Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ISLAM DAN PERADABAN MELAYU

“ISLAM DAN PERADABAN MELAYU JAMBI”

Dosen Pengampu

Ramazani Novanda ,. M.Pd

Di Susun Oleh Kelompok 6

1. Nurjibah (204230257)
2. Yuza padila (204230251)

PROGRAM STUDI MADRSAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad Saw. yang kita nanti nantikan syafa’at nya di akhir nanti.

Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt. atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah islam peradaban
melayu dengan judul “islam dan peradaban melayu Jambi.”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharap kan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh

Jambi, 1 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan Masalah......................................................................................................2

BAB IIPEMBAHASAN .................................................................................................3

A. Sejarah masuknya islam di jambi...........................................................................3

B. Perkembangan islam di jambi................................................................................5

C. Faktor islam masuk ke jambi..................................................................................6

D. Proses islamisasi.....................................................................................................8

BAB III PENUTUP ......................................................................................................12

A. kesimpulan............................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang telah berkembang di Jambi sejak masa
Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-7 Masehi. Perkembangannya berlanjut
hingga pendirian Kesultanan Jambi pada abad ke-16 Masehi. Islam telah
mengalami akulturasi dengan budaya masyarakat di Jambi.

Kehadiran Islam membawa perubahan mendasar bagi kehidupan sosial


masyarakat Melayu Jambi. Agama Islam pelan tapi pasti mulai menggeser
kebudayaan Melayu Buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan Melayu
Islam. Kebudayaan daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan
berkembang di tengah masyarakat lokal sebagai pendukungnya. Sedangkan
kebudayaan Melayu Jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di
tengah etnis Melayu Jambi. Bagi masyarakat Melayu Jambi, adat mereka
mengacu ke Islam. Islam dan adat adalah dua hal yang tidak terpisah. Sebuah
seloko yang sering diulang adalah “adat bersendi syara’, syara’ bersendi
kitabullah, syara’ mengato, adat memakai”. Seloko ini berarti bahwa adat atau
kebiasaan masyarakat Melayu Jambi didasarkan pada syariat yang berasal dari
kitab suci Islam. Apa yang dititahkan syariat, dipakai oleh adat. Kuatnya Islam
dipegang oleh masyarakat Melayu Jambi membawa implikasi, antara lain
penolakan masyarakat Jambi terhadap hal yang mereka anggap bukan Islam.
Masyarakat Jambi misalnya memotong sejarahnya dan mengambil kedatangan
Islam sebagai tonggak bermula. Islamisasi di manapun tidak pernah berjalan
sangat mulus. Kalaupun bukan gelombang, riak-riak kecil mewarnai prosesnya.
Di dalam masyarakat Melayu Jambi, cerita tentang riak itu tidak pernah
dimunculkan, karena merupakan bagian dari masa lalu yang bukan Islam, yang
justru ingin mereka hilangkan. Selepas reformasi, terjadi kebangkitan adat di

1
banyak tempat di Indonesia. Jambi juga tidak lepas dari fenomena itu.
Kesultanan Jambi yang sudah lama jatuh, dihidupkan lagi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Islam Melayu Jambi ?


2. Bagaimana peradaban islam melayu jambi?
3. Apa sajakah faktor penyebab islam masuk ke jambi?
4. Bagaimanakah proses islamisasi melayu Jambi?

