Anda di halaman 1dari 7

Kisi -Kisi Sejarah

1. Kerajaan tarumanegara memiliki peninggalan prasasti diantaranya ;


A. Prasasti Tugu
Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara adalah Prasasti Tugu. Prasasti ini
berada di kawasan Kampung Batu Tumbuh, Kelurahan Tugu, Koja, Jakarta Utara. Adapun
pembuatan prasasti tersebut diperkirakan pada masa kepemimpinan Raja Purnawarman di
abad ke-10 M.Dalam prasasti tersebut, bahasa yang digunakan adalah Sanskerta dengan
huruf Pallawa. Prasasti ini menceritakan tentang Rajadirajaguru yang menggali Sungai
Candrabaga serta Sungai Gomati dengan panjang sekitar 12 km.
B. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara berikutnya adalah Prasasti Kebon Kopi yang
terletak di kawasan Desa Ciaruteun Ilis, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Peninggalan bersejarah ini pertama kali ditemukan oleh orang Belanda di awal abad ke-19
serta tertulis pada bongkahan batu andesit dengan bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa.
C. Prasasti Ciaruteun
Jenis prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara selanjutnya adalah Prasasti Ciaruteun
yang terletak di Desa Ciaruteun, Cibungbulang, Bogor. Prasasti ini pertama kali dijumpai
pada 1863 dan memiliki dua bagian.
Pada Prasasti Ciaruteun pertama, ditulis dengan bahasas Sanskerta dan huruf Pallawa yang
berisi 4 baris puisi India. Di sisi lain, bagian keduanya adalah gambar sepasang telapak kaki
manusia serta adanya coretan berbentuk laba-laba.
D. Prasasti Cidanghiang
Prasasti Cidanghiang juga termasuk sebagai salah satu jenis prasasti peninggalan Kerajaan
Tarumanegara. Peninggalan ini juga disebut dengan nama Prasasti Munjul, karena letaknya
di Desa Lebak, Munjul, Pandeglang.
Prasasti Cidanghiang pertama kali ditemukan pada 1947 dengan kondisi berlumut. Adapun
isi dari prasasti tersebut adalah pujian kepada Raja Purnawarman.
E. Prasasti Awi
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara selanjutnya adalah Prasasti Awi yang
ditemukan di perbukitan, tepatnya di selatan Bukit Pasir Awi, wilayah Hutan Cipamingkis
Bogor.
Adapun penemu dari Prasasti Awi adalah N.W. Hoepermans S. pada 1864. Dirinya adalah
seorang arkeolog dari Belanda.
F. Prasasti Muara Cianten;
Jenis prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara lainnya adalah Prasasti Muara Cianten
yang berada di Kampung Muara, Ciaruteun, Cibungbulang, Bogor. Prasasti tersebut terbuat
dari batuan andesit dan telah ditemukan pada 1864. Adapun penulisannya dilakukan dengan
hurung Sangkha atau ikal.
ADVERTISEMENT
G. Prasasti Jambu
Jenis prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang terakhir adalah prasasti Jambu yang
ditemukan di wilayah Desa Parakan Muncang, Nanggung, Bogor.
Prasasti Jambu pertama kali dijumpai pada 1854, tepatnya pada masa penjajahan Belanda di
area Perkebunan Karet Sadeng Djamboe. Prasasti ini tertulis dengan pahatan yang
berbentuk mirip segitiga dengan ukuran sekitar 2-3 meter per sisi.

2. Isi dari 7 yupa adalah ;


1. Prasasti Muarakaman I (D.2a)

Prasasti Yupa Muarakaman I dipahat sepanjang 12 baris di salah satu sisinya.

Berikut adalah isi dari prasasti Yupa Muarakaman I:

srimatah srinarendrasya
kundunggasya mahatmanah
putro ‘svavarmmo vikhyatah
vansakartta yathangsuman
tasya putra mahatmanah
trayas traya ivagnayah
tesan trayanam pravarah
tapo bala damanvitah
sri mulavarmma rajendro
yastva bahusuvarnnakam
tasya yajñasya yupo ‘yam
dvijendrais samprakalpitah

Isi prasasti ini menjelaskan silsilah Raja Mulawarman yang disebut Sri Maharaja Kundungga berputra
Aswawarman yang memiliki tiga orang anak.

Disebutkan bahwa anak yang terkemuka di antara ketiganya adalah Mulawarman, raja yang berperadaban
baik, kuat, dan berkuasa.

Dalam prasasti ini juga diceritakan bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara selamatan yang
dinamakan bahusuwarnnakam (“emas amat banyak”).

Tugu batu Yupa kemudian didirikan oleh para Brahmana yang menjadi tanda peringatan acara selamatan
tersebut.

Saat ini Prasasti Yupa Muarakaman I disimpan di lantai 1 gedung baru Museum Nasional.

2. Muarakaman II (D.2b)

Prasasti Muarakaman II dikenali dengan bentuknya yang paling tinggi diantara ketujuh Yupa yang ditemukan.

Prasasti ini dipahat dalam 8 baris pada sisi depan tugu batunya, dan berikut adalah isi dari prasasti Yupa
Muarakaman II:

srimato nrpamukhyasya
rajñah sri mulavarmmanah
danam punyatame ksetre
yad dattam vaprakesvare
dvijatibhyo ‘gnikalpebhyah
vinsatir ggosahasrikam
tasya punyasya yupo ‘yam
krto viprair=ihagataih

Isi prasasti ini menjelaskan persembahan Raja Mulawarman kepada para Brahmana yang jika diartikan maka
menyebutkan bahwa Sri Mulawarman sebagai raja mulia dan terkemuka, telah memberikan sedekah berupa
20.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang seperti api di tanah yang suci Waprakeswara.

Sama seperti prasasti sebelumnya, Yupa ini juga didirikan sebagai tanda kebajikan Sang Raja yang dibuat oleh
para Brahmana.
Saat ini Prasasti Yupa Muarakaman II disimpan di lantai 2 gedung baru Museum Nasional, Jakarta.

3. Muarakaman III (D.2c)

Prasasti Muarakaman III ditulis dalam 8 baris tulisan di atas tugu batu.

Berikut adalah isi dari prasasti Yupa Muarakaman III:


srimad viraja kirtteh
rajñah sri mulavarmmanah punyam
srnvantu vipramukhyah
ye canye sadhavah purusah
bahudana jivadanam
sakalpavrksam sabhumidanañ ca
tesam punyagananam
yupo yam sthapito vipraih

Diceritakan kembali bahwa kebaikan budi dan kebesaran Raja Mulawarman, raja besar yang sangat mulia
dengan memberikan sedekah yang berlimpah.

Para Brahmana mencatat pemberian Raja Mulawarman dengan mendirikan Yupa sebagai tanda peringatan.

Saat ini Prasasti Yupa Muarakaman III berada di lantai 1 gedung baru Museum Nasional, Jakarta.

4. Muarakaman IV (D.2d)

Prasasti Muarakaman IV ditulis dalam 11 baris tulisan di atas tugu batu, namun sayangnya prasasti ini sudah
aus sehingga tidak bisa lagi terbaca.

Saat ini Prasasti Yupa Muarakaman IV berada di sisi selatan dinding gerbang menuju ruang prasejarah bagian
belakang gedung lama Museum Nasional.

5. Muarakaman V (D.175)

Prasasti Muarakaman V terdiri dari 4 baris tulisan yang dipahat di bagian depan tugu batu.

Berikut adalah isi dari prasasti Yupa Muarakaman IV:

sri mulavarmmana rajña


yad=dattan=tilaparvvatam
sadipa malaya sarddham
yupo yam likhitas=tayoh

Isi Prasasti Yupa Muarakaman V merupakan cerita para Brahmana yang menjadi peringatan atas dua sedekah
yang telah diberikan oleh Raja Mulawarman.

Tertulis bahwa Raja Mulawarman memeberikan segunung minyak kental dan lampu dengan malai (kelopak)
bunga.

Saat ini Prasasti Yupa Muarakaman V berada di sisi selatan dinding gerbang yang menuju ruang prasejarah
bagian belakang gedung lama Museum Nasional.

6. Muarakaman VI (D.176)

Prasasti Muarakaman VI terdiri atas 8 baris tulisan dipahatkan pada sisi depan tugu batu tersebut.
Prasasti ini pecah pada bagian atas dan sisi kiri sehingga beberapa kata pada akhir baris tertentu hilang, namun
berikut adalah isi prasasti yang masih terbaca:

jayaty=atiba[lah]
sriman=sri mulavarmma nr[pah]
yasya likhitani
danany=asmin=mahati [sthale]
jaladhenung ghrtadhe[num]
kapiladanan=tath=aiva ti[ladanam]
vrsabh=aikadasam=api yo
datva vipresu rajendra[h]

Isi prasasti ini menceritakan seruan selamat bagi Sri Maha Raja Mulawarman yang termasyhur karena telah
memberikan persembahan kepada para Brahmana.

Disebutkan bahwa persembahan itu berupa air, keju (ghrta), minyak wijen, dan sebelas ekor sapi jantan.

Prasasti Yupa Muarakaman V kini berada di sisi selatan dinding gerbang menuju ruang prasejarah bagian
belakang gedung lama Museum Nasional.

7. Muarakaman VII (D.177)

Prasasti Muarakaman VII terdiri dari 8 baris tulisan yang terpahat di sisi depan Yupa dengan bentuk paling
pendek.

Prasasti ini aus di beberapa bagian dan beberapa aksara menjadi tidak terbaca lagi, namun berikut adalah isi
prasasti yang masih terbaca:

sri mulavarmma rajendra[h] sama[re]jitya partthi[van]


karadam nrpatimsa cakre yatha raja yudhistirah
catvarimsat=sahasrani sa dadu vaprakesvare
ba……..trimsat=saharani punar=ddadau
………sa punar=jivadanam prithagvidham
akasadipam dharmmatma partthivendra[h] svake pure
….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. mahatmana
yupo yam sth[apito] viprair=nnana….ih=a[gataih]

Isi prasasti ini menceritakan Raja Mulawarman yang berhasil menaklukkan raja lain seperti Raja Yudhistira.

Selain itu masih tertulis adanya upacara yang diselenggarakan Raja Mulawarman serta pemberian berbagai
jivadana (persembahan untuk kesempurnaan jiwa).

3. Raja -raja tarumanegara ;

- Kudungga =mendatangkan pendeta untuk belajar agama buddha


- Asmawarman =wang sakerta
- Mulawarman =puncak kejayaan

4. Agama Hindu dan Buddha disebarkan dengan cara pernikahan, hubungan


dagang, atau interaksi dengan penduduk setempat saat pedagang dari India
dan bermukim di Nusantara yang secara spesifik merujuk
kepada Indonesia atau kepulauan Indonesia di masa sekarang.
5. Teori masuknya agama hinddu ke Indonesia

- Teori brahmana = agama hindu dibuatkan oleh pendeta ,pencetus = yan leut
- Teori ksatria = agama hindu dibawakan oleh tentara dengan cara penaklukan /perang ,pencetus
= coedes
- Teori waysa = agama hindu dibawakan oleh pedagang ,pencetus =N.J Krom
- Teori arus balik = agama hindu dibawakan oleh orang orang Indonesia yang belajar agama hindu
di India

6. Kerajaan buddha

1. Kerajaan Kutai Martapura

Prasasti Yupa.

Menurut kajian yang dilakukan oleh Muhammad Sarip (2021) dalam bukunya
berjudul Kerajaan Martapura dalam Literasi Sejarah Kutai 400–1635, kerajaan Hindu tertua
di Nusantara adalah Martapura (bukan Martadipura) di Kecamatan Muara Kaman, bukan
Kutai Kertanegara (berdiri abad ke-14). Hal itu didasarkan dari Prasasti Yupa atau monumen
batu bertulis yang ditemukan dua tahap, yaitu tahun 1879 dan 1940.
Yupa berjumlah tujuh buah itu mayoritas menceritakan kemakmuran periode Mulawarman.
Kini, ketujuh batu Yupa tersebut berada di Museum Nasional. Adapun kitab klasik
berjudul Surat Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara setebal 132 halaman dari
tahun 1849 adalah sumber autentik untuk penulisan sejarah Kerajaan Kutai Kertanegara.

Kitab tersebut ditulis oleh Khatib Muhammad Thahir, seorang Banjar yang menjadi juru tulis
Kerajaan Kutai Kertanegara. Kitab ini beraksara Jawi (teksnya menggunakan huruf Arab,
sedangkan bahasanya Melayu). Kitab ini dapat menjadi sumber sejarah dengan menyisihkan
bagian dongengnya, meskipun tergolong susastra yang bercampur dengan mitologi
pengagungan. Naskah asli kitab itu saat ini disimpan di Perpustakaan Negeri Berlin, Jerman.

Temuan tujuh buah Yupa menjadi awal pengungkapan kerajaan tertua Nusantara.
Berdasarkan penjelasan dari Sarip, ada tiga nama tersohor di Kerajaan Kutai Martapura yang
disebut di dalam Yupa. Pertama, Kundungga (bukan Kudungga) yang oleh kaum brahmana
Hindu masa itu ditulis sebagai ayah pendiri kerajaan, bukan raja pertama.

Kedua, Aswawarman putra Kundungga, raja pertama Martapura. Ketiga, Mulawarman putra
Aswawarman, raja termasyhur yang membawa kejayaan Martapura hingga bisa berderma
sapi sebanyak 20.000 ekor untuk kaum brahmana. Tidak ada catatan lebih lanjut sosok yang
menjadi penerus Mulawarman.

Selanjutnya, Salasilah Kutai lantas mengungkap proses runtuhnya Kerajaan Martapura


dengan raja terakhirnya, Dermasatia. Sarip membahas di subbab tersendiri mengenai ekspansi
yang dilakukan oleh Kutai Kertanegara tahun 1635 ketika diperintah raja ke-8, Aji Pangeran
Sinum Panji Mendapa.
Ringkasnya, terjadi perang selama tujuh hari tujuh malam sampai dua raja berhadapan saling
tikam, yang berujung kematian Dermasatia. Kekalahan Martapura ini menandai
keruntuhannya, sekaligus pencaplokan wilayah oleh Kutai Kertanegara. Sejak itu, kerajaan
pemenang melengkapi namanya menjadi Kutai Kertanegara ing Martapura

2. Kerajaan Tarumanagara
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma merupakan sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di
wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-5 hingga abad ke-7 M. Tarumanagara merupakan
salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah dan peninggalan
artefak di sekitar lokasi kerajaan. Peninggalan-peninggalan itu memperlihatkan jika
Tarumanagara merupakan kerajaan Hindu aliran Waisnawa.

Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya kerajaan atau
negara, sedangkan taruma berasal dari kata “tarum” yang merupakan nama sungai yang
membelah Jawa Barat, yaitu Ci Tarum. Temuan arkeologis yang berada di muara Ci Tarum
adalah percandian yang luas, yaitu Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya, yang
diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan Tarumanagara.
Salah satu prasasti yang dijadikan sebagai sumber sejarah keberadaan Kerajaan
Tarumanagara adalah Prasasti Ciaruteun. Lokasi prasasti tersebut berada di Desa Ciaruteun,
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.Prasasti ini ditemukan di aliran Sungai
Ciaruteun, Bogor pada 1863 dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu Prasasti Ciaruteun A yang
tertulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta terdiri atas empat baris puisi India atau
irama anustubh (irama yang ditemukan dalam puisi Veda dan Sanskerta klasik), serta Prasasti
Ciaruteun B yang berisikan goresan telapak kaki dan motif laba-laba yang belum diketahui
maknanya.

Menurut juru kunci Prasasti Ciaruteun, simbol yang terdapat di prasasti tersebut menandakan
Raja Purnawarman yang gagah perkasa dan berkuasa. Prasasti ini memiliki ukuran panjang 2
meter, tinggi 1,5 meter, dan berbobot 8 ton.Berdasarkan pesan yang terdapat di Prasasti
Ciaruteun, dapat diketahui bahwa prasasti ini dibuat pada abad ke-5 dan menginformasikan
bahwa saat itu terdapat Kerajaan Tarumanagara, yang dipimpin oleh Raja Purnawarman yang
memuja Dewa Wisnu.Kerajaan Tarumanagara telah dipengaruhi oleh kebudayaan India, yang
dibuktikan dengan nama raja yang berakhiran -warman dan tapak kaki yang menandakan
kuasa pada zamannya. Pada 1863, prasasti ini sempat hanyut diterjang banjir, sehingga
tulisan yang ada menjadi terbalik, kemudian pada 1903 prasasti ini dikembalikan ke tempat
semula. Barulah pada 1981, prasasti ini dilindungi.

3. Kerajaan Medang
4. Kerajaan Sriwijaya
5. Kerajaan Kadiri
6. Kerajaan Singhasari
7. Kerajaan Majapahit

7. Ken Angrok biasa disebut Ken Arok atau Sri Ranggah Rajasa lahir di timur Gunung Kawi
pada tahun 1182, wafat di istana Tumapel, Kutaraja pada tahun 1227, adalah pendiri dari
Wangsa Rajasa dan Kerajaan Tumapel yang lebih dikenal dengan nama Kerajaan
Singhasari.
8. Tarumanegara berasal dari Jawa barat
9. Sinkritisme ; pencampuran 2 budaya yang berbeda menghasilkan satu agama
10. Teori masuknya agama hindu buddha ke Indonesia

11. Dampak masuknya agama hindu dan buddha dalam bidang politik ,ekonomi ,sosial
budaya

1. Bidang Politik.
Adanya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha yang
pernah terjadi di Indonesia.
Contoh : Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya.
2. Bidang Sosial
Adanya pengaruh kasta atau status sosial diantara pada
masyarakat Indonesia saat kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha
berdiri.
Contoh : Kasta Brahmana, Kasta Kesatria, Kasta Waisya,
Kasta Sudra.
3. Bidang Ekonomi
Adanya jalur perdagangan yang dilakukan oleh Kerajaan-
kerajaan Hindu-Buddha terhadap pedagang-pedagang India
dan China yang membuat adanya relasi atau jaringan oleh
masyarakat Indonesia dengan khalayak luar.

Anda mungkin juga menyukai