Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

JAMBI MASA PENGARUH ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:

Adat Budaya Jambi

Dosen Pengampu: Dr. Wahyudi Buska, M.Hum

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

Kharisma Rizky Natama (401220006)

Muhammad Aditya Erlangga (401220022)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah
“Jambi Masa Pengaruh Islam”.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Adat Budaya Jambi yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini berguna bagi kami khususnya
dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Jambi, November 2023

Tertanda,

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
A. Pendahuluan ......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 2
A. Masuknya Islam di Jambi .................................................................................................... 2
B. Islamisasi di Jambi ............................................................................................................... 2
C. Jambi Pada Masa Pengaruh Islam........................................................................................ 5
BAB III........................................................................................................................................... 9
PENUTUP...................................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

iii
BAB I

A. Pendahuluan

Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung


lama, namun diskusi dan perdebatan panjang di antara para ahli
menegenai tempat kedatangan Islam,para pembawanya, dan waktu
kedatangannya masih menjadi topik hangat yang berlangsung. Nusantara
memang sebuah wilayah ramai dilalaui oelh pedagang asing dari berbagai
wilayah di brlahan dunia. Orang-orang cia dari bagian utara, orang-orang
India dan Arab dari belahan barat dan beberapa pedagang asing yang
datang dari bangsa yang kurang dikenal.

Keadaan Nusantara yang ramai akan pedagang asing


mengakibatkan adanya pertemuan budaya, oleh sebab itu tidak heran jika
dalam kehidupan masyarakat Nusantara ditemukan persamaan budaya
dengan daerah lain di luar Nusantara. Fenomena persamaan unsur
kebudayaan yang terjadi di Nusantara menimbulkan perdebatan panjang
oleh para ahli sejarah mengenai tempat kedatangan Islam. Beberapa ahli
mengatakan bahwa dibawa langsung dari Arab oleh para pedagang dan
musafir dari Arab. Sedangkan sejarawan yang mendasarkan pada
pengamatan unsur-unsur budaya dan Madzhab Syafi’i lebih dominan ke
India. Teori yang tidak kalah populer dalam Islamisasi Nusantara adalah
teori Persia. Tidak jauh dari persamaan kebudayaan, teori ini juga melihat
adanya persamaan antara budaya Syi’ah di Persia dengan budaya di
Nusantara.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Masuknya Islam di Jambi ?

1. Bagaimana Proses Islamisasi di Jambi ?


2. Bagaimana Jambi Pada Masa Pengaruh islam ?

C. Tujuan

1. Mengetahui Masuknya Agama Islam di Jambi.


2. Mengetahui Proses Islamisasi di Jambi.
3. Mengetahui Jambi Pada Masa Pengaruh Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masuknya Islam di Jambi

Islam adalah agama yang telah berkembang di Jambi sejak masa


Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-7 Masehi. Perkembangannya
berlanut hingga pendirian Kesultanan Jambi pada abad ke-16 Masehi.
Islam telah mengalami akulturasi dengan budaya masyarakat di Jambi.

Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan bagaimana Islam


masuk ke Jambi. Beberapa di antaranya adalah :

• Teori Turki : Islam masuk ke Jambi dibawa oleh saudagar Turki


Kesultanan Utsmani yang bernama Ahmad Salim,yang sekarang
dikenal dengan julukan Datuk Paduko Berhalo. Ia menikah dengan
Putri Selaro Pinang Masak, anak dari Raja Baremah dari kerajaan
Pagaruyung. Mereka memiliki empat orang anak yang menjadi leluhur
dari raja-raja Kesultanan Jambi.
• Teori Persia : Islam masuk ke Jambi dibawa oleh pedagang dan ulama
dari Persiayang berdagang di Selat Malaka. Mereka menyebar ajaran
Islam kepada masyarakat pesisir dan pedalaman.
• Teori Yaman : Islam masuk ke Jambi dibawa oleh seorang Arab
‘Alawiyin berama Habib Husein Al-Baraqbahyang berasal dari kota
Tariem, Hadramaut, Yaman. Ia berangkat dari Yaman menuju India,
kemudian ke Aceh dan Palembang, lalu ke Jambi. Ia menikah dengan
Putri Rajo Bungsu, anak dari Raja Melayu.

B. Islamisasi di Jambi

Daerah aliran Sungai Batang Hari merupakan jalur transportasi


pertama yang dikenal oleh para pedagang asing di Kota Jambi. Sejak abad
ke-7 M, daerah aliran Sungai Batang Hari Jambi dilewati oleh pedagang
dari Tiongkok menuju India dan Arab atau sebaliknya. Kota Jambi
menjadi daerah penting sebelum munculnya kota pelabuhan Malaka
sekitar abad ke-15 M. Semakin terkenalnya Malaka sebagai pelabuhan
dagang mengakibatkan berkurangnya para pedagang asing yang lewat di
pantai timur Sumatera. Jalur perdagangan beralih ke pantai barat

2
semenanjung, hal ini mengakibatkan Malaka menjadi kota pelabuhan
terpenting di Nusantara bahkan Asia Tenggara. Beralhnya jalur
perdagangan ke Selat malaka tidak seutuhnya menghilangkan eksistensi
Jambisebagai kota pelabuhan dagang. Kekayaan hasil alam berupa
lada,pinang dan lain-lainnya tetap menjadi komiditi utama di Jambi,
sehingga masyarakat Jambi pun mengambil andil dalam perniagaan dunia
pada abad ke-15.
Bukti sejarah untuk melihat adanya interaksi pedagang asing dengan
masyarakat lokal Jambi adalah ditemukannya pecahan kaca berwarna
gelap dan hijau muda di Muara Sabak ( Tanjung Jabung Timur ), selain itu
juga ditemukan pecahan kaca berwarna biru tua dan biru
muda,hijau,kuning dan merah di Muaro Jambi, serta ditemukan juga
permata di Muaro Jambi, yang semuanya itu diperkirakan berasal dari
Arab dan Persia (Iran) sekitar abad ke-9 hingga abad ke-13 M. Bukti
arkeologi ini juga diperkuat oleh berita Cina dalam kitab Pei-Hu-Lu tahun
875 M, menyebutkan nama Chan-Pei yang didatangi oleh para pedagang
Po'sse (orang-orang Persia) untuk mengumpulkan barang dagangan berupa
buah pinang (areca nuts). Berdasarkan bukti sejarah tersebut
mengindikasikan bahwa sejak abad ke-9 M telah ada kontak masyarakat
Jambi dengan pedagang Islam dari Arab dan Persia. Namun perlu
dijelaskan bahwa, jika proses islamisasi pada abad ke-9 M telah ada di
Jambi, kemungkinan hanya sebatas perorangan. Sebab, proses islamisasi
besar-besaran di Jambi bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya
kerajaan Islam Jambi sekitar abad ke-15 M.
Elsbet Locher seorang peneliti dari Belanda mengatakan, islamisasi
Jambi dilakukan oleh orang berkebangsaan Turki pada abad ke-15 M.
Bukti sejarah yang dikemukakan oleh Elsbet hanya berupa folklore atau
cerita rakyat yang berkembang hingga saat ini. Minimnya sumber sejarah
berupa benda-benda peninggalan sejarah Islam Jambi abad ke-15
membuat Elsbeth tidak menulis banyak mengenai kerajaan Islam Jambi
pada masa awal. Namun tidak bisa hanya dikatakan sebuah folklore atau
cerita rakyat ketika mengkaji sejarah Islam di Jambi. Bukti yang dianggap
paling otentik mengenai adanya orang Turki yang melakukan islamisasi di
Jambi adalah ditemukannya makam Ahmad Barus atau yang lebih dikenal
dengan Datuk Paduko Berhalo di Pulau Berhala yang sekarang menjadi
wilayah hukum Propinsi Kepulauan Riau.
Ahmad Barus menurut sejarah lokal masyarakat Jambi merupakan
keturunan yang ketujuh dari Saidina Zainal Abidin bin Saidina Husein
putra Saidatina Fatimah binti Muhammad SAW. Ahmad Barus mendapat
gelar Datuk Paduko Berhalo karena beliau memusnahkan berhala-berhala

3
yang dipuja masyarakat Jambi yang ditempatkan di Pulau Berhala. Ada
pendapat lain mengenai nama dari Ahmad Barus, menurut M. O. Bafadhal
dalam makalahnya sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Jambi,
setelah Ahmad Barus menikah dengan Putri Selaras Pinang Masak
(penguasa Jambi sebelumnya), namanya diganti dengan Ahmad Salim.27
Pernikahan antara Ahmad Barus dengan Putri Selaras Pinang Masak
dianugerahi tiga orang putera dan satu orang puteri. Puterinya bernama
Orang Kayo Gemuk, dan ketiga puteranya masing-masing menjadi raja di
Negeri Jambi, yaitu; Orang Kayo Pingai (1480-1490): Orang Kayo
Pedataran (1490-1500); dan Orang Kayo Hitam (1500-1515).
Islamisasi di Negeri Melayu Jambi semakin berkembang ketika
kerajaan dipegang oleh Orang Kayo Hitam sejak tahun 1500 M.
Ketekunan Orang Kayo Hitam dalam melakukan islamisasi diperlihatkan
dengan diberlakukannya undang-undang pemerintahan Pucuk Undang
Nan Delapan, hukum ini berdasarkan al-Qur'an dan al-Hadits. Selain itu,
agama Islam telah menjadi identitas adat masyarakat melayu Jambi.
Seperti yang tertulis dalam pepatah adat melayu Jambi; "adat bersendi
syarak, syarak bersendikan kitabullah". Dalam seloko adat melayu Jambi
juga disebut "syarak mengato, adat memakai".29 Demikianlah peran
Orang Kayo Hitam dalam islamisasi di Negeri Melayu Jambi, nama besar
beliau bahkan terkenal hingga pulau Jawa.

Setelah berakhir pemerintahan Orang Kayo Hitam pada tahun 1515 M,


kekuasaan negeri melayu Jambi diteruskan oleh keturunannya. Secara
periodik, keturunan Orang Kayo Hitam yang menguasai negeri melayu
Jambi meliputi; Panembahan Rantau Kapas (1515-1540); Panembahan
Rengas Pandak (1540-1565); Panembahan Bawah Sawo (1565-1590); dan
Panembahan Kota Baru (1590-1615). Setelah Belanda datang ke wilayah
Jambi pada tahun 1615, pemerintahan kerajaan Jambi mengalami
pergeseran- pergeseran. Kekuasaan negeri melayu Jambi dipegang oleh
Raja yang bergelar Sultan Sultan yang memegang kekuasaan Jambi
adalah; Sultan Abdul Kahar (1615-1643); Sultan Agung Abdul Jalil
(1643- 1665); Sultan Abdul Muhyi gelar Sultan Sri Ingologo (16651690);
sejak tahun 1690 kesultanan Jambi pecah menjadi dua bagian karena
campur tangan Belanda. Sultan Raja Kiai Gedeh (1690-1696) yang di
angkat oleh Belanda; Sultan Sri Maharaja Batu (1690-1721) yang
melawan penjajah Belanda; Sultan Muhammad Syah (1696-1740) yang di
angkat oleh Belanda; Sultan Istera Ingologo (1740-1770) bersatunya
kesultanan negeri melayu Jambi; Sultan Ahmad Zainuddin (1770-1790);
Sultan Mas'ud Badaruddin (1790-1812); Sultan Muhammad Mahiddin

4
(1812-1833); Sultan Muhammad Fachruddin (1833-1841); Sultan
Abdurrahman Nazaruddin (1841-1855); dan Sultan Thaha Saifuddin
(1855-1904). Setelah Sultan Thaha Saifuddin wafat, maka terhapuslah
kesultanan negeri melayu Jambi. Daerah Jambi secara berturut-turut
menjadi onder afdeling, dari afdeling Palembang kemudian menjadi
keresidenan Jambi pada tahun 1906. Selanjutnya pada tahun 1957
keresidenan Jambi ditetapkan sebagai Provinsi Jambi. Dengan demikian,
agama Islam membawa perubahan disetiap periode sejarah negeri melayu
Jambi hingga terbentuknya Provinsi Jambi.

C. Jambi Pada Masa Pengaruh Islam

Kedatangan Islam telah menyebabkan agama ini dijadikan sebagai


agama resmi kerajaan. Dengan demikian maka berubahlah sendi-sendi
kehidupan dalam wilayah kerajaan termasuk dalam lingkungan istana
kerajaan. Aspek-aspek seperti pandangan hidup, cita- cita, norma-norma
ketertiban berikut sanksinya serta ketentuan-ketentuan kemasyarakatan
lainnya berubah dari yang semula berdasarkan prinsip-prinsikebudayaan
lama yang berdasarkan alur dan patut semata, kepada prinsip-prinsip yang
didasarkan pada agama Islam. Perubahan paling penting tentu saja yang
berkaitan dengan akidah dan ritual peribadatan. Kepercayaan yang semula
kepada para dewa ataupun roh nenek moyang atau juga terhadap benda-
benda yang dianggap keramat. kini berganti kepada hanya semata-mata
kepada Allah SWT. Sejalan engan itu berubah pola bentuk ritual
peribadatan dari yang semula bercorak agama Budha dan kepercayaan asli
kepada bentuk-bentuk peribadatan yang sesuai dengan perintah dan
larangan dalam agama Islam.
Dari segi negara dan pemerintahan kedatangan Islam telah
mempengaruhi corak dan struktur pemerintahan. Kepala negara yang
sebelumnya disebut raja dengan nama-nama yang bernuansa pribumi kini
berubah dengan sebutan Sultan dengan nama-nama berbahasa Arab.
Begitu juga dengan sebutan negara berubah dari yang sebelumnya disebut
kerajaan kini berubah menjadi Kesultanan. Hukum negara yang semula
didasarkan pada alur dan patut, kini didasarkan pada syariat agama Islam,
meskipun dalam prakteknya tetap mengandung unsur tradisi dan
kebiasaan lama yang hidup ditengah-tengah masyarakat. Kaum ulama
kini menjadi salah satu unsur penting dalam struktur memerintahan. Di
nagara kini terdapat unsur jabatan agama Islam yang mengurus kehidupan
masyarakat dalam bidang keagamaan. Ulama sendiri menempati posisi

5
yang tinggi dalam pemerintahan sebagai penasehat raja jika hendak
memutuskan persoalan- persoalan pelik terutama apabila itu terkait aspek
agama Islam.
Agama Islam juga mempengaruhi ketentuan-ketentuan dunia
perdagangan. Menurut Anthony Reid, Islam mempunyai pengaruh yang
jelas atas prosedur perdagangan. Bagian dari hukum perundang-undangan
melayu (termasuk Jambi) yang berkaitan dengan perdagangan, sebagian
besar dipinjam dari hukum Islam. Kata-kata untuk konsep seperti
bangkrut (muflis) masuk ke dalam bahasa melayu dari bahasa Arab.
Hukum itu tidak secara eksplisit mengatur bunga karena riba, kata Arab
untuk lintah darat yang dilarang oleh Islam. Tapi huku ini menyetujui
pembagian keuntungan (Reid, 1999).
Kedatangan agama Islam juga mempengaruhi kerajaan dan masyarakat
Jambi dalam lapangan sosial dan kebudayaan. Pengaruh itu tampak pada
sistem hubungan sosial mulai dari lingkungan luas sampai pada keluarga
sebagai unit terkecil. Upaca-upacara adat kini menggunakan doa-doa
Islam. Kalimat-kalimat shalawat nabi seringkali dijadikan sebagai unsur
utama dalam seteiap upacara adat, seperti upacara perkawinan, upacara
selamatan, syukuran dan lain sebagainya. Kalimat-kaliamat shalawat juga
menjadi aspek kesenian jambi, seperti kompangan yang sering digunakan
daalam arak-arakan penganten dalam upacara perkawinan. Selain itu
pengaruh Islam juga tampak dalam cara berpakaian masyarakat yang
menutup aurat sesuai denga napa yang diajarkan oleh agama Islam.

Meskipun kedatangan agama Islam telah meninggalkan keterangan-


keterangan yang cukup jelas sejak abad abad 15, bahkan ada yang
berpendapat sejak abad ke 7, namun peninggalan-peninggalan fisik yang
menggambarkan kedatangan dan pengaruh Islam di daerah Jambi yang
ditemukan lebih banyak yang berasal dari kurun waktu dua abad terakhir.
Peninggalan- peninggalan itu berupa kuburan-kuburan, serta bangunan-
bangunan masjid maupun madrasah. Sedikitnya bukti yang berasal dari
kurun waktu yang lebih lama mungkin disebabkan karena penggunaan
material untuk bangunan-bangunan berasal dari material yang cepat rusak
sehingga sangat susah untuk ditemukan. Umumnya bangunan-bangunan
di Jambi sebelum abad 20 menggunakan bahan material bambu dan kayu,
ataupun daun-daun tumbuhan seperti rumbia (daun pohon enau dan
kelapa) dan ilalang yang banyak dijadikan sebagai atap bangunan.
Sementara untuk nisan kuburan digunakan batu-batu besar yang
umumnya tidak bertulisan, sehingga sukar dibedakan antara kuburan
seorang muslim maupun bukan.

6
Beberapa bangunan peninggalan Islam yang bisa dikenali adalah
sejumlah kuburan yang terdapat di Kampung Baru, Legok, Kecamatan
Telanaipura. Kini tempat tersebut tmasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Danau Sipin Kota Jambi. Situs tersebut disebut Komplek Makam Taman
Raja-raja. Dinamakan Taman Raja-raja karena di situs ini dimakamkan
raja-raja Kesultanan Jambi sekalipun hanya dua orang. Peninggalan lain
yang mencerminkan pengaruh Islam ialah berupa bangunan masjid dan
madrasah. Seperti halnya dengan makam, tidak banyak peningglan
pengaruh Islam yang berasal dari zaman awal kedatangan Islam di daerah
Jambi. Bangunan masjid dan madrasah yang dapat disaksikan lebih
banyak berasal dari awal abad 20, ketika Kesultanan Jambi memasuki
masa akhir keberadaannya. Bangunan masjid tertua adalah yang terdapat
di daerah Muara Madras Jangkat. Masjid itu dinamakan Mesjis Rajo
Tiangso, dibangun oleh Mohammad Amin, anak Tengku Said yang
berasal dari Pagaruyung Minangkabau. Nama Rajo Tiangso di ambil dari
nama pendirinya Mohammad Amin yang bergelar Rajo Tiangso. Dia
bergelar Rajo Tiangso karena diangkat anak oleh Sultan Jambi Kyai
Gede. Sultan mengangkatnya sebagai anak karena dia mirip dengan anak
sultan yang telah meninggal pada usia tujuh tahun.. Karena mirip maka
oleh sultan dia disatukan (di-asokan) dengan anaknya. Akan tetapi kata
Tiangso juga berarti dari satu tiang yang tua yang terletak di tengah-
tengah masjid. Mesjid Rajo Tiangso pada mulanya berada di desa
Tanjung Alam (berjarak tiga kilo meter dari desa Muara Madras),
kemudian dipandahkan ke Muara Madras pada tahun 1116 H atau 1704
tahun Masehi. Mesjid ini telah beberapa kali mengalami renovasi karena
berbagai alasan, namun sebuah tiang yang disebut tiangso sebagai elemen
utamanya masih dipertahankan (Syarifuddin Mei 2022). Pendirian masjid
ini berkaitan dengan sejarah penyebaran Islam di daerah Jangkat. Selain
masjid di Muara Madras ini juga terdapat sebuah Al Quran lama tulis
tangan yang dibawa oleh Mohammad Amin ketika dia menamatkan
pendidikannya dari Mesir. Al Quran ini pernah dibawa ke Mesjid Istiqlal
Jakarta untuk diteliti usianya. Berdasarkan penelitian itu diperkirakan
bahwa Al Quran itu adalah yang tertua nomor tiga di Indonesia.
Selain Mesjid bangunan pengaruh Islam adalah madrasah atau pondok
pesantren. Terdapat dua pesantren tua di Jambi, akan tetapi masa
berdirinya setelah Kesultanan Jambi dihapuskan oleh Belanda. Yang
pertama adalah Madrasah Nurul Iman Berdirinya Madrasah Nurul Iman
berawal dari Perkumpulan Tsamaratul Insan yang berdiri tahun 1914,
yaitu suatu organisasi perkumpulan pelajar yang pernah belajar di Mekah

7
berguru kepada Syekh Abdul Madjid seorang Jambi menuntut ilmu
agama di Mekah kemudian mengajarkannya kepada para pelajar-pelajar
asal Jambi yang datang kemudian. Perkumpulan Tsamaratul Insan
memikirkan cara lain guna menentang Belanda setelah perlawanan
bersenjata yang dipimpin oleh Sultan Taha mengalami kekalahan. Syekh
Abdul Madjid berpikiran bahwa sudah saatnya untuk melawan Belanda
dengan cara tanpa kekerasan melainkan dengan jalan. Membangun
Pendidikan. Pikiran itulah yang tertular pada murid-muridnya seperti H
Thrahim hin Abdul Madjid, dan Syekh Ahmad Syukur bin Syukur. Syekh
Abdul Madjid beserta anaknya Ibrahim bin Abdul Madjid kemudian
mendirikan Madrasah Nurul Iman yang etrletak di Ulu Gedong Seberang
Kota Jambi pada tahun 1915. Sementara Ahmad Syukur bin Syukur
mendirikan pondok pesantren bernama Saadatuddarain di Tahtul Yaman
Seberang kota Jambi pada tahun yang sama. Kedua Lembaga Pendidikan
itu masih eksis sampai sekarang dan telah banyak melahirkan para ulama,
ilmuwan dan pemimpin masyarakat terutama di lingkungan daerah Jambi.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerajaan Jambi adalah salah satu kerajaan di Nusantara yang


