Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KERAJAAN ISLAM DI JAMBI

DI SUSUN OLEH :
1. Berlian jeri pratama
2. M.khoirul muklis
3. Tari rosalia
4. Yunitaria
5. Puja alifpiya

Kelas : X Ipa 5

SMA NEGERI 1 KOTA BENGKULU


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rhmat serta hidayahnya kepada kita
semua karena telah diberi kesehatan dan kemampuan kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
demi terselesaikannya makalah dengan judul "Kerajaan Islam di Jambi" ini dengan baik.
Penulis juga mengharapkan agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana "Kerajaan Islam
di Jambi ".
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih banyak kekurangan
yang terdapat didalamnya. Sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak agar dapat menjadikan lebih baik lagi kedepannya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar isi...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar belakang ...............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ...........................................................................................2
C. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
D. Manfaat ..........................................................................................................2
BAB PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Masuk dan berkembangnya Islam di Jambi...............................................3
B. Islamisasi di Jambi ....................................................................................3
BAB V PENUTUP...............................................................................................6
A. Kesimpulan................................................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah kerajaan Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung lama, namun diskusi
dan perdebatan panjang di antara para ahli mengenai tempat kedatangan Islam, para
pembawanya, dan waktu kedatangannya masih menjadi topik hangat yang terus berlangsung.
Nusantara memang merupakan sebuah wilayah yang ramai dilalui oleh para pedagang asing
dari berbagai wilayah di belahan dunia; orang-orang Cina dari bagian utara, orang-orang
India dan Arab dari belahan barat dan beberapa pedagang asing yang datang dari bangsa yang
kurang dikenal.
Keadaan Nusantara yang selalu ramai oleh para pedagang asing mengakibatkan
adanya pertemuan budaya, oleh sebab itu tidak heran jika didalam kehidupan masyarakat
Nusantara ditemukan persamaan budaya dengan daerah lain di luar Nusantara. Fenomena
persamaan unsur kebudayaan yang terjadi di Nusantara menimbulkan perdebatan panjang
oleh para ahli sejarah mengenai tempat kedatangan Islam. Beberapa ahli sejarah mengatakan
bahwa Islam dibawa langsung dari Arab oleh para pedagang dan musafir Arab, sedangkan
sejarawan yang mendasarkan pada pengamatan unsur-unsur budaya dan Mazhab Syafi’i lebih
dominan ke India. Teori yang tidak kalah populer dalam islamisasi Nusantara adalah teori
Persia. Tidak jauh dari persamaan kebudayaan, teori ini juga melihat adanya persamaan
antara budaya Syi’ah di Persia dengan budaya di Nusantara.
Selain tiga teori tersebut (Arab, India dan Persia), baru-baru ini berkembang sebuah
teori yang menaikkan popularitas Cina di Nusantara. Peran Cina dalam Islamisasi Nusantara
telah lama disinggung oleh sejarawan asing. Namun akibat image negatif Cina yang dikait-
kaitkan dengan PKI (Partai Komunis Indonesia) mengakibatkan fakta historis Cina Muslim
dianggap bukan fakta, melainkan dongeng atau bualan sejarah.5 Bukti sejarah islamisasi yang
dilakukan oleh Cina dapat dilihat dari peninggalan budayanya yang mengalami akulturasi dan
memudarkan corak kecinaan, sehingga lebih menonjolkan corak Islam (seperti baju koko atau
baju busana muslim), bukti lainnya juga dapat dilihat dari peninggalan arsitektur masjid,
pemakaman serta sejarah lokal yang memasukkan peran Cina dalam perkembangan
daerahnya.

1
B. Tujuan
1. Mengetahui kerajaan islam di Jambi?
2. Mengetahui proses islamisasi di Jambi ?

C. Rumusan masalah
1. Bagaimana kerajaan islam di Jambi ?
2. Bagaimana proses islamisasi di Jambi?

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan bermanfaat, baik dari aspek teoritis maupun praktis. Secara
teoritis tergambar dalam materi tulisan ini. Adapun secara praktis, tulisan ini diharapkan
dapat berguna bagi individu, masyarakat, dan pemerintah. Semoga menjadi pembelajaran
yang baik bagi tunas bangsa yang ingin mempelajarinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masuk dan berkembangnya Islam di Jambi


Secara geografis Jambi memang memiliki nilai strategis di jantung alur pelayaran laut
lokal, Nasional maupun Internasional karena kedekatan dengan selat Malaka yang
menjembatani hubungan pelayaran dari belahan barat dan timur maupun utara dunia. Tak
dapat di sangkal wilayah Jambi melalui pelabuhannya mendapat persentuhan budaya luar
yang bersifat simboistis maupun alkulturasi.
Temuan Prasasti persumpahan kedatuan Sriwijaya di desa Karangberahi kecamatan
Pemenang kabupaten merangin yang diindikasikan sama tarihnya dengan tiga batu
persumpahan Sriwijaya yaitu Prasasti kota kapur di Bangka, Prasasti Palas Pasemah di
Lampung Selatan maupun Prasasti kedukan bukit di Palembang Sumatera selatan bertahun
saka 608 atau 686 Masehi. Pada Prasasti itu tertera pahatan huruf Palawa dalam bahasa
Melayu kuno. Tanpa adanya perkaitan hubungan asal huruf Palawa atau adanya kesepahaman
penggunaan huruf yang berasal dari India itu tak kan mungkin masyarakatnya dapat
membaca. Jelasnya apakah Sriwijaya atau Melayu kala itu sudah ada hubungan dengan
belahan anak benua India tersebut.

B. Islamisasi di Jambi
Daerah aliran Sungai Batang Hari merupakan jalur transportasi pertama yang dikenal
oleh para pedagang asing di Kota Jambi. Sejak abad ke-7 M, daerah aliran Sungai Batang
Hari Jambi dilewati oleh pedagang dari Tiongkok menuju India dan Arab atau sebaliknya.
Kota Jambi menjadi daerah penting sebelum munculnya kota pelabuhan Malaka sekitar abad
ke-15 M. Semakin terkenalnya Malaka sebagai pelabuhan dagang mengakibatkan
berkurangnya para pedagang asing yang lewat dipantai timur Sumatera. Jalur perdagangan
beralih ke pantai barat semenanjung, hal ini mengakibatkan Malaka menjadi kota pelabuhan
terpenting di Nusantara bahkan Asia Tenggara.
Beralihnya jalur perdagangan ke Malaka tidak seutuhnya menghilangkan eksistensi
Jambi sebagai kota pelabuhan dagang. Kekayaan hasil alam berupa lada, pinang dan lain-
lainnya tetap menjadi komoditi utama di Jambi, sehingga masyarakat jambipun mengambil
andil dalam perniagaan dunia pada abad ke-15.
Bukti sejarah untuk melihat adanya interaksi pedagang asing dengan masyarakat lokal
Jambi adalah ditemukannya pecahan kaca berwarna gelap dan hijau muda di Muara Sabak

3
(Tanjung Jabung Timur), selain itu juga ditemukan pecahan kaca berwarna biru tua dan biru
muda, hijau, kuning dan merah di Muara Jambi, serta ditemukan juga sejumlah permata di
Muara Jambi, yang semuanya itu diperkirakan berasal dari Arab dan Persia (Iran) sekitar
abad ke-9 hingga abad ke-13 M. Bukti arkeologi ini juga diperkuat oleh berita Cina dalam
kitab Pei-Hu-Lu tahun 875 M, menyebutkan nama Chan-Pei yang didatangi oleh para
pedagang Po’sse (orang-orang Persia) untuk mengumpulkan barang dagangan berupa buah
pinang (areca nuts). Berdasarkan bukti sejarah tersebut mengindikasikan bahwa sejak abad
ke-9 M telah ada kontak masyarakat Jambi dengan pedagang Islam dari Arab dan Persia.
Namun perlu dijelaskan bahwa, jika proses islamisasi pada abad ke-9 M telah ada di Jambi,
kemungkinan hanya sebatas perorangan. Sebab, proses islamisasi besar-besaran di Jambi
bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya kerajaan Islam Jambi sekitar abad ke-15 M.
Elsbet Locher seorang peneliti dari Belanda mengatakan, islamisasi Jambi dilakukan
oleh orang berkebangsaan Turki pada abad ke-15 M. Bukti sejarah yang dikemukakan oleh
Elsbet hanya berupa folklore atau cerita rakyat yang berkembang hingga saat ini. Minimnya
sumber sejarah berupa benda-benda peninggalan sejarah Islam Jambi abad ke-15 membuat
Elsbeth tidak menulis banyak mengenai kerajaan Islam Jambi pada masa awal. Namun tidak
bisa hanya dikatakan sebuah folklore atau cerita rakyat ketika mengkaji sejarah Islam di
Jambi. Bukti yang dianggap paling otentik mengenai adanya orang Turki yang melakukan
islamisasi di Jambi adalah ditemukannya makam Ahmad Barus atau yang lebih dikenal
dengan Datuk Paduko Berhalo di Pulau Berhala yang sekarang menjadi wilayah hukum
Propinsi Kepulauan Riau.
Ahmad Barus menurut sejarah lokal masyarakat Jambi merupakan keturunan yang
ketujuh dari Saidina Zainal Abidin bin Saidina Husein putra Saidatina Fatimah binti
Muhammad SAW. Ahmad Barus mendapat gelar Datuk Paduko Berhalo karena beliau
memusnahkan berhala-berhala yang dipuja masyarakat Jambi yang ditempatkan di Pulau
Berhala. Ada pendapat lain mengenai nama dari Ahmad Barus, menurut M. O. Bafadhal
dalam makalahnya sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Jambi, setelah Ahmad Barus
menikah dengan Putri Selaras Pinang Masak (penguasa Jambi sebelumnya), namanya diganti
dengan Ahmad Salim.27 Pernikahan antara Ahmad Barus dengan Putri Selaras Pinang Masak
dianugerahi tiga orang putera dan satu orang puteri. Puterinya bernama Orang Kayo Gemuk,
dan ketiga puteranya masing-masing menjadi raja di Negeri Jambi, yaitu; Orang Kayo Pingai
(1480-1490); Orang Kayo Pedataran (14901500); dan Orang Kayo Hitam (1500-1515).
Islamisasi di Negeri Melayu Jambi semakin berkembang ketika kerajaan dipegang
oleh Orang Kayo Hitam sejak tahun 1500 M. Ketekunan Orang Kayo Hitam dalam

4
melakukan islamisasi diperlihatkan dengan diberlakukannya undang-undang pemerintahan
Pucuk Undang Nan Delapan, hukum ini berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits. Selain itu,
agama Islam telah menjadi identitas adat masyarakat melayu Jambi. Seperti yang tertulis
dalam pepatah adat melayu Jambi; “adat bersendi syarak, syarak bersendikan kitabullah”.
Dalam seloko adat melayu Jambi juga disebut “syarak mengato, adat memakai”.29
Demikianlah peran Orang Kayo Hitam dalam islamisasi di Negeri Melayu Jambi, nama besar
beliau bahkan terkenal hingga pulau Jawa.
Setelah berakhir pemerintahan Orang Kayo Hitam pada tahun 1515 M, kekuasaan
negeri melayu Jambi diteruskan oleh keturunannya. Secara periodik, keturunan Orang Kayo
Hitam yang menguasai negeri melayu Jambi meliputi; Panembahan Rantau Kapas (1515-
1540); Panembahan Rengas Pandak (1540-1565); Panembahan Bawah Sawo (1565-1590);
dan Panembahan Kota Baru (1590-1615). Setelah Belanda datang ke wilayah Jambi pada
tahun 1615, pemerintahan kerajaan Jambi mengalami pergeseran- pergeseran. Kekuasaan
negeri melayu Jambi dipegang oleh Raja yang bergelar Sultan. 31 Sultan yang memegang
kekuasaan Jambi adalah; Sultan Abdul Kahar (1615-1643); Sultan Agung Abdul Jalil (1643-
1665); Sultan Abdul Muhyi gelar Sultan Sri Ingologo (16651690); sejak tahun 1690
kesultanan Jambi pecah menjadi dua bagian karena campur tangan Belanda. Sultan Raja Kiai
Gedeh (1690-1696) yang di angkat oleh Belanda; Sultan Sri Maharaja Batu (1690-1721) yang
melawan penjajah Belanda; Sultan Muhammad Syah (1696-1740) yang di angkat oleh
Belanda; Sultan Istera Ingologo (1740-1770) bersatunya kesultanan negeri melayu Jambi;
Sultan Ahmad Zainuddin (1770-1790); Sultan Mas’ud Badaruddin (1790-1812); Sultan
Muhammad Mahiddin (1812-1833); Sultan Muhammad Fachruddin (1833-1841); Sultan
Abdurrahman Nazaruddin (1841-1855); dan Sultan Thaha Saifuddin (1855- 1904). Setelah
Sultan Thaha Saifuddin wafat, maka terhapuslah kesultanan negeri melayu Jambi. Daerah
Jambi secara berturut- turut menjadi onder afdeling, dari afdeling Palembang kemudian
menjadi keresidenan Jambi pada tahun 1906. Selanjutnya pada tahun 1957 keresidenan Jambi
ditetapkan sebagai Provinsi Jambi. Dengan demikian, agama Islam membawa perubahan
disetiap periode sejarah negeri melayu Jambi hingga terbentuknya Provinsi Jambi.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Nusantara tidak berada dalam suatu waktu
yang bersamaan, melainkan dalam suatu proses yang panjang. Pendapat mengenai waktu
kedatangan Islam di Nusantara juga masih di perdebatkan. Sebagian berpendapat bahwa
kedatangan Islam sudah berlangsung sejak abad ke-7 M. Sumbernya adalah berita luar negeri
terutama Cina. Sebagian yang lain berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara dan
membentuk suatu komunitas muslim baru terjadi pada abad ke- 13, sumbernya adalah berita
atau laporan perjalanan pelaut asing dan makam-makam Islam.

Jambi sebagai pintu gerbang masuknya para pedagang muslim menjadikan Jambi
semakin berkembang ketika kerajaan dipegang oleh Orang Kayo Hitam sejak tahun 1500 M.
Ketekunan Orang Kayo Hitam dalam melakukan islamisasi diperlihatkan dengan
diberlakukannya undang-undang pemerintahan Pucuk Undang Nan Delapan, hukum ini
berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits. Selain itu, agama Islam telah menjadi identitas adat
masyarakat melayu Jambi. Seperti yang tertulis dalam pepatah adat melayu Jambi; “adat
bersendi syarak, syarak bersendikan kitabullah”. Dalam seloko adat melayu Jambi juga
disebut “syarak mengato, adat memakai”. Demikianlah peran Orang Kayo Hitam dalam
islamisasi di Negeri Melayu Jambi, nama besar beliau bahkan terkenal hingga pulau Jawa.

Anda mungkin juga menyukai