Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

Mata Pelajaran Guru Pembimbing

Pendidikan Agama Islam HARNI, S.Ag

MAKALAH
PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

Disusun oleh :
KELOMPOK 1
HAYATUL HUSNA
REVA ANDINI MUKHTAR
MARWAH ALYA SAKINAH
MUHAMMAD FAZLI
IKSAN GUNAWAN
INDRIANI
DARMAWITA
SYAHRIL HASBIH
RAMADHAN NUR HAMID

KELAS XII MIPA 1

SMAN 1 KAMPAR TIMUR


KEC. KAMPA KAB. KAMPAR
T.P. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Perkembangan Islam Di Indonesia” ini dengan tepat waktu.
Di tugas kali ini kami akan menyatakan tentang perkembangan Islam di
Indonesia. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak
kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Pada kesempatan ini, dengan tulus
ikhlas kami menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua
kami, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XII MIPA 1 Harni, S.Ag,
teman-teman kelas XII MIPA 1, dan semua orang yang telah turut serta membantu
dalam proses penyusunan makalah ini. Kami berharap semua pihak dapat mendukung
berjalannya tugas kami ini, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun
guna menjadikan tugas kami menjadi lebih baik kedepannya.
Kami selaku penyusun berharap semoga karya tulis ini ada guna dan manfaatnya
bagi para pembaca. Serta kami minta maaf apabila ada beberapa hal yang belum tepat
atau salah.

Kampar, Nopember 2022


Hormat Kami

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar belakang .................................................................................................... 1
B. rumusan masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan penulisan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3


A. Masuknya islam di indonesia ............................................................................. 3
B. Perkembangan islam di indonesia ....................................................................... 6
C. Hikmah perkembangan islam di indonesia ......................................................... 11

BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 19


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah salah satu agama yang memiliki penganut terbesar di dunia. Selain
itu, penganutnya juga terus menerus mengalami peningkatan dan perkembangan yang
sangat signifikan setiap tahunnya. Perkembangan tersebut terjadi di seluruh dunia, tanpa
terikat oleh geografis, etnis, dan lain sebagainya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa agama Islam diturunkan oleh Allah
kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Sejak saat itulah, rasulullah SAW
mulai menyebarkan keseluruh penjuru dunia khususnya Jazirah Arab.
Agama Islam lahir dan berkembang di Jazirah Arab. Dalam perkembangannya,
Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Islam masuk ke Indonesia
dibawa oleh para pedagang muslim dari Arab dan India sekitar abad ke-7M. Para
pedagang muslim tersebut melakukan kegiatan perdagangan sambil menyebarkan
agama Islam.
Kehadiran agama Islam pada abad ke-6 Masehi membawa kemajuan peradaban
di Jazirah Arab dan sekitarnya. Peradaban dunia Arab yang semula terbelakang, menjadi
peradaban yang maju dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Seiring dengan
perkembangan Daulah Islamiah, wilayah kekuasaan Islam semakin luas, hingga
mencapai daratan Eropa. Dalam perkembangan selanjutnya, Islam tersebar sampai
keseluruh benua di dunia.
Mengenai sejarah awal mula masuknya Islam di Indonesia sedikit mengalami
kerancuan antara beberapa pakar. Hal itu terjadi karena tidak adanya bukti yang kuat.
Sehingga menimbulkan beberapa teori yang mutlak kebenarannya dan diterima oleh
para ahli sejarah. Sebagai warga negara Indonesia dan umat Islam yang baik, maka kita
harus mengetahui bagaimana perkembangan Islam di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana penyebaran Islam di Indonesia?
b. Bagaimana cara masuknya Islam di Indonesia?

1
c. Bagaimana peran umat Islam pada masa penjajahan, perang kemerdekaan dan
pembangunan?
d. Siapa saja tokoh-tokoh perkembangan Islam di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui penyebaran Islam di Indonesia
b. Mengetahui cara masuknya Islam di Indonesia
c. Mengetahui peran umat Islam pada masa penjajahan, perang kemerdekaan dan
pembangunan
d. Mengetahui Siapa saja tokoh-tokoh perkembangan Islam di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masuknya Islam Di Indonesia


Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, berbagai macam agama dan
kepercayaan seperti Animisme, Dinamisme, Hindu, dan Buddha telah dianut oleh
masyarakat Indonesia. Bahkan pada abad 7-12 M di beberapa wilyah kepulauan
Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha.
Menurut hasil seminar “Masuknya Islam di Indonesia,” pada tanggal 17-20
Maret 1963 di Medan yang dihadiri oleh sejumlah budayawan sejarawan Indonesia,
disebutkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali pada abad pertama
Hijriah (kira-kira abad 8 Masehi).
Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam
berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat
kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S.
al-Baqarah ayat 256 :

َ ‫هلل فَقَ ِد ا ْستَ ْم ََس‬


َ ِ ‫ِّين قَد تَّبَي ََّن الرُّ ْش ُد ِم َن ْال َغ ِّي فَ َمن يَ ْكفُرْ ِبالطَّا ُغو‬
ِ ‫ت َوي ُْؤ ِمن ِبا‬ ِ ‫آلَ ِإ ْك َراهَ ِفي الد‬
‫صا َم لَهَا َوهللاُ َس ِمي ٌع َع ِلي ٌم‬ َ ‫ِب ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْثقَى الَ ا ْن ِف‬
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256)

Menurut Uka Tjandrasasmita, masuknya Islam di Indonesia dilakukan enam saluran


yaitu :
1. Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan
lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagang-pedagang
Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-
negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui

3
perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta
dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka
berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah
mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan
kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati
Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan
karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena faktor
hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang Muslim.
Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan
kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2. Saluran Perkawinan
Dilihat dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial lebih baik dari
pada pribumi Indonesia sendiri, sehingga tidak sedikit penduduk pribumi yang tertarik
dengan para pedagang muslim tersebut khususnya putri-putri raja dan bangsawan.
Proses Islamisasi ini dilakukan sebelum adanya pernikahan yang kemudian dilanjutkan
dengan proses pernikahan sampai pada akhirnya mereka mempunyai keturunan dan
mampu membuat daerah-daerah atau bahkan kerajaan-kerajaan Islam.
Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim
dengan anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena bangsawan, raja, dan adipati
dapat mempercepat proses masuknya Islam di Indonesia.
Demikianlah yang terjadi antara raden rahmat atau sunan ampel dengan nyai manila.
Sunan Gunung Jati dengan Putri Kaunganten. Brawijaya dengan Putri Campa yang
menurunkan Raden Fatah ( Raja pertama Demak ).
3. Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawauf atau para sufi, mengajarkan teosofi yangb bercampur
dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mempunyai
kemampuan dan kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang
mengawini putri-putri bangsawan setempat . dengan ilmu tasawufnya mereka
mengajarkan Islam kepada pribumi yang mempunyai persamaan dengan alam pikiran
mereka yangb se4belumnya menganut agama hindu, sehingga agama baru itu mudah
dimenerti dan di terima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang
mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra Islam itu adalah Hamzah

4
Fansuri di aceh, syeh lemah abang, dan sunan panggung di jawa. Ajaran mistik seperti
ini masih berkembang di Indonesia di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggaakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau
pondok itu, calon ulama, guru agama, dam kiai mendapat pendidikan agama. Setelah
kelua dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian mereka
berdakwah ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan
oleh raden rahmat di Ampel Denta Surabaya dan sunan giri di giri. Keluaran pesantren
giri ini banyak yang di undang ke maluku untuk mengajarkan agama Islam.
5. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.
Dikatakan, sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.
Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih
dipetik dari cerita mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran
dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat Islamisasi,
seperti sastra ( hikayat, babad, dan sebagainya ), seni bangunan dan seni ukir.
6. Saluran Politik
Di maluku dan sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya
memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya
Islam didaerah ini. Di samping itu, baik di sumatera dan jawa maupun di Indonesia
bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-
kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik
penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu:
 Jalur utara, dengan rute: Arab (Mekah dan Madinah) – Damaskus – Bagdad –
Gujarat (Pantai Barat India) – Srilangka – Indonesia
 Jalur selatan, dengan rute: Arab (Mekah dan Madinah) – Yaman – Gujarat –
Srilangka – Indonesia
Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah pantai Sumatera
bagian utara.

5
Berawal dari daerah itulah Islam mulai menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, yaitu:
wilayah-wilayah Pulau Sumatera (selain pantai Sumatera bagian utara), Pulau Jawa,
Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku dan sekitarnya, dalam kurun
waktu yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan antara lain sebagai berikut:
 Adanya dorongan kewajiban bagi setiap Muslim/Muslimah, khususnya para
ulamanya, untuk berdakwah mensyiarkan Islam sesuai dengan kemampuan mereka
masing-masing.
 Adanya kesungguhan hati dan keuletan para juru dakwah untuk berdakwah secara
terus-menerus kepada keluarga, para tetangga, dan masyarakat sekitarnya.
 Persyaratan untuk memasuki Islam sangat mudah, seseorang telah dianggap masuk
Islam hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
 Ajaran Islam tentang persamaan dan tidak adanya sistem kasta dan diskriminasi
mudah menarik simpati rakyat, terutama dari lapisan bawah.
 Banyak raja-raja Islam yang ada di berbagai wilayah Indonesia ikut berperan aktif
melaksanakan kegiatan dakwah Islamiah, khususnya terhadap rakyat mereka.

B. Perkembangan Islam Di Indonesia


1. Sumatera
Tempat mula-mula masuknya Islam di pulau Sumatera adalah Pantai Barat Sumatera.
Dari sana berkembang ke daerah-daerah lainnya. Pada umumnya, buku-buku sejarah
menyebutkan perkembangan agama Islam bermula dari Pasai, Aceh Utara.
Orang yang menyebarkan Islam di daerah ini adalah Abdullah Arif. Ia seorang mubaligh
dari Arab, dengan misi penyebarannya dengan berdakwah dan berdagang.
Dengan kesopanan dan keramahan orang Arab yang berdakwah itu, maka penduduk
Pasai sangat terkesan. Akhirnya mereka menyatakan diri masuk Islam. Bahkan raja dan
pemimpin negeri, setelah melihat kesopanan orang Arab yang berdakwah itupun, masuk
Islam pula. Masyarakat Pasai sangat giat belajar agama Islam. Malah ada dari kalangan
anak raja sengaja diutus menuntut ilmu agama Islam ke Mekkah. Kerajaan Islam Pasai
berdiri sekitar tahun 1297, yang kemudian dikenal dengan sebutan “Serambi Mekkah”.
Setelah agama Islam berkembang di Pasai, dengan cepat tersebar pula ke daerah-daerah
lain yaitu ke Pariaman, Sumatera Barat. Islam datang ke Pariaman dari Pasai melalui

6
laut Pantai Barat Pulau Sumatera. Ulama yang terkenal membawa Islam ke Pariaman itu
adalah Syekh Burhanuddin.
Penyiaran agama Islam dilakukan secara pelan-pelan dan bertahap, sebab adat di
Sumatera Barat sangat kuat. Dengan arif dan bijaksana para mubaligh dapat
memberikan pengertian pada masyarakat, dan akhirnya masyarakat Sumatera Barat
dapat menerima agama Islam dengan baik.
Sebagai bukti bahwa Islam diterima oleh masyarakat Sumatera Barat dengan kerelaan
dan kesadaran adalah dengan istilah yang mengatakan: Adat bersendi syura’, syara’
bersendi Kitabullah. Jadi, adat istiadat yang dipegang teguh oleh masyarakat Sumatera
Barat itu adalah adat yang bersendikan Islam, artinya Islam menjadi dasar adat.
Sekitar tahun 1440 agama Islam masuk ke Sumatera Selatan. Mubaligh yang paling
berjasa membawa Islam ke Sumatera Selatan adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel).
Arya Damar yang kemudian terkenal dengan nama Aryadillah (Abdillah) adalah bupati
Majapahit di Palembang waktu itu. Kemudian Raden Rahmat (Sunan Ampel) memberi
saran kepada Abdillah agar bersedia menyebarkan agama Islam di Sumatera Selatan.
Atas rahmat dan petunjuk Allah Swt., saran Raden Rahmat tersebut dilaksanakan oleh
Aryadillah, sehingga agama Islam di Sumatera Selatan berkembang dengan baik.
2. Perkembangan Islam di Nusa Tenggara
Sebagaimana daerah-daerah lain, pada tahun 1540 agama Islam masuk pula ke Nusa
Tenggara. Masuknya agama Islam Ke Nusa Tenggara dibawa oleh para mubaligh dari
Bugis (Sulawesi Selatan) dan dari Jawa.
Agama Islam berkembang di Nusa Tenggara mula-mula di daerah Lombok yang
penduduknya disebut Suku Sasak. Dari daerah Lombok, secara pelanpelan selanjutnya
tersebar pula ke daerah-daerah Sumbawa dan Flores.
3. Jawa
Penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran/Gresik yang wafat
tahun 1101 M dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa. Hingga pertengahan
abad ke-13, bukti-bukti kepurbakalaan maupun berita-berita asing tentang masuknya
Islam di Jawa sangatlah sedikit. Baru sejak akhir abad ke-13 M hingga abad-abad
berikutnya, terutama sejak Majapahit mencapai puncak kejayaannya, bukti-bukti proses
pengembangan Islam ditemukan lebih banyak lagi. Misalnya, penemuan kuburan Islam

7
di Troloyo, Trowulan, dan Gresik, juga berita Ma Huan (1416 M) yang menceritakan
tentang adanya orang-orang Islam yang bertempat tinggal di Gresik.
Pertumbuhan masyarakat Muslim di sekitar Majapahit sangat erat kaitannya dengan
perkembangan hubungan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam
yang telah memiliki kekuatan politik dan ekonomi di Kerajaan Samudra Pasai dan
Malaka. Pengembangan Islam di tanah Jawa dilakukan oleh para ulama dan mubalig
yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Sanga (sembilan wali).
1. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim merupakan wali tertua di antara Wali Sanga yang mensyiarkan
agama Islam di Jawa Timur, sehingga dikenal pada dengan nama Sunan Gresik.
Maulana Malik Ibrahim menetap di Gresik dengan mendirikan masjid dan pesantren,
tempat mengajarkan Islam kepada para santri dan kepada para penduduk agar menjadi
umat Islam yang bertakwa. Beliau wafat pada tahun 1419 M (882 H) dan dimakamkan
di Gapura Wetan, Gresik.
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel nama aslinya adalah Raden Rahmat. Lahir pada tahun 1401 M dan wafat
pada tahun 1481 M serta dimakamkan di di desa Ampel. Sunan Ampel menikah dengan
seorang putri Tuban bernama Nyi Ageng Manila dan dikaruniai empat orang anak,
yaitu: Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), Nyi
Ageng Maloka, dan putri yang menjadi istri Sunan Kalijaga.
Jasa-jasa Sunan Ampel antara lain:
 Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya.
 Berperan aktif dalam membangun masjid agung Demak, yang dibangun pada tahun
1479 M.
 Memelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Fatah
sebagai sultan pertamanya.
3. Sunan Bonang
Sunan Bonang nama aslinya adalah