Anda di halaman 1dari 23

Prasasti Ciaruteun

Sumber: @djakarta101 Via Instagram


Letak
Prasasti Ciaruteun adalah prasasti Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan
di tepi sungai Ciaruteun yang tidak jauh lokasinya dari sungai Cisadane.
Prasasti Ciaruteun berada di desa Ciaruteun Ilir yakni di kecamatan
cibungbulang, kabupaten bogor atau lebih tepatnya berada pada titik
koordinat 6°31’23,6” LS dan 106°41’28,2” BT. Lokasi ini sendiri memiliki
jarak Kurang lebih 12 Km sebelah barat laut dari pusat Kota Bogor sendiri.

Bahan Pembuat
Prasasti Ciaruteun dibuat dari batu alam atau batu kali. Batu ini memiliki
berat kurang lebih 8 kg serta berukuran 200 cm * 150 cm.

Isi dan Sejarah


Pada tahun 1823 Prasasti Ciaruteun pernah hanyut beberapa meter yang
disebabkan oleh derasnya aliran sungai dan juga bagian batu yang bertulis
terbalik posisinya ke arah bawah. Setelah hanyut pada tahun 1893 prasasti
ini dikembalikan ke tempat semulanya. Pada tahun 1903 Prasasti Ciaruteun
awalnya dikenal dengan sebutan prasasti Ciampea. Prasasti ini sendiri
memiliki daya tarik yang luar biasa dimana prasasti ini terdapat lukisan laba-
laba serta tapak kaki yang dipahatkan di sebelah atas hurufnya. Prasasti ini
memiliki empat baris aksara Pallawa yang disusun dalam bahasa
Sanskerta yang ditulis dalam bentuk puisi India dengan Irama anustubh.
Jika anda tidak mengetahui terjemahan dari Prasasti Ciaruteun maka berikut
adalah terjemahan dari Prasasti Ciaruteun:

Inilah sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu ialah
telapak yang mulia sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja
yang gagah berani di dunia.

Berdasarkan isi prasasti tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa prasasti


ini dibuat pada masa pemerintahan raja Purnawarman yang saat itu
memerintah di Kerajaan Tarumanegara. Apabila kita lihat isi dari Prasasti
tersebut kita dapat mengetahui bahwa Raja Purnawarman ingin
menunjukkan kepada rakyatnya bahwa dia adalah seorang raja yang sangat
gagah berani di dunia. Hal itu ditandai dengan cap sepasang telapak kakinya
yang bagaikan Dewa Wisnu. Perlu Anda ketahui bahwa telapak kaki ini
melambangkan kekuasaan Purnawarman atas daerah saat ditemukannya
prasasti.

2. Prasasti Tugu

Sumber: @aldwinjeremiah Via Instagram


Prasasti yang satu ini bernama Prasasti Tugu, prasasti ini merupakan
prasasti yang berasal dari kerajaan Tarumanegara. Prasasti Tugu isinya
menceritakan tentang adanya penggalian Sungai Candrabaga oleh
rajadirajaguru serta penggalian sungai Gomati oleh Purnawarman . Perlu
kita ketahui penggalian sungai tersebut adalah gagasan Untuk menghindari
terjadinya bencana alam berupa banjir yang sering terjadi dan juga
kekeringan yang terjadi pada saat musim kemarau pada pemerintahan
purnawarman.

Lokasi dan Bahan


Prasasti Tugu yang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan
Tarumanegara ini ditemukan Kampung Batu tumbuh Desa tugu yang lebih
tepatnya berada pada titik koordinat 0°06’34,05” BT dari jakarta dan
6°07’45,40”LS yang sekarang telah menjadi bagian wilayah kelurahan Tugu
selatan, kecamatan Koja, Jakarta Utara.

Untuk bahan nya sendiri batu Prasasti Tugu ini dipahatkan pada sebuah batu
yang berbentuk bulat telur berukuran kurang lebih 1 meter.

3. Prasasti Muara Cianten


Sumber: disparbud.jabarprov.go.id
Prasasti Muara Cianten adalah merupakan prasasti peninggalan Kerajaan
Tarumanegara yang ditemukan oleh N.W. Hoepermans yaitu pada tahun
1864. Prasasti Ini pertama kali ditemukan di pasir Muara persawahan yang
letaknya di tepi sungai Cisadane dengan lokasi berdekatan dengan Muara
Cianten.