C. Tujuan Masalah
Dari pertanyaan diatas, ada tiga tujuan dalam penelitian ini.
1. Mendeskripsikan sejarah masuknya islam melayu Jambi
2. Untuk mendeskripsikan peradaban islam melayu jambi
3. Untuk mendeskripsikan faktor penyebab islam masuk ke Jambi
4. Untuk mengetahui proses islamisasi Melayu Jambi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah masuknya islam di jambi
Banyak versi yang dikemukakan tentang masuknya Islam ke Jambi , baik
yang kita peroleh dari cerita tradisional maupun catatan resmi sejarah dan
sumber lokal. Dari sumber lokal kita ketahui bahwa orang yang pertama
membawa Islam ke Jambi adalah seorang berkebangsaan Turki bernama
Ahmad Salim, beliau adalah seorang saudagar yang diutus oleh ayah nya
dari Turki untuk melakukan perdagangan ke Asia /Jambi. Ahmad Salim
kemudian menikah dengan salah seorang putri dari Raja Aditiawarman yang
beragama Budha dan dikenal dengan gelar Putri Selaras Pinang Masak yang
kemudian menganut agama Islam. Setelah itu, Ahmad Salim mulai
mengembangkan Agama Islam dan mengikis pengaruh agama Budha.
Ahmad Salim diberi gelar Datuk Paduko Berhalo dan beliau dianggap
sebagai orang pertama yang menyebarkan agama Islam di Jambi (abad ke
XV).
Dalam versi lain diceritakan bahwa Ahmad Salim (Datuk Paduko
Berhalo) mempunyai anak yang bernama Orang Kayo Hitam. Sebagai
seorang raja, ia berhasil menyebarluaskan agama Islam di tanah melayu
Jambi dengan mengembangkan semboyan adat “adat bersendi syara’, syara’
bersendi kitabullah, syara’ mengato adat memakai". Kemudian Ahmad
Salim mengislamkan saudara sepupunya dari Pagaruyung yang kemudian
dinobatkan sebagai sunan pijoan serta sunan Kembangseri. Setelah Orang
Kayo Hitam wafat, ia di teruskan oleh putranya yang bernama pengeran
Hilang di Aek yang bergelar Penembahan Rantau Kapas (1515-1560).
Setelah beliau berhasil membangunan pondasi Islam, ahirnya pada abad ke

3
XVII M berdirilah kesultanan pertama di Jambi yang berdasarkan Islam
dengan raja pertamanya Sultan Abdul Kahar (1615-1643 M). Di wilayah
Jambi bagian barat, datang seorang ulama dari Aceh bernama Tengku
Muhammad Ali yang mendirikan masjid Istiqomah di lubuk Sarolangun, di
Kerinci Koto Tuo Pulau Tengah berdiri masjid bergaya masjid Demak yang
diprakarsai oleh Syech yang belajar di Mataram dan mengembangkan
mazhab syafi’i.
Di Pondok Tinggi berdiri masjid Agung Pondok Tinggi, di Bungo Desa
Amplu berdiri masjid Al-Falah. Dalam penggalan sejarah versi lain nya,
Islam masuk ke Kota Jambi dibawa oleh seorang Arab ‘Alawiyin bernama
Habib Husein Al Baraqbah yang berasal dari kota Tariem, Hadramaut,
Yaman. Habib Husein Al Baraqbah dilahirkan pada tahun 1683 M , Habib
Husein Al Baraqbah berangkat dari Yaman menuju India. Dari India ke
Aceh kemudian ke Palembang. Di Palembang, Habib Husein Al Baraqbah
menetap serta menikah dengan anak pembesar kerajaan Palembang serta
mendapat dua orang putra yaitu Habib Qosyim bin Husein Baraqbah dan
Syaid Abdullah (1706 M). Pada tahun 1716 M, beliau melanjutkan
da’wahnya menuju Jambi dan menetap di Kampung Arab Melayu
Kecamatan Pelayangan Kota Jambi. Di sana beliau mengajarkan ilmu
pengetahuan Islam seperti Al Qur’an, Tafsir, Fiqih mazhab Syafi’i , Tauhid,
serta Tasawuf. Di antara murid Habib Husein Al Baraqbah adalah seorang
keturunan china yang bernama Shin Thay ( Datuk Sintai ). Ia menikah
dengan salah seorang putri sultan Jambi. Kemudian Habib Husein Al-
Baraqbah menikah dengan Nyai Resik ( Fatimah ) putri dari datuk Shin
Thay. Habib Husein Al Baraqbah berada di kampung Arab Melayu sampai
wafat pada tahun 1760. Setelah Habib Husein Al Baraqbah wafat,
perjuangan beliau di lanjutkan oleh putranya Habib Qosyim al-Baragbah1

