Anda di halaman 1dari 7

Agama Hindu

Para tokoh menyatakan bahwa sebutan Hindu itu berasal dari kata Sindhu, yaitu nama
sebuah sungai di wilayah India bagian barat daya yang sekarang dikenal dengan nama Punjab
(artinya daerah 5 aliran sungai).
Diperkirakan sekitar lima tahun 6000 SM datanglah bangsa Arya dari daratan Eropa
bagian Timur memasuki daerah India secara bertahap dalam beberapa periode. Bangsa Arya
memasuki India melalui celah Kaiber yang terdapat di antara pegunungan Himalaya dan Hindu
Kush. Sebelum masuknya bangsa Arya, India telah didiami oleh bangsa Dravida yang memiliki
peradaban tinggi. Para ahli berhasil menemukan bekas-bekas peradaban bangsa Dravida di kota
Harappa dan Mohenjo-Daro. Peninggalannya:
1. Ditemukan arca manusia berkepala tiga, bertangan empat, berdiri dengan kaki kanan dan kaki
kirinya terangkat ke depan. Arca ini terbuat dari batu kapur yang dibakar. Arca ini memberi
inspirasi tentang arca Siwanataraja , yaitu Siwa sebagai raja dari alam semesta. Kemungkinan
perkembangannya di Indonesia, khususnya di Bali mengingatkan pada arca Sanghyang Acintya.

2. Ditemukan beberapa materai berisi hiasan burung elang yang sedang mengembangkan sayapnya.
Kepalanya dipalingkan ke kiri dan ke atas serta di atas kepalanya terdapat hiasan ular.
Diperkirakan konsep inilah yang memberi inspirasi pada lukisan burung Garuda bersama para
naga yang terdapat dalam kitab Itihasa.

3. Ditemukan beberapa materai berisi hiasan orang yang duduk bersila, bermuka tiga, bertanduk
dua, hiasa kepalanya meruncing ke atas, dan dikelilingi oleh beberapa binatang, seperti gajah,
lembu, harimau, dan badak. Diperkirakan konsep ini kemudian memberikan inspirasi pemujaan
kepada Dewa Siwa dalam manifestasi sebagai Sang Hyang Pasupati. Selain itu, ditemukan pula
materai berisi lukisan pohon yang berdekatan dengan seorang dewa. Konsep ini kemudian
dihubungkan dengan keberadaan pohon Kalpataru atau pohon Sorgawi yang dapat mengabulkan
semua keinginan manusia, seperti yang terdapat dalam kitab Itihasa.

4. Ditemukan rumah-rumah yang telah memiliki tata ruang dan tata letak yang baik. Hal ini
dibuktikan dari letak bangunan dan adanya kamar-kamar yang memiliki fungsi yang berbeda-
beda. Di samping itu, sudah ada pula jalan-jalan yang lebar dan lurus serta di kanak kirinya
sudah terdapat parit sebagai tempat pembuangan air limbah dan hujan.

5. Ditemukan arca orang tua berjanggut dan memakai jubah serta arca seorang wanita yang bentuk
badannya agak gemuk. Arca-arca ini adalah arca terakota yang bahannya terbuat dari tanah liat
yang dibakar . diperkirakan arca orang yang berjanggut merupakan sebagai tokoh spiritual,
sedangkan arca seorang perempuan itu diduga sebagai dewi kesuburan.

6. Ditemukan beberapa jenis permainan anak-anak yang terbuat dari tanah liat yang dibakar.

7. Ditemukan beberapa kolam lengkap dengan pancurannya sebagai tempat pemandian umum atau
sebagai taman yang disucikan untuk memandikan arca-arca dewa.

Kedatangan bangsa Arya ke Punjab , India menimbulkan peperangan dengan penduduk asli
India, yaitu bangsa Dravida. Bangsa Dravida berhasil dikalahkan dan terdesak ke selatan.
Semula bangsa Arya mempertahankan kemurnian darah mereka, tetapi kemudian secara perlahan
mulai terjadi percampuran darahnya dan kebudayaan dengan bangsa Dravida. Percampuran
darah dan kebudayaan ini menghasilkan kebudayaan baru di lembah sungai Sindhu.
Pada masa itu, telah terjalin hubungan dagang dengan Yunani dan Persia. Bangsa Persia yang
datang ke lembah sungai Sindhu menyebut kata Shindu dengan kata Hindu rupanya bangsa,
Persia tidak memiliki lafal S dalam bahasa mereka, sedangkan bahasa Yunani menyebut
Sindhu dengan sebutan Indo. Beberapa abad kemudian , bangsa-bangsa Barat lainnya mengenal
daerah ini dan menyebutnya dengan nama India. Berdasarkan data-data tersebut dapat
dikemukakan bahwa nama Hindu berasal dari kata Sindhu, yaitu nama sebuah sungai yang ada di
wilayah India bagian barat daya. Lembah sungai Sindhu yang amat subur itu memiliki lima
aliran sungai pada hulunya dan kelima aliran itu disebut dengan Pancanadi.
Perkembangan selanjurnya India disebut dengan nama Arya Wartha yang berarti daerah yang
didiami oleh bangsa Arya. Bharata warsa yang artinya daerah yang penuh dengan hutan.
Jambudwipa yang artinya pulau yang berbentuk jambu.
Adanya pembauran budaya dan kepercayaan antara bangsa Arya dengan bangsa Dravida dalam
perkembangannya kemudian, mengalami kemajuan yang amat pesat sampai pada munculnya
agama Hindu di lembah sungai Sindhu.

Pengelompokkan Zaman
Pengelompokkan zaman yang disampaikan Govinda Das Hinduism Madras
A. Zaman Weda
Zaman Weda berlangsung dari tahun 1.500 SM sampai dengan tahun 600 SM. Kehidupan
manusia pada zaman Weda dikuasai oleh pemujaan terhadap para dewa yang dipandang sebagai
suatu kekuatan yang nyata dan berpribadi. Para dewa dipuja dengan nyanyian yang sangat indah
dan disertai dengan menghaturkan sajian yang dipersembahkan kepada-Nya. Tujuannya untuk
memohon waranugraha dari para dewa agar hidup seseorang selamat, sejahtera lahir dan batin.
Keberadaan hukum alam yang juga disebut hukum Rta sangat dipercayai pada zaman Weda
karena hukum Rta itulah yang mengatur segala sesuatu yang ada di dalam semesta ini. Semua
yang ada di alam semesta ini harus tunduk pada hukum Rta tanpa terkecuali. Barang siapa yang
mencoba menentangnya pasti akan binasa. Pandangan manusia terhadap susunan alam semesta
pada masa itu sudah cukup luas. Bumi yang ditempati manusia dipandang sebagai sesuatu yang
nyata. Hal itu dapat dibuktikan dari doa-doa yang dipanjatkan kepada para dewa mengenai hal-
hal yang bersifat keduniawian.

Ciri-ciri Zaman Weda
- Pelaksanaan agama selalu berpedoman dengan apa yang disebutkan di dalam Weda.
- Masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dengan Dewa.
- Percaya pada hukum Rta yang berlaku mutlak. Siapa yang berani melawan akan mati.
- Adanya pengkomodifikasian Weda
- Berkembangnya dari tahun 1500 SM 600 SM
- Ditekankan pada bakti
- Upakara hanya memohon keselamatan

B. Zaman Brahmana

Kehidupannya terjadi di dataran tinggi Dekan dan lembah sungai Yamuna. Zaman Brahmana
ditandai dengan keberadaan kitab Brahmana yang berisi peraturan-peraturan keagamaan. Pokok
pembicaraan dalam kitab ini adalah tentang upacara yadnya, meliputi arti yadnya, persyaratan
yadnya, dan kekuatan gaib yang ada dalam upacara itu. Pelaksanaan upacara yadnya dipandang
sebagai sesuatu yang amat penting sehingga kehidupan keagamaan pada waktu itu sangat
didominasi oleh upacara. Apabila di zaman Weda upacara keagamaan dilakukan untuk memohon
waranugraha dari para dewata, sedangkan dalam kitab Brahmana, para dewata memiliki
kedudukan yang amat penting terutama dalam sistem upacara. Adanya kehidupan masyarakat
yang bersifat ritualistis pada zaman Brahmana itu merupakan dasar untuk menuju pada tingkat
kehidupan spiritual berikutnya dengan karma dan jnana. Untuk memudahkan pelaksanaan
upacara yadnya pada masa itu dibuatlah kitab-kitab penuntun yang disebut kalpasutra. Kitab
kalpasutra bersumber pada kitab brahmana yang dimaksudkan sebagai pedoman bagi setiap
orang yang telah berumah tangga dan untuk kemasyarakatan. Mengenai hubungan manusia
dengan alam semesta pada zaman Brahmana dinyatakan sebagai sesuatu yang bersifat paralel
atau sejajar sehingga akan terjadi hubungan yang harmonis dalam kehidupan ini. Manusia pada
zaman Brahmana dipandang sebagai makhluk paling utama di bumi, yang terdiri atas dua bagian
yaitu nama dan rupa. Nama adalah unsur-unsur rohani yang menentukan proses hidup yang
terdiri atas citta, budhi, ahamkara, manas, indriya-indriya, dan atman. Rupa bermakna bagian
yang bersifat fisik, yaitu daging, tulang, sumsum, rambut, kulit.

Ciri-ciri Zaman Brahmana
- Jaman munculnya upakara-upakara agama
- Kegiatan keagamaan mempergunakan upacara upakara
- Segala pelaksanaan keagamaan didukung yadnya
- Bila pelaksanaan yadnya kurang, upacara dianggap gagal
- Upacara agama dominan
- Adanya kepercayaan pada dewa
- Adanya Sutra

C. Zaman Upanisad

Terjadi di lembah sungai Gangga. Dalam beragama, lebih menekankan hal-hal yang
bersifat filosofis/filsafat Hindu daripada pelaksanaan upacara. Kitab Upanisad merupakan bagian
jnana kanda dari kitab Weda Sruti yang isinya bersifat ilmiah, spekulatif, tetapi tetap dalam
ruang lingkup keagamaan. Pada umumnya, kitab-kitab Upanisad berisi tentang hakikat Brahman,
atman, hubungan antara Brahman dengan atman, hakikat maya, hakikat widya dan awidya, serta
mengenai moksa. Pandangan yang menonjol dalam ajaran Upanisad adalah ajaran yang
mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bermacam-macam ini dialirkan dari satu asas, satu
realitas tertinggi yang tidak dapat terlihat, tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat ditangkap oleh
akal manusia, tetapi melingkupi segala yang ada di alam semesta ini. Dalam Brhad Aranyaka
Upanisad disebutkan bahwa Brahman itu bersifat Neti-neti, artinya bukan kasar, bukan pendek,
bukan bayangan ,tanpa ukuran, dan sejenisnya. Jadi, Brahman bukanlah suatu substansi dan tidak
memiliki sifat. Brahman memiliki sifat Sat Cit Ananda, yang artinya keberadaan, kesadaran, dan
kebahagiaan. Hal ini menunjukkan bahwa Brahman adalah satu-satunya realitas yang bersifat
mutlak, yang meliputi segala yang ada, yang sadar, dan yang bersifat rohani.

Ciri-ciri Zaman Upanisad
- Kehidupan beragama bersumber pada ajaran kitab Upanisad
- Konsepsi akan keyakan terhadap Pancasradha dijadikan penentu dalam ajaran agama
- Tujuan hidup dan tujuan agama diformulasikan menjadi lebih jelas.
- Kedudukan Bhuana Agung dan Bhuana Alit sejajar
- Adanya pembahasan mengenai brahman, atman, widya, awidya
- Ajaran upanisad bersifat monistis dan absolutistis

Hikmah Perkembangan Agama Hindu di India
dan Negara Lainnya

1. Seni bangunan. Munculnya budaya Hindu sangat besar pengaruhnya terhadap seni bangunan di
wilayah-wilayah yang terkena pengaruh Hindu.

2. Seni rupa atau seni lukis. Unsur seni rupa atau seni lukis telah masuk ke Indonesia. Hal ini
terbukti dengan diketemukannya relief-relief yang terdapat pada candi.

3. Seni sastra. Seni sastra Hindu turut memberi corak di dalam perkembangan seni sastra
Indonesia. Seni sastra pada awal perkembangan pengaruh Hindu ditulis dengan huruf Pallawa
dan menggunakan bahasa Sansekerta.

4. Pemerintahan. Sebelum masuknya pengaruh India ke Asia, masyarakat telah mengenal sistem
pemerintahan dari seorang kepala suku. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu, tata
pemerintahan disesuaiakan dengan sistem kepala pemerintahan yang berkembang di India.
Seorang kepala pemerintahan bukan lagi seorang kapala suku, meliankan seorang raja yang
memerintah wilayah kerajaannya secara turun temurun.

Anda mungkin juga menyukai