Anda di halaman 1dari 9

Peninggalan kerajaan galuh

1. Prasasti Galuh

Prasasti ini tidak memiliki penanggalan. Namun, dari jenis aksara yang dipakai, para peneliti
memperkirakan bahwa Prasasti Galuh dibuat pada sekitar abad 14-15 Masehi.

Prasasti Galuh terdiri dari tiga baris tulisan beraksara dan berbahasa Sunda Kuno tanpa
pertanggalan. Namun, dari gaya dan bentuk aksaranya, prasasti ini diperkirakan berasal dari
sekitar abad 14-15 Masehi (W.P.Groeneveldt 1887:383; G.P. Rouffaer l909: LXXXIX: N.J.Krom
l914: 98-99). Batu pada bagian yang merupakan awal tulisan patah sehingga separuh
aksaranya hilang. Transkripsi ringkas terhadap prasasti ini dilakukan oleh J.L.A.Brandes
(l887: 383; 1913: 264). Isinya sangat ringkas dan merupakan candrasangkala (pertanggalan
yang disusun dengan kalimat yang mengandung nilai angka tertentu), yaitu:
[wa]ra buta
Mahisa
hire
Saat ini, Prasasti Galuh ditetapkan sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Galuh yang
disimpan di Museum Nasional Indonesia.

2. Makam Adipati Panaekan

Napak tilas keberadaan Kerajaan Galuh juga ditandai dengan adanya Makam Adipati
Panekan, yang merupakan peninggalan arkeologis dengan bentuk
seperti lingkaran yang susun tiga.

Adipati Panaekan sendiri merupakan putra kedua dari seorang Prabu atau raja di
Kerajaan Galuh, yaitu Cipta Permana.
3. Situs Cikahuripan

Peninggalan Kerajaan Galuh yang bernama Cikahuripan merupakan sebuah sumur


yang ada di dekat pertemuan dua sungai, yaitu sungai Citanduy dan Sungai
Cimuntur.

Sumur bersejarah ini kemudian


diberi nama Sumur Cikahuripan karena dipercaya sebagai simbol kehidupan oleh
masyarakat setempat.

Sumur ini berisi air kehidupan yang tidak pernah surut airnya sepanjang tahun, sehingga
sangat pantas juka disebut sebagai sumur kehidupan.

4. Prasasti Rumatak
Peninggalan kerajaan Galuh lainnya adalah Prasasti Rumatak, yaitu sebuah prasasti
yang ditemukan di Gunung Gegerhanjuang, Desa Rawagirang, Singaparna.
Prasasti ini diperkirakan ditemukan pada tahun 1977 Masehi, dan menjadi salah satu
prasasti yang disimpan di Museum Nasional Indonesia hingga sekarang.

Prasasti Rumatak ini ditulis pada sebuah batu pipih yang berukuran 85 x 62
Centimeter, yang berisi tiga baris tulisan aksaran dan bahasa sunda kuno.

5. Prasasti Cikajang

Prasasti Cikajang adalah salah satu peninggalan Kerajaan galuh yang ditemukan di
daerah perkebunan teh di wilayah Cikajang, Gunung Cikuray.

Prasasti ini ditulis dalam bahasa dan aksara sunda kuno, terdiri dari tiga baris tulisan yang
aksaranya memiliki kemiripan dengan aksara pada Prasasti Kawali.

Setelah diteliti, didapati bahwa transkripsi dari prasasti ini berisi tulisan Bhagi bhagya, ka ,
nu nglaiwat.

6. Panyandaran

Peningggalan Kerajaan Galuh selanjutnya adalah panyandaran yang ditemukan di


wilayah ruang lingkup situs Karangmulyan.
Panyandaran ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu menhir dan juga dolmen, yang
dikelilingi oleh batu bersusun yang seperti susunan tembok.

Bagian menhir memiliki ukuran yang cukup tinggi, yaitu sekitar 120 cm dengan lebar
70 cm. Sedangkan dolmen memiliki ukuran 120 x 32 cm.

7. Lambang Peribadatan

Peninggalan Kerajaan Galuh yang berupa Lambang Peribadatan ini masih satu
kesatuan dengan lingkup Situs Karangmulya.

Beberapa peneliti meyatakan bahwa Lambang Peribadatan ini sebagai fragmen


candi, sehingga warga sekitar menyebutnya sebagai stupa.

8. Prasasti Mandiwunga

Peninggalan Kerajaan Galuh selanjutnya adalah Prasasti Mandiwunga yang terletak


di Desa Cipadung, kecamatan Cisaga, Ciamis.
Prasasti ini pertama kali ditemukan pada tahun 1985 Masehi dan dituliskan dalam sebuah
batu yang kondisinya patah.

Prasasti mandiwunga ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa Kuno, yang berisikan lima baris
aksara.

9. Situs Geger Sunten

Situs Geger Sunten merupakan peninggalan Kerajaan Galuh yang terletak di sebuah
perbukitan yang dinamakan sebagai Dusun Sodong, di daerah Tambaksari Kabupaten
Ciamis.

Situs Geger Sunten terdiri dari berbagai macam bebatuan yang tersusun dengan rapi dan
teratur, situs ini dikelilingi pohon mahoni yang rindang.

Diyakini, pada masa lalu situs ini adalah tempat persembunyian Aki Balangantrang saat
menyembunyikan Ciung Wanara Saat Kerajaan Galuh dikudeta oleh Barmawijaya.

10. Sanghiang Bedil


Sahyang Bedil adalah sebuah ruangan yang sekelilingnya berupa tembok yang
mempunyai ukuran 6,20 x 6 meter dengan tinggi sekitar 80 cm. Pada masa kerajaan
Galuh, sanghiang bedil adalah gudang senjata kerajaan galuh.

Pada bagian depan pintu Sahyang Bedil didapati struktur batu yang sepertinya difungsikan
sebagai sebuah sekat.

Pada ruangan ini, terdapat dua buah menhir yang diletakkan di atas tanah yang memiliki
ukuran 60 x 40 dan 20 x 8 cm.

11. Situs Pangcalikan

Situs Pangcalikan merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Galuh yang masih
dalam ruang lingkup Situs Karangmulyan.

Situs ini merupakan bagian utama yang akan dilewati setelah melewati gerbang utama Situs
Karangmulyan.

Pangcalikan atau juga dikenal dengan nama Pelinggih ini berbentuk sebuah batu yang
bertingkat-tingkat berwarna putih yang menyerupai bangun segiempat.

12. Situs Ciung wanara karang kamluyan

Peninggalan Kerajaan Galuh yang terakhir adalah Situs Ciung Wanara Karangmulyan,
yang merupakan sebuah situs arkeologi di wilayah Desa Karangmulyan, Cijeungjing,
Ciamis, Jawa Barat, Indonesia.
Situs Ciung Wanara ini mengisahkan cerita tentang Ciung Wanara dan hubungannya
dengan Kerajaan Galuh.

Situs bercorak Hindu-Budha ini juga menceritakan mengenai keberadaan Kerajaan Galuh
yang ada sebelum zaman berdirinya Kerajaan Pajajaran dan Majapahit.

Itulah 12 peninggalan Kerajaan Galuh yang menjadi saksi sejarah keberadaan Kerajaan
Galuh pada masa lampau, dan juga menjadi warisan budaya sampai saat ini.

13. Astana Gede

Di Situs Astana Gede Kawali terdapat banyak peninggalan arkeologi, seperti batu
prasasti, batu menhir, dan makam.

Salah satu peninggalan sejarah yang menarik adalah sebuah batu berukuran besar di
halaman situs budaya Astana Gede Kawali. Namanya Batu Sanghyang Bongkok atau
penduduk sekitar menyebutnya batu jubleg yang berarti batu sebagai tapak rumah.

Pada zaman dahulu astana gede digunakan sebagai tempat pemujaan raja raja yang
bertakhta di kawali.

14. Astana Cipeueut

Situs Cipeueut atau yang dikenal pula dengan sebutan Astana Cipeueut
merupakan sebuah kawasan makam keramat yang berlokasi di Kampung Cipeueut
Desa Cipaku Kecamatan Darmaraja. Di lokasi ini terdapat tiga buah makam yang
dikeramatkan. Makam tersebut adalah Makam Guru/Prabu Aji Putih, Makam Nyi
Mas Ratu Inten/Nyi Mas Nawang Wulan, dan Makam Sanghiang Resi Guru Agung.
Melihat lokasinya, berada di sekitar lahan pesawahan penduduk dengan
ketinggian wilayah kurang lebih 230 meter di atas permukaan laut. Berada dekat
dengan sungai Cibayawak.
pada jarak sekitar 350 meter terdapat bangunan teras berundak yang terletak
pada meander sungai Cibayawak. Namun teras-teras itu sudah tidak utuh,
sehingga sulit untuk diamati. Pada teras teratas terdapat tumpukan batu terdiri
dari dua undakan. Di tengah bagian atas (sisi lenar) tumpukan batu undakan
kedua terdapat lingga (semu). Di bawah teras terdapat jalan menurun, dan tidak
jauh dari ujung tangga terdapat mata air serta tumpukan batu berbentuk empat
persegi panjang. yang pada bagian tengah atas (sisi lebar) terdapat lingga (semu).
Di depan lingga diletakkan batu datar (tempat sesaji). Lokasi kedua dan ketiga ini
dinamakan dengan Makam Prabu Aji Putih dan Makam Eyang Wulan.

15. Candi Cangkuang

Candi Cangkuang adalah candi Hindu yang berada di Jawa Barat, tepatnya di
kampung Pulo, wilayah Cangkuang, kecamatan Leles, Garut.

Bangunan ini merupakan candi yang pertama kali ditemukan di Tanah Sunda dan
menjadi candi Hindu satu-satunya di Sunda.

Candi Cangkuang merupakan peninggalan kerajaan Sunda pertama yaitu kerajaan


Galuh.

Meski bercorak Hindu, di dekat lokasi candi Cangkuang terletak makam Mbah dalem
Arief Muhammad, yaitu pemuka agama Islam yang dipercaya sebagai leluhur
penduduk desa Cangkuang.

Nama candi Cangkuang diambil dari nama desa tempat candi ini berada kata
Cangkuang sendiri adalah nama sejenis pandan, yang banyak terdapat di sekitar
makam Arif Muhammad.

Fungsi candi Cangkuang adalah sebagai tempat pemujaan terhadap dewa Siwa dan
dewa-dewa dalam kepercayaan Hindu lainnya.

16. Batu Kalde

Situs Batu Kalde terletak di Kawasan Taman Wisata Alam/Cagar Alam (TWA/CA)
Pangandaran, Jawa Barat. Posisinya berada di sebuah semenanjung yang bentuknya
menyerupai kepalan tangan manusia dengan luas lahan 530 ha. Di dalam kawasan
konservasi alam ini terdapat peninggalan purbakala yang dikenal dengan nama Batu
Kalde. Hasil ekskavasi tahun 2016 dan 2017 memperlihatkan Situs Batu Kalde yang
merupakan struktur dari bekas candi memiliki halaman yang berdenah persegi panjang
berukuran 46 m x 49,5. Adapun bangunan inti keagamaan ini berupa candi dengan
bentuk persegi empat berukuran 12 x 12 m.
Situs Batu Kalde setelah diteliti di asumsikan sebagai sebuah bangunan candi yang
digunakan sebagai ritual keagamaan Hindu dari masa Kerajaan Sunda.

17. Situs Kanduruan

Situs Dalem Kanduruan yang berada di wilayah Kecamatan


Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat, tepatnya di Sukahurip, Desa
Sukamukti, menjadi tempat menghilangnya pasukan Kerajaan
Mataram penyebar agama Islam yang diutus oleh kerajaan cirebon
yang saat itu dikejar oleh tentara Belanda.

18. Ronggeng Gunung

Tari Ronggeng Gunung diciptakan oleh Dewi Samboja pada abad ke-7.

Dewi Samboja merupakan salah seorang putri di masa Kejayaan Kerajaan


Galuh, di bawah kekuasaan Putra Raja Haur Kuning, bernama
Anggalarang.

Beberapa sumber mengatakan, Anggalarang mendirikan kerajaan kecil yang


letaknya di wilayah pesisir Pantai Pangandaran. Tepatnya, di Gua Sungai
Rengganis, Pantai Timur Pangandaran.

Menurut salah seorang tokoh kesenian asal Pangandaran, Didin Jentreng, dalam
sejarahnya, Anggalarang menikahi Nyimas Dewi Samboja atau tak lain adalah
Dewi Rengganis.

Karena kecantikannya, bajak laut atau perompak laut, yang di masa lalu disebut
bajo di sekitar Pantai Pangandaran, merasa iri kepada Anggalarang.

Hingga akhirnya, bajo menculik Anggalarang dan membunuhnya di daerah


Bagolo. Tepatnya, di Desa Emplak, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten
Pangandaran.

Tarian ini berperan sebagai penghibur bagi tamu kerajaan. Nantinya perempuan
ini akan menari diiringi seperangkat alat musik tradisional.

Anda mungkin juga menyukai