, membaca, menulis, dan berlatih tanpa henti. (Halaman 8)
 Konsisten
Aku telah menginvestasikan waktu dan usaha panjang untuk mengasah ujung
penaku. (Halaman 30)
 Sopan
“Alhamdulillah saya sudah kerja Bu.” (Halaman 47)
 Jujur
Maaf, kebijakan kantor memang begitu, Pak. (Halaman 62)
 Ramah
“Pagi Dida,” sapaku sambil melintas meja resepsionis. (Halaman 84)

1
 Optimis
“Siapa tahu aku dapat kesempatan sekolah ke luar negeri.” (Halaman 109)
 Pekerja Keras
“Oke siap Mas. Saya akan berjuang habis-habisan.” (Halaman 114)
 Penyabar
“Saya orang penyabar, Pak,” aku mencoba tersenyum. (Halaman 115)

b. Tokoh Pembantu/Inti
1. Uda Ramon
Perwatakan : Protagonis
 Baik
“Lif, kalau nanti ke Jakarta, wa’ang tinggal saja di kamar aden.” (Halaman 43)
 Berbakti
Setelah minta ampun dan bersujud di kaki amaknya. (Halaman 44)
 Optimis
Berjanji pada diri sendiri untuk tidak mencari lowongan kerja, tapi akan bikin
usaha sendiri,”katanya optimis.” (Halaman 45)
 Pantang Menyerah
Makanya itu gunanya wa’ang di sini, mengajari aden teknologi dan peluang bisnis
masa depan. (Halaman 46)
 Mandiri
Selepas kuliah dia minta izin merantau ke Jakarta. (Halaman 47)
 Bekerja keras
Dia pernah bekerja di perusahaan yang menyediakan jasa pemasangan pemanas
air mineral untuk hotel. Dia juga pernah menjadi juru lampu dan asisten
kameramen di sebuah televisi swasta. (Halaman 44-45)
 Pengertian
“Wa’ang tidurlah dulu, masih letih, kan?” (Halaman 44)
 Percaya diri
Ini namanya ilmu memantaskan diri. (Halaman 46)

2. Pasus
Perwatakan : Protagonis
 Baik hati
“Bagaimana kalau kamu nginep aja di kamarku?” (Halaman 65)
 Pantang Menyerah
“Kita tidak boleh menyerah diusir dari kamar kos kita.” (Halaman 73)
 Cerdik
Ini kesempatan aku membuktikan apa memang benar ada dana untuk itu.
(Halaman 82)
2
 Sombong
Kadar kesombongannya juga naik beberapa kali lipat. (Halaman 102)
 Percaya diri
Dia tersenyum mantap penuh percaya diri. (Halaman 104)
 Bijak
“Kalau kau ragu terus untuk jadi wartawan, ya jangan terus di sini. Percuma.
(Halaman 108)
 Jahil
“Tentu saja di Mabes-lah,” kata pasus tersenyum jahil. (Halaman 114)
 Norak
Yang paling norak tentulah Pasus. (Halaman 193)
 Berani
“Bukannya Mas sendiri yang bilang media itu harus independen?” tanya Pasus.
(Halaman 58)

3. Mas Aji
Perwatakan : Protagonis
 Baik
Mas Aji memberi setiap orang sebuah buku. (Halaman 55)
 Berwibawa
Pondasi kerja kita adalah bukan jurnalisme yang memihak satu golongan.
(Halaman 56)
 Adil
“Kita harus berpihak pada kepada kebenaran dan kepada yang tertindas.
(Halaman 58)
 Pengertian
Mas Aji mengingatkan kami di rapat mingguan. (Halaman 64)
 Sopan
Maaf beberapa hari ini kerja kalian mungkin sedikit terganggu. (Halaman 72)
 Pedulian
Selain itu, untuk kebaikan hidup kalian. (Halaman 73)
 Tegas
Kamu yang traktir narasusumber!”balas Mas aji tegas.” (Halaman 81)

4. Mas Malaka
Perwatakan : Protagonis
 Berani
“Hei, why so serious!” tiba-tiba Mas Malaka yang dari tadi diam berteriak nyaring.
(Halaman 54)

3
 Tidak Pemalu
Sekarang tiba-tiba dia sudah berkain sarung kotak-kotak kuning. (Halaman 54)
 Sederhana
Sejak dulu aku suka pakai sarung. (Halaman 56)
 Baik
Pelajari baik-baik dan riset dulu ya. (Halaman 59)
 Tegas
Khususnya korban kerusakan dan bentrokan massa,”Tegas Mas Malaka.”
 Disiplin
Minggu ini saya beri kamu tugas wawancara khusus Jenderal Broto.
(Halaman 114)

5. Dinara
Perwatakan : Protagonis
 Cerdas
Beradaptasi cepat dan cerdas. (Halaman 128)
 Jujur
Setidaknya dia gadis yang jujur. (Halaman 124)
 Baik
Walau dia baik kepada semua orang. (Halaman 129)
 Ramah
Anak baru ini tertawa ramah. (Halaman 122)
 Menarik
Gadis ini semakin menarik. (Halaman 134)
 Pemalu
“Ih, gombal nih,” katanya malu-malu. (Halaman 145)
 Galak
Paling tidak kan bisa mendoakan, katanya dengan suara galak.
 Berprestasi
Dinara diterima untuk kuliah di GWU mulai semester depan. (Halaman 300)

C. Tokoh Sampingan
1. Randai
2. Yono
3. Garuda
4. Hilda
5. Ibu Odah
6. Ustad Fariz
4
3. Alur
Novel ini bercerita tentang Alif yang terus berusaha menggapai mimpinya sampai
terwujud.

4. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama
dimana pengarang sebagai tokoh utama.
Pembuktian
- “Aku ingin ke Amerika.” (Halaman 4)
- “Aku diantar Kang Andang.” (Halaman 59)

5. Bahasa yang digunakan


Novel ini menggunakan bahasa Indonesia, Namun terdapat beberapa bahasa lain yang
diantaranya sebagai berikut :
 Bahasa Daerah
“Punten Bu,” (Halaman 4)
 Bahasa Inggris
- Smart dan Sharp. (Halaman 12)
- “Hi, I know you feel,” (Halaman 62)

 Bahasa Gaul
- Necis (Halaman 13)
- Krismon (Halaman 13)

 Bahasa Arab
- man jadda wajada dan i’malu fauqa ma amilu (Halaman 111)
- man thalabal ula sahiral layali (Halaman 135)

6. Majas dan Gaya Bahasa


a. Majas Perumpamaan
Aku merasa menjelma seperti tokoh utama di film dengan slow motion. (Halaman 10)
b. Majas Metafora
Ngomong krismon itu ingat simomon, kucing jantan ibu ini sama-sama nyusahin dan
bikin pusing.

5
c. Majas Hiperbola
Dia suka membagi teka-teki yang aneh-aneh kepada stafnya, yang jawabannya hanya
dia dan Tuhan yang tau. (Halaman 14)
d. Majas Perbandingan 1 simile
Dia tersenyum lebar bagai seorang anak yang baru dapat mainan baru. (Halaman 14)
e. Majas Metafora
Dia menyambut dengan suara datar seperti danau yang tenang.

7. Latar/Setting
a. Latar Tempat
 Lantai
Aku lorotkan ransel tambunku yang seberat batu di lantai. (Halaman 1)
 Di Kamar
Seperti kebiasaanku setiap masuk kamar aku julurkan tangan menekan tombol
radio usangku. (Halaman 2)
 Di Kanada
Belakangan aku sadar tidak ada daster di Kanada. (Halaman 2)
 Di Kantor Fakultas
Aku melangkah pasti ke Kantor Fakultas.
 Di Kampus
“Ya kapan-kapan mereka main ke kampus, saya tagih,”katanya. (Halaman 8)
 Di depan ruang tata usaha
Kami sama-sama antar mendapatkan cap legalisasi di depan ruang tata usaha.
 Di departemen luar negeri
Melihat kakak seniorku yang telah menjadi pegawai negeri di Departemen Luar
Negeri. (Halaman 12)
 Di ruang kasir
Untuk sampai ke ruang kasir (Halaman 14)
 Di Jakarta
Menyiarkan berbagai kegiatan demo di Jakarta dan kota lainnya (Halaman 20)
 Di pondok Madani
Ketika dulu menjadi wartawan majalah syams di pondok madani (Halaman 39)
 Di lantai 3
Silahkan gabung dengan semua wartawan baru di lantai 3. (Halaman 48)

b. Latar Waktu
 Pukul 14.00 siang
Duduk dikursi kerjanya sekitar jam 2 siang. (Halaman 76)
 Pukul 24.00 malam
Hanya setelah jam 12 malam berdentang. (Halaman 90)

6
 Pukul 04.00 subuh
Kalau perlu bangun jam 4 subuh untuk mulai bekerja. (Halaman 111)
 Pukul 02.00
Menjelang jam 2 dini hari. (Halaman 112)
 Pukul 09.00 pagi
Kantor sekitar jam 9 pagi masih hening dan sepi (Halaman 119)
 Pukul 08.10
Jam 8 lewat 10 menit, telepon kantor berdering. (Halaman 134)
 Pukul 11.00 malam
Jam 11 malam berdentang. (Halaman 153)
 Pukul 11 pagi
Ini jam 11 pagi di Jakarta. (Halaman 197)
 Pukul 08:55
Hai tunggu dulu, aku belum terlambat, masih jam 8:55 (Halaman 207)
 Pukul 10 pagi
Aku lirik jam, ini jam 10 pagi di DC (Halaman 235)
 Pukul 10 malam
Jam 10 malam di Jakarta. (Halaman 236)
 Pukul 1 malam
Ini belum malam, ini dini hari, jam 1 malam (Halaman 295)
 Pukul 9 malam
Saya pikir ini masih jam 9 malam di Amerika. (Halaman 296)
 Pukul 8:46 pagi
Penyiar memberikan informasi bahwa kejadian ini terjadi jam 8:46 pagi

c. Latar Suasana
 Lega
Sambil menghembuskan nafas lega (Halaman 2)
 Girang
Ibu Odah girang bukan kepalang (Halaman 3)
 Heran
Tiba-tiba ibu kos menepak-nepak pintu kamarku heran (Halaman 4)
 Senang
Dia melihat sejurus dan air mukanya berganti senang. (Halaman 7)
 Kaget
Aku kaget ketika diminta oleh redaktur koran warta Bandung untuk menulis koran
tetap. (Halaman 9)
 Gelisah
Dia mengaku, kalau gelisah dia jadi suka lapar (Halaman 21)
 Kesal
Dadaku terbakar rasa kesal (Halaman 28)
7
 Ragu-ragu
Aku mengangguk ragu-ragu (Halaman 35)
 Kagum
Mata kami mengerjap-ngerjap kagum. (Halaman 40)
 Bosan
Kalau bosan, aku baca kliping-kliping yang disimpan. (Halaman 70)
 Khusyuk
Disaat khusyuk berdoa (Halaman 71)
 Menyenangkan
Kayaknya akan menyenangkan kalau dia benar-benar lulu.
 Diam
Dia hanya diam (Halaman 141)
 Bingung
Aku bingung (Halaman 150)

8. Amanat
 Tetaplah berusaha karena menggapai mimpi butuh kerja keras agar terwujud.
 Janganlah lupakan keluarga di kampung sejauh manapun mencari kerja.
 Belajarlah untuk tidak sombong sesukses apapun kita karena kita juga berasal dari
bawah.
 Selalu optimis apapun yang terjadi pasti ada hikmah di baliknya, dan ada yang
terbaik untuk kita.

8
9. Sinopsis
Alif adalah seorang mahasiswa di bandung, ia merantau dan meninggalkan ibu serta adik-
adiknya di kampungnya. Alif gemar menulis, dia sudah beberapa kali ke berbagai negara
dengan uang gratis. Sebelumnya dia ke Kanada, Amerika itu adalah impiannya dan semua telah
tercapai. Ia menulis impian-impiannya di dinding kamar kosnya. Ia kembali dar luar negeri
selama satu tahun meninggalkan kosnya yang ia memohon kepada ibu kosnya untuk tidak
memberikan ke siapapun kamar itu selagi ia ke luar negeri.
Dengan menjanjikan akan membawakan ibu kos daster karena ibu kos menyukai daster, ia
membersihkan kamarnya, kemoceng bersiut-siutan ketika sabetkan kiri dan kanan. Beberapa
sanak laba-laba lari terbirit-terbirit ketika tali-temali sarangnya di amuk. Dinding kos bergetar-
getar ketika Alif hunjamkan paku baja untuk menggantung Bendera Merah Putih, dulu ia tak
berpikir akan memaku Sang Merah Putih di kamar, tapi kini dia bangga melakukannya sebagai
seorang duta muda Indonesia bahkan ia juga memasang bendera Kanada dan sepotong peta
Quebec.
Bukan ia ingin menjadi orang Kanada, tetapi untuk mengingat kenangan indah pernah
tinggal di sana. Ibu kos memberikan sekeresek surat dan ada surat bersampul cokelat dengan
gambar kujang kembar lambang kampusnya. Ada cap besar di luarnya PENTING! Dengan
tinta merah yang tebal isinya surat peringatan agar ia segera mendaftar ulang dan membayar
uang kuliah.
Ia sudah terlambat seminggu dan uang di dompet tinggal 50 ribu. Ia meminjam uang Bang
Togar dan Bang Togar meminjamkannya, setelah itu ia melangkah pasti ke kantor fakultas,
Pak Wangsa menjaga meja administrasi dengan disiplin dan lurus. Terlambat sedikit mengurus
daftar ulang semesteran, ia akan marah, tetapi Alif memperlihatkan koran Pikiran Rakyat dari
tasnya. Aku kembangkan lembar yang memuat tulisannya yang berjudul “Alif Fikri Harumkan
Nama Unpad, Menjadi Duta Muda ke Kanada”.
Pak Wangsa menjadi bangga dan senang terhadap Alif, dan menguruskan pendaftarannya.
Berapa ratus malam sepi yang ia habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuannya,
belajar, membaca, menulis dan berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha diatas rata-rata orang
lain agar ia bisa meningkatkan hakikat dirinya. Sejak tulisan-tulisan yang ia kirim dari Kanada
dimuat, ia semakin dikenal oleh para redaktur koran dan tabloid di Bandung. Kombinasi honor
yang teratur dan hadiah lomba karya tulis yang berjuta-juta membuat hidupnya sejahtera dan
jumlah kiriman untuk ibunya dan biaya sekolah adik-adiknya bisa ia naikkan tiap bulan.
Ia sering membaca papan pengumuman beasiswa di depan kantor fakultas. Begitu melihat
poster Singapura Internasional Foundation Fellowship, ia langsung mendaftar, ahkirnya ia
mendapat beasiswa itu. Setelah dites panitia, ia terbang ke Singapura hanya satu hari sidang
skripsi selesai. Setelah satu semesternya di sana selesai lanjut melegalisir ijazah, kegiatan yang
populer di kalangan mereka yang baru diwisuda, semakin lama Indonesia mengalami krisis
moneter, hanya dolar melambung dan ikut mengatur harga barang.
Ketika ia mampir kekoran suara Bandung untuk mengambil honor dari tulisan bulan lalu
saat itu juga untuk sementara kontrak menulisnya ditangguhkan, karena adanya krisis moneter
yang artinya tiada tulisan tiada pemasukan. Dalam sekejap, Indonesia dipenuhi demokrasi
seiring dengan harga dolar yang membubuh dan kenaikan harga BBM.

9
Empat oranng mahasiswa tewas diterjang peluru aparat keamanan ketika terjadi aksi
keprihatinan ribuan mahasiswa di dalam kampus mereka, yang mengakibatkan presiden
Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya. Tumbangnya orde baru dan lengsernya Pak
Soeharto mungkin melegakan hati sebagian masyarakat tetapi belum bisa segera mengubah
susunan ekonomi yang morat-marit, saat itu uang Alif hanya cukup untuk makan siang dan ia
sadar sesadar-sadarnya, menarik uang tunai dari ATM, kartu kredit adalah kesalahan elementer
dan salah satu dosa terbesar seorang pemegang kartu kredit, ia terjajah oleh hutang, ia mulai
melamar pekerjaan tetapi tidak diterima.
Sudah berbagai kantor yang ia kirimi lamaran dan dites tetapi hasilnya tidak ada karena
alasan krisis moneter banyak juga yang di PHK, sampai suata saat ia sudah putus asa hingga
satu surat datang untuknya dan berisi lamarannya diterima redaksi Drap. Ia ke Jakarta tinggal
di kos Uda Ramon sepupunya, sangking bersemangatnya masuk kerja, ia bangun sebelum azan
subuh, hari pertama masuk kerja, setelah Mas Adi berpidato ia mengatakan kepada para
karyawan baru bahwa hanya punya waktu enam bulan membuktikan kalau mereka layak
berada dalam tim itu. Menilai kinerja dan perilaku karyawan baru. Mereka adalah wartawan.
Setelah beberapa bulan kinerja mereka baik dan merekrut karyawan baru lagi. Dinara salah
satu dari beberapa karyawan yang di terima.
Alif langsung mendekatinya dan berkenalan awalnya ia dicuekin, tetapi karena tahu Alif
adalah teman Raisa ahkirnya, Dinara mulai ramah bahkan dekat dengan Alif, teman ngobrol di
jam istirahat dan setiap pagi Dinara memberi Alif bekal, sambil bekerja Alif mencari beasiswa
S-2 di Amerika. Ia menerima email resmi dari Fakultas Komunikasi yang bagus di East Coast.
Basten University dan George Washingtong University di Washington DC. Impian Alif
tercapai lagi melanjutkan S-2nya di Amerika.
Alif memberi tahu kabar penerimaan ke Dinara, Dinara mengucapkan selamat dan merasa
sedih 3 hari sebelumnya. Berangkat ke Amerika Alif terus membujuk Dinara yang
menjauhinya, dengan dipaksa Pasus Dinara mau mengantar Alif ke bandara, beserta
rombongan kerja lainnya. Alif cuti kerja selama satu tahun, setibanya di kampus untuk
mengurus administrasi dia bertemu Mas Garuda yang menawarkan untuk tinggal bersamanya.
Mas Garuda bekerja sebagai koresponden berbagai media Indonesia,harus khusus untuk
dokumen dan surat penting, pengantar koran, pizza, dan penjual tempe.
Alif tak lupa mengabari Dinara sesampai dia dirumah Mas Garuda. Di kampusnya banyak
juga yang dari Indonesia. Alif berkenalan dengan mahasiswa dari Pakistan, Bosnia, Rusia,
Mesir, Arab Saudi, Maroko dan Malaysia, tidak terasa sudah 3 minggu Alif di sana, banyak
tugas membaca buku, menulis essay serta presentasi di setiap mata kuliah. Selama sekamar
dengan Mas Garuda, Alif bangun hampir setiap dini hari, karena Mas Alif keluar rumah jam 4
pagi untuk mengantar koran. Tak lama Mas Garuda akan pergi ke New York untuk beberapa
hari dan Alif mempersiapkan diri untuk mengajak Dinara menikah, libur semester pertama
rencana mereka menikah, tetapi sebelum itu Alif harus berhadapan dengan ibu dan bapak
Dinara hanya dari jauh, Ibu Dinara dengan senang menerima Alif, namun Bapaknya masih
terus diyakini sampai ahkirnya menerima Alif.
Sebelum libur semester pertama, Alif memutuskan bekerja separuh waktu di kampus
sebagai staf Ticket Master, agen penjualan tiket pertandingan olahraga dan musik. Selain
bekerja itu, sebelumnya Alif telah bekerja sebagai wartawan di Amerika mewawancarai
10
berbagai tokoh penting dan dulu dia bekerja di Jakarta, Dinara juga mempunyai mimpi
melanjutkan sekolah di luar negeri, suatu hari beasiswa di London ia lulus dan sebentar lagi
mereka akan menikah. Masalahnya yang terjadi pada Dinara ia selesaikan dengan baik
beasiswanya bisa ditunda tahun depan setelah Alif lulus lalu Dinara lagi yang akan melanjutkan
sekolah. Pernikahan mereka berjalan dengan lancar dan Dinara ikut alif ke Amerika dan
mengontrak di dekat kampusnya.

11
10. Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
 Alur ceritanya bagus dan menarik
 Banyak hikmah yang dapat di petik dan diterapkan untuk sehari-hari
 Pengarang menjelaskan watak dari setiap tokoh dengan jelas
 Pengalaman dari tokoh utama sangat menginspirasi

b. Kekurangan
 Gambar pada sampulnya kurang menarik
 Terdapat banyak bacaan yang tidak diterjemahkan
 Terlalu banyak menggunakan bahasa daerah sehingga sulit untuk dipahami

11. Saran Penulis dan Pembaca


a. Saran Penulis
Akan lebih baik jika penulis menambahkan arti dari bahasa inggris dan bahasa daerah
yang digunakan dalam novel sehingga pembaca dapat banyak pengetahuan selain
bahasa Indonesia.
b. Saran Pembaca
Pembaca diharapkan dengan bijak dapat menerapkan ke kehidupan sehari-hari hal
baik dan yang menginspirasi dari novel tersebut. Serta dapat tidak mengikuti hal
yang buruk dari Novel Rantau 1 Muara

12. Kesimpulan
Bersyukurlah dalam keadaan apapun, karena ada saat kita di bawah dan juga di atas,
jangan mudah menyerah serta tetap sadar.
Jangan lupakankeluarga di kampung sejauh apapun mencari harta.

12

Anda mungkin juga menyukai