mendapat pengaruh Islam yang kuat. Kerajaan Jambi yang berdiri pada
akhir abad 15 mendapat pengaruh Islam sejak awal berdirnya. Sumber-
sember sejarah Jambi mengatakan bahwa Kerajaan Jambi didirikan
oleh Putri Selaro Pinang Masak yang memeluk agama Islam setelah dia
menikah Ahmad Salim, seorang yang dikatakan sebagai keturunan
Turki. Sejak itu agama Islam mulai mendapat pijakan yang kuat untuk
berkembang di daerah Jambi. Orang Kayo Hitam, salah seorang raja
kerajaan Jambi yang terkenal sampai sekarang adalah orang yang
berperan aktif dalam melakukan penyebaran Islam.
Agama Islam berkembang lebih cepat dan mendalam setelah
daerah Jambi kedatangan bangsa Arab dalam rangka dakwah dan
penyebarah Islam. Diantara mereka merupakan para habib yang
merupakan keturunan Rasulullah. Dalam rangka dakwahnya mereka
terlebih dahulu mendekati golongan penguasa. Beberapa diantara
mereka menikah dengan keluarga kerajaan dan menjadi raja, sehingga
semakin memudahkan penyebaran Islam kepada masyarakat biasa.
Memasuki abad 17 hampir seluruh masyarakat Jambi telah menganut
agama Islam. Kedatangan agama Islam ke Jambi telah mempengaruhi
kerajaan dan kehidupan masyarakat Jambi dalam berbagai aspek.
Secara politik pengaruh Islam terlihat pada sebutan terhadap negara.
Sebutan kerajaan kini berubah menjadi kesultanan. Sebutan raja
berubah menjadi sultan. Nama-nama raja berubah dari yang semula
menggunakan istilah-istilah bahasa sanskerta atau istilah melayu
berubah kepada istilah dalam Bahasa Arab. Hukum dan peraturan
kerajaan lebih didasarkan pada ajaran Islam.
Dalam bidang ekonomi dan perdagangan pengaruh Islam
tampak dalam hal prosedur perdagangan. Misalnya adalah penerapan
konsep Islam dalam hal kefailitan yang disebut muflis. Kegiatan
ekonomi kini mengenal istilah riba dan itu dilarang, meskipun dalam
prakteknya sering ditemui dalam berbagai transaksi perdagangan.
Agama Islam memberikan pengaruh kuat dalam kehidupan sosial dan
kebudayaan. Sistem hubungan sosial dijalankan dengan mempedomani
ajaran Islam. Contohnya adalah dalam hal upacara perkawinan
dan sistem pewarisan harta. Kebudayaan juga dipengaruhi oleh corak

9
Islam. Kalimat-kalimat doa dan shalawat nabi melengkapi berbagai
upacara adat, termasuk dalam hal arak-arakan penganten dalam upacara
perkawinan. Pengaruh Islam juga tampak dalam cara berpakaian
masyarakat yang menutup aurat, mengikut kepada ajaran yang
diperintahkan oleh agama Islam.

B. Saran

Diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami isi makalah


ini dengan seksama dan melestarikan segala bentuk peninggalan para
leluhur yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam. Serta
menerapkan syariat Islam itu sendiri di mana syari’at Islam merupakan
perintah Allah SWT yang sangat wajib untuk kita patuhi dan kita
laksanakan sebagai umat muslim. Kemakmuran tanah Jambi yang
merupakan pengaruh dari Islam itu sendiri merupakan rahmat, karunia
dan nikmat terbesar dari Allah. Ia-lah yang membuat perantara melalui
para leluhur-leluhur dan juga ulama untuk menyebarkan agama Islam
sehingga kita bisa sampai pada titik ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rahim,Arif.(2022)Kerajaan Jambi dan Pengaruh Islam.Jurnal


Ilmiah.13

https://id.scribd.com/document/347522573/Makalah-Masuknya-
Islam-Dijambi

11

Anda mungkin juga menyukai