Anda di halaman 1dari 13

PERIODISASI SEJARAH HINDUISME

ZAMAN WEDA

Di Tujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Hindu

Dosen Pengampu : Syaiful Azmi, S.AG.,M.A.

Di susun oleh :

AZIZATUL HANIFAH (11190321000037)

FITRIA RIYANJANI (11190321000042)

STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-Nya makalah
ini yang berjudul Islam dan Alam Semesta dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kita
sampaikan kepada junjungan kita, dialah Nabi yang diutus Allah SWT sebagai pembawa rahmat bagi
semesta alam dan Insyaallah kita semua akan mendapat syafaat dariNya, yaitu Nabi Muhammad
Saw beserta keluarga, sahabat dan kita hingga akhir zaman. Pada kesempatan ini yang baik ini kami
ingin menjelaskan bahwa makalah yang buat berdasarkan keilmuaan yang bisa
dipertanggungjawabkan karena setiap isi dalam makalah ini merupakan referensi referensi dari
berbagai sumber yang ada. Dalam pembuatan makalah ini kami menekankan kepada kehatian dalam
menulis agar makalah kami bisa menjadi bahan pembelajaran yang membawa manfaat bagi kami
dan para pembacanya. Apabila disuatu hari terdapat kesalahan yang kami tak sengaja ataupun lainya
kami mohon maaf atas kekeliruan itu.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agama Hindu adalah agama yang mempunyai usia terpanjang merupakan agama yang
pertama dikenal oleh manusia. Dalam uraian ini akan dijelaskan kapan dan dimana agama itu
diwahyukan dan uraian singkat tentang proses perkembangannya. Agama Hindu adalah
agama yang telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks dibidang astronomi, ilmu
pertanian, filsafat dan ilmu-ilmu lainnya. Karena luas dan terlalu mendetailnya jangkauan
pemaparan dari agama Hindu, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami.

Banyak para ahli dibidang agama dan ilmu lainnya yang telah mendalami tentang agama
Hindu sehingga muncul bermacam- macam penafsiran dan analisa terhadap agama Hindu.
Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para ahli untuk menetapkan kapan agama
Hindu itu diwahyukan, demikian juga mengenai metode dan misi penyebarannya belum
banyak dimengerti.

Agama Hindu berasal dari pencampuran bangsa Arya dan bangsa Dravida, dalam agama
Hindu terdapat beberapa dewa-dewa yang dianggap penting bagi pemeluknya. Banyak
praktek-praktek keagamaan di dalam agama Hindu yang bertujuan untuk menghormati para
dewa. Agama Hindu juga mempunyai system kepercayaan bagi para pemeluknya.

B. RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana Sejarah Hinduisme Pada Zaman Weda?


B. Apa itu Rta?
C. Dewa-dewa
D. Roh-Roh Jahat
E. Bagai mana Korban dan Praktek Keagamaan nya ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana sejarah Hinduisme (Pada Zaman Weda)
2. Mengetahui apa itu Rta
3. Mengetahui beberapa dewa serta tugasnya
4. Memahami bagaimana kepercayaan umat Hindu mengenai roh-roh jahat
5. Memahami kepercayaan umat Hindu tentang korban
6. Mengetahui praktek-praktek keagamaan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Periodisasi Sejarah Agama Hindu (Zaman Weda)

Agama Weda dapat dikatakan suatu agama alam. Artinya, didalam mendekati dan menyelami
hal kedewaan, agama itu sangat mengarahkan pandangannya kepada alam. Berbagai dewa
dianggap identik dengan gejala-gejala alam. Zaman Weda, merupakan zaman sejak
masuknya bangsa Arya di Punjab hingga timbulnya agama Budhha pada kira-kira tahun 500
SM. Zaman ini dapat dibagi lagi menurut pertumbuhan kitab-kitab yang menjadi sumber
hidup keagamaan pada zaman ini:

