Anda di halaman 1dari 2

Pengaruh Hindu–Buddha dalam Bidang Seni Rupa dan Ukir Hasil-hasil budaya

dalam bidang seni rupa yang mendapat pengaruh Hindu–Buddha sebagai berikut. 1. Patung/Arca
Upaya mewujudkan patung raja yang telah meninggal dalam konsep bentuk kedewaan adalah
tradisi yang sangat kuat pada masa Hindu–Buddha. Patung tersebut berfungsi sebagai media pemujaan
terhadap dewa (kultus dewa) dan penghormatan atau pengabdian kepada raja (kultus raja). Oleh
karena itu, seni patung berkembang pesat pada masa Hindu–Buddha.
Pada umumnya bangunan candi di Indonesia dilengkapi dengan arca yang terbuat dari batu. Secara
umum, terdapat dua bentuk arca, yaitu trimatra dan setengah trimatra. Bentuk trimatra terdiri atas
patung utuh yang menggambarkan sosok dewa, manusia, dan binatang. Arca berbentuk trimatra
disimpan dalam candi sebagai penghormatan terhadap raja yang meninggal. Sementara itu, bentuk
setengah trimatra biasanya terdapat pada relief-relief candi.
Patung atau arca merupakan komponen keagamaan dalam agama Hindu dan Buddha. Patung atau
arca digunakan sebagai sarana ritual yang melambangkan kehadiran dewa tertentu atau perlambangan
sebuah gagasan keagamaan tertentu. Dalam agama Hindu, raja yang sudah wafat dianggap telah
menyatu dengan dewanya sehingga dibuatkan patung untuk menghormati sang raja. Patung ini
menjadi arca induk di dalam candi. Sementara itu, patung-patung bercorak Buddha biasanya
diwujudkan sebagai Sang Buddha dalam berbagai posisi. Sebagian besar patung Sang Buddha tampil
dengan sikap tangan (mudra) dan menghadap arah mata angin tertentu.
Arca-arca bercorak Hindu antara lain arca Narashima, Wisnu Triwikrama, Brahma, Harihara, Siwa
Mahadewa, Siwa Mahaguru (Agastya), Siwa Mahakala, Durga, Ganesha, Kuwera, dan Wahana.
Sementara itu, arca-arca yang bercorak Buddha antara lain arca Dyani Buddha, Awalokiteswara,
Maitreya, Manjusri, Tara, Prajnaparamita, dan Jambhala.

Arca Ganesha Arca Prajnaparamita


Fotografer: Ringo Rahata Sumber: Khasanah Cagar Budaya Indonesia, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2018
2. Relief
Relief merupakan seni pahat yang biasanya dibuat di atas batu. Relief biasanya dijumpai pada
bangunan candi, kuil, dan monumen. Adapun relief pada candi berupa gambar timbul yang menempel
pada dinding candi. Relief tidak sekadar gambar, tetapi representasi ajaran-ajaran agama, kehidupan
sehari-hari, dan kisah para dewa.
Pada candi bercorak Hindu relief biasanya menggambarkan cerita dari kitab-kitab suci ataupun
karya sastra seperti Mahabharata, Ramayana, Sudamala, Kresnayana, dan Arjunawiwaha. Tokoh-tokoh
Punakawan dalam cerita pewayangan yang tidak terdapat di India juga ditampilkan. Contoh relief yang
mengisahkan cerita Ramayana terdapat pada candi Prambanan. Sementara itu, pada relief candi
bercorak Buddha terpahat cerita kisah hidup Sang Buddha, Siddharta Gautama.
Pola pahatan relief pada candi di Jawa Tengah berbeda dengan relief candi di Jawa Timur. Relief
candi di Jawa Tengah memiliki karakteristik objek berupa manusia, hewan, dan tumbuhan. Relief-relief
candi di Jawa Tengah bersifat natural, artinya bentuk pahatan objek tidak jauh berbeda dengan bentuk
aslinya. Sementara itu, karakteristik objek pada relief candi di Jawa Timur tampak lebih pipih seperti
bentuk wayang kulit. Para ahli menyatakan perbedaan karakteristik tersebut merupakan wujud
perkembangan budaya lokal yang lebih dominan daripada budaya India.
3. Makara
Makara merupakan makhluk dalam mitologi
Hindu–
Buddha. Makhluk ini memiliki perwujudan
seekor
binatang laut besar yang diidentikkan dengan
belalai
gajah, sisik ikan, cakar singa, dan tanduk rusa.
Binatang
binatang tersebut menjadi motif yang lazim
digunakan
dalam arsitektur India dan Jawa.
Makara biasanya dipajang pada pintu
gerbang candi
atau keraton. Pemajangan makara bertujuan menolak sifat
buruk agar tidak memasuki bagian candi yang sakral dan
suci. Pada candi-candi di Indonesia makara digambarkan
seperti kepala gajah mempunyai belalai dihiasi ornamen
tanaman sulur-suluran.
Makara
Fotografer: Ringo Rahata

Anda mungkin juga menyukai