Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ni Nengah Sriantari/ Nyoman Gede Astawa

Nim : 1912101013/ 1912101011

Jurusan : Teologi

Semester 5

TUGAS : PURANA

KELOMPOK 2

PENDAHULUAN

Purana menduduki posisi yang penting dalam susastra Hindu, Weda adalah wahyu Tuhan Yang Maha
Esa merupakan sumber ajaran agama Hindu sebagai pengetahuan agama di antaranya Garuda
Purana dan skanda Purana. Di mana pada skanda Purana menggambarkan kitab-kitab Purana
sebagai Atman atau roh dari Weda sedangkan Garuda Purana adalah salah satu Purana yang
merupakan bagian dari tubuh teks Hindu yang dikenal sebagai seperti yang termasuk golongan
Purana Vaisnawa dan bagian pertama berisi dialog antara Wisnu dan Garuda.

PEMBAHASAN

Pada awalnya segalanya adalah kosong, yang ada hanya esensi dari brahman.,dimana brahman
adalah asal mula dari seluruh alam semesta, ia tidak memiliki awal dan akhir, sebelum terjadi
penciptaan semesta tidak ada apa-apa, semesta tenggelam dalam air bah, kemudian muncul sebuah
telor keemasan Wisnu berada dalam telur, ia mengambil wujud phisik untuk melakukan penciptaan.
Visņu berada dalam telur itu. Dan ia mengambil wujud phisik untuk melakukan penciptaan. Dari
Vişņu diciptakanlah Brahmā, yang berwajah empat. Semuanya diciptakan dalam telur itu. Brahmā
adalah pencipta, Visņu pemelihara dan Šiva adalah pelebur. Akan tetapi pada hakikatnya adalah
Brahman yang mengambil wujud vang berbeda-beda ini yaitu Brahmā, Visņu dan Šiva sehingga
ketiganya bukanlah wujud yang terpisah. Pada mulanya Brahmā menciptakan empat jenis mahluk.
Mereka adalah jenis dewa, Asura, pitri (leluhur), dan manava (manusia). Para dewa memiliki
kekuatan yang lebih dari yang lain pada siang hari dan Asura pada malam hari. Selanjutnya Brahmā
menciptakan dua jenis mahluk lagi yaitu rakşasa dan yakşa (mahluk setengah dewa). Ia juga
menciptakan para gandharva (yang menjadi penyanyi kahyangan). Mahluk jenis ular diciptakan dari
rambut dewa Brahmā, domba dari dadanya, kambing dari mulutnya, sapi dari perutnya, kuda, gajah,
keledai dan unta diciptakan dari kakinya. Golongan Brāhmaņa muncul dari mulut beliau, kşatriya dari
kedua tangannya, kelompok yang ketiga yang dinamakan para vaisya yang tugasnya adalah
melakukan perdagangan dan pertanian serta peternakan muncul dari paha Brahma. Dan kelompok
kasta yang terakhir yaitu para sūdra yang kewajibannya adalah untuk melayani ketiga kasta yang
lainnya, dinyatakan muncul dari kaki dewa Brahma. Empat Veda dinyatakan muncul dari Keempat
mulut dewa Brahmā. Pertama-tama dari kekuatan mentalnya, dewa Brahma menciptakan beberapa
putra, mereka adalah Dharma, Rudra. Selanjutnya Daksa diciptakan dari jempol kanan dan istri
Dakşa diciptakan dari jempol kiri dewa Brahmā. Dakşa dan istrinya memiliki beberapa orang putri.
Menyumbangkan sedekah adalah cara terbaik untuk melakukan dharma, karena orang yang
menyumbangkan sedekah akan diberkati dalam kehidupan ini dan juga dalam kehidupan setelahnya.
Menyumbang sedekah dikenal sebagai Dāna. Disebutkan ada empat jenis dāna, yaitu Nitya,
Naimittika, Kāmya dan Vimala. Nitya dāna adalah sumbangan yang diberikan kepada brāhmaņa
tanpa mengharapkan pamerih apapun. Jika sumbangan dilakukan karena sedang melakukan tirakat
atau untuk mengusir segala hal yang buruk, maka ini disebut sebagai Naimittika dāna. Kāmya dāna
adalah sumbangan yang diberikan untuk mendapatkan kekayaan, anak atau sesuatu yang berharga
lainnya. Sedangkan Vimala dāna adalah sumbangan yang diberikan semata-mata untuk kepentingan
menyenangkan Tuhan. Orang yang menyumbangkan gula tebu, biji bijian, ternak dan tanah kepada
para brāhmaņa tidak akan mengalami kelahiran kembali. Benda yang terbaik untuk disumbangkan
adalah tanah. Seorang pendosa yang menghalangi orang lain untuk melakukan derma atau
memberikan sedekah akan lahir dalam wujud burung pada kehidupan yang akan datang.

Sekarang Garuda purāņa memiliki beberapa bagian atau taknik yang mengajarkan cara berdoa
kepada dewa Sūrya (dewa kekayaan) dan kepada dewa Vișņu. Mantra-mantra yang digunakan juga
dijelaskan. Misalnya jika kita ingin berdoa kepada Visnu maka doanya adalah sebagai berikut: Hamba
berdoa kepada anda, wahai dewa Vişņu. Angkatlah cakra Sudarśana anda dan lindungi hamba dari
sebelah Timur. Hamba memohon perlindungan anda. Angkatlah gada Koumodaki anda dan
lindungilah hamba dari sebelah selatan. Hamba mengagungkan-Mu. Angkatlah senjata Hala
Sounanda anda dan lindungilah hamba di sebelah Barat. Wahai yang bermata ndah bagaikan teratai,
anda adalah satu-satunya sandaran hamba. Angkatlah senjata Šatana muşala (tombak) dan
lindungilah hamba dari sebelah utara. Hamba berdoa kepada anda wahai dewa Visnu. Angkatlah
senjata Khadga dan Carma anda dan lindungilah hamba dari Timur Laut. Anda adalah pembasmi dari
segala jenis mahluk jahat dan kejahatan, maka penuhilah keinginan hamba. Angkatlah Pañcajanya
dan Anudvodha dan lindungilah hamba dari Barat laut. Tubuh anda adalah ilahi. Angkatlah senjata
Candramasa khadga dan lindungilah hamba dari arah Tenggara. Hamba mengagungkan anda.
Angkatlah Śrivatsa anda dan lindungilah dari Barat daya. Wahai dewa naiklah ke atas Garuda anda
dan lindungilah hamba dari atas. Anda adalah yang tidak terkalahkan. Hamba bersujud kepada anda.
Mohon lindungilah hamba dari alam bawah tanah" Semua jenis doa dan mantra ini sangat
membantu. Akan tetapi dikatakan bahwa mantra dan doa yang terbaik adalah mengucapkan seribu
nama Visņu.

Akan tetapi hamba menemukan bahwa hanya beberapa orang saja yang benar-benar sampai pada
usia itu. hanyalah untuk kehidupan manusia secara umum. Tentang bagaimana atau berapa lama
seseorang akan hidup di bumi, maka itu sepenuhnya tergantung pada dosa dan pahala yang mereka
perbuat. Dosa-dosa akan membawa seorang pada kehidupan yang lebih rendah. Dosa-dosa ada
sebagai cobaan untuk manusia yang terlahir di bumi. Periode lima tahun pertama dalam kehidupan
hanya ada sedikit cobaan untuk 'melakukan dosa. Akan tetapi setelah usia ini akan banyak halangan
bagi mereka. Itulah alasan mengapa hanya beberapa orang saja yang bisa bertahan hingga usia
seratus tahun. Mengapa hanya seratus tahun? Jika seseorang yang telah mencapai kesempurnaan
yang tertinggi, ia akan menjadi mahluk yang kekal." Seorang manusia disebut sebagal bayi dari
kelahirannya hingga usia enambelas bulan. Dari enam belas hingga dua puluh tujuh bulan mereka
disebut sebagai seorang balita (bala atau balaka). Dari usia dua puluh tujuh b

