Anda di halaman 1dari 21

Sejarah dan perkembangan islam di

jambi dan sekitarnya


Dosen Pengampu : Elis Muslimah Nuraida, S.Pd. M.Pd

KELOMPOK 6:
Najwa Melvanda (208210011)
Syukrika Husni (208210004)
Ahmad Elpiyanto (208210043)
Sejarah dan perkembangan islam di jambi dan sekitarnya

Islam telah ada di daerah Jambi pada tahun 1460 Masehi, atau sekitar abad ke-15 M.
Islam masuk ke Jambi dibawa oleh seorang saudagar Arab yang bernama Ahmad Salim,
yang sekarang dikenal dengan julukan”Datuk Paduka Berhala”. Proses Islamisasi di
Jambi bersamaan dengan sejarah awal kesultanan Jambi, yakni sekitar abad ke-15 M.1
Dua abad setelah Islam memasuki wilayah Jambi. Kepercayaan umum masyarakat
Jambi sekarang ini adalah bahwa Islamisasi Jambi yang terus-menerus dimulai sejak
Kerajaan Jambi diperintah oleh Raja Orang Kayo Hitam, sekitar dekade pertama abad 16
M. Proses dimana Islam diterima oleh kerajaan Jambi tersebut berlangsung dengan cara
yang damai dan tidak terdapat catatan mengenai konfrontasi antara Islam dengan agama
setempat. Setelah Islam masuk ke wilayah Jambi kemudian dilanjutkan dengan
penyebaran-penyebaran Islam ke pedalaman Jambi, hingga sampai pedalaman Desa-
Desa yang ada di Jambi.
Ornamen masuknya Islam di Jambi dimulai dari pesisir Timur. Cerita Datuk
Paduka Berhalo dan Rangkayo Hitam masih hidup dan dianggap sebagai Raja yang
menganut agama Islam. Datuk Paduka Berhala dan Rangkayo Hitam merupakan
Raja yang berkuasa di jalur perdagangan Selat Malaka. Posisi Jambi, Muara Zabag
dan Pulau Berhala dalam lintasan selat Malaka membuat posisi keduanya begitu
penting (abad 12-18 M). Kesultanan di Selat Malaka mempunyai posisi penting dalam
jalur perdagangan internasional dari berbagai bangsa lain seperti Tiongkok, India,
Jepang dan Eropa

Dalam Makalah Drs. H. Abdul Kadir Husein, M.Pd.I menyebutkan bahwa


orang yang pertama membawa Islam ke Jambi adalah seorang berkebangsaan Turki
bernama Ahmad Salim, beliau adalah seorang saudagar yang diutus oleh ayah nya
dari Turki untuk melakukan perdagangan ke Asia /Jambi. Ahmad Salim kemudian
dikenal sebagai Datuk Paduko Berhalo pada abad XV. Dia menikah dengan Putri
Pinang Masak.
Didalam “Undang-undang, Piagam dan Kisah Negeri Jambi” dijelaskan Orang Kayo
Pingai merupakan anak tertua. Sedangkan adiknya bernama Orang Kayo Kedataran, Orang
Kayo Hitam dan Orang Kayo Gemrik (perempuan). Namun M. Nasir Didalam bukunya
Keris Siginjei Mengenal budaya daerah Jambi justru menyebutkan Orang Kayo Hitam
adalah anak bungsu dari Datuk Paduko Berhalo dan Putri Pinang Masak (Putri Selaras
Pinang Masak)
Setelah Orang Kayo Hitam wafat, ia di teruskan oleh putranya yang bernama pengeran
Hilang di Aek yang bergelar Penembahan Rantau Kapas (1515-1560). Setelah beliau
berhasil membangunan pondasi Islam, ahirnya pada abad ke XVII M berdirilah kesultanan
pertama di Jambi yang berdasarkan Islam dengan raja pertamanya Sultan Abdul Kahar
(1615-1643 M).
Menurut Abdul Kadir Husein, ada juga versi yang menyebutkan Islam datang dari kota
Tariem, Hadramaut, Yaman di bawa oleh seorang Arab ‘Alawiyin bernama Habib
Husein Al Baraqbah. Habib Husein Al Baraqbah berangkat dari Yaman menuju India.
Dari India ke Aceh kemudian ke Palembang. Di Palembang, ia menetap serta menikah
dengan anak pembesar kerajaan Palembang serta mendapat dua orang putra yaitu Habib
Qosyim bin Husein Baraqbah dan Syaid Abdullah (1706 M).
Pada tahun 1716 M, beliau melanjutkan da’wahnya menuju Jambi dan menetap di
Kampung Arab Melayu Kecamatan Pelayangan Kota Jambi. Di sana beliau
mengajarkan ilmu pengetahuan Islam seperti Al Qur’an , Tafsir, Fiqih mazhab Syafi’i,
Tauhid ,serta Tasawuf.
Perkembangan dan peninggalan islam di jambi

1. Batang Hari
Diketahui bahwa masuknya Islam pada masyarakat Jambi Seberang
banyak dipengaruhi oleh pedagang-pedagang Islam yang masuk
dan berlayar di sepanjang sungai Batanghari. Ditemukannya
beberapa peninggalan dari pedagang-pedangang Arab, Persia dan
Turki menjadi salah satu bukti bahwa proses penyebaran Islam
tersebut pernah terjadi. Ditambah lagi bahwa Budaya Arab Melayu
sangat melekat kuat pada masyarakat Jambi Seberang. Bahkan
melekat pada adat orang Melayu Jambi yang kita kenal dengan
“Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah”
• Dampak Psikis (Kebahagiaan Hidup)
Islam yang tujuan utamanya ingin dicapai oleh metode Islam dalam
jaminan sosial adalah menghilangkan kasus-kasus pencurian,
penyalahgunaan, menggerakkan kasih sayang sehingga tercipta
keharmoisan dalam lingkungan masyarkat tersebut.

• Dampak Terhadap Intelektualitas


Timbulnya pendangkalan nilai religiusitas di Kabupaten Batanghari
tentunya bukan saja akan berdampak kepada keresahan masyarakat
akan tetapi juga berdampak kepada kemampuan sebahagian warga
Kabupaten Batanghari itu sendiri dalam proses kedewasaan berpikir.

• Dampak Terhadap Kesehatan Jasmaniah


Dengan masuknya Islam masyarakat Batang Hari lebih mengetahui
apa yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatannya.
2. bungo Masjid Al-Falah yang terletak di Dusun (desa) Empelu,
Kecamatan Tanah Sepenggal ini merupakan bukti penyebaran
agama islam yang masih tersisa di Kabupaten Bungo hingga
saat ini.

Di bagian belakang masjid, ada tangga menuju puncak


menara. Sekitar 50-an anak tangga harus ditapaki untuk
mencapai puncak Menara itu. Surau ini awalnya dibangun
seperti rumah panggung yang terdiri dari beberapa tiang. Dan
bangunan sederhana ini menggunakan peralatan tradisional
kuno. Surau ini tak digunakan hanya untuk tempat sholat,
namun juga untuk tempat pengajian, musyawarah, peringatan
hari besar islam dan lainnya yang bersifat kebaikan.

Masa pembaharuan (Modern) bagi dunia islam adalah masa


yang dimulai dari tahun 1800M sampai sekarang. Masa
pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran umat islam
terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk
memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masjid ,sekolah,dan madrasah sudah banyak didirikan untuk
lebih memperluas ajaran Islam.
3. kerinci
Agama Islam masuk di kawasan tanah Kerinci diperkirakan semenjak abad Ke-14 M. Islam yang
pada saat itu masuk melalui jalur perdagangan yang dilakukan oleh penduduk Kerinci di wilayah
Pesisir Selatan. Agama Islam yang mereka peroleh dari dari daerah perantauan ketika
berdagang di bawa pulang ke kampung halamannya di alam Kerinci untuk diamalkan dan
dikembangkan.

Agama Islam mulai berkembang dibawa oleh para ulama yang masuk dari arah Pesisir Selatan
Sumatera. Kedatangan para ulama-ulama tersebut membawa perubahan besar bagi penduduk
masyarakat Kerinci, corak budaya Animisme dan Dinamisme mulai mereka tinggalkan dan
beralih memeluk ajaran baru yakni agama Islam.

Tradisi budaya lama yang masih mereka lakukan kini beralih menyesuaikan dengan ajaran
agama Islam, seperti halnya syair tale, mantera yang semula menyebut nama dewa kini beralih
dengan kalimat Shalawat, Syahadat dan memuji nama Allah SWT.
Pada abad Ke- 17 M barulah kesultanan Jambi mendakwahkan hukum syariat Islam kepada
penduduk Kerinci. Pengaruh kesultanan Jambi cukup besar terhadap perkembangan Islam di
Kerinci
Perkembangan yang sangat besar dapat dihasilkan kebudayaan Islam khas
Kerinci yaitu Sike Rebana yang merupakan kesenian masyarakat penduduk
Kerinci yang bernuansa keagamaan dengan syair zikir yang memuji nama
Allah SWT dan Nabi Muhammad Saw.

Selain itu juga mengembangkan tale naik haji, pantun adat atau dengan
istilah pno adat yang bernuansa islami dan masih banyak lagi seni budaya
Islam yang berkembang pada tiap-tiap dusun atau desa di Kerinci.

Selain mengembangkan budaya yang bernuansa islami, masyarakat


penduduk Kerinci juga mengembangkan masjid dan surau tempat untuk
beribadah di setiap dusun-dusun, masjid yang dibangun dengan ukiran
khas Kerinci dan juga terdapat tabuh atau bedug di setiap masjid sebagai
tanda telah masuknya waktu shalat.
4. Merangin

Islam membawa perubahan besar pada Merangin salah satunya Masyarakat Kubu di
Desa Bukit Beringin, Kecamatan Bangko, Kabupaten Merangin, pada akhimya dapat
disimpulkan bahwa sebelum mengenal Islam, kehidupan mereka bersifat tertutup
dengan masyarakat di luar Suku Kubu.

Pengaruh Islam yang meliputi aspek aqidah, akhlak, dan syari'ah tidak terlihat dalam
kebudayaan Suku Kubu sebelum mengenal Islam. Hal ini terdilihat dari kebiasaan
mereka rnelakukan upacara pengobatan peniakit (besale), tradisi melangun,
kebiasaan mengkonsumsi daging babi, ular, labi-labi dan lain-lain. dan lain-lain.
Setelah mengenal Islam, Suku Kubu juga sudah menjaga kebersihan, berpakaian
lengkap, menikah secara syari'ah Islam, serta mampu menjawab; "Assalamu
'alaikum" dengan "Wa 'alaikumussalam". Dengan demikian, perubahan kebudayaan
Suku Kubu dipenharuhi oleh ajaran Islam, meskipun hanya sedikit.
5. Muaro jambi
perjuangan untuk mengembangkan ajaran Islam di lanjutkan oleh putra Daerah bernama
Syech Muhammad Yusuf bin H. Muhammad Khotib (berasal dari Kampung Tengah).
Perjuangan da'wah Syech Muhammad Yusuf bin H. Muhammad Khotib ini di teruskan oleh
putra kandungnya yang bernama H. Abdul Majid bin H. Muhammad Yusuf. Dari beliau ini
lahirlah ulama-ulama besar di Tanah Jambi. KH. Abdul Majid bin Muhammad Yusuf, Abdul
Majid Jambi ) merupakan seorang tokoh ulama mazhab Syafi’iyah perintis pendidikan agama
Islam serta pejuang yang gigih melawan penjajah belanda (lahir 1850 M). Beliau sangat 'arief
di bidang fiqih Syafi’iyah dan Tasawuf.

Pada tahun 1912, Syech Abdul Majid bin Muhammad Yusuf bersama teman-temannya
mendirikaan lembaga pendidikan yang disebut Rumah Kutab yang terbuat dari bahan material
bambu, kelak dikenal dengan sebutan madrasah buluh, rumah kutab itu ialah:
1. Rumah Kutab Sa’adatuddaren (Tahtul Yaman) Syeh Ahmad Abdu Syukur
2. Rumah Kutab Al Jauharen (Sungai asam/Kampung Manggis) Guru Hop Tuo
3. Rumah Kutab Nurul Iman ( Ulu Gedong ) Syech Abdul Majid
4. Rumah Kutab Nurul Islam ( Tanjung Pasir ) H. M. Soleh Bin H. M. Yasin.
6. sarolangun
Di Dusun Tuo Kabupaten Sarolangun, berdiri kokoh sebuah
masjid peninggalan para saudagar dahulu kala.Masjid Assalam
atau yang kini berganti nama menjadi Masjid Al-Istiqomah,
berada di Kampung Masjid, Kelurahan Dusun Sarolangun
Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun. Berdiri sebuah
masjid yang memiliki nilai sejarah tinggi, saksi bisu kejayaan
peradaban sungai kala itu. Hanya berjarak 200 meter dari aliran
Sungai Batang Tembesi dan berada di tengah perkampungan
membuat masjid tua tersebut terlihat begitu jelas.
Masjid yang dulunya terbuat dari susunan bilah bilah bambu
bulat, dan berbahan baku seadanya tersebut merupakan
peninggalan berharga masa kejayaan sungai. Di bangun oleh
sekumpulan para saudagar dari beberapa daerah. Masjid Al-
Istiqomah ini juga menjadi masjid pertama yang ada di
Sarolangun. berawal dari bingungnya para saudagar ingin
melaksanakan Salat Jumat namun tidak ada masjid. Dari situlah
awal mula berdirinya Masjid Assalam Hingga saat ini masjid
tersebut masih digunakan dan menjadi masjid kebanggaan
warga kampung masjid Dusun Tuo. Meski saat ini bentuk asli
masjid tersebut sudah berubah jauh dari bangunan awal.
7. Tanjong Jabung Barat
Kabupaten Tanjabbar memiliki satu mesjid bersejarah yang bernama
Masjid Al Muttaqin. Masjid ini merupakan masjid tertua yang di
bangun 100 tahun silam. Masjid tertua ini terletak di Pasar Rebo RT
01 Dusun Perdana, Desa Pantai Gading Kecamatan Bram Itam.
Butuh waktu hampir dua jam dari Kota Kuala Tungkal untuk melihat
masjid tertua di Kabupaten Tanjabbar ini. Akses ke lokasi pun
terbilang cukup sulit. Tidak ada perubahan berarti dari bangunan
masjid tersebut, tampak terlihat kubah kecil bangunan masjid yang
masih terbuat dari besi dan atas sirap yang terbuat dari papan.
Selain itu, tampak jelas papan nama mesjid yang terbuat dengan
tulisan arab di sebuah papan. Bagian luar masjid tampak seperti
masjid pada umumnya, bangunan masjid pun masih berbahan kayu.
Sementara itu, di dalam mesjid tampak ada empat tiang penyangga
bangunan yang terbuat dari kayu bulian. Kayu itupun merupakan
kayu utama sama halnya dengan bangunan masjid yang berusia
100 tahun lebih.
Masjid Al Muttaqin yang dibangun pada 1918 tersebut atas inisiatif
dari tiga orang ulama. Tiga ulama tersebut yakni Abdul Wahab, Tuan
Guru Safat dan Abdurrahman Sidik.
8. Tanj0ng jabung timur

Kabupaten Tanjung Jabung Timur,


merupakan salah satu kabupaten yang
berada di pesisir laut, membuatnya
memiliki beragam peninggalan sejarah
kuno ratusan tahun silam. Namun sangat
disayangkan peninggalan peninggalan
tersebut masih terabaikan dan tak
terawatt, salah satunya adalah masjid tua
rantau rasau.
9. tebo
Di Desa Mangun Jayo sendiri terdapat Mesjid tertua di
Kabupaten Tebo hingga saat ini masih berdiri kokoh yaitu Mesjid
Nurul Jalal. Masjid Nurul Jalal yang terletak di pinggiran Sungai
Batanghari Desa Mangun Jayo, banyak menyimpan cerita
sejarah peradaban Islam di Tebo. Mesjid tersebut diperkirakan
sudah ada sejak tahun 1916 lalu, dibangun oleh para pendahulu.
Masjid Nurul Jalal, diperkirkan dengan luas lebar 10 meter dan
panjang 10 meter hanya menampung kurang lebih 100 orang
jamaah.
Dari dulu hingga saat ini masih dimanfaatkan masayakat sekitar
untuk beribadah dan melaksanakan kegiatan agama, seperti
majelis taklim pada hari Jumat oleh ibu-ibu yang berada di Desa
Mangun Jayo.
Selanjutnya setiap hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi
Muhammad SAW, Isra Mihraj selalu diadakan di Masjid Nurul
Jalal. Sedangkan pada bulan puasa digunakan untuk
melaksanakan tarawih dan tadarus oleh warga sekitar.
10. Sungai penuh
Tokoh Adat dan Budayawan Kerinci Depati.H.Alimin menyebutkan bahwa Di alam Kerinci
termasuk di Kota Sungai Penuh masa tersimpan peninggalan peninggalan kebudayaan
Islam, beberapa diantaranya yang masih dapat kita saksikan saat ini ialah naskah Incung
pada paruh abad ke 18/19 yang telah mendapat pengaruh, agama Islam, bangunan
masjid masjid kuno, beduk /tabuh larangan yang diukir dengan ukiran bermotifkan fatma,
Al-Qur’an dan Khutbah tulisan tangan para ulama dan peninggalan seni tari, sastra dan
seni musik yang telah diwarnai oleh ajaran agama Islam.
11. Kota jambi

Masjid Agung Al-Falah merupakan masjid terbesar di Jambi, Indonesia.


Masjid ini juga dikenal sebagai Masjid 1000 Tiang, meskipun jumlah tiangnya
hanya 256.Masjid ini dibangun pada tahun 1971 dan selesai pada tahun
1980, bangunannya memang hanya seperti sebuah pendopo terbuka dengan
banyak tiang penyangga dan satu kubah besar di atasnya. Lokasi Masjid
Agung ini berdiri, dulunya merupakan pusat kerajaan Melayu Jambi, bekas
istana Tanah Pilih dari Sultan Thaha Syaifuddin.
Pada awalnya gagasan pembangunan Masjid Agung sudah mengemuka tahun 1960-an oleh
pemerintah Jambi, beserta tokoh tokoh Islam Jambi. Namun, proses pembangunan masjid
baru dimulai tahun 1971. Para alim ulama dan tokoh tokoh Jambi di antaranya M.O.
Bafaddal, H Hanafi, Nurdin Hamzah, dan gubernur saat itu (Tambunan atau Nur Admadibrata)
Sepakat untuk membangun masjid agung di lokasi tersebut dan dan merelokasi asrama TNI.
Salah satu alasan kenapa masjid yang dibangun di lokasi bersejarah tersebut adalah
mengacu pada lambang Jambi yang terdapat gambar Masjid. Masjid Agung Al-falah kota
Jambi diresmikan penggunaannya oleh presiden Soeharto pada tanggal 29 September
1980.Masjid kebanggaan warga Jambi ini berdiri di atas lahan seluas lebih dari 26.890 M2
atau lebih dari 2,7 Hektar, sedangkan luas bangunan masjid adalah 6.400 M2 dengan ukuran
80m x 80m, dan mampu menampung 10 ribu jamaah sekaligus. Sedari awal bangunan
Masjid Agung hingga sekarang tetap dipertahankan sesuai bentuk awalnya. Kalaupun ada
renovasi hanya penambahan ukiran pada mihrab imam, tanpa merombak bentuk awal
Masjid. dan mengganti pembungkus tiang pada tahun 2008.
Kesimpulan

Ornamen masuknya Islam di Jambi dimulai dari pesisir Timur. Cerita Datuk Paduka Berhalo dan Rangkayo
Hitammasih hidup dan dianggap sebagai Raja yang menganut agama Islam. Datuk Paduka Berhala dan
Rangkayo Hitam merupakan Raja yang berkuasa di jalur perdagangan Selat Malaka. Posisi Jambi, Muara
Zabag dan Pulau Berhala dalam lintasan selat Malaka membuat posisi keduanya begitu penting (abad 12-18
M). Kesultanan di Selat Malaka mempunyai posisi penting dalam jalur perdagangan internasional dari
berbagai bangsa lain seperti Tiongkok, India,
Kedatangan Musliim yang datang dan menyebarkan islam kepada masyarakat berasal dari Arab, Persia,
India atau bisa saja Tiongkok. Mereka bermula sebagai pedagang, mubaligh atau pengajar agama dan kaum
sufi. Dan kemudian ditambah dengan pelopor dari masyarakat yang kemudian menyebarkan islam setelah
mendapatkan pendidikan diberbagai tempat seperti pesantren di jawa dan sekolah agama di Mekkah.
Perkembangan islam di jambi tidak lepas pula dari peran penting tokoh-tokoh adat di setiap daerah nya.
Benda Peninggalan – peninggalan yang ada pada tiap daerah di provinsi Jambi juga menjadi bukti nyata
bahwa islam di jambi mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai