Anda di halaman 1dari 7

TUJUAN

1. Mengetahui kenapa catur sanak menjadi saudara kita?


2. Fungsi catur sanak terhadap kehidupan manusia.

1.1 PENGERTIAN CATUR SANAK


Dalam Kanda Pat diceritakan kelahiran manusia mempunyai saudara sebanyak empat
yang terdiri dari Anggapati, Prajapati, Banaspati, dan Banaspatiraja. Pada usia kehamilkan enam
bulan terbentuklah empat saudara yakni Babu Lembana, Babu Abra, Babu Ugian, Babu Kekered.
Pada umur kehamilan sepuluh bulan lahirlah sang bayi beserta saudaranya yakni ari-ari disebut
Sang Anta, tali pusar (Sang Preta), darah (Sang Kala), air ketuban (Sang Dengen). Keempat
saudara ini yang memelihara semasih dalam kandungan. Ketika lahir keempat saudara tersebut
berpisah dan berganti nama menjadi I Salahir (Anta), I Makahir (Preta), I Mekahir (Kala), dan I
Salabir (Dengen), sedangkan badan manusia sendiri disebut dengan I Legaprana. Keempat saudara
yang telah terpisah tersebut masih saling ingat satu sama lain. Kemudian kira-kira selama empat
tahun kemudian, keempat saudara tersebut saling melupakan, dan menjelajahi dunianya sendiri-
sendiri. I Salahir ke timur berganti nama menjadi Sang Hyang Anggapati, I Makahir ke selatan
berganti nama menjadi Sanghyang Prajapati, I Mekahir ke barat menjadi Sanghyang Banaspati, I
Salabir ke utara menjadi Sanghyang Banaspatiraja.

Kelahiran Manusia Mempunyai Saudara Empat Kemudian keempat saudara tersebut


dengan kuat melakukan tapa – yasa dan berganti nama lagi. Anggapati bergelar Bagawan
Penyarikan berkedudukan di timur, sedangkan di badan manusia tempatnya di kulit. Prajapati
bergelar Bagawan Mercukunda berkedudukan di selatan, dalam tubuh manusia letaknya di daging.
Banaspati menjadi Bagawan Shindu Pati berkedudukan di Barat, dalam tebuh manusia tempatnya
di urat. Banaspatiraja menjadi Bagawan Tatul, berkedudukan di utara, dalam tubuh manusia
tempatnya di tulang.

Dan terakhir, berkat tapanya yang teguh, saudara empat tersebut mendapat julukan :
Anggapati mendapat julukan Sang Suratma, Sang Prajapati berjuluk Sang Jogormanik,Sang
Banaspati menjadi Sang Dorakala, dan Sang Banaspatiraja mendapat julukan SangMaha Kala.
Ini dalam Kanda Pat Rare.

Dalam mitologi disebutkan bahwa ketika Dewi Uma telah kembali ke Siwa Loka, maka
yang tinggal di dunia adalah perwujudan beliau dengan segala sifatnya. Jasad ini kemudian oleh
Dewa Brahma dihidupkan dan menjadi empat tokoh yang disebut dengan catur sanak, yakni :

1. Anggapati menghuni badan manusia dan mahluk lainnya. Ia berwenang mengganggu


manusia yang keadaannya sedang lemah atau dimasuki nafsu angkara murka.

2. Mrajapati sebagai penghuni kuburan dan perempatan agung. Ia berhak merusak mayat
yang ditanam melanggar waktu/dewasa. Juga ia boleh mengganggu orang yang
memberikan dewasa yang bertentangan dengan ketentuan upacara.

3. Banaspati menghuni sungai, batu besar. Ia berwenang mengganggu atau memakan orang
yang berjalan ataupun tidur pada waktu-waktu yang dilarang oleh kala. Misalnya tengai
tepet atau sandikala.

4. Banaspatiraja, sebagai penghuni kayu-kayu besar seperti kepuh, bingin, kepah, dll yang
dipandang angker. Dia boleh memakan orang yang menebang kayu atau naik pohon pada
waktu yang terlarang oleh dewasa. Itu termuat dalam lontar Kanda Pat.

Dalam kanda pat Buta disebutkan bahwa Anggapati berarti kala atau nafsu di badan kita
sendiri. Merajapati berarti penguasa Durga setra gandamayu. Banaspati diwujudkan berupa jin,
setan, tonya sebagai penjaga sungai, jurang atau tempat kramat. Dan Banaspatiraja diwujudkan
dalam bentuk barong sebagai penguasa kayu besar atau hutan. Sebagai tambahan bahwa kalau di
Jawa sering disebut dengan Banaspati, yakni raksasa yang berkepala merah. Apabila kita dapat
memahami hakekat dan mendalami dari ajaran kanda pat ini maka akan dapat meningkatkan
kemampuan spiritual dan supranatural dari manusia itu sendiri.
Kelahiran Manusia Mempunyai Saudara Empat Banaspati sesungguhnya gelar Hyang Siwa,
yang mengendalikan kehidupan. Dimana segala kehidupan adalah ciptaan beliau. Banaspati sering
digambarkan sebagai dewa yang seram yang mengerikan. Beliau juga yang menentukan nasib
hidup dan kehidupan semua ciptaannya (sarwa bhutesu). Bilamana beliau dalam menjalankan
tugas dan fungsinya maka beliau sebagai sosok yang tegas, seram, berlaku cepat, adil dan penentu
segalanya. Dalam hal tugas untuk memberikan keadilan, maka beliau bergelar Hyang Yama,
memiliki tugas mulia sebagai penegak keadilan. Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh para
tenaga andal (rencang) yakni Yama Bala. Tugas utama para Yama Bala adalah untuk menjemput
dan memberikan tempat yang pas bagi para atma yang ingin menghadap Hyang Siwa.

Para atma yang baru hadir untuk menghadap Hyang Siwa tidak langsung diterima di Siwa
Loka, tetapi sebelummnya dicatat terlebih dahulu oleh rencangan beliau yang bernama Sang
Suratma, yang tugas utamanya adalah mencatat segala perilaku manusia ketika hidup di dalam
manusia. Kemudian Yama Bala menghantarkan sang atma ke tempat khusus yang disebut dengan
Tegal Penangsaran. Tempat dengan beragam kondisi sebagai tempat atma menerima perlakuan
sesuai dengan kelakuannya di dunia. Ada tempat yang panas bara, menyakitkan, mengerikan, dll.
Di tempat ini tidak terdapat tumbuhan, kecuali pohon-pohon yang berisi benda-benda tajam serta
benda lainnya yang digunakan untuk memberikan hukuman kepada para atma.

Dalam naskah Tattwa Jnana, Hyang Siwa bersifat sadar (cetana) yang bersifat tak sadar
(acetana). Pada saat beliau bersifat sadar, maka beliau memiliki hakiki sejati sebagia Siwa (Siwa
Tattwa), sedangkan pada saat beliau tak sadar, maka beliau bersifat maya sesuai murthi beliau,
yang digelari maya tattwa. Dalam sifat beliau sebagai cetana atau Siwa Tattwa, maka beliau
meliputi Paramasiwattatwa, Sadasiwatattwa, dan Atmikatattwa. Yang utama adalah
kemahakuasaan beliau yang disebut dengan cadu sakti. Dengan cadu sakti inilah beliau Hyang
Siwa sebagai Banaspati, Yama, Sang Suratma dan Yama Raja, telah memerankan tugas sesuai
murthi beliau.

Beliau memiliki kemahakuasaan yang dasyat yakni dapat mendengarkan segala ciptaan
(durasrawana), maha melihat (duradarsana), sehingga beliau tidak dapat dibohongi dalam
murtinya sebagai Banaspati, Yama Raja, Sang Suratma, dan Yamadipati.
Semua atma yang hadir untuk menghadap Hyang Siwa di Siwaloka, maka terlebih dahulu
diterima oleh rencang beliau, termasuk juga para cikrabala Hyang Siwa. Setelah semua tuntas
proses penerimaan, pencatatan, pemberian hukuman, maka sebagai pemutus utama adalah Hyang
Siwa, apakah diterima di alam niskala atau tidak. Apabila perbuatannya baik, maka ia akan
diterima di swarga. Namun demikian, masih ada lagi yang wajib dilunasi yakni adanya dosa-dosa
yang luas. Maka pada saat itulah sang atma dikembalikan ke alam manusia (menjelma) dinamai
swargasyuta

1.2 ALASAN DAN FUNGSI CATUR SANAK MENJADI SAUDARA MANUSIA

Dalam kehidupan manusia kita mengenal dengan saudara dalam arti yang cukup luas, tapi
kehidupan bukan hanya fisik yang nyata dalam batas ruang dan waktu, tapi saudara ketika kita
masih dalam kandungan, manusia percaya bahwa untuk memelihara bayi dalam kandungan
diperantarai oleh selaput ketuban, cairan amnion, plasenta, serta lanugo yang dipercayai sebagai
saudara bayi waktu masih dalam kandungan seorang ibu. Empat saudara yang melindungi manusia
dari dalam kandungan, lahir, hidup dan sampai kita mati disebut dengan Catur Sanak.

1.2.1 Hakikat Catur Sanak

Catur Sanak adalah empat saudara dan perwujudan yang disebutkan terdapat dua pengertian Catur
Sanak yaitu :

1. Catur Sanak sebagai empat saudara yang disebut kanda pat selalu menyertai kita dari sejak
dalam kandungan, lahir, hidup dan sampai kita mati. Saudara empat kita ini senantiasa
menjaga kita selama semasa kita hidup.
2. Empat perwujudan Dewi Uma yang berawal ketika Beliau telah kembali ke Siwa Loka,
maka yang tinggal di dunia yaitu perwujudan beliau dengan segala sifatnya dan menjadi
empat tokoh yang juga disebut dengan catur sanak.
Dalam Lontar Angastia Prana, disebutkan bahwa Catur Sanak adalah empat saudara sebagai
pelindung dan pemelihara secara langsung sang jabang bayi dalam kandungan ibunya serta
berfungsi sebagai penolong bayi pada saat lahir. Keempat catur sanak tersebut adalah :

1. Ari-ari atau plasenta,


2. Darah,
3. Lamas dan
4. Yeh nyom

Diceritakan pada saat bayi itu akan lahir, sang jabang bayi meminta tolong pada Sang Catur
Sanak dan Permintaan jabang bayi itu disanggupi oleh Sang Catur Sanak dengan catatan :

“Agar setelah lahir ke dunia sang bayi tidak boleh lupa dengan dirinya”, dengan
kesepakatan itu Sang Catur Sanak mendorong sang jabang bayi lahir ke dunia.

Setelah sang bayi dan Catur Canak sama-sama lahir ke dunia, keduanya mendapatkan
perlakuan sekala dan niskala. Setiap bayi diupacarai secara keagamaan. Sang Catur Sanak pun ikut
serta diupacarai. Nama Sang Catur Sanak berubah menjadi seratus delapan kali. Demikianlah
sampai sang bayi meningkat dewasa, tua dan sampai meninggal.

1.2.2 Mitologi Catur Sanak

Dalam mitologi disebutkan bahwa ketika Dewi Uma telah kembali ke Siwa Loka, maka
yang tinggal di dunia adalah perwujudan beliau dengan segala sifatnya. Jasad ini kemudian oleh
Dewa Brahma dihidupkan dan menjadi empat tokoh yang disebut dengan catur sanak, yakni :
1. Anggapati menghuni badan manusia dan mahluk lainnya. Ia berwenang mengganggu
manusia yang keadaannya sedang lemah atau dimasuki nafsu angkara murka.
2. Mrajapati sebagai penghuni kuburan dan perempatan agung. Ia berhak merusak mayat
yang ditanam melanggar waktu/dewasa. Juga ia boleh mengganggu orang yang
memberikan dewasa yang bertentangan dengan ketentuan upacara.
3. Banaspati menghuni sungai, batu besar. Ia berwenang mengganggu atau memakan orang
yang berjalan ataupun tidur pada waktu-waktu yang dilarang oleh kala. Misalnya tengai
tepet atau sandikala.
4. Banaspatiraja, sebagai penghuni kayu-kayu besar seperti kepuh, bingin, kepah, dll yang
dipandang angker. Dia boleh memakan orang yang menebang kayu atau naik pohon pada
waktu yang terlarang oleh dewasa.

Sebagaimana tertulis dalam lontar Kanda Pat Buta disebutkan bahwa;

1. Anggapati berarti kala atau nafsu di badan kita sendiri,


2. Merajapati berarti penguasa Durga setra gandamayu,
3. Banaspati diwujudkan berupa jin, setan, tonya sebagai penjaga sungai, jurang atau tempat
kramat, dan
4. Banaspatiraja diwujudkan dalam bentuk barong sebagai penguasa kayu besar atau hutan
KESIMPULAN

1. Diceritakan pada saat bayi itu akan lahir, sang jabang bayi meminta tolong pada Sang Catur
Sanak dan Permintaan jabang bayi itu disanggupi oleh Sang Catur Sanak dengan catatan :

“Agar setelah lahir ke dunia sang bayi tidak boleh lupa dengan dirinya”

Hal inilah yang menyebabkan catur sanak menjadi saudara, karena beliau membantu dalam
proses kelahiran kita serta kita telah berkomitmen untuk tidak melupakan diri sendiri dan
catur sanak itu sendiri.

2. Fungsi catur sanak yaitu menjaga dan membantu kita dalam proses kelahiran, semasa hidup
dan proses kematian telah tiba.

Anda mungkin juga menyukai