Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan
prasasti pada sejumlah situs arkeologi menandai akhir dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam
sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, di mana
masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajari tentang prasasti disebut Epigrafi.
Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap
sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak hal yang
membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain mengandung
unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa prasasti tersebut
dikeluarkan.
Dalam pengertian modern di Indonesia, prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di batu nisan atau di
gedung, terutama pada saat peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan.
Dalam berita-berita media massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri,
atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan
penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang[1].
Arca Hindu di Sungai Rata (foto diambil antara tahun 1898 dan
1900)
terindah di Indonesia.
Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan, yaitu sarana dalam
memuja tuhan atau dewa-dewinya. Arca berbeda dengan patung pada umumnya, yang merupakan
hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca
tidaklah sesederhana membuat sebuah patung.
Kini di dalam dunia keagamaan Indonesia dikenal tiga macam arca, yakni arca peninggalan
agama Hindu, arca peninggalan agama Buddha, dan arca agama Kristen (terutama Katolik)
Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti (Dewanagari: मूर्ति), atau murthi, yang merujuk
kepada citra yang menggambarkan Roh atau Jiwa Ketuhanan (murta). Berarti "penubuhan", murti
adalah perwujudan aspek ketuhanan (dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu, atau logam, yang
berfungsi sebagai sarana dan sasaran konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan.[1] Menurut
kepercayaan Hindu, murti pantas dipuja sebagai fokus pemujaan kepada Tuhan setelah roh suci
dipanggil dan bersemayam didalamnya dengan tujuan memberikan persembahan atau sesaji.
[2]
Perwujudan dewa atau dewi, baik sikap tubuh, atribut, atau proporsinya harus mengacu kepada
tradisi keagamaan yang bersangkutan.[1]
Arca tidak selalu ditemukan di dekat sebuah candi. Candi bisa jadi memiliki sebuah arca, namun
sebuah arca belum tentu ada dalam sebuah candi. Ada tiga jenis arca berdasarkan kuantitas
pemujanya, yakni:
Arca Istadewata, yaitu arca yang dimiliki oleh perseorangan, sehingga dapat dibawa ke
mana-mana.
Arca Kuladewata, yaitu arca yang dimiliki oleh sebuah keluarga, biasanya terdapat di
rumah-rumah.
Arca Garbadewata, yaitu arca yang dipuja oleh banyak orang, dalam hal ini masyarakat.
Artefak di tulang, Lapa do Santo situs arkeologi, Brasil.
Jenis-jenis fosil
Fosil batu, fosil yang terbentuk dari batu ambar atau amber.
Fosil ter, fosil yang terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia.
Fosil hidup, spesies hidup yang menyerupai sebuah spesies yang dianggap sudah punah. ...
Fosil kerangka, biasanya seperti cangkang, gigi, dan tulang.