Selanjutnya dibahas tentang para raja keturunan dinasty Sürya dan Candra. Dinasty Sūrya berakar
pada dewa Sūrya yang merupakan putra dari Aditi. Putra dewa Suryà adalah Many dan putra Manu
adalah Iksvaku. Dari garis keturunan inilah lahir Rama yang terkenal dalam kisah Rāmāyaņa: Tidak
ada kisah tentang raja-raja dinasty Sürya di dalam Garuda purāņa. Disana hanya disebutkan nama
raja-raja dalam daftar yang panjang. Jika anda ingin mengetahui raja-raja dari keturunan dinasty
Sūrya, maka lebih baik membaca naskah purāņa lainnya. Putra dewa Brahmā adalah Ātri dan putra
dari Atri ini adalah Candra. Dinasty Candra berawal dari putra dewa Candra yaitu Buddha. Dalam
garis keturunan ini lahirlah para Kauraya dan juga para Yādava. Namun sekali lagi disini tidak
diberikan penjelasan tentang raja-raja dari dinasty Candra. Dan hanya memberikan daftar namanya
saja dan untuk itu, kita langkahi saja bagian itu. Garuda purāņa kemudian secara singkat merangkum
kisah-kisah yang terdapat dalam Rāmayaņa, Harivamsa dan Mahābhārata.

Setelah membayar segala dosa-dosa yang pernah dilakukannya di neraka, maka seorang pendosa
dilahirkan kembali untuk menerima sisa-sisa perbuatan masa lampaunya. Pembunuh seorang
Brähmaņa pertama-tama akan dilahirkan menjadi seekor anjing, kemudian secara bertahap menjadi
unta, keledai, kodok dan burung pemangsa. Pencuri emas akan lahir menjadi cacing atau sebagai
seekor insekta. Pembunuh seorang Brahmaņa juga bisa lahir sebagai penderita tuberkoloşis, dan
pencuri emas akan menderita gigi yang berantakan tak beraturan. Orang yang senang mencuri
makanan akan mengalami kelaparan pada kehidupan selanjutnya. Seorang pembohong akan
menjadi orang bisu pada kehidupan selanjutnya. Orang yang mencuri minyak akan lahir menjadi
kecoa dan pencuri sayuran hijau akan lahir menjadi burung merak. Jika seseorang mencuri
wewangian, maka dalam kehidupan selanjutnya ia akan menjadi rayap. Dan orang yang senang
mencuri bahan makanan akan lahir menjadi tikus. Pencuri buah-buahan akan lahir menjadi kera,
pencuri binatang akan menjadi kambing, pencuri susu akan menjadi burung gagak. Pencuri daging
akan lahir menjadi seekor burung pemangsa dan pencuri garam hanya akan mendapatkan pakaian
yang compang-camping dalam kehidupan selanjutnya. Masing- masing akan menerima sesuai
dengan apa yang menjadi hidup.

