Anda di halaman 1dari 5

Candi 

adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan


tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha.[1] Bangunan ini
digunakan sebagai tempat ritual ibadah, pemujaan dewa-dewi, penghormatan leluhur ataupun
memuliakan Sang Buddha. Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk
menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa Hindu-
Buddha Indonesia klasik, baik sebagai istana (kraton), pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya,
disebut dengan istilah candi.
Candi merupakan bangunan replika tempat tinggal para dewa yang sebenarnya, yaitu Gunung
Mahameru.[2] Karena itu, seni arsitekturnya dihias dengan berbagai macam ukiran dan pahatan
berupa pola hias yang disesuaikan dengan alam Gunung Mahameru.[2] Candi-candi dan pesan yang
disampaikan lewat arsitektur, relief, serta arca-arcanya tak pernah lepas dari unsur spiritualitas, daya
cipta, dan keterampilan para pembuatnya.[3]
Beberapa candi seperti Candi Borobudur dan Prambanan dibangun amat megah, detail, kaya akan
hiasan yang mewah, bercitarasa estetika yang luhur, dengan menggunakan teknologi arsitektur yang
maju pada zamannya. Bangunan-bangunan ini hingga kini menjadi bukti betapa
tingginya kebudayaan dan peradaban nenek moyang bangsa Indonesia.[4]
Prasasti El baul Stela Batu bertulis dari Sumatra Barat

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan
prasasti pada sejumlah situs arkeologi menandai akhir dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam
sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, di mana
masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajari tentang prasasti disebut Epigrafi.
Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap
sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak hal yang
membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain mengandung
unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa prasasti tersebut
dikeluarkan.
Dalam pengertian modern di Indonesia, prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di batu nisan atau di
gedung, terutama pada saat peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan.
Dalam berita-berita media massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri,
atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan
penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang[1].
Arca Hindu di Sungai Rata (foto diambil antara tahun 1898 dan
1900)

Arca Prajnaparamita, salah satu arca Jawa kuno

terindah di Indonesia.

Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan, yaitu sarana dalam
memuja tuhan atau dewa-dewinya. Arca berbeda dengan patung pada umumnya, yang merupakan
hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca
tidaklah sesederhana membuat sebuah patung.
Kini di dalam dunia keagamaan Indonesia dikenal tiga macam arca, yakni arca peninggalan
agama Hindu, arca peninggalan agama Buddha, dan arca agama Kristen (terutama Katolik)
Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti (Dewanagari: मूर्ति), atau murthi, yang merujuk
kepada citra yang menggambarkan Roh atau Jiwa Ketuhanan (murta). Berarti "penubuhan", murti
adalah perwujudan aspek ketuhanan (dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu, atau logam, yang
berfungsi sebagai sarana dan sasaran konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan.[1] Menurut
kepercayaan Hindu, murti pantas dipuja sebagai fokus pemujaan kepada Tuhan setelah roh suci
dipanggil dan bersemayam didalamnya dengan tujuan memberikan persembahan atau sesaji.
[2]
 Perwujudan dewa atau dewi, baik sikap tubuh, atribut, atau proporsinya harus mengacu kepada
tradisi keagamaan yang bersangkutan.[1]
Arca tidak selalu ditemukan di dekat sebuah candi. Candi bisa jadi memiliki sebuah arca, namun
sebuah arca belum tentu ada dalam sebuah candi. Ada tiga jenis arca berdasarkan kuantitas
pemujanya, yakni:

 Arca Istadewata, yaitu arca yang dimiliki oleh perseorangan, sehingga dapat dibawa ke
mana-mana.
 Arca Kuladewata, yaitu arca yang dimiliki oleh sebuah keluarga, biasanya terdapat di
rumah-rumah.
 Arca Garbadewata, yaitu arca yang dipuja oleh banyak orang, dalam hal ini masyarakat.
Artefak di tulang, Lapa do Santo situs arkeologi, Brasil.

Artefak (serapan dari Latin: arte factum, arti harfiah: "dibuat oleh keterampilan")[1] merupakan benda


arkeologi atau peninggalan benda-benda bersejarah, yaitu semua benda yang dibuat atau dimodifikasi
oleh manusia yang dapat dipindahkan. Contoh artefak adalah alat-alat
batu, logam dan tulang, gerabah, prasasti lempeng dan kertas, senjata-senjata logam (anak panah,
mata panah, dll), terracotta dan tanduk binatang. Barang yang bersejarah ini sangatlah penting untuk
diletakkan di museum sehingga semua orang dapat melihat dan mempelajarinya.
Artefak dalam arkeologi mengandung pengertian benda (atau bahan alam) yang jelas dibuat oleh
(tangan) manusia atau jelas menampakkan (observable) adanya jejak-jejak buatan manusia padanya
(bukan benda alamiah semata) melalui teknologi pengurangan maupun teknologi penambahan pada
benda alam tersebut. Ciri penting dalam konsep artefak adalah bahwa benda ini dapat bergerak atau
dapat dipindahkan (movable) oleh tangan manusia dengan mudah (relatif) tanpa merusak atau
menghancurkan bentuknya.

Ciri fisik[sunting | sunting sumber]


Ciri utama dari artefak adalah segala jenis benda yang dapat dipindahkan dengan mudah
oleh tangan manusia. Jika benda yang dipindahkan tidak hancur saat pemindahan, maka benda
tersebut disebut artefak.[2]
Fosil (Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah") adalah benda-benda yang
diawetkan dalam amber, rambut, kayu yang membatu, minyak, batu bara, dan sisa-sisa DNA. Agar
suatu organisme bisa menjadi fosil, sisa-sisa organisme ini harus segera tertimbun sedimen. Para
pakar paleontologi mengklasifikasikan fosil menjadi beberapa macam. Hewan atau tumbuhan yang
dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup. Fosil yang paling umum adalah
kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang. Fosil jaringan lunak sangat jarang
ditemukan.Ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi, yang juga merupakan cabang ilmu yang
direngkuh arkeologi.

Jenis-jenis fosil
 Fosil batu, fosil yang terbentuk dari batu ambar atau amber.
 Fosil ter, fosil yang terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia.
 Fosil hidup, spesies hidup yang menyerupai sebuah spesies yang dianggap sudah punah. ...
 Fosil kerangka, biasanya seperti cangkang, gigi, dan tulang.

Anda mungkin juga menyukai