Prasasti ini terletak di desa Batu Tulis di selatan Bogor kecamatan kota Bogor. Prasasti ini
berada di area kompleks 17×15 meter. Prasasti ini pertama kali diteliti pada tahun 1806
oleh cetakan tangan dari University of Leiden di Belanda.
Prasasti ini adalah salah satu peninggalan Kerajaan Pajajaran, yang berasal dari abad ke-
11 hingga ke-16 dengan gaya Hindu. Prasasti ini ditulis di atas batu bertingkat, sejenis
batu yang terletak di sepanjang Sungai Cisadane.
Harap dicatat bahwa prasasti ini ditulis dalam bahasa Pallawa dan bahasa Sansekerta
digunakan. Prasasti tersebut berasal dari Prabu Surawisesa, penguasa kerajaan. Prasasti
ini dikatakan sebagai tujuan pembuatannya untuk menyoroti layanan Siliwangi Prabu, yang
tidak lain adalah ayah dari Prabu Surawisesa. Para ahli juga menduga bahwa prasasti ini
dibuat setelah kematian Raja Siliwangi.
b MENU
Selain pendapat di atas, ada versi lain yang menyatakan bahwa tujuan membuat prasasti
ini adalah bentuk pertobatan Surawisesa prabus yang tidak mampu melestarikan seluruh
wilayah Pakuan Pajajaran. Ketidakmampuan Prabu Surawisesa adalah bahwa pada saat
itu pasukan yang ia pimpin dalam pertempuran kalah ketika mereka berperang dengan
Kesultanan Cirebon, yang mengakibatkan pembebasan sebagian wilayah dari Kerajaan
Pajajaran.
2. Prasasti Huludayeuh
Isi prasasti ini mengandung 11 baris teks dalam bahasa Sunda Kuno. Prasasti ini pertama
kali ditemukan dalam kondisi yang tidak utuh, sehingga beberapa karakter akan hilang.
Meskipun ada beberapa yang kurang luas, prasasti dari Sri Maharaja Ratu Haji ini di
Pakwan Sya, Ratu Para Dewa, menceritakan apa yang terkait erat dengan upaya negara
untuk makmur. Prasasti itu sendiri diukir di batu alam setinggi 75 cm, lebar 36 cm dan
tebal 20 cm.
3. Prasasti Ulubelu b MENU
Prasasti Ulubelu adalah salah satu prasasti menurut sejarawan termasuk peninggalan
Kerajaan Sunda pada abad ke 15 Masehi. Prasasti ini ditemukan di Ulubelu, Desa
Rebangpunggung, Kota Agung, Lampung, pada tahun 1936. Prasasti Ulubelu yang
ditemukan kemudian disimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris D.154.
Isi Prasasti
Prasasti ini berisi informasi tentang mantra bahwa Dewa Wisnu, Siwa, Brahma dan juga
para dewa yang mengendalikan tanah, air dan pohon meminta bantuan. Hal ini diyakini
untuk memastikan keselamatan musuh yang berniat melakukan kejahatan.
Skrip Tulisan
Ada sejarawan yang percaya bahwa aksara pada prasasti ini adalah aksara Sunda lama.
Karena itu, prasasti ini dianggap sebagai peninggalan yang berasal dari Kerajaan Sunda.
Pendapat sejarawan itu diperkuat oleh fakta bahwa Kerajaan Sunda juga termasuk wilayah
Lampung.
Bahan Pelabelan
Prasasti ini ditulis dengan bahan batu alam kecil. Tulisan pada prasasti ini sangat kecil
dan dalam kondisi rusak. Selain itu, ada jeda di tengah-tengah prasasti, tetapi aksara
Sunda tua yang tertulis pada prasasti itu masih bisa dilihat.
b MENU
Prasasti ini adalah salah satu peninggalan kerajaan Sunda Galuh, yang posisinya tidak
jauh dari prasasti Kebon Kopi I. Sebelum prasasti ini hilang, seorang ahli bernama F.D.K.
Bosch diperiksa. Peneliti menjelaskan bahwa ada tulisan Melayu kuno dalam prasasti
yang menceritakan kisah seorang raja Sunda yang telah memperoleh kembali tahtanya.
5. Situs Karangkamulyan
b MENU
Situs ini adalah situs bersejarah kuno di Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat, lebih tepatnya di
desa Karangmulyan. Situs ini adalah peninggalan Kerajaan Galuh dalam gaya Buddha
Hindu.
Artikel Terkait: Sistem dan Struktur Politik-Ekonomi Indonesia Masa Orde Baru
Kisah Ciung Wanara adalah kisah yang sangat menarik yang perlu diperdalam. Pada
zaman kuno ada seorang raja Galuh bernama Prabu Adimulya Sanghyang Cipta Permanadi
Kusumah yang memiliki dua permaisuri, yaitu Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum.
Ketika akhir sudah dekat, Prabu membuang dirinya dengan kekuatan yang telah diberikan
kepada Gubernur Bondan Sarati karena Prabu tidak memiliki keturunan permaisuri
pertamanya, dewi Naganingrum. Ketika kekuasaan Raja Bondan diberikan, termasuk raja-
raja yang tidak peduli dengan bangsanya.
Dalam kuasa Tuhan, dewi Naganingrum kemudian diberi seorang putra bernama Ciung
Wanara. Ciung Wanara kemudian menjadi penerus Kerajaan Galuh dengan sistem kerajaan
yang adil dan bijaksana.
Proses Investigasi
b MENU
Berdasarkan penyelidikan oleh tim arkeologi dari Balar, yang dilakukan oleh Dr. Toni
Jubiantoro diperintahkan, situs Karangmulyan ditemukan sebagai peninggalan pertama
kerajaan Galuh. Di daerah di mana situs itu berada, disimpulkan bahwa kehidupan dimulai
pada abad ke-9, yang dapat dilihat dari penggalian dalam keramik Dinasti Ming.
Zonasi
Lokasi ini merupakan lokasi yang sangat strategis karena berbatasan dengan pertemuan
Sungai Cimuntur dan Citanduy. Karena ini adalah warisan sejarah dengan nilai-nilai yang
sangat berharga, daerah ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh pemerintah
Indonesia.
6. Prasasti Cikapundung
Prasasti ini adalah peninggalan dari Kekaisaran Sunda. Prasasti ini ditemukan pada tahun
1884 di daerah perkebunan kina Cikapundung-Ujungberung. Saat ini, prasasti pada patung
Cikapundung dengan nomor inventaris 479c / D184 disimpan di Museum Nasional.
Prasasti ini diukir pada patung megalitik (batu besar).
Prasasti ini berisi beberapa gambar seperti wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Dalam
prasasti ada juga 2 baris huruf Sunda tua dengan kata-kata “unggal jagat jalmah hendap”,
yang berarti bahwa semua orang di dunia ini dapat mengalami setiap peristiwa.
b MENU
Berdasarkan pendapat peneliti arkeologi Bandung, Lutfi Yondri, ia menjelaskan bahwa
prasasti tersebut adalah prasasti Cikapundung.
Prasasti ini adalah prasasti dalam bentuk monumen batu (Padrão). Prasasti ini ditemukan
di Batavia (Hindia Belanda) tepatnya pada tahun 1918. Prasasti ini menggambarkan
perjanjian antara Kerajaan Sundanesia dan Kerajaan Portugal yang disimpulkan oleh
komisioner perdagangan Portugis dari Malaka dan pemimpin mereka Enrique Leme.
Padrão sendiri dibangun di atas sebidang tanah yang ditunjuk sebagai area untuk
pembangunan gudang dan benteng untuk Portugis.
Untuk menemukan prasasti itu sendiri, sebuah gudang dibangun di sudut Prisentraat, yang
sekarang telah menjadi jalan anyelir, dan denyut nadi Gronestraat diubah menjadi masa-
masa indah I Timur, yang dimasukkan ke dalam wilayah Jakarta Barat. Replika itu sendiri
dipamerkan di Museum Sejarah Jakarta.
Prasasti oleh Pasir Datar adalah salah satu peninggalan Kerajaan Pajajaran. Prasasti Pasir
Datar pertama kali ditemukan di perkebunan kopi di Pasir Datar di desa Cisande, Kec,
Cicantayan, Kab. Sukabumi tepatnya pada tahun 1872. Menurut N.J. Krom, salah satu
sejarawan Belanda, memiliki prasasti ini di Museum Nasional di Jakarta.
Prasasti ini terdiri dari bahan-bahan dasar dari batu alam. Prasasti oleh Pasir Datar masih
harus ditranskrip sampai konten dan makna prasasti dapat ditemukan.
Kompleks Makom Keramat juga termasuk peninggalan dari kerajaan Pajajaran. Di makam
ini adalah makam Ratu Galuh Mangkualam, istri kedua Sri Baduga Maharaja, juga dikenal
sebagai Prabu Siliwangi, salah satu raja dari Kerajaan Pajajaran. Makam ini terletak di
Kebun Raya Bogor, di desa Paledang di pusat Kabupaten Bogor di Kota Bogor, Jawa Barat.
Makam Ratu Galuh Mangkualam ada sebelum Kebun Raya Bogor dibuat. Dalam
penyelidikan lebih lanjut, kuburan itu berusia sekitar 600 tahun. Jika Anda melihat lebih
dekat pada makam Ratu Galuh, Anda akan melihat replika emas dan mahkota semen,
menunjukkan bahwa sang ratu berada dalam posisi di masanya.
Bukan hanya makam Ratu Galuh, tetapi Mbah Jepra, salah satu panglima perang
Pajajarian dan pendiri desa Peledang, dan Mbah Baul, gubernur Prabu Siliwangi, adalah
dua makam lain yang kita temukan di kompleks makam ini.
Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!
Posting terkait:
Pos-pos Terbaru
Situs ini dilindungi oleh DMCA Pro, semua bentuk pencurian konten di situs ini tanpa
menyediakan tautan aktif akan dilaporkan ke DMCA dan situs tersebut akan dihapus.
Copyright © 2020 by Kelas IPS
b MENU