Anda di halaman 1dari 19

Peresentasi

Kerajaan Tarumanagera
Kerajaan Tarumanegara

Peta wilayah kerajaan Tarumanegara


Letak Kerajaan Tarumanegara
Berdasarkan prasasti yang ditemukan letak pusat kerajaan Tarumanegara
diperkirakan berpikarakan berada diantara sungai Citarum dan
Cisadane.mungkin juga letak Tarumanegara dekat dengan aliran sungai
citarum,tetapi menurut prasasti tugu,purbacaka mememperkirakan pusat
kerjaan Tarumaneagra di daerah bekasi.
Sejarah Kerajaan Tarumanegara
Menurut naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 Masehi, beberapa wilayah di
Indonesia didatangi oleh sejumlah pengungsi dari India. Pengungsi ini mencari
perlindungan karena terjadi peperangan yang besar di sana. Pengungsi
tersebut berasal dari daerah Kerajaan Palawa dan Calankayana, India.
Salah satu rombongan yang berasal dari Calankayana dipimpin oleh seorang
Maharesi. Dia bernama Jayasingawarman. Jayasingawarman mendapatkan
persetujuan dari raja yang berkuasa di barat Jawa yaitu Dewawarman VIII, raja
Salakanagara untuk membuka tempat pemukiman baru. Tempat pemukiman
yang diberi nama Tarumadesya (desar Taruma) ini berada di dekat sungai
Citarum.
Sepuluh tahun kemudian, pemukiman Tarumadesya sering didatangi oleh
penduduk dari desa lain. Yang membuat desa ini menjadi semakin terkenal dan
berkembang pesat. Dan akhirnya, jayasingawarman membentuk sebuah
kerajaan bernama Tarumanegara.
Raja-raja
• Jayasingawarman (358-382)
• Dharmayawarman (382-395)
• Purnawarman (395-434)
• Wisnuwarman (434-455)
• Indrawarman (455-515)
• Candrawarman (515-535)
• Suryawarman (535-561)
• Kertawaman (561-628)
• Sudhawarman(628-639)
• Hariwangsawarman (639-640)
• Nagajayawarman (640-666)
• Linggawarman (666-669)
Kehidupan Kerajaan Tarumanegara
A. Kehidupan Politik
Di kehidupan politik Kerajaan Tarumanegara, hanya raja Purnawarman yang
dapat memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Hal ini bisa dilihat dari
adanya prasasti yang menyebutkan bahwa saat itu masyarakat Tarumanegara
menggali sebuah kali. Dimana kali ini digunakan untuk saluran irigasi untuk
memperlancar pengairan di sawah.
B. Kehidupan Sosial
Raja Purnawarman merupakan raja yang memperhatikan rakyatnya. Tidak
hanya itu, bahkan kehidupan sosial kerajaan Tarumanegara juga sudah
tersusun dengan rapi. Tidak hanya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya
saja, Purnawarman juga memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang
dianggap penting dalam melaksanakan upacara korban. Upacara ini
dimaksudkan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
C. Kehidupan Ekonomi
Dari segi perekonomian, mayoritas masyarakat Tarumanegara adalah pertanian
dan peternakan. Selain itu masyarakat juga berprofesi sebagai pedagang. Jika
ditelisik lebih dalam lagi, pembangunan terusan sepanjang 6.112 tombak
memaksudkan rakyat hidup sejahtera dan makmur.
D. Kehidupan Budaya
Jika dilihat dari teknik serta cara penulisan huruf-huruf yang ditemukan di
prasasti Tarumanegara, menunjukkan bahwa tingkat budaya saat itu sudah
besar. Karena dengan adanya prasasti tersebut, menunjukkan bahwa saat itu
sudah terdapat alat tulis menulis di Kerajaan Tarumanegara,
Keruntuhan Kerajaan Tarumenegara
Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara yaitu ketika kerajaan dipimpin oleh raja ke-
13 yaitu Raja Tarusbawa. Penyebab runtuhnya kerajaan ini dikarenakan tidak
adanya kepemimpinan di kerajaan tersebut. Karena Raja Tarusbawa lebih
menginginkan memimpin kerajaan kecilnya yang berada di hilir sungai Gomati.
Tidak hanya itu, alasan lain runtuhnya kerajaan tarumanegara adalah karena
adanya gempuran dari beberapa kerajaan yang ada di masa itu. Apalagi
kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang memiliki peranan penting dalam
keruntuhan Kerajaan Tarumanegara.