Prasati muara cianten dahulu dikenal dengan sebutan prasasti pasir Muara
karena lokasinya yang masuk ke wilayah Kampung Pasir Muara. Prasasti ini
berisikan pesan yaitu bahwa pada tahun 854 Masehi pemerintahan negara
telah dikembalikan di kerajaan Sunda. Prasasti Muara Cianten dipahatkan
pada suatu batu besar yang alami dengan ukuran prasasti 2.70 x 1.40 x
140 m3.

4. Prasasti Cidanghiyang

Sumber: bantensite.blogspot.co.id
Prasasti cidanghiyang pertama kali dilaporkan ke dinas purbakala pada
tahun 1947 oleh Toebagus Roesjan, akan tetapi prasasti ini baru diteliti pada
tahun 1954. Prasasti cidanghiyang memiliki beberapa baris kalimat puisi
yang ditulis dengan huruf Pallawa yang dibuat dengan menggunakan bahasa
Sansekerta, puisi tersebut berisikan pujian serta pengagungan terhadap
Raja Kerajaan Tarumanegara pada saat itu yakni Raja Purnawarman. Lokasi
Prasasti Cidanghiyang yakni di tepi sungai Cidanghiyang yaitu di desa Lebak,
Kecamatan Munjul.

Lokasi dan Bahan Pembuat


Lokasi dari prasasti ini berada di titik koordinat 0°55’40,54” BB dari jakarta
dan 6°38,27’57”. Perlu anda ketahui bahwa Prasati Cidanghiyang dibentuk
atau dipahatkan pada batu dengan bentuk alami dengan ukuran 3 x 2 x 2
meter.

5. Prasasti Jambu
Sumber: yudhe.com
Prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara berikutnya adalah Prasasti
Jambu atau sering disebut juga pasir kolengkak. Prasasti jambu ini
ditemukan dilokasi perkebunan jambu. Prasasti Jambu Terletak di Pasir
Sikolengkak yakni di wilayah Kampung Pasir Gintung, Desa
Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung. Kabupaten Bogor. Untuk lebih
tepatnya prasasti jambu terletak pada titik koordinat 0°15’45,40” BB dari
Jakarta dan 6°34’08,11”.

Perlu kita ketahui prasasti Ini pertama kali ditemukan pada tahun 1854 oleh
Yoolion Herdika Sava dan Tryan Martin dan dilaporkan kepada Dinas
Purbakala pada tahun 1947 yang kemudian diteliti untuk pertama kalinya
pada tahun 1954.

Bahan Pembuat
Prasasti Jambu dipahatkan pada batu dengan bentuk yang alami dari alam
dengan ukuran sisi-sisinya kurang lebih 2 sampai 3 meter.

6. Prasasti Kebon Kopi I


Sumber: tribunnews.com
Prasasti Kebon Kopi I adalah nama dari Prasasti ini. Dinamai dengan Prasasti
Kebon Kopi 1 Karena untuk membedakannya dengan Prasasti Kebon Kopi II.
Prasasti yang merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara ini
menampilkan bentuk ukiran tapak kaki gajah yang diperkirakan merupakan
tunggangan Raja Purnawarman.

Lokasi
Prasasti Kebon Kopi I terletak di Kampung Muara yang termasuk wilayah
Desa Ciaruteun Ilir. Prasasti Ini pertama kali ditemukan pada abad ke 19
yakni saat dilakukan penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi Oleh
sebab itu dinamailah prasasti ini dengan Prasasti Kebon Kopi I. Lokasi dari
Prasasti ini merupakan kawasan dari pertemuan tiga sungai yaitu sungai
Cisadane di bagian timur, sungai Cianten di bagian Barat, serta Sungai
Ciaruteun di bagian Selatan dan juga Sungai Cianten yang bertemu dengan
Sungai Cisadane di bagian utara. Lokasi ini memiliki jarak kurang lebih 19
km ke arah barat barat laut dari pusat Kota Bogor yang menuju arah
Ciampea.

Bahan Pembuat
Untuk bahan pembuat dari Prasasti ini, Prasasti Kebon Kopi I dipahatkan
pada batu datar dibagian atasnya yang berasal dari bahan andesit berwarna
kecoklatan yang memiliki tinggi 62 cm dengan lebar 104 cm serta 164 cm.
Pada permukaan batu dipahatkan bentuk sepasang telapak kaki gajah yang
mengapit sebaris tulisan dengan huruf pallawa serta bahasa yang digunakan
menggunakan bahasa sanskerta.

7. Prasasti Kebon Kopi II


Sumber: disparbud.jabarprov.go.id
Selain Prasasti Kebon Kopi I Kerajaan Tarumanegara juga meninggalkan
peninggalan sejarahnya berupa Prasasti Kebon Kopi II akan tetapi prasasti
ini telah hilang dicuri pada tahun 1940-an. Menurut pakar F.D.K Bosch yang
sempat meneliti prasasti ini, prasasti kebon kopi II ditulis dalam bahasa
melayu kuno yang isinya menyatakan “ Raja sunda menduduki kembali
tahtanya”.

Lokasi penemuan
Prasasti Kebon Kopi II ditemukan tidak jauh dari Prasasti Kebon Kopi I
dengan jarak kira-kira 1 km. Prasasti ini ditemukan di Kampung Pasir Muara
yang lebih tepatnya di desa Ciaruteun Ilir yakni pada abad ke 19.

8. Prasasti Pasir Awi

Sumber: bogoronline.com
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang terakhir adalah prasasti
pasir Awi. Prasasti ini ditemukan pertama kalinya pada tahun 1864 oleh
N.W. Hoepermans. Prasasti ini terletak di lereng Selatan bukit pasir Awi
dengan ketinggian kurang lebih 559 mdpl, yakni di kawasan hutan
perbukitan cipamingkis. Untuk lebih tepatnya lokasi dari Prasasti pasir Awi
ini berada di titik koordinat °10’37,29” BB dari Jakarta serta 6°32’27,57”.

Bahan Pembuat
Prasasti Awi pasir Awi sendiri berpahatkan gambar dahan dengan ranting
serta dedaunan dan juga buah-buahan serta berpahatkan gambar sepasang
telapak kaki yang dipahatkan pada batu alam.

Nah, itulah informasi tentang 8 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara


yang Melegenda. Kita sebagai rakyat indonesia sudah seharusnya lebih
mengenal peninggalan-peningalan sejarah dari bangsa kita, karena itu
adalah aset berharga yang tak ternilai serta harus kita jaga kelestariannya.
Dengan membaca informasi diatas penulis mengharapkan agar kita bisa
lebih mencintai bangsa ini terutama terhadap peninggalan-peninggalan
sejarahnya. Semoga Bermanfaat.

Kerajaan Sunda/ Pajajaran

Pada masa lalu, di Asia Tenggara penyebutan nama kerajaan sering digantikan dengan
penyebutan nama ibukotanya. Pakuan Pajajaran adalah ibukota Kerajaan Sunda-Galuh
yaitu gabungan dari Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh yang berdiri pada 1030-1579
M di lokasi yang sekarang disebut jawa barat. Sesuai dengan kebiasaan penyebutan
nama kerajaan tadi, maka Kerajaan Sunda-Galuh inilah yang lebih kita kenal sebagai
Kerajaan Pajajaran. So, Mari kita pelajari lebih dalam tentang peninggalan
sejarahnya...

1. Prasasti Cikapundung
tempo.co
Prasasti ini ditemukan warga di sekitar sungai Cikapundung, Bandung pada 8
Oktober 2010. Batu prasasti bertuliskan huruf Sunda kuno tersebut diperkirakan
berasal dari abad ke-14. Selain huruf Sunda kuno, pada prasasti itu juga terdapat
gambar telapak tangan, telapak kaki, dan wajah. Hingga kini para peneliti dari Balai
Arkeologi masih meneliti batu prasasti tersebut.

Batu prasasti yang ditemukan tersebut berukuran panjang 178 cm, lebar 80 cm,
dan tinggi 55 cm. Pada prasasti itu terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki,
wajah, dan dua baris huruf Sunda kuno bertuliskan “unggal jagat jalmah hendap”,
yang artinya semua manusia di dunia akan mengalami sesuatu. Peneliti utama Balai
Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri mengungkapkan, prasasti yang ditemukan tersebut
dinamakan Prasasti Cikapundung.
(http://www.voaindonesia.com)

2. Prasasti Pasir Datar

Prasasti Pasir Datar ditemukan di Perkebunan Kopi di Pasir Datar, Cisande,


Sukabumi pada tahun 1872 . Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional
Jakarta. Prasasti yang terbuat dari batu alah ini hingga kini belum ditranskripsi
sehingga belum diketahui isinya.
3. Prasasti Huludayeuh

http://disparbud.jabarprov.go.id
Prasasti Huludayeuh berada di tengah persawahan di kampung Huludayeuh, Desa
Cikalahang, Kecamatan Sumber dan setelah pemekaran wilayang menjadi Kecamatan
Dukupuntang – Cirebon.

Penemuan
Prasasti Huludayeuh telah lama diketahui oleh penduduk setempat namun di
kalangan para ahli sejarah dan arkeologi baru diketahui pada bulan September 1991.
Prasasti ini diumumkan dalam media cetak Harian Pikiran Rakyat pada 11 September
1991 dan Harian Kompas pada 12 September 1991.

Isi
Prasasti Huludayeuh berisi 11 baris tulisan beraksa dan berbahasa Sunda Kuno,
tetapi sayang batu prasasti ketika ditemukan sudah tidak utuh lagi karena beberapa
batunya pecah sehingga aksaranya turut hilang. Begitupun permukaan batu juga telah
sangat rusak dan tulisannya banyak yang turut aus sehingga sebagian besar isinya
tidak dapat diketahui. Fragmen prasasti tersebut secara garis besar mengemukakan
tentang Sri Maharaja Ratu Haji di Pakwan Sya Sang Ratu Dewata yang bertalian
dengan usaha-usaha memakmurkan negrinya.
4. Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis

Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis adalah sebuah prasasti berbentuk tugu batu


yang ditemukan pada tahun 1918 di Jakarta.. Prasasti ini menandai perjanjian
Kerajaan Sunda–Kerajaan Portugal yang dibuat oleh utusan dagang Portugis dari
Malaka yang dipimpin Enrique Leme dan membawa barang-barang untuk "Raja Samian"
(maksudnya Sanghyang, yaitu Sang Hyang Surawisesa, pangeran yang menjadi
pemimpin utusan raja Sunda). Prasasti ini didirikan di atas tanah yang ditunjuk
sebagai tempat untuk membangun benteng dan gudang bagi orang Portugis.

Prasasti ini ditemukan kembali ketika dilakukan penggalian untuk membangun fondasi
gudang di sudut Prinsenstraat (sekarang Jalan Cengkeh) dan Groenestraat (Jalan
Kali Besar Timur I), sekarang termasuk wilayah Jakarta Barat. Prasasti tersebut
sekarang disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, sementara sebuah
replikanya dipamerkan di Museum Sejarah Jakarta

5. Prasasti Ulubelu
Prasasti Ulubelu adalah salah satu dari prasasti yang diperkirakan merupakan
peninggalan Kerajaan Sunda dari abad ke-15 M, yang ditemukan di Ulubelu, Desa
Rebangpunggung, Kotaagung,Lampung pada tahun 1936.

Meskipun ditemukan di daerah lampung (Sumatera bagian selatan), ada sejarawan


yang menganggap aksara yang digunakan dalam prasasti ini adalah aksara Sunda Kuno,
sehingga prasasti ini sering dianggap sebagai peninggalan Kerajaan Sunda. Anggapan
sejarawan tersebut didukung oleh kenyataan bahwa wilayah Kerajaan Sunda
mencakup juga wilayah Lampung. Setelah Kerajaan Sunda diruntuhkan oleh
Kesultanan Banten maka kekuasaan atas wilayah selatan Sumatera dilanjutkan oleh
Kesultanan Banten. Isi prasasti berupa mantra permintaan tolong kepada kepada
dewa-dewa utama, yaitu Batara Guru (Siwa), Brahma, dan Wisnu, serta selain itu juga
kepada dewa penguasa air, tanah, dan pohon agar menjaga keselamatan dari semua
musuh.

6. Prasasti Kebon Kopi II


http://disparbud.jabarprov.go.id
Prasasti Kebonkopi II atau Prasasti Pasir Muara peninggalan kerajaan Sunda-Galuh
ini ditemukan tidak jauh dari Prasasti Kebonkopi I yang merupakan peninggalan
kerajaan tarumanegara dan dinamakan demikian untuk dibedakan dari prasasti
pertama. Namun sayang sekali prasasti ini sudah hilang dicuri sekitar tahun 1940-an.
Pakar F. D. K. Bosch, yang sempat mempelajarinya, menulis bahwa prasasti ini ditulis
dalam bahasa Melayu Kuno, menyatakan seorang "Raja Sunda menduduki kembali
tahtanya" dan menafsirkan angka tahun peristiwa ini bertarikh 932 Masehi. Prasasti
Kebonkopi II ditemukan di Kampung Pasir Muara, desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang,
Bogor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada abad ke-19 ketika dilakukan penebangan
hutan untuk lahan perkebunan kopi. Prasasti ini terletak kira-kira 1 km dari batu
prasasti Prasasti Kebonkopi I (Prasasti Tapak Gajah).

7. Situs Karangkamulyan
sudrajat15.blogspot.com
Situs Karangkamulyan adalah sebuah situs yang terletak di Desa Karangkamulyan,
Ciamis, Jawa Barat. Situs ini merupakan peninggalan dari zaman Kerajaan Galuh yang
bercorak Hindu-Buddha. Legenda situs Karangkamulyan berkisah tentang Ciung
Wanara yang berhubungan dengan Kerajaan Galuh. Cerita ini banyak dibumbui
dengan kisah kepahlawanan yang luar biasa seperti kesaktian dan keperkasaan yang
tidak dimiliki oleh orang biasa namun dimiliki oleh Ciung Wanara. Kawasan yang
luasnya kurang lebih 25 Ha ini menyimpan berbagai benda-benda yang diduga
mengandung sejarah tentang Kerajaan Galuh yang sebagian besar berbentuk batu.
Batu-batu ini letaknya tidaklah berdekatan tetapi menyebar dengan bentuknya yang
berbeda-beda. Batu-batu ini berada di dalam sebuah bangunan yang strukturnya
terbuat dari tumpukan batu yang bentuknya hampir sama. Struktur bangunan ini
memiliki sebuah pintu sehingga menyerupai sebuah kamar.

Batu-batu yang ada di dalam struktur bangunan ini memiliki nama dan menyimpan
kisahnya sendiri, begitu pula di beberapa lokasi lain yang berada di luar struktur batu.
Masing-masing nama tersebut merupakan pemberian dari masyarakat yang
dihubungkan dengan kisah atau mitos tentang kerajaan Galuh seperti pangcalikan
atau tempat duduk, lambang peribadatan, tempat melahirkan, tempat sabung ayam
dan Cikahuripan.

Peninggalan Kerajaan Kalingga


Pengungkapan sejarah kerajaan Kalingga sangat sulit dilakukan karena terbatasnya sumber
sejarah yang dapat digunakan. Akan tetapi, berita catatan pendeta I Tsing dari China yang pernah
berkunjung ke Jawa pada akhir abad ke 6 Masehi memang menyebut adanya sebuah kerajaan
bernama Ho Ling (Kalingga) di sekitar Pantai Utara Jawa Tengah.
Dari catatan tersebut, para ahli lantas mencari sumber-sumber sejarah lainnya yang bisa
digunakan untuk membuktikan keberadaan dan menafsirkan sejarah kerajaan ini. Usaha yang
dilakukan kemudian membuahkan hasil dengan ditemukannya 5 peninggalan kerajaan Kalingga,
yang terdiri dari 3 buah prasasti dan 2 buah bangunan candi.
Advertisement

1. Prasasti Tukmas (sekitar 650 M)

Prasasti Tukmas adalah sebuah batu bertulis berukuran besar yang berdiri dekat suatu mata air di
lereng Barat Gunung Merapi. Letak tepat prasasti ini berada di Desa Lebak, Grabag, Kab.
Magelang.
Adapun dari bentuk aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta yang digunakannya, para ahli
memperkirakan peninggalan kerajaan Kalingga ini berasal dari pertengahan abad ke 7 Masehi.
Perkiraan ini diperkuat dengan analisa kikisan yang terdapat pada permukaannya.

Seperti dapat dilihat pada gambar, tulisan pada prasasti tukmas sendiri sudah banyak yang
mengalami keausan. Kendati demikian para ahli masih bisa mengidentifikasi isinya yang berupa
kabar tentang adanya sebuah sungai yang mengalir di sekitar Merapi yang mengalirkan air
sejernih air sungai Gangga di India.
Advertisement

Selain berisi tulisan, prasasti Tukmas juga disertai adanya pahatan gambar trisula, kapak, kendi,
cakra, bunga tunjung, dan sangkha pada prasasti ini masih terlihat jelas.

2. Prasasti Sojomerto (sekitar 700 M)

Prasasti Sojomerto ditemukan di desa Sojomerto, Reban, Batang, Jawa Tengah. Prasasti
peninggalan kerajaan Kalingga ini tidak menyebutkan tahun pembuatannya, akan tetapi dari
taksiran paleografi, ia diperkirakan dibuat pada akhir abad ke 7 Masehi.

Pesan yang ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dengan aksara Kawi pada prasasti ini berisi kabar
tentang silsilah Dapunta Selendra, ayah dari Ratu Sima. Tertulis dalam prasasti bahwa dapunta
Selendra memiliki ayah bernama Santanu, ibu bernama Bhadrawati, dan istri bernama Sampula.
3. Prasasti Upit (866 M)

Prasasti Upit adalah sebuah prasasti yang dibuat pada awal tahun 788 Saka atau sekitar tanggal
11 November 866 Masehi. Prasasti ini ditemukan Desa Kahuman, Kec. Ngawen, Klaten, Jawa
Tengah oleh seorang petani bernama Mitrowiratmo di tahun 1920 M.

Ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan aksara Kawi awal, Prasasti yang berukuran 85 x 48 cm
ini berisi kabar tentang pemberian tanah perdikan di Desa Upit oleh Ratu Sima, Ratu kerajaan
Kalingga. Nama Sima yang terdapat dalam prasasti menunjukan bahwa batu tulis itu memang
merupakan salah satu peninggalan kerajaan Kalingga.

4. Candi Angin
Candi Angin adalah sebuah candi peninggalan kerajaan Kalingga yang hingga kini masih bisa
kita jumpai. Candi yang berletak di desa Tempur, Kec. Keling, Kab. Jepara ini dinama candi
Angin karena keberadaannya yang berdiri di atas bukit. Meski terpaan angin sangat kencang,
namun candi ini tidak roboh dan tetap kokoh.

Menurut beberapa pakar paleografi, Candi Angin dibuat pada masa sebelum pembangunan candi
Borobudur. Akan tetapi, tidak adanya ornamen Hindu Budha di sekeliling candi ini membuat
pertentangan pendapat di antara para ahli tentang kegunaan dan fungsi candi ini di masa silam.

5. Candi Bubrah

Candi Bubrah ditemukan tidak jauh dari letak penemuan candi Angin. Dari struktur pondasinya,
candi ini diperkirakan sebagai pintu gerbang yang harus dilalui saat hendak memasuki candi
angin. Adapun dinamakan bubrah adalah karena struktur candi ini yang sudah tak karuan (Jawa :
Bubrah).

Nah, itulah beberapa peninggalan kerajaan Kalingga yang berhasil ditemukan hingga saat ini.
Peninggalan-peninggalan tersebut sedikit banyak telah membuktikan eksistensi dan keberadaan
kerajaan Kalingga di masa silam. Tertarik untuk melakukan karyawisata ke situs-situs bersejarah
ini?

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno


Secara umum, Kerajaan Mataram Kuno telah meninggalkan beberapa candi dan prasasti yang
ditemukan tersebar di daerah sekitar Jawa Tengah. Salah satu candi yang populer contohnya Candi
Borobudur. Nah, berikut yaitu beberapa candi tersebut beserta gambar dan keterangan singkatnya
untuk kita pelajari bersama.

1. Candi Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Nama Candi Gambar Candi

1. Candi Sewu
Terletak di daerah sekitar candi Prambanan,
tepatnya di Desa Bugisan, Kec. Prambanan, Kab.
Klaten, Jawa Tengah. Candi Sewu yaitu candi Budha
terbesar kedua sehabis Borobudur.
2. Candi Arjuna
Terletak di kompleks Percandian Arjuna, tepatnya
di Dataran Tinggi Dieng, Kab. Banjarnegara, Jawa
Tengah. Candi Hindu satu ini seolah-olah dengan
candi-candi di kompleks Gedong Sanga.

3. Candi Bima
Terletak di Desa Dieng Kulon, Kec. Batur, Kab.
Banjarnegara, Jawa Tengah. Candi ini dikatakan
mempunyai banyak keunikan, contohnya dalam hal
arsitekturnya yang seolah-olah dengan candi-candi
yang ada di India.

4. Candi Borobudur
Candi peninggalan Kerajaan Mataram Lama yang
satu ini sudah populer ke seluruh penjuru dunia
sebagai candi Budha terbesar yang pernah ada.
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa
Tengah dan diperkirakan berasal dari ke 8 Masehi.

5. Candi Mendut

Candi Mendut merupakan candi peninggalan Agama Budha yang diperkirakan dibangun semenjak
Mataram berada di bawah kepemimpinan Raja Indra dari Dinasti Syailendra. Candi ini terletak di
Magelang, Jawa Tengah.

6. Candi Pawon
Jika Borobudur, Mendut, dan Pawon dilihat dari atas, ketiganya terletak di satu garis lurus. Inilah yang
menciptakan para hebat merasa keheranan. Candi pawon masih belum diketahui secara terperinci asal-
usulnya alasannya bukti sejarah yang ditemukan masih sangat terbatas.
7. Candi Puntadewa
Candi yang terletak di kompleks candi Arjuna ini juga merupakan candi peninggalan kerajaan Mataram
Kuno. Candi bercorak Hindu ini mempunyai ukuran kecil tapi terlihat tinggi.

8. Candi Semar
Candi Semar terletak berhadapan pribadi dengan Candi Arjuna. Bentuknya segiempat membujur arah
Utara – Selatan dengan tangga masuknya berada di sisi Timur dan Barat.

2. Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Nama Prasasti Gambar Prasasti


1. Prasasti Sojomerto ( sekitar Abad ke 7)
Prasasti berbahasa Melayu Kuno yang ditemukan di
desa Sojomerto, Kabupaten Pekalongan ini
menjelaskan bahwa Syailendra yaitu penganut
agama Budha.

2. Prasasti Kalasan (778 M)


Prasasti ini berisi perihal kabar seorang raja Dinasti
Syailendra yang membujuk Rakai Panangkaran
supaya mendirikan bangunan suci untuk Dewi Tara
dan sebuah vihara bagi para pendeta Budha.

3. Prasasti Klurak (782 M)


Prasasti yang ditemukan di daerah Prambanan ini
berisi perihal info pembuatan arca Manjusri
sebagai wujud Sang Budha, Wisnu, dan Sanggha.
Prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini
juga menyebut nama Raja Indra sebagai raja yang
berkuasa pada ketika itu.

4. Prasasti Ratu Boko (856 M)


Prasasti ini berisi info kekalahan Balaputra Dewa
dalam perang melawan kakaknya Rakai Pikatan
atau Pramodhawardani dalam perebutan
kekuasaan.

5. Prasasti Nalanda (860 M)


Prasasti ini berisi perihal asal-usul Balaputra Dewa
yang yaitu cucu dari Raja Indra dan putra dari Raja
Samarottungga.
6. Prasasti Cangal (732 M)
Prasasti ini ditemukan di Gunung Wukir, Desa
Canggal. Isinya berupa peringatan pembuatan
lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya.

7. Prasasti Mantyasih (907 M) dan 8. Prasasti


Wanua Tengah III (908 M)
Tidak Ada Gambar
Kedua prasasti ini berisi perihal daftar raja-raja
yang pernah memerintah di Dinasti Sanjaya.

Anda mungkin juga menyukai