Jika seseorang meninggal dunia, maka pertama-tama yang dilakukan oleh keturunannya atau
keluarga yang ditinggalkan adalah membersihkan mayat itu lalu membungkusnya dengan sebungkus
kain Keluarga yang ditinggalkan atau keturunan dari yang meninggalkemudian di urapi dengan. pasta
cendana lalu melakukan ritual yang disebut sebagai Ekoddhista. Ritual ini akan memberikan anak itu
hak untuk melakukan upacara kremasi pada cang almarhum. Ritual ini bisa dilakukan di tempat
kematian, depan pintu rumah, di lapangan, kuburan, tempat kremasi atau pembakaran mayat itu
sendiri. Keluarga atau anak yang ditinggalkan akan membawa biji wijen, rumput persembahan
(kuśa), mentega murni dan kayu bersamanya menuju ke tanah kremasi. Dan dalam perjalanan
menuju ke tempat kremasi, dilakukan pengucapan berbagai mantra kepada dewa Yama. Di Śmaśāna
(tempat kremasi) dilakukan upacara ritual lain. Sebuah panggung untuk pembakaran mayat harus di-
buat. Busana yang dikenakan oleh mayat dibagi menjadi dua. Setengahnya dipakai untuk menutupi
mayat dan setengahnya lagi di tinggalkan di Smaśāna untuk para preta (mahluk halus). Piņda (benda
persembahan) di persembahkan kepada almarhum dan mentega murni di percikkan pada mayat itu.
Mayat kemudian ditempatkan pada panggung untuk pembakaran dengan posisi kepala menghadap
ke selatan. Selanjutnya api dinyalakan dengan iringan mantra yang artinya, "Wahai dewa Agni yang
agung, bawalah orang ini ke surga." Ketika setengah tubuh mayat telah terbakar, maka berbagai
jenis mantra diucap dipersembahkan kepada almarhum. Ini dikenal sebagai ritual tarpaņa (ucapan
syukur) dan tarpana ini biasanya dilakukan sekali, tiga kali atau sepuluh kali. Setelah tarpaņa selesai,
pakaian yang basah hendaknya diganti. Keturunan atau keluarga yang ditinggalkan hendaknya tidak
bersedih atas kepergian almarhum. Karena ratapan seperti itu malah hanya akan menambah beban
roh almarhum karena ja akan dibuat terikat dengan kehidupan masa lalunya dan itu adalah
perbuatan yang sia-sia. keharusan bagi yang lahir. Ini akan memberikan kenyamanan kepada yang
ditinggalkan maupun yang meninggal. Dan setelah pulang dari tempat kremasi, maka hendaknya
benda-benda yang disentuh adalah benda-benda suci. Anak yang meninggal dalam usia dua tahun ke
bawah hendaknya tidak dikremasi. Mayatnya hanya dikubur saja. Seorang istri yang pativrata (setia)
dibenarkan melakukan bunuh diri dengan terjun ke dalam api pembakaran mayat suaminya yang
meninggal. Ini akan memberikan pahala yang besar. Dia akan berada di surga selama bertahun-
tahun sebanyak jumlah helaian rambutnya. Ini juga akan menyelamatkan suaminya dari neraka,
tidak perduli dosa apapun yang dilakukan oleh suaminya. Suaminya akan bertemu dengannya
disurga. Pembakaran diri jenis ini dibenarkan kecuali jika wanita itu sedang hamil. Demikianlah
Garuda purāņa membenarkannya. Ada beberapa hal yang membenarkan tidak ditiadakannya
ppacara ykremasi, dan, dengan itu juga tidak dilaksanakan persembahan pinda atau tarpaņa. Karena
dikatakan bahwa mayat dengan katagori ini harus akan masuk neraka. Contohnya adalah kematian
karena binatang buas, kebakaran, kholera, keracunan, gigitan ular, karena petir atau melakukan
bunuh diri secara tidak wajar. Upacara penguburan terhadap masalah-masalah seperti itu hanya
akan membawa keburukan daripada kebaikan. Dan untuk kematian jenis diatas dilakukan sebuah
upacara khusus yang dinamakan Nārāyaņavali. Hanya dengan melakukan ritual ini sang almarhum
bisa terhindar dari masuk neraka. Jika gigitan ular yang membawa pada kematian, maka sebuah
patung ular yang terbuat dari emas hendaknya diberikan kepada Brāhmaņa bersama seekor sapi.

kemudian menggambarkan tentang núšIA Dewa keberadaan tubuh manusia. Tubuh manusia
dibentuk oleh kulit (carma), darah (rakta), daging (mamsa), lemak (meda), lendir (majja), tulang (asti)
dan kehidupan (jivana). Lima elemen yang dimaksudkan adalah tanah (kşiti), air (āpah), energy (teja),
angin (vāyu) dan langit (akāśa). Masing- masing elemen ini membentuk bagian tubuh manusia.
Elemen tanah membentuk kulit, tulang, nadi, dan rambut serta bulu tubuh dan daging. Elemen air
membentuk bagian air ludah (lala), lendir dan darah. Energy membentuk segala kebiasaan
manusia.Di dalam tubuh manusia terdapat sepuluh nadia Késepuluh nadi itu adalah Idā, pingala,
suşumna, gandhari, hastijihva, pusa. yaśa, alambuşa, kuhu dan śańkhini. Di dalam tubuh manusia
juga ada sepuluh nafas yang berbeda. Kesepuluh nafas itu adalah prāņa, apāna, samāna, udāna,
vyāna, nāga, kūrma, krkara, devadatta dan dhanañjaya. Bulu tubuh yang ada pada tubuh manusia
berjumlah tiga setengah crore dan ada tiga laksa bulu dikepalanya. Giginya berjumlah tiga puluh dua
dan kukunya ada dua puluh. Pala adalah sebuah satuan ukuran. Ada seribu pala daging dalam tubuh
manusia, seratus pala darah, sepuluh pala lemak, sepuluh pala kulit dan dua belas pala lendir.
Demikian yang terdapat dalam kitab suci dan diterangkan oleh para bijaksana. Ada hubungan yang
sempurna antara tubuh manusia dengan alam semesta. Dari pinggang ke bawah melambangkan
alam bawah tanah dan bagian diatas pinggang membentuk alam atas bumi. Ujung jari kaki
melambangkan alam Tala, tumit melambangkan alam Vitala, betis melambangkan alam Sutala, lutut
melambangkan Talata, paha melambangkan Rasatala dan pinggul melambangkan alam Patāla. Pusar
melambangkan alam bhūhloka (bumi), perut melambangkan alam bhuvarloka, hati melambangkan
svarloka, kerongkongan melambangkan alam maharloka, wajah melambangkan Janaloka, dahi
melambangkan Tapoloka, dan puncak kepala adalah Satyaloka. Kèempat belas alam itu bisa
ditemukan di dalam tubuh manusia.

Garuda mendapatkan jawaban dari semua pertanyaannya. la kemudian menyentuh kaki dewa Visņu
dan menyampaikan rasa terimakasihnya. Garuda kemudian pergi kepada rsi Kaśyapa dan
menurunkan ajaran ini kepadanya. Pengetahuan suci ini kemudian turun temurun dalam satu garis
keturunan rși, dari Bhrgu pada Vasistha, dari Vasistha pada Vāmadeva, dari Vāmadeva pada
Parašara, dari Parasara pada Vyāsadeva dan dari Vyäsadeva pada Romaharşana. Romaharşana
memberitahukan kepada rsi-rsi yang berkumpul di hutan Naimişāranya, "Sekarang aku telah
menceritakan kepada kalian, semua yang telah aku pelajari. Orang yang membaca kisah purāņa ini,
atau mendengar penceritaannya akan dijamin kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Kitab suci ini
memberikan manusia pelajaran tentang pengetahuan yang sejati. Ini adalah purāņa yang hams
senantiasa dihormati. Mari kita berterimakasih kepada Vedavyāsa yang telah menurunkan
pengetahuan ini kepada kita semua.Mereka juga berterimakasih kepada Romaharşaņa atas segala
penderitaan dalam mempelajari dan menceritakan semua kisah itu. Mereka senantiasa berkata,
Semenjak itulah, yajña yang telah dilakukan itu selesai. Romaharşaņa meninggalkan pertapaan para
rși. Dan para rși juga mencari jalan yang terpisah untuk pergi ke tempat masing- masing. Pahala yang
besar akan didapatkan dari membaca atau mendengar penceritaan garuda purāņa. Akan tetapi
sebagai sebuah peringatan, bagi mereka yang menceritakannya hendakhya diberikan persembahan
atau sedekah, karena kalau tidak, maka pahala tidak akan di dapatkan. Naskah garuda purana ini
hendaknya di hormati dan dipuja. Para orang suci atau mereka yang menceritakannya hendaknya di
persembahkan pakaian, sapi-sapi, makanan, emas dan tanah.

Skanda Purana

Skanda purana adalah pernikahan siwa dengan parwati membawanya ke gunung Gandhamadana
nandi menjaga didepan pintu gerbang menuju kuil. dimana siwa dan parwati tengah berbulan madu
selama ribuan tahun sampai dunia mengalami kekacauan. diputuskan untuk memata - matai siwa
digunung Gandamadana dikirimlah Wisnu dan Brahma, dengan berubah wujud dan agni pun
bertemu dengan Parwati serta meminta anugerah dan parwati memberi anugerah barupa energi
Siwa. Anugerah tersebut menjadi suatu kutukan yang menyebabkan masalah pada dirinya. Siwa
meminta untuk menumpahkan energi yang membara kedalam badan orang yang menderita dingin
nya musim salju. Agni pergi ketepi telaga dan menunggu istri dari Tujuh Isi untuk mandi, gemetar
karena kedinginan trus mereka menghangatkan badan dengan berada didekat api dari situ proses
menyerap energi siwa sekedar lewat menembus melalui pori - pori kulit pada wanita itu, segera Agni
melepaskan bebannya Dan Tujuh wanita itu hamil,

karena salah satu istri dari para rsi itu tidak tergoda maka hanya enam orang istri para rsi in kena
kutukan yaitu akan lahir sebagai bintang dilangit (naksastra) menjadi krttika. sebelum itu pernah
terjadi melepaskan energi siwa digunung Himalaya. Disana energi yang disatukan berkumpul
membentuk satu kesatuan banda mengambang diair sungai gangga dan berbaur dengan ilalang yang
ada sepanjang tepian sungai seorang anak berkepala enam kemudian lahir dari energi siwa, Rsi
Gangga memberi nama karttikeya yang berarti putra gangga. Agni mohon anugerah bahwa ia dapat
hadir pada semua upacara persembahan dan skanda menganugerahinya bahwa ia akan dikenal
sebagai putranya.

Kembali téntang Mahisagarasangama Nārada berkata pada Arjuna tentang kebajikan dari tempat
suci yang bernama Mahi sagara sangama. Ini digambarkan dalam cerita berikut ini. Kaliyuga adalah
era terakhir dari keempat era dan mahluk-mahluk jahat adalah penguasa siang hari di masa kali
yuga. Mahābhārata menggambarkan tentang pertempuran di Kurukşetra dan kali yuga dimulai
setelah perang ini berakhir. (Terkadang disebutkan saat Krsna meninggal. Ini kira-kira tiga puluh
enam tahun setelah perang Kurukşetra berakhir.

Dengan membaca Skanda Purāņa, atau mendengar pembacaannya, seorang brāhmana akan
memperoleh penge- tahuan Veda, seorang kşatriya (golongan kedua dari empat golongan) akan
dapat mengalahkan musuh-musuhnya; seorang vaiśya (golongan ketiga) akan mendapatkan
kemakmuran dan bahan makanan dan śūdra akan mendapat kebahagiaan. Purāņa ini akan memberi
umur panjang, bersatu kembali dengan teman-teman yang terpisah dan menikah dengan suami/istri
yang didambakannya.
Dengan penjelasan diatas dalam Panca Laksana

1. Sarga ( Ciptaan alam semesta yang pertama/ yang sangat halus) Sarga Adalah proses
penciptaan yang halus berupa lima unsur ( Panca Maha Bhuta ) obyek Indriya, Organ Indriya,
dan pikiran, ego ( Ahamkara ) dan prinsip kecerdasan kosmik serta terganggunya
keseimbangan dari sifat sifat alam.
2. Pratisarga penghancuran dan penciptaan kembali alam semesta
Penciptaan alam semesta tidak lah sebuah kenyataan yang kekal, semua ciptaan akan
berakhir pada masa penghancuran yang selanjutnya berulang pada masa penciptaan
kembali.
3. Manvantara ( Masa dan perubahan Manu” pada setiap masa )
Setiap penciptaan menjadi beberapa kesatuan waktu yang disebut Kalpa dan pembagian
yang lebih besar atau yg lebih kecil, ketika penciptaan berhenti maka semua waktu dan
materi akan lenyap
4. Vamsa ( Dinasti Raja-raja )
Keturunan dan sejarah raja” yang termashur memgang peranan penting dalam kitab
mahapurana dan mampu memelihara catatan keturunan atau silsilah raja-raja
5. Vamsanucarita ( rsi-rsi dan raja yang akan datang )
Menguraikan dinasti surya raja-raja Ayodhya dari Vaivasvata Manu sampai Satyavrata, dari
Satyavrata sampai sagara dan dari Sagara samapai pada Brhadbala.

Daśa Lakşaņa

Setelah membahas Pañca Laksana dan Catur Pãda, kini sampailah pada uraian tentang Daśa Lakşaņa
yang merupakan pengembangan dari Pañca Lakşaņa seperti telah dijelaskan

1. Sarga (penciptaan dalam bentuk yang halus), yang menguraikan tentang beberapa topik seperti
evolusi mahat (prinsip intelejen kosmik) yang terganggu keseimbangannya oleh Tri Guņa dari Prakrti
yang tidak termanifest (zat primordial) mengantarkan tiga tingkatan evolusi Ahamkāra (dari tipe
Vaikārika, atau Sāttvika, Rājasa dan Tāmasa) menurut dominasinya masing-masing Tri Guna tersebut
dalam evolusi Pañca Mahā Bhūta, Pañca karmendriya dan obyeknya

2. Visarga (penciptaan unsur-unsur yang nyata), penciptaan alam semesta yang nampak kasat mata,
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, sebagai hasil dari efek kolektif yang muncul
berkembang dari Mahat dan prinsip dasar lainnya yang meresapi kekuatan penciptaan oleh Tuhan
yang Maha Agung dan didominasí oleh karma (dari Jiwa) yang sebelumnya dikembangkan dalam
sikap kelanjutan dari benih ke benih yang lain.

3. Vrtti (makanan), yakni penciptaan yang tidak bergerak, seperti makanan/gandum, buah-buahan,
akar-akar) dan beberapa hasil dari penciptaan yang bergerak dan dalam kasus umat manusia,
didukung dan ditentukan oleh alam mereka, kerinduan dan aturan-aturan kitab suci.

4. Rakşā (perlindungan alam semesta). Tuhan Yang Maha Esa turun untuk melindungi makhluk
ciptaan-Nya dalam wujud berbagai inkarnasi dan perilaku positif Sang Hyang Visnu, yang turun dari
masa ke masa di antara berbagai wujud makhluk hidup, seperti Varāha (babi hutan), Paraśurāma,
Rāma, sebagai Mahārși Kapila, di antara para devata, dan menyadarkan mereka yang membenci
Veda (mereka yang berjiwa rakşasa).

5. Manvantara (periodisasi Manu), yakni periode kepemimpinan manusia istimewa (seperti Manu
yang memimpin masa kini), beserta devata, putra-putra Manu, Indra, Saptarşi dan inkarnasi Sang
Hyang Visnu. Manvantara tersebut ditandai oleh 6 unsur tersebut.
6. Vamsa (dinasti raja-raja), yakni garis keturunan atau ras murni, raja yang merupakan penjelmaan
dewa Brahma dan berkelanjutan sepanjang 3 dimensi waktu (yang lalu, sekarang dan yang akan
datang).

7. Vamsanucarita (karya Tuhan Yang Maha Esa, devată dan dinasti raja-raja), yakni penggambaran
raja-raja yang akan memerintah beserta keturunannya.

Samstha (kehancuran fisik semesta), (1), disebabkan oleh sebab. sebab yang luar biasa, (2). Prktika
(karena Prakrti), (3). konstan (teratur), dan (4). absolut. Kehancuran ini disebut Samstha oleh para
rși.

8. Hetu (keinginan/dorongan nafsu untuk melakukan Karma), kekuatan yang memberi motivasi atau
yang menyebabkan alam semesta adalah Jiva (jiwa individu). Ia melakukan kegiatan atas dorongan
tanpa kesadaran (kebodohan). Atas dasar tersebut muncul kesadaran atau aspek spiritual, ia dengan
senang hati melakukan Karma untuk memperoleh keseimbangan, timbul penekanan yang disebut
aspek Upādhi (kondisi keberadaan), ia tidak menampakkan diri, tanpa nama dan wujud sebelum
penciptaan.

9. Apāśraya (dukungan terakhir dan tujuan atau realitas tertinggi). Apāśraya merupakan tujuan
tertinggi, yakni mencapai Brahman. Ia tampil sebagai saksi atas pengaruh dari Mayā, seperti 3
keadaan jiwa (yakni Viśva, taijasa dan Prajña) di dalam kesadaran penuh, mimpi dan tidur nyenyak
tanpa mimpi dan hal ini juga sangat berbeda atau dibedakan dengan keadaan Samādhi.

Anda mungkin juga menyukai