1
https://www.kholistembesi.com/2016/04/sejarah-masuknya-islam-ke-jambi.html

4
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan bagaimana Islam masuk
ke Jambi. Beberapa di antaranya adalah:2
a) Teori Arab: Islam masuk ke Jambi dibawa oleh seorang saudagar Arab
yang bernama Ahmad Salim, yang sekarang dikenal dengan julukan
Datuk Paduka Berhala. Ia menikah dengan Putri Selaro Pinang Masak,
anak dari Raja Baremah dari Kerajaan Pagaruyung. Mereka memiliki
empat orang anak yang menjadi leluhur dari raja-raja Kesultanan Jambi .
b) Teori Persia: Islam masuk ke Jambi dibawa oleh para pedagang dan
ulama dari Persia yang berdagang di Selat Malaka. Mereka menyebarkan
ajaran Islam kepada masyarakat pesisir dan pedalaman.
c) Teori India: Islam masuk ke Jambi dibawa oleh para pedagang dan ulama
dari India yang berdagang di Selat Malaka. Mereka menyebarkan ajaran
Islam kepada masyarakat pesisir dan pedalaman.
d) Teori Yaman: Islam masuk ke Jambi dibawa oleh seorang Arab
‘Alawiyin bernama Habib Husein Al Baraqbah yang berasal dari kota
Tariem, Hadramaut, Yaman. Ia berangkat dari Yaman menuju India,
kemudian ke Aceh dan Palembang, lalu ke Jambi. Ia menikah dengan
Putri Rajo Bungsu, anak dari Raja Melayu.
e) Teori Turki: Islam masuk ke Jambi dibawa oleh seorang pendakwah
Islam dari Istanbul, Turki yang bernama Datuk Paduko Berhalo. Ia
menikah dengan Putri Selaro Pinang Masak, anak dari Raja Baremah dari
Kerajaan Pagaruyung. Mereka memiliki empat orang anak yang menjadi
leluhur dari raja-raja Kesultanan Jambi .

B. Perkembangan islam di jambi

Islam di Jambi terus berkembang seiring dengan perkembangan


politik, ekonomi, sosial dan budaya di wilayah ini. Beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan Islam di Jambi adalah:3
2
https://an-nur.ac.id/blog/sejarah-masuknya-islam-di-jambi.html.
3
Sejarah Perkembangan Islam di Jambi Lengkap – Afdhal Ilahi. https://www.afdhalilahi.com /2017/12/
Sejarah- perkembangan-islam-di-jambi.html.

5
1. Hubungan dagang dengan negara-negara Islam di Timur Tengah, India,
Persia dan Turki yang membawa pengaruh ajaran dan budaya Islam ke
Jambi.
2. Pendirian Kesultanan Jambi yang menganut agama Islam dan
menjadikan syariat Islam sebagai dasar hukum dan pemerintahan.
3. Peranan para ulama dan pendakwah Islam yang menyebarkan dakwah
dan ilmu pengetahuan Islam kepada masyarakat Jambi melalui langgar,
maktab, madrasah dan pesantren.
4. Akulturasi budaya antara Islam dan adat istiadat masyarakat Jambi yang
menciptakan identitas keislaman yang khas dan toleran.

C. Faktor islam masuk ke jambi

Masuknya Islam ke Jambi pada abad 13 M, tentu mencari fakto-faktor


luntuk mengungkapkan histori faktor Islam masuk ke Jambi dalam penelitian
ini. Mengkaji proses masuknya Islam ke Jambi tentu dengan pendekatan
sejarah, yang mana langkah ini untuk mengkaji bagaimana Islam masuk
kejambi? Siapa yang membawanya? Dan dari mana asalnya?. Lebih lanjut
peneliti menelusuri peristiwa-peristiwa sebab masuknya Islam ke Jambi.
Supaya peneliti bisa melihat proses masuk Islam ke Jambi pada abad 13.
Faktor yang menyebabkan Islam masuk ke Jambi adalah sebagai berikut :
a) Dengan melihat hubungan luar negeri Jambi dengan negeri luar dengan
aspek perdagangan. Kedaaan perdagangan di Jambi pada saat itu, para
pedagang silih berganti wilayah pantai Sumatera akhirnya singgah di
Jambi. Kedatangan mereka bukan hanya untuk berdagang, tetapi juga
memperluas sentral perdagangannya.4 Selain itu mereka juga ada yang
mencari komoniti pribumi dengan menggunakan jalur sungai besar
bisadilalui oleh kapal-kapal mereka. Jambi memiliki sungai besar yang
bermuara di pantai timur Sumatera dan sebagai akses masuknya

4
Junaidi T. Noer, Mencari Jejak Sangkakal, (Jamni: Pusat Kajian dan Pengembangan Sejarah dan
Budaya, 2011), hlm, 43

6
perdaganagan menuju pedalaman Jambi. Menurut Junaidi T Noer, pada
saat itu sungao merupakan salah satu jalur utama bagi para pedagang
untuk masuk wilyah pedalaman Jambi. Dengan demikian, pedagang yang
datang menjalin hubungan dengan masyarakat Jambi Melihat negara
mana saja yang teridenfikasi dengan Jambi. Menurut Bambang Budi
Utomo, ia menjelaskan negara-negara yang berhubungan diplomatis,
keagamaan, dan dagang. dengan Jambi adalah Cina, India, dan Arab.
Ketiga negara tersebut diduga kuat yang mempengaruhi beberapa aspek
kehidupan masyarakat Jambi. Hubungan ketiga negara dangan Jambi
dipandang Bambang Budi Utomo berbeda-beda. India dan Cina menjalin
hubungan dengan Jambi dalam hal diplomatis, keagamaan, dan
dagang.5Sedangkan hubungan dengan Arab adalah dengan perdagangan
saja. Akan tetapi, selanjutnaya akan menjalin hubungan dalam
keagamaan. Melihat perdangangan pada masa itu, Abd Rahman Hamid
mengukakan bahwa perdaganan Asia bukan menggunakan jalur
pelayaran, tapi jalur darat. Kemudian, setelah jalur dianggap tidak aman
karena banyaknya perampokan maka para pedagang menggunakan jalur
perdaganagan melalui pelayaran.30 Sedangkan untuk menuju Jambi,
pelayaran melintasi beberapa wilayah di Asia. Sedangkan pelayaran dari
Cina ke Jambi ada yang langsung melakuakan pelayaran dari Kanton
langsung ke Jambi. Peristiwa tersebut, Jambi menjadi pusat
perdaganagan yang penting karena wilayahnya secara geografis, berada
di jalur perdaganagan utama antara India dan Tiongkok.Sedangkan Selat
Malaka menjadi jalur pelayaran yang sangat penting sejak abad pertama
Masehi. sehingga sangat memungkinkan bahwa sepanjang pantai timur
Sumatera dilalui pedagang, terutama pedagang muslim. Para pedagang
ini hanya melintasi atau singgah kewilayah pantai timur Sumatera yang
memiliki suangai besar.

5
Bambang Budi Utomo, “Awal Perjalanan Sejarah Menuju Negara Kepulauan” dalam Arus Balik:
Memorian dan Bahari Nusantara, hlm. 11

7
b) Pengaruh Sufistik merupakan salah satu faktor-fator Islamisasi di
Nusantara secara umum. Menurut Azyumardi Azra, dalam bukunya
Jaringan Ulama Abad 17 dan 18 adalah dikuatkan oleh corak Islam awal
yang di anut masyarakat Nusantara ialah Islam Sufistik, karena pada
masa AlGhazali muncul para sufi-sufi inilah yang datang dan
menyebarkan Islam di Nusantara. Alasannya adalah ada beberapa
kelemahan-kelemahan dari teori-teori yang dikemukakan para ahli
terdahulu, yang pertama seperti teori India yang dikemukakan oleh para
sarjana Belanda, kelemahan ini terlihat ketika masa itu India diperintah
oleh seorang yang beragama Hindu, selain itu kelemahan teori ini terlihat
dari pemehaman keagamaan atau mazhab yang dianut oleh masyarakat
India dan Nusantara, yang mana India memegang mazhab Hanafi
sedangkan Nusantara memegang mazhab Safi’i. Yang kedua, teori Arab
yang mengatakan bahwa Islam masuk pada Abad ke 7/8 M. Selain itu
teori ini dianggap lemah, karena tidak adanya bukti bahwa penduduk
yang masuk Islam pada Abad ini.38Lebih lanjut lagi, alasan Islam bisa
diterima oleh masyarakat Jambi adalah Proses asimilasi dari ajaran
Mahayana ke tasuwuf yang dilakaukan oleh kaum sufi di Jambi pada
abad ke 13, menurut Riklefs bahwa ajaran Budha Mahayana adalah
sebuah ajaran yang sudah melekat dan menjadi sebuh kebutuhan
masyarakat, khususnya masyarakat Jambi, sebagai ajaran mistik. Setelah
menjalani proses asimilasi, ajaran tasawuf dapat diterima oleh
masyarakat Jmabi yang sebelumnyamenganut ajaran Mahayana karena
dalam praktiknya sama dan kedua ajaran ini bersifat mistik.6

D. Proses islamisasi

Penguasa lokal merupakan bentuk dari proses Islamisasi di nusantara


secara umum seperti kerajaan Samudera Pasai di Aceh menjadi kerajaan
Islam yang pertama di Nusantara. Kerajaan samudera Pasai menjadi tonggak

6
Riklefs, Sejarah Asia Tenggara,(Depok: Komunitas Bambu, 2012), hlm. 378

8
pertama penguasa di nusantara. Penguasa lokal tidak bisa dihindari,
termasuk penguasa lokal di Jambi yangmenjadi proses Islamisasi di Jambi
pada abad ke 13. Penguasa lokal Jambi pada saat itu adalah Malayu II. Ia
bangkit dan menguasai Jambi kembali seteah Jawa melemahkan
Suwarnabhumi. Seteah itu Melyu bangkit, tetapi Melayu berada dibawah
kekuasaan Jawa. Sejarawan klasik Indonesia memberi gelar atas bangkitnya
Melayu pada abad ini adalah Melayu II. Pada saat itu pula malyu II dipimpin
oleh Dhamasraya. Ia sebagai pemegang penuh kekuasaan atas Jambi dan
wilyah sekitarnya. Menurut pendapat lain tentang penguasa lokal menjadi
Islam. Elsbet Locher seorang peneliti dari Belanda mengatakan, islamisasi
Jambi dilakukan oleh orang berkebangsaan Turki pada abad ke-15 M. Bukti
sejarah yang dikemukakan oleh Elsbet hanya berupa folklore atau cerita
rakyat yang berkembang hingga saat ini.
Minimnya sumber sejarah berupa benda-benda peninggalan sejarah
Islam Jambi abad ke-15 membuat Elsbeth tidak menulis banyak mengenai
kerajaan Islam Jambi pada masa awal. Namun tidak bisa hanya dikatakan
sebuah folklore atau cerita rakyat ketika mengkaji sejarah Islam di Jambi.
Bukti yang dianggap paling otentik mengenai adanya orang Turki yang
melakukan islamisasi di Jambi adalah ditemukannya makam Ahmad Barus
atau yang lebih dikenal dengan Datuk Paduko Berhalo di Pulau Berhala yang
sekarang menjadi wilayah hukum Propinsi Kepulauan Riau. Ahmad Barus
menurut sejarah lokal masyarakat Jambi merupakan keturunan yang ketujuh
dari Saidina Zainal Abidin bin Saidina Husein putra Saidatina Fatimah binti
Muhammad SAW. Ahmad Barus mendapat gelar Datuk Paduko Berhalo
karena beliau memusnahkan berhala-berhala yang dipuja masyarakat Jambi
yang ditempatkan di Pulau Berhala. Ada pendapat lain mengenai nama dari
Ahmad Barus, menurut M. O. Bafadhal dalam makalahnya sejarah masuk
dan berkembangnya Islam di Jambi, setelah Ahmad Barus menikah dengan
Putri Selaras Pinang Masak (penguasa Jambi sebelumnya), namanya diganti
dengan Ahmad Salim. Pernikahan antara Ahmad Barus dengan Putri Selaras

9
Pinang Masak dianugerahi tiga orang putera dan satu orang puteri. Puterinya
bernama Orang Kayo Gemuk, dan ketiga puteranya masing-masing menjadi
raja di Negeri Jambi, yaitu; Orang Kayo Pingai (1480-1490); Orang Kayo
Pedataran (14901500); dan Orang Kayo Hitam (1500-1515).47 Islamisasi di
Negeri Melayu Jambi semakin berkembang ketika kerajaan dipegang oleh
Orang Kayo Hitam sejak tahun 1500 M.
Ketekunan Orang Kayo Hitam dalam melakukan islamisasi
diperlihatkan dengan diberlakukannya undang-undang pemerintahan Pucuk
Undang Nan Delapan, hukum ini berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits.
Selain itu, agama Islam telah menjadi identitas adat masyarakat melayu
Jambi. Seperti yang tertulis dalam pepatah adat melayu Jambi; “adat
bersendi syarak, syarak bersendikan kitabullah”. Dalam seloko adat melayu
Jambi juga disebut “syarak mengato, adat memakai”. Demikianlah peran
Orang Kayo Hitam dalam islamisasi di Negeri Melayu Jambi, nama besar
beliau bahkan terkenal hingga pulau Jawa. 49 Setelah berakhir pemerintahan
Orang Kayo Hitam pada tahun 1515 M, kekuasaan negeri melayu Jambi
diteruskan oleh keturunannya. Secara periodik, keturunan Orang Kayo
Hitam yang menguasai negeri melayu Jambi meliputi; Panembahan Rantau
Kapas (1515-1540); Panembahan Rengas Pandak (1540-1565); Panembahan
Bawah Sawo (1565-1590); dan Panembahan Kota Baru (1590-1615). Setelah
Belanda datang ke wilayah Jambi padatahun 1615, pemerintahan kerajaan
Jambi mengalami pergeseranpergeseran. Kekuasaan negeri melayu Jambi
dipegang oleh Raja yang bergelar Sultan. Sultan yang memegang kekuasaan
Jambi adalah; Sultan Abdul Kahar (1615-1643); Sultan Agung Abdul Jalil
(1643-1665); Sultan Abdul Muhyi gelar Sultan Sri Ingologo (16651690);
sejak tahun 1690 kesultanan Jambi pecah menjadi dua bagian karena campur
tangan Belanda. Sultan Raja Kiai Gedeh (1690-1696) yang di angkat oleh
Belanda; Sultan Sri Maharaja Batu (1690-1721) yang melawan penjajah
Belanda; Sultan Muhammad Syah (1696-1740) yang di angkat oleh Belanda;
Sultan Istera Ingologo (1740-1770) bersatunya kesultanan negeri melayu

10
Jambi; Sultan Ahmad Zainuddin (1770-1790); Sultan Mas’ud Badaruddin
(1790-1812); Sultan Muhammad Mahiddin (1812-1833); Sultan Muhammad
Fachruddin (1833- 1841); Sultan Abdurrahman Nazaruddin (1841-1855);
dan Sultan Thaha Saifuddin (18551904).51
Setelah Sultan Thaha Saifuddin wafat, maka terhapuslah kesultanan
negeri melayu Jambi. Daerah Jambi secara berturutturut menjadi onder
afdeling, dari afdeling Palembang kemudian menjadi keresidenan Jambi
pada tahun 1906. Selanjutnya pada tahun 1957 keresidenan Jambi ditetapkan
sebagai Provinsi Jambi. Dari penjelasan peristiwa sejarah diatas, tentang
penguasa lokal. Peneliti menegaskan bahwa ada penguasa lokal yang peran
penting dalam Islamisasi di Jambi Dengan demikian, peneliti seirama dengan
Uka Tjandrasasmita bahwa fase Islamisasi abad 13 M merupakan fase
perkembnagn Islam menuju kesultanan/kerajaan. Latar Belakang timbulnya
adat budaya jambi
Tradisi adat dan budaya suku Melayu Jambi, selain didominasi oleh
budaya Melayu, mirip juga dengan budaya suku minangkabau. Hal ini,
kemungkinan antara suku Melayu Jambi dansuku minangkabau terjadi
hubungan kekerabatan pada masa lalu, atau bersumber dari asal-usul dan
nenek moyang yang sama. Peninggalan Kesultanan Jambi

11
BAB III
PENUTUP

A. kesimpulan

Islam adalah agama yang telah masuk ke Jambi sejak abad ke-7 Masehi
dan terus berkembang hingga sekarang. Ada beberapa teori yang mencoba
menjelaskan bagaimana Islam masuk ke Jambi, namun yang pasti Islam masuk
melalui jalur perdagangan dan dakwah. Islam juga telah mengalami akulturasi
dengan budaya masyarakat Jambi dan menjadi bagian dari identitas mereka.
faktor dan penyebaran Islam di dunia melayu Jambi. Faktor Islam masuk ke Jambi ada
tiga, 1) dengan melihat hubungan luar negeri Jambi dengan negeri luar dengan aspek
perdagangan. Kedaaan perdagangan di Jambi pada saat itu, para pedagang silih berganti
wilayah pantai Sumatera akhirnya singgah di Jambi. 2) Pengaruh Sufistik merupakan
salah satu faktor-fator Islamisasi di Nusantara secara umum. 3) Penguasa lokal
merupakan bentuk dari proses Islamisasi di nusantara secara umum.

12
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi T. Noer, Mencari Jejak Sangkakal, (Jamni: Pusat Kajian dan Pengembangan Sejarah dan
Budaya, 2011)

Bambang Budi Utomo, “Awal Perjalanan Sejarah Menuju Negara Kepulauan” dalam Arus Balik:
Memorian dan Bahari Nusantara

Riklefs, Sejarah Asia Tenggara,(Depok: Komunitas Bambu, 2012), hlm. 378

https://www.kholistembesi.com/2016/04/sejarah-masuknya-islam-ke-jambi.html
https://an-nur.ac.id/blog/sejarah-masuknya-islam-di-jambi.html.

13

Anda mungkin juga menyukai