 Zaman Weda purba atau zaman Weda Samhita, dimulai dari tahun 1500 SM hingga
kira-kira tahun 1000 SM. Pada zaman ini bangsa Arya massih berada di Punyab, yaitu
daerah Sungai Indus atau Sindhu. Di sini belum banyak terdapat penyesuaian diri
dengan peradaban India purba.
 Zaman Brahmana, kira-kira tahun 1000 SM hingga kira-kira tahun 750 SM. Pada
zaman ini para imam, yaitu para Brahmana, sangat berkuasa dan menimbulkan kitab-
kitab yang berlainan sekali sifatnya dibandingkan dengan kitab-kitab Weda Samhita.
Sekarang penyesuaian diri dengan peradaban India purba sudah lebih maju, sehingga
timbul jiwa baru.
 Zaman Upanisad, tahun 750 SM hingga tahun 500 SM. Pada zaman ini pemikiran
secara falsafah mulai berkembang. Pusat peradaban berpindah dari Punyab ke
Lembah Gangga.1

Di zaman ini, mereka percaya akan adanya alam lain disamping dunia, dimana para weda
(yang baik) berada disamping para roh jahat. Reg dewa (weda puji-pujian) menyebutkan
adanya tiga dewa yaitu langit yang mengikuti waruya,surya dan wisnu, dewa bumi yang di
dalamnya terdapat indra atau dewa perang,maruta, dan wayu, dewa angkasa meliputi dewi
parwati (ibu pertiwi) dan dewi agni.

Walaupun pada zaman ini mereka mengenal beberapa dewa tetapi tuhan mereka hanya satu,
hanya orang yang bijaksana yang menyebutnya dengan berbagai nama. Pada umumnya
hubungan manusia dengan dewa ini sangatlah dekat dimana aspek kekuatan alam yang dipuja
melalui dewa tertentu dengan memakai upacara tertentu. Maka peranan pendeta pada saat itu
mulai dominan yang akhirnya ditandai dengan munculnya zaman brahma.2

Pada zaman ini kehidupan keagamaan orang Hindu didasarkan atas kitab-kitab yang  disebut
Weda Samhita, yang berarti perkumpulan Weda.

1
Michael keene,Agama-agama dunia,kanisius press.yogyakarta.hall.15
2
Gambaran umum agama hindu,liblary.walisongo.ac.id.hall.12
Kata Weda berarti pengetahuan (Wid = tahu). Menurut tradisi Hindu kitab-kitab ini adalah
ciptaan Dewa Brahma sendiri. Isinya diwahyukan oleh Dewa Brahma kepada para resi atau
para pendeta dalam bentuk mantra-mantra, yang kemudian disusun sebagaian puji-pujian
oleh para resi tadi sebagai pernyataan rasa hatinya.

Unsur-unsur dasar agama Weda :

1. Percaya dan takut kepada daya-daya kekuasaan


2. Ritus untuk mempengaruhi daya-daya kekuasaan
3. Kesadaran akan adanya tata tertib kosmos
4. Kecenderungan kepada mistik.3

Orang Hindu yakin, bahwa Kitab-kitab Weda adalah napas Tuhan, kebenaran yang kekal,
yang dinyatakan atau diwahyukan oleh Tuhan kepada para resi. Para resi tadi melihat atau
mendengar kebenaran itu. Bentuk yang diwahyukan tadi adalah mantra-mantra.4

Sesudah dibukukan, mantra-mantra itu dibagi menjadi 4 bagian atau pengumpulan (samhita),
yaitu :

 Rg-Weda, berasal dari kata “Rig” yang berarti memuji kitab ini berisi 1000 puji-
pujian kepada para Dewa dalam bentuk kidung, dan masing-masing kidung (sukta)
terbagi lagi dalam beberapa bait . Rg-Weda berisi mantra-mantra dalam bentuk puji-
pujian, yang digunakan untuk mengundang para dewa, agar berkenan hadir pada
upacara-upacara kurban yang akan diadakan bagi mereka. Imam-imam atau pendeta
yang mengadakan puji-pujian ini disebut Hort.
 Sama-Weda, hampir seluruh isinya diambil dari Rg-Weda, kecuali beberapa
nyanyian. Perbedaannya dengan Rg-Weda ialah puji-pujian di sini diberi lagu (Sama
= lagu).imam atau pendeta yang menyanyikan Sama-Weda disebut Udgatr.
Menyanyikannya pada waktu kurban dipersembahkan.
 Yajur-Weda, berisi yajus atau rapal, diucapkan oleh imam atau pendeta yang
disebutAswarya, yaitu pada saat ia melaksanakan upacara kurban. Rapal-rapal itu
bukan dipakai untuk memuja para dewa, melainkan untuk mengubah kurban-kurban
menjadi makanan dewa. Dengan perantara rapal-rapal itu kurban serta bahan-bahan
yang dikurbankan dengan para dewa, dengan maksud supaya kurban tadi dapat
diterima. Dapat dikatakan bahwa denagn rapal-rapal itu sebenarnya para dewata
dipakai untuk memenuhi keinginan yang berkurban. Dengan rapal-rapal itu mereka
mencoba mempengaruhi para dewa, dengan berulang-ulang menyebut nama mereka.
 Atharwa-Weda, berisi mantra-mantra sakti. Mantra-mantra ini dihubungkan dengan
hidup keagamaan yang rendah, seperti tampak di dalam sihir dan tenung. Isi sihir-sihir
tadi dimaksudkan untuk menyembuhan orang sakit, mengusir roh jahat,
mencelakakan musuh dan sebagainya. Upacaranya bukan diadakan untuk kurban,
melainkan diadakan di rumah.5

3
Dr.A.G.Honig jr.Ilmu Agama. Jakarta hall.84
4
Ibid,Hall.85
5
Dr. Harun hadiwijon,agama hindu dan budha. Jakarta hall.18
B. RTA

Dalam agama Weda, tata tertib alam atau kosmos disebut Rta, dan dipandang sebagai
pengejawantahan dari daya-daya kekuatan dan daya kekuasaan. Setiap daya kekuatan adalah
dewa sehingga harus dijaga kelangsungannya, untuk itu diperlukan penyelenggaraan ritus.
Dosa adalah menyalahi tata tertib ini, dan melanggar rta harus disusuli dengan melaksanakan
ritus tertentu agar alam kembali pada keadannya semula. Sebagai tata tertib cosmos, rta
memiliki mengertian etis dan tata alami sekaligus sehingga tidak ada perbedaan yang jelas
antara  tata etis dan tata alami. Baik  keteraturan fenomena alam maupun keteraturan
masyarakat adalah sama dan satu. Rta ini diyakini diciptaka oleh  Dewa Waruna yang
sekaligus bertindak sebagai penjaganya. Hukumnya, tertibnya harus ditaati oleh manusia.
Waruna akan tau bilamana terdapat pelanggaran karena waruna adalah dewa yang mengawasi
seluruh dunia, menghukum orang yang berdosa dan memberi ampun orang yang bersalah
yang dengan bersungguh-sungguh memohon ampun kepadanya. Waruna adalah dewa
tertinggi dan penguasa Rta.6

C. DEWA-DEWA

Dewa dalam Hinduisme membuat agama ini menjadi agama yang penuh dengan
keindahan.Di dalam kitab Weda Samhita terdapat dua golongan yang kedudukannya lebih
tinggi dari manusia yaitu : Dewa-dewa pemurah terhadap manusia dan menerima pujaan
manusia, dan para roh jahat yang memusuhi manusia.

Kitab Rg-Weda menyebutkan adanya 33 dewata, yang dapat dibeda-bedakan atas dewa-dewa
langit, dewa-dewa angkasa, dan dewa-dewa bumi.

RG – WEDA

DEWA LANGIT

1. Dewa Waruna
2. Dewa Surya
3. Dewa Wisnu

DEWA ANGKASA

1. Dewa Indra
2. Dewa Aghni
3. Dewa Shoma

DEWA BUMI

1. Dewa Aditya
2. Dewa Putra Adtya
3. Dewa Aswin Natasya
6
H.A Mukti Ali, Agama agama dunia. Yogya Hall.62
4. Dewa Usas
5. Dewa Rudra
6. Dewa Parjanya
7. Dewa Saraswati
8. Dewa Prajapati
9. Dewa Brahman
10. Dewa Aspati

 Yang termasuk dewa-dewa langit di antaranya adalah Dewa Waruna, yang dipandang
sebagai pengawas tata dunia atau Rta. Karena karya Waruna inilah maka langit dan bumi
dipisahkan, pelajaran matahari, bulan, dan bintang teratur, sungai-sungai mengalir dengan
baik, musim-musim datang pada waktunya dan sebagainya. Selain itu Rta juga dipandang
sebagai tata tertib susila. Sebagai pengawas rta, Waruna juga memberikan  hadiah atau pahala
kepada yang baik dan menghukum kepada yang jahat. Orang yang baik ialah orang yang
mengikuti hukum Rta.7

           Dewa yang lain ialah Surya, yang digambarkan sedang berkereta ditarik oleh 7 ekor
kuda. Dewa ini dapat memperpanjang hidup, mengusir penyakit dan sebagainya.

    Dewa Wisnu juga termasuk dewa langit, tetapi pada zaman ini belum memegang peranan
yang penting. Tentang dewa ini hanya disebutkan, bahwa ia melangkahkan tiga langkah.
Langkah yang ketiga itulah langkah yang tertinggi. Itulah sorga tempat kediaman para dewa-
dewa.

           Yang termasuk dewa-dewa angkasa di antaranya adalah Indra, yang merupakan dewa
terpenting. Seperempat kidung dalam Rg-Weda ditujukan kepadanya. Indra adalah Raja para
dewa  ia adalah dewa hujan yang bersenjatakan petir, dewa langit pengumpul awan dan dewa
kemenangan. Ia juga bernama Surapati (sebagai raja para dewa), Vrtahan (sebagai dewa
hujan yang membunuh naga Vrta yang menyembunyikan air dalam gua selam musim
kemarau). Indra sering diletuskan secara antropomorfis : mempunyai tubuh, tangan, kaki,
bibir, rahang, dan jenggot. Indra diyakini sebagai dewa yang selalu melepaskan air yang
member hidup yang kemudian mengalir kesamudra dan dalam perjalanannya selalu
memperkaya dan mempersubur bumi.

           Setelah Indra dewa yang terpenting adalah Agni yang dianggap sebagai perantara
dewa dan manusia. Dewa inilah yang meneruskan puji-pujian dan kurban bakar kepada para
dewa yang dimaksud, Agni pula yang mendatangkan para dewa ketempat-tempat sesaji
dengan bunyi-bunyian dalam arti. Setiap rumah orang Hindu biasanya mempunyai tiga
macam api yaitu : untuk upacara harian (agnihotra) dan sampai saat ini masih terdapat
dikalangan keluarga Pandit yang ortodoks ; api untuk upacara tengah bulanan yang dikaitkan
dengan bulan baru atau bulan purnama dan  api untuk upacara penghormatan dan pemujaan
arwah leluhur. Mengenai upacara-upacara masih ada lagi upacara yang dilakukan empat
bulan sekali upacara lainnya adalah upacara pengangkatan Altar api yang disebut
denganAgnicayana, biasanya dilakukan menggunakan sebongkah batu yang berbentuk seekor
burung.
7
Michael keene, Agama agama dunia. Jogjakarta, Hal.15
           Selanjutnya dewa yang terpenting setelah agni adalah Soma, dewa minuman keras,
yang diperoleh dari perasan tumbuh-tumbuhan yang disebut Soma pula. Soma adalah
minuman para dewa. Dalam upacara korban Soma dituangkan sebagai persembahan kepada
para dewa. Hal yang agak aneh ialah rasa hormat yang luar biasa bukannya ditujukan kepada
objek kritus itu sendiri tetapi hanya kepada kekuatan Soma itu saja. Cairan sari tanaman
Soma sangan memabukkan dan digunakan untuk memperdaya dewa, orang-orang yang
memujanya meminum cairan ini. Karena minuman ini sangat memabukkan maka tentu akan
mempegaruhi pandangan orang yang terlibat dalam upacara. Dalam berkembangan
selanjuttnya Soma bukan hanya disamakan sebagai kekuatan saja, tetapi kemudian menjadi
personifikasi dari bulan yang selanjutnya diidentikkan dengan dewa Waruna yang berkuasa
di sorga. Bulan adalah tempat cairan soma yang dianggap sacral dan kebeningannya yang
indah berkilau karena sinar sorga dianggap sebagai sari penting dari raja langit.

           Dewa penting setelah agni adalah Waruna atau Aditya, putra Adity, dewi kebaikan.
Berkat kerja Waruna maka langit, matahari, bulan dan bintang dalam tata surya dapat bekerja
dengan baik dan sebagaimana mestinya. Sungai-sungai mengalir dan musim silih berganti
selaras dengan cosmos (alam) lain oleh karena itu dosa adalah menyalahi tata tertib cosmos,
dan agar kembali normal perlu dilakukan sesembahan kurban dan sesaji.

           Sesudah dewa Waruna, ada beberapa dewa lain yang masing-masing kurang jelas
urutan kepentingannya. Dewa-dewa tersebut adalah Surya (dewa matahari), Wisnu, si
kembarAswin atau Nasatya (dewa alam pagi hari) yang kemudian menjadi dewa kesehatan,
Usas(dianggap sebagai dewa fajar), Merut (dewa taufan dan angin rebut), Rudra (dewa taufan
dan petir), Parjanya (dewa hujan), dan Saraswati (dewa sungai yang kemudian dianggap
sebagai dewi ilmu pengetahuan). Dewa-dewa penting sebagai personifikasi kekuatan alam
adalah dewa Prajapati (penguasa alam dan segala makhluk), Wiswakarman (dewa
pencipta),Brhamanaspati atau  Braspati (dewa personifikasi pembuatan manusia alam sesaji),
Widhatar(dewa guntur).

           Sekalipun dalam agama ini didapati banyak sekali dewa, namun ia tidak dapat
dikatakan politeistis karena ternyata dewa tertentu yang sedang dipuja selalu dianggap
sebagai dewa tertinggi  yang memiliki segala kekuatan para dewa yang lain. Dengan
demikian yang ada hanya satu dewa tertinggi saja yang memiliki kekuatan para dewa, yang
namanya berganti-ganti. Oleh karena itu barangkali lebih tepat kalau dikatakan sebagai
kepercayaanhenoteistik (henoteisme). Max Miller juga menghindari istilah monoteisme atau
politeismedalam ketuhanan agama Hindu. Ia menggunakan istilah “henoteisme” karena ada
kecenderungan melukiskan semua kekuatan pada tuhan tertentu dan utama yang ada dalam
pikiran para pemujanya. Selain dapat disebut sebagai kepercayaan yang Lenoteistik, barang
kali agama ini dapat pula disebut sebagai katenoteistik (kathenotheism) karena dalam agama
ini terdapat kecenderungan untuk memuliakan dan mengagungkan hanya satu dewa yang
maha tinggi yang diperlakukan sebagai objek tunggal, akan tetapi dewa-dewa lain terhimpun
kepadanya.8

D. ROH-ROH JAHAT
8
Ibid hall 63
Menurut kepercayaan weda kuno, selain para dewa dewa masih ada roh-roh jahat. Roh jahat
terbagi menjadi dua macam:

 Yang tinggi kekuasaannya menjadi musuh para dewa. Musuh indra adalah roh jahat
yang menguasai musim kemarau (Wrta).
 Roh jahat yang kurang kekuasaannya adalah Raksa dan Pisaca (pemakan bangkai).
Raksa sering menampakkan diri sebagai manusia dan bintang.

Dalam kepercayaan agama weda ini arwah leluhur sangat penting kedudukannya. Apabila
orang meninggal, jiwanya tidak langsung sampai di alam bahagia tetapi masih mengembara
dalam keadaan menderita. Jiwa semacam ini disebut dengan preta, dan sangat
membahayakan. Oleh karena itu keturunan nya, anak cucu terutama anak laki-lakinya, perlu
mengadakan upacara sesembahan dan menyelenggarakan upacara korban supaya preta segera
sampai ke alam bahagia yaitu alam pitara. Raja para pitara adalah dewa Yama.9

E. KORBAN
Dalam memuliakan para leluhur, umat weda menyelenggarakan upacara korban. Selain
dilakukan dengan harapan supaya para dewa melindungi manusia dari gangguan roh jahat,
juga supaya para dewa memberikan kelancaran, kemurahan, ketenangan serta ketentraman.
Tujuannya adalah terjaminnya tat tertib kosmos. Pelaksanaanya di pimpin oleh pendeta yang
membujuk dan merayu para dewa untuk mengabulkan permohonan manusia.

Dua macam upacara korban yang penting ialah:

 Korban manusia (purusa)

Sebagaimana tercantum dalam kidung kosmogonik dalam kitab Rg-Weda, yang menyebutkan


bahwa yang maha tinggi telah menjalani korban untuk penciptaan.

 Sarwameda

Di mana manusia mengakui ke maha kuasaan Tuhan secara universal sehingga kemudian
dewa melimpahkan segala miliknya kepada seluruh manusia.

Selain itu juga ada korban Rajasuya, korban untuk penobatan dan kedaulatan raja yang
diselenggarakan dengan upacara yang disebut Aswameda. Untuk keperluan sehari-hari
korban dilakukan oleh kepala keluarga yang diselenggarakan di api keluarga. Ada pula
upacara korban yang diselenggarakan di rumah-rumah atau di altar. Benda yang
dipersembahkan biasanya adalah benda-benda yang disukai oleh manusia seperti susu; ghee
dan kue-kue yang terbuat dari gandum atau beras. Kalau korban tersebut berupa binatang,
maka daging korban tersebut tidak mereka makan. Menurut Robert D. Baird dan Alfred
Bloom, korban binatang ini merupakan bukti korban manusia yang pasti diterima oleh para
dewa.

9
H.A Mukti Ali, Agama-agama Dunia,Jogyakarta.Hall.64
Dari segi penyelenggaraan, korban yang dilakukan hanya oleh seorang pendeta saja dirasa
kurang memuaskan. Biasanya korban diselenggarakan oleh beberapa orang pendeta. Pendeta
yang sangat diutamakan  biasanya disebut Hotri yang tugasnya adalah menyitir bait-bait yang
terdapat dalam Rg-Weda. Pendeta Adwaryu juga penting karena dalam penyelenggaraan
korban ini diperlukan  persiapan-persiapan yang cermat.

Di kalangan rakyat umum terdapat beberapa upacara korban sebagai


upacara sikluskehidupan. Di beberapa tempat, upacara tersebut terdiri dari satu seri upacara
korban kecil dengan sesaji yang sangat sederhana seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Upacara dilakukan sendiri oleh pemilik rumah selaku penanggungjawab anggota
keluarganya. Upacara ini juga mementingkan api.10

 PRAKTEK KEAGAMAAN
Yang menjadi pusat pemujaan orang-orang pada zaman ini ialah kurban. Kurban-kurban itu
dipersembahkan dengan maksud untuk mendapatkan kemurahan dewa-dewa, menghindari
diri dari permusuhan roh-roh yang jahat, dan memuja para leluhur.

Pada hakikatnya kurban yang dipersembahkan kepada dewa-dewa itu bersifat permohonan,
yaitu mohon keuntungan-keuntungan bagi hari depan, sehingga kurban ucapan syukur bagi
hal-hal yang sudah dialaminya tidak ada. Dengan kurban itu mereka bermaksud untuk
menggerakkan hati para dewa sehingga mereka berkenan mengabulkan permohonan yang
diajukan bersamaan dengan kurban-kurban itu.

Ada dua macam kurban :

1. Kurban Tetap

Kurban ini dilakukakn tiap kali, pada waktu pagi dan sore, tiap bulan baru dan bulan
purnama, tiap awal musim semi, musim hujan, dan  musim dingin.

2. Kurban Berkala

Ini dilakukan ketika yang dikorbanakan jika ada keperluan, umpanya korban soma,
aswameda atau kurban kuda, rajasuya dan sebagainya.

Kecuali kurban-kurban masih ada upacara-upacara lainnya yang harus dilakukan orang, yaitu
pada waktu istri mengandung, melahirkan anak, anak berumur 4 bulan, yaitu waktu diajak
berpergian untuk pertama kali, atau juga waktu anak makan yang pertama, atau waktu ia
dicukur untuk yang pertama kali, dan sebagainya. Demikianlah seluruh kehidupan orang pada
zaman itu diliputi oleh upacara-upacara keagamaan.11

10
Mukti ali,op.cit.Hall 65
11
Harun Hadiwijono,Agama Hindu dan budha. Jakarta. Hall 20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka dapat disimpulakan bahwaagama Weda dapat dikatakan
sebagai alam. Maksudnya, di dalam mendekati dan menyelami hal kedewaan, agama itu sangat
mengarahkan pandangannya kepada alam. Di dalam agama Weda, bahwa manusia berusaha
menempatkan “daya-daya kekuasaan” itu di bawah kekuasaannya.

Keempat kitab dalam agama Weda adalah sebagai berikut:

1. Rig-Weda, memuat puji-pujian kepada dewa-dewa.


2. Sama-Weda, Weda ini adalah suatu bunga-rampai atau warnasari Rig-Weda, tetapi diberi
tanda-tanda musik.
3. Yajur-Weda, tidak hanya memuat mantera-mantera bagi persembahan-persembahan Soma,
tetapi juga mantera-mantera bagi upacara kecil.
4. Atharwa-Weda, para Atharwan adalah suatu golongan pendeta tersendiri. Dalam Weda ini
kita jumpai lagi hymne-hymne yang harus dipakai pada persembahan Soma.

Rta adalah tata tertib alam atau kosmos yang ada di dalam agama Weda. Rta dipandang sebagai
pengejawantahan dari daya-daya kekuatan dan daya kekuasaan. Dalam agama Weda, bahwa
manusia berusaha menempatkan “daya-daya kekuasaan” itu di bawah kekuasaannya.

Isi Rig-Weda menyebutkan nama-nama dewa Indra, Waruna, Mitra dan Nasatya. Yang tertua ialah
Dyaus (dewa langit), yang terpenting adalah dewa Indra dan dewa Agni (dewa api).

Roh-roh jahat dipercayai oleh umat Hindu sebagai musuh para dewa dan ada pula roh-roh pemakan
bangkai. Menurutnya, orang meninggal jiwanya tidak langsung sampai di alam bahagia tetapi masih
mengembara dalam keadaan menderita.

Korban dipercayai untuk memuliakan para leluhur, para dewa dan dipercayai juga sebagai bentuk
penciptaan dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. A . G. Honig Jr. Ilmu agama. Jakarta

Hadiwijono Harun, Agama hindu dan budha. Jakarta

H . A Mukti Ali, agama agama dunia, Jogjakarta: IAIN sunan kalijaga


Michael Keene, Agama agama dunia,kanisius, Jogja

Anda mungkin juga menyukai