Anda di halaman 1dari 6

FORM PROPOSAL PEREKAMAN

I. JUDUL
Keberadaan Tradisi Perayaan Haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi di
lingkungan masyarakat Pasar Kliwon Surakarta”.

II. Latar Belakang


Manusia dan budaya merupakan dua aspek yang saling memiliki
keterkaitan. Kebudayaan adalah product dari perilaku manusia yang terus tumbuh
sebagai akibat adanya interaksi dengan lingkunganya. Sehingga dalam mempelajari
kebudayaan suatu masyarakat, perlu pemahaman dan studi yang mendalam mengenai
lingkungan masyarakat pemilik kebudayaan tersebut. Keberadaan Tradisi Haul di
lingkungan masyarakat komunitas arab pasar kliwon merupakan salah satu fenomena
yang menarik bagi dunia penelitian sehingga perlu diketahui mengenai sejarah, latar
belakang lingkungan sosial, ekonomi, budaya, serta letak geografisnya.
Berbagai literatur sejarah menunjukkan bahwa masuknya syiar islam ke
Indonesia sudah dimulai pada abad 7-15 M. Pada abad 7 misalnya, orang-orang arab
dari dinasti Ummayah telah berhasil mendirikan pangkalan dagang di bandar barus
sumatera utara. Kemungkinan inilah pertama kalinya perkenalan antara islam dengan
penduduk Nusantara. Sejak saat itu para pelaut dan pedagang Muslim arab terus
berdatangan dari abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi bumi nusantara ini
sambil berdakwah.
Runtuhnya kekuasaan kerajaan Hindu/Buddha seperti Sriwijaya, Majapahit
dan Sunda mengakibatkan proses islamisasi di Tanah Jawa pada awal abad ke 14 dan
15 M berkembang sangat pesat. Keberhasilan Islamisasi di Jawa tidak terlepas dari
dakwah yang diilakukan ulama dan dai’i-da’i yang sering disebut masyarakat
pribumi sebagai “Walisongo”. Banyak di antara para Walisongo adalah keturunan
Arab, dan diduga kuat merupakan keturunan kaum Sayyid Hadramaut atau
merupakan murid dari waliwali keturunan Arab.
Keberhasilan Walisongo dalam membantu Raden Patah untuk mendirikan
Kesultanan Demak pada tahun 1478 M semakin memperkokoh eksistensi Islam serta
menenggelamkan pengaruh majapahit sebagai Kerajaan bercorak Hindu terakhir di
Pulau Jawa. Munculnya Demak sebagai simbol pemerintahan islam di tanah jawa
membuat hubungan perdagangan antara penduduk pribumi dengan pusat dunia islam
menjadi semakin erat. Konsekuensinya adalah semakin banyak orang arab yang
bermigrasi ke Nusantara. Fakta sejarah yang terdapat dalam Tarikh Hadramaut dapat
dijadikan acuan karena mengisahkan adanya proses migrasi Orang Arab Hadramaut
secara besar-besaran ke bumi Nusantara. Pada abad 19 M jumlah orang arab yang
mendirikan pemukiman di Jawa telah meningkat secara pesat. Sensus yang dilakukan
pemerintah kolonial Belanda pada 1885 menunjukkan bahwa jumlah orang arab yang
bermukim di Pulau Jawa tercatat berjumlah 10.888 orang.
Keturunan arab hadramaut di Pulau Jawa sebagian besar didominasi oleh
kelompok Alawi (Sayyidi) yang memiliki garis keturunan langsung dari Rasulullah
SAW (terutama dari jalur Husain bin Ali). Kehidupan sosial budaya mereka sangat
berbeda dengan keturunan arab hadramaut sebelumnya (Walisongo) yang banyak
berasimilasi dengan penduduk pribumi untuk mempercepat penyebaran Islam
Sehingga sekarang ini nama dan bentuk tubuh mereka sangat mudah dikenali. Di
Surakarta peranan komunitas arab keturunan hadramaut ini sangat terasa dalam dunia
keagamaan islam. Terutama bagi mereka yang merupakan keturunan Nabi
Muhammad SAW, mendapat beberapa gelar penghormatan seperti Syekh, Sayyid,
Syarif Wan atau Habib dari masyarakat pribumi yang beragama islam.
Rasa tanggung jawab di kalangan Habib (ulama) sebagai keturunan
Rasulullah SAW untuk selalu meneladani sifat beliau serta melanjutkan misi dakwah
penyebaran Islam secara damai membuat status sosial mereka sangat dihormati dan
dimuliakan oleh pecintanya yang disebut sebagai Muhibbin. Komunitas Muhibbin di
Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta terdorong untuk selalu menggelar peringatan
Haul Habib yang mereka hormati. Keberadaan tradisi Haul Habib Ali bin
Muhammad Al-Habsyi di Gurawan Pasar Kliwon merupakan salah satu tanda bahwa
para Muhibbin ini sangat merindukan baginda Nabi Muhammad SAW.

III. PERMASALAHAN
1. Bagaimanakah Sejarah proses kedatangan orang arab di Surakarta?
2. Apa latar belakang munculya tradisi perayaan Haul Habib Ali bin Muhammad
Al-Habsyi di Gurawan Pasar Kliwon Surakarta?
3. Bagaimanakah pemahaman kaum muhibbin tentang Tradisi perayaan Haul
Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy?
4. Bagaimanakah perlaksanaan Tradisi perayaan Haul Habib Ali bin Muhammad
Al-Habsy?
5. Bagaimanakah dampak dari tradisi perayaan Haul Habib Ali bin Muhammad Al-
Habsyi terhadap kehidupan sosial ekonomi di kawasan Pasar Kliwon Surakarta?
IV. SINOPSIS
Perekeman mengenai awal mula berdirinya kampung Arab di Surakarta
diawali dengan berkunjung ke kawasan Pasar Kliwon serta mewawancari pakar
sejarah sosial Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Sariyatun, M,Pd M,Hum.
Menurut penuturan beliau Sejarah masuknya etnis arab di Surakarta tidak terlepas
dari adanya imigrasi besar-besaran yang dilakukan nenek moyang mereka dari Tanah
Hadramaut di Yaman menuju kepulauan Indonesia pada (abad ke 16-18). Adanya
hubungan yang baik semenjak meningkatnya hubungan dagang antara arab-
Indonesia sejak masa berdirinya perkampungan arab muslim dan bandar
perdagangan barus di Sumatera membuat orang-orang arab hadramaut tertarik
bermigrasi ke Indonesia untuk berdagang serta berdakwah menyebarkan Agama
Allah (Islam). Selain itu keberhasilan para pendahulu mereka yang telah terlebih
dahulu menetap dan mendirikan pemukiman arab di berbagai pulau di Indonesia juga
menginspirasi generasi arab hadramaut berikutnya untuk melakukan pola kehidupan
yang demikian.
Munculnya perkampungan arab di Pasar Kliwon sebenarnya tidak terlepas
dari adanya perkembangan Politik lokal di Surakarta. Konsep kepemimpinan Jawa
yang masih menempatkan Raja sebagai pusat kekuasaan (konsentris) turut berperan
dalam menentukan pola pembagian pemukiman saat itu. Raja sebagai penguasa
kraton turut berperan dalam menciptkan kelas sosial masyarkat Jawa yang terdiri dari
sentono dalem, abdi dalem dan kawulo dalem. Orang – orang asing pendatang seperti
etnis arab harus menerima bahwa mereka tidak termasuk dalam konsep tersebut
sehingga pemukiman mereka harus dikelompokkan tersendiri di Suatu tempat agar
terpisah dari penduduk lokal. Keberhasilan Belanda menguasai Jawa pada akhirnya
juga semakin mempertajam kebijakan penguasa lokal tentang diskriminasi rasial
yang memunculkan daerah-daerah pemukiman yang monoetnis di Kota Surakarta.
Kondisi ini juga diperparah dengan ide ekstrim Dr.Snouck Hurgronje yang ingin
berusaha memisahkan orang-orang Arab dari pergaulan dan kontak sosial dengan
penduduk Jawa.
Perekaman kami lanjutkan di Kawasan kampung gurawan kecamatan Pasar
Kliwon yang menjadi pusat dari Perayaan Haul Habib Ali al-Habsyi. Disana kami
juga mewawancarai dan bertanya kepada beberapa tokoh muhibbin tentang latar
belakang Perayaan Haul Habib Ali al-Habsyi. Perayaan tersebut lahir karena didasari
oleh keriduan para muhibbin pada baginda Rasulullah SAW serta adanya ajaran
Salafi yang diwariskan Habib Ali pada pengikutnya. Selain itu sosok Habib Ali juga
masih mempunyai garis keturunan Rasulullah SAW terutama dari Jalur Husain Bin
Ali. Semasa hidupnya Habib Ali dikenal sebagai Ulama yang sangat cerdas dalam
berdakwah karena sejak kecil beliau selalu dididik oleh kedua orang tuanya Habib
Muhamad dan Hababah Alawiyyah dengan pengetahuan-pengetahuan yang
berlandaskan Islam. Kemudian di usia yang masih sangat belia beliau juga mulai
menimba ilmu agama pada ulama-ulama besar seperti Habib Muhsin bin Alwi as-
Saggaf, Habib Abdurrahman bin Ali bin Umar bin Saggaf, Habib Abdul Qadir bin
Hasan bin Umar bin Saggaf, Habib Muhammad bin Ali bin Alwi as-Saggaf, Habib
Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar.
Saat usia Habib Ali menginjak 22 tahun, Habib Muhammad meninggal
dunia. setelah peristiwa tersebut, beliau bertekad untuk tetap melanjutkan perjuangan
ayahnya dalam menyebarluaskan ajaran Nabi Muhammad SAW. ketika berdakwah
beliau juga selalu mengajarkan kepada para pengikutnya untuk selalu memuliakan
para ulama, mulai Nabi, sahabat, generasi setelah nabi. Ajaran tersebut merupakan
warisan yang diperoleh beliau dari ayahnya. Dakwah yang dilakukan beliau selama
18 tahun ternyata belum memberikan kemajuan berarti bagi perkembangan kaum
muda hadramaut. Beliau berkeinginan untuk mendirikan pesantren di Hadramaut
untuk membekali para kaum muda yang akan pergi berdakwah di luar negeri.
Pendirian Ribath di Hadramaut menandai periode yang cemerlang dari dakwah
beliau. Siapa saja yang ingin menuntut ilmu di Ribath tidak akan dipungut biaya. Di
dalam Ribath inilah beliau mengembangkan dakwahnya hingga mampu mencetak
murid yang berkualitas dan tersebar di seluruh penjuru dunia termasuk di negeri kita
tercinta.
Perekaman kami lanjutkan di masjid Ar-Riyadh untuk mengetahui
pemahaman kaum muhibbin serta tata cara mereka dalam merayakan Haul Habib Ali
al-Habsyi. Masyarkat muhibbin memandang Tradisi perayaan tersebut sebagai upaya
melestarikan nilai-nilai budaya leluhur. Mereka berharap bahwa Tradisi semacam ini
dapat memberikan suatu motivasi bagi mereka agar selalu berupaya meningkatkan
ketaqwaan pada Allah SWT serta tetap mengingat peran dan jasa Nabi Muhammad
SAW beserta para ulama setelah beliau dalam menyebarluaskan Islam hingga sampai
ke penjuru Dunia. Interaksi sosial yang terjadi antara Orang Arab Muhibbin dan
orang pribumi Jawa yang beragama islam di Pasar Kliwon mengakibatkan adanya
asimilasi (pembahuran) antara budaya Jawa dengan Tradisi perayaan Haul.
Pembahuran tersebut menyebabkan Tradisi perayaan tersebut banyak mengadopsi
praktek-praktek dari kebudayaan Kejawen. Keberadaan Tradisi Haul Habib Ali
menjadi berkah tersediri bagi penduduk setempat. Masyarakat kampung gurawan
Pasar Kiwon tentunya perlu bersyukur karena setiap puncak perayaan tradisi ini pada
tanggal 20-21 Rabiul Akhir selalu dihadiri oleh umat islam dari berbagai kota di
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Habib Ali al Habsyi merupakan suatu ulama
yang sangat dicintai oleh umat islam secara menyeluruh serta secara khusus bagi
warga Nahdliyin.
Sebagai tahap akhir, kami akan melakukan perekaman pada pelaksanaan
puncak pelaksanaan Haul Habib Ali. Untuk Tahun ini perayaan Haul Habib ali
diperingati selama dua hari yaitu pada tanggal 20-21 Rabiul Akhir yang bertepatan
pada hari Jumat dan Sabtu 27-28 Januari 2018. Tradisi pra Haul diawali dengan
pemasangan baleho maupun spanduk di lingkungan sekitar Masjid Ar-Riyadh.
Kesibukan juga diperlihatkan oleh para pedagang-pedagang yang datang dari
berbagai penjuru daerah. Mereka mulai mendirikan tenda-tenda yang akan gunakan
untuk mencari nafkah pada saat acara berlangsung. Dalam tenda-tenda tersebut
nantinya mereka akan menjuak berbagai macam keperluan seperti makanan,
minuman serta disediakan pula berbagai keperluan muslim yang meliputi baju koko,
peci, dan baju batik.
Acara perayaan hari pertama diisi dengan Khataman Al-Qur ’an dan
Rauhah. Tradisi Rauhah sendiri dimulai ba’da hingga ba’da magrib yang dipimpin
Habib Anis dengan membaca kitab-kitab salaf dalam bahasa arab yang telah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kemudian ba’da isya acara dilanjutkan
dengan makan nasi kebuli bersama-sama serta hiburan malam yang telah disiapkan
hingga pukul 00.00. Hari kedua diisi dengan kegiatan-kegiatan utama yang sekaligus
sebagai puncak perayaan Haul habib Ali Al-Habsyi. Pada hari tersebut, kampung
gurawan dipadati oleh Habaib dan Muhibbin dari berbagai penjuru daerah di tanah
air seperti ( Jakarta, Surabaya, tegal, kudus, pasuruan) serta dari negara- negara
sahabat yang meliputi (Australia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Hadramaut).
Setelah sholat subuh para jemaah ini sudah memadati kampung gurawan meskipun
acara baru dimulai pukul 08.00.
Puncak perayaan dimulai dengan pembacaan surat al-Fatehah, yasiin dan
tahlil oleh Habib Jamal bin Qadir as-Saggaf serta dilanjutkan dengan pembacaan
Manaqib Habib Ali al-Habsyi dengan bahasa Arab yang dibacakan oleh Habib Alwi
al-Habsyi. Acara selanjutnya diisi dengan pembacaan manaqib Habib Ali al-Habsyi
dalam bahasa Indonesia oleh Habib Novel bin Muhammad Alaydrus. Acara keempat
dilanjutkan dengan pembacaan syair-syair karya Habib Ali al-Habsyi oleh Habib
Ahmad bin Segaf Bawazier. Acara yang kelima yaitu pembacaan maudhotul
Hasanah atau tausyiah. Biasanya disampaiakan oleh satu sampai tiga Habib yang
merupakan tamu khusus. Sebagai penutup acara terlebih dahulu dilakukan membaca
kalimat Tauhid dan doa yang bersamaan dengan adzan Dzuhur.
Tepat pada malam harinya di Zawiyah akan digelar acara hiburan yang
menampilkan festival hadrah dan marawis yang diikuti berbagai kelompok.
Kelompok Jamaah tidak langsung pulang seusai acara ini tetapi mereka menunggu di
Zawiyah karena acara Maulidan yang merupakan penutup dari perayaan Haul akan
digelar ba”da subuh. Maulid ini dimulai setelah salat subuh dengan pembacaan
wirid-wirid dan pembacaan ratib serta do’a. Usai wiridan dan do’a,dilanjutkan
dengan melantunkan qashidah pembuka maulid yang dipimpin oleh habib Alwi al-
Habsyi. Setelah itu giliran habib Umar selaku habib sesepuh membacakan qashidah
panjang karya habib Ali al-Habsyi yang dilanjutkan dengan tawassul oleh habib
Novel. Kemudian acara dilanjutkan dengan tausyiah yang disampaikan oleh habib
Ahmad . Acara maulidan di masjid diakhiri dengan pembacaan do’a maulid. Setelah
itu habib Husein memimpin para72 habaib untuk berziarah ke makam Habib Alwi
dan Habib Ahmad alHabsyi yang berada di sebelah selatan Masjid. Do’a ziarah
dibacakan oleh habib Anis. Seluruh rangkaian acara berakhir pukul 10.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai