Anda di halaman 1dari 3

Manu (Hindu)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Matsya (ikan raksasa) melindungi Waiwaswata Manu dan tujuh orang bijak pada
saat Banjir Besar. Suatu lukisan miniatur buatan abad ke-19 dari Jaipur, India.
Dalam agama Hindu, Manu (Dewanagari: मनु; IAST: Manu) adalah leluhur manusia
pada setiap Manwantara, yaitu suatu kurun zaman dalam satu kalpa. Ada empat belas
Manwantara, sehingga ada empat belas Manu. Menurut agama Hindu, zaman sekarang
adalah Manwantara ketujuh, dan umat manusia diturunkan oleh Manu ketujuh yang
bernama Waiwaswata, sebab merupakan putra Dewa Wiwaswat alias Surya.

Legenda[sunting | sunting sumber]


Menurut kepercayaan Hindu, Manu yang pertama adalah Swayambu Manu, yang
dipercaya sebagai kakek moyang manusia pada Manwantara pertama. Menurut agama
Hindu, Swayambu Manu menikah dengan Satarupa dan memiliki keturunan. Anak cucu
dari Manu disebut Manawa (Dewanagari: मानव; IAST: mānava) sehingga kata 'manusia'
dalam bahasa Sanskerta disebut manawa (secara harfiah berarti keturunan Manu).[1]
Menurut agama Hindu, Swayambu Manu dan Satarupa merupakan pria dan wanita
pertama di dunia, atau era kehidupan pertama. Setelah masa Swayambu Manu
berakhir, dunia memasuki masa Manu yang baru, dan demikian silih berganti sampai
empat belas Manu terlahir ke dunia.[1]
Waiwaswata Manu, atau Manu di masa yang sekarang, dikatakan merupakan putra
dari Surya (Wiwaswan), yaitu dewa matahari menurut agama Hindu, yang menjadi
leluhur manusia pada permulaan era kehidupan manusia yang sekarang. Waiwaswata
Manu terlahir pada zaman Satyayuga dan mendirikan kerajaan bernama Kosala,
dengan pusat pemerintahan di Ayodhya. Ia memiliki sepuluh anak: Wena, Dresnu
(Dresta), Narisyan (Narisyanta), Nabaga, Ikswaku, Karusa, Saryati, Ila, Persadru
(Persadra), dan Nabagarista. Dalam kitab Matsyapurana, ia muncul sebagai raja yang
menyelamatkan umat manusia dari bencana air bah setelah mendapat pesan
dari Wisnu yang berwujud ikan (Matsya Awatara). Kisah tersebut sepadan dengan
mitos Gilgamesh dari Sumeria, serta kisah Nabi Nuh dalam agama samawi.[2]

Manwantara[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Manwantara
Menurut agama Hindu, keberadaan alam semesta tak lepas dari siklus kalpa. Satu
kalpa berlangsung selama jutaan tahun, dan satu kalpa terdiri dari empat
belas Manwantara (siklus Manu). Pada setiap Manwantara, umat manusia diturunkan
oleh seorang Manu. Menurut Purana, enam Manwantara telah berlalu dan Manwantara
yang ketujuh sedang berlangsung. Pada Manwantara yang sekarang, umat manusia
merupakan keturunan Waiwaswata Manu. Jadi, tujuh Manwantara lainnya akan terjadi
pada masa depan, dan umat manusia diturunkan oleh seorang Manu yang baru. Daftar
para Manu dipaparkan di bawah ini:
Manwantara Manu

Pertama Swayambu

Kedua Swarocisa

Ketiga Utama

Keempat Tamasa

Kelima Raiwata

Keenam Caksusa

Ketujuh Waiwaswata

Kedelapan Sawarni

Kesembilan Daksasawarni

Kesepuluh Brahmasawarni

Kesebelas Darmasawarni

Kedua belas Rudrasawarni

Ketiga belas Rocya atau Dewasarni

Botya atau
Keempat belas
Indrasawarni
Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Lompat ke:a b Roshen Dalal (2010). Hinduism: An Alphabetical Guide. Penguin Books.
hlm. 242. ISBN 978-0-14-341421-6.
2. ^ Klaus K. Klostermaier (5 July 2007). A Survey of Hinduism: Third Edition. SUNY Press.
hlm. 97. ISBN 978-0-7914-7082-4.

Anda mungkin juga menyukai