Kepemimpinan dilanjutkan oleh Sudawarman. Saat dipimpin Sudawarman,


Tarumanegara sudah mengalami kemunduran yang drastis. Kemunduran itu
disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya :
• Sudawarman tidak peduli terhadap masalah-masalah yang terjadi di
kerajaan, karena dari kecil dia tinggal di kanci
• Sudawarman tidak menguasai persoalan mengenai Tarumanegara
• Memberikan ekomoni pada raja-raja dibawahnya
Prasasti Kerajaan Tarumanegara
1. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, salah satu anak sungai
Cisadane, Kabupaten Bogor, tepatnya berada di desa Ciaruteun Ilir, kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Prasasti Ciaruteun, ditemukan pada Tahun
1863, dan saat ini sudah dilindungi Direktorat Perlindungan dan Pembinaan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
setelah sempat terseret banjir pada tahun 1893, Ada pun isi dari Prasasti
Ciaruteun adalah sebagai berikut:
“Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu
(pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnnawarmman, raja di negri
Taruma, raja yang gagah berani di dunia”, dikutip dari Wikipedia, kamis 15
November 2018.
2. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan pada Tahun 1879 di Kampung Batutumbuh, Desa
Tugu sekarang sudah menjadi elurahan Tugu Selatan, kecamatan Koja, Jakarta
Utara. Penemuan ini, diketahui atas laporan Notulen Bataviaasch
Genootschap. Tahun 1911, P.de Roo de la Faille memindahkan Prasasti tugu ke
Museum Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sekarang
Museum Nasional) dengan nomor D.124. Ada pun isi dari Prasasti Tugu adalah
sebagai berikut:
“Dahulu sungai yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang
mulia dan yang memiliki lengan kencang serta kuat yakni Purnnawarmman,
untuk mengalirkannya ke laut, setelah kali (saluran sungai) ini sampai di istana
kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja
Purnnawarmman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan
kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja-raja, (maka sekarang)
dia pun menitahkan pula menggali kali (saluran sungai) yang permai dan berair
jernih Gomati namanya, setelah kali (saluran sungai) tersebut mengalir melintas
di tengah-tegah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja
Purnnawarmman). Pekerjaan ini dimulai pada hari baik, tanggal 8 paro-gelap
bulan dan disudahi pada hari tanggal ke 13 paro terang bulan Caitra, jadi hanya
berlangsung 21 hari lamanya, sedangkan saluran galian tersebut panjangnya
6122 busur. Selamatan baginya dilakukan oleh para Brahmana disertai 1000
ekor sapi yang dihadiahkan,” seperti dikutip dari Wikipedia, Kamis 15
Nopember 2018.
3. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten ditemukan pada tahun 1864 oleh N.W. Hoepermans di
tepi sungai Cisadane (dekat Muara Cianten). Prasasti ini sempat diberi nama
prasasti Pasir Muara (Pasiran Muara) sebab pada penemuanya di dapat di
wilayah Kampung Pasirmuara.Adapun tulisan pada prasasti Muara Cianten
hingga kini belum bisa diperjemahkan sebab bahasanya menggunakan bahasa
ikal atau huruf sangkha, selain itu juga terdapat pahatan gambar sulur-suluran
(pilin) atau ikal yang keluar dari umbi. Jika sobat ingin mengetahui lebih dalam
mengenai Prasasti Muara Cianten, bisa datang langsung ke Balai Pelestarian
Cagar Budaya Serang, Jawa Barat.
4. Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang ditemukan pada tahun 1947 oleh Toebagus Roesjan di
tepi (sungai) Cidanghiyang di desa Lebak, kecamatan Munjul, kabupaten
Pandeglang.
Prasasti ini, berisi puisi yang ditulis dengan huruf Pallawa yang tersusun dalam
bentuk sloka bahasa Sanskerta dengan metrum Anustubh. Adapun, isinya
adalah sebai berikut:
“Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya
dari raja dunia, yang Mulia Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja-
raja”.
5. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau dikenal juga dengan nama Prasasti Pasir Kolengkak
ditemukan pada tahun 1854 oleh Yoolion Herdika Sava dan Tryan Martin, di
perkebunan jambu di Pasir Sikolengkak tepatnya di wilayah Kampung Pasir
Gintung, Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung. Kabupaten Bogor.
Pada tahun 1947, Prasasti Jambu dilaporkan ke Dinas Purbakala dan mulai
diteliti pada tahun 1954.Ada pun isi dari Prasasti Jambu adalah sebagai berikut:
"Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia
yang tiada taranya yang termashyur Sri Purnawarman yang sekali waktu
(memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal tidak dapat
ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa
menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi
merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya".
6. Prasasti Kebon Kopi I
Prasasti Kebon Kopi I ditemukan pada abad ke-19 di Kampung Muara,
termasuk wilayah Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor tepatnya di
perkebunan kopi sehingga diberi nama Prasasti Kebon Kopi. Ditempat yang
sama terdapat 2 (dua) prasasti yang ditemukan, makanya ada Prasasti Kebon
Kopi I dan II. Hingga saat ini prasasti Kebon Kopi I masih ada pada tempatnya,
alias belum dipindahkan. Ada pun isi dari Prasasti Kebun Kopi I adalah sebagai
berikut:
“Di sini tampak tergambar sepasang telapak kaki …yang seperti Airawata,
gajah penguasa Taruma yang agung dalam….dan (?) kejayaan”.
7. Prasasti Kebon Kopi II
Prasasti Kebon Kopi II ditemukan sekitar 1 (satu) kilometer dari Prasasti Kebun
Kopi I. Tepatnya di Kampung Pasir Muara, desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang,
Bogor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Prasasti ini ditemukan pada abad ke-19.
Menurut sejarah, Prasasti yang dikenal juga dengan nama “Prasasti Pasir
Muara atau Prasasti Rakryan Juru Pangambat” ini sempat diteliti oleh F.D.K.
Bosch yaitu seorang ilmuan dan professor ahli Indologi dan Indonesia
mengatakan, Prasasti Kebonkopi II ditulis dalam Bahasa Melayu Kuno dan
isinya menyatakan bahwa Raja Sunda menduduki kembali tahtanya. Ada pun
isi Prasasti Kebun Kopi II adalah sebagai berikut:
"Batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan Juru Pangambat, pada tahun 458
Saka (932 Masehi), bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada
kekuasaan raja Sunda".
8. Prasasti Pasir Awi
Prasasti Pasir Awi ditemukan pada tahun 1864 oleh N.W. Hoepermans di
lereng Selatan bukit pasir Awi tepatnya di kawasan hutan perbukitan
Cipamingkis sekitar kurang lebih 559 meter diatas permukaan air laut. Prasasti
pasir Awi ini berada pada titik koordinat °10’37,29” BB dari Jakarta serta
6°32’27,57”. Walaupun ditemukan pada tahun 1864, namun ada juga yang
mengatakan bahwa prasasti ini ditemukan pada tahun 1867, kemudian
dilaporkan sebagai prasasti Ciampea. Ada pun isinya yakni gambar dahan
dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan juga berpahatkan gambar
sepasang telapak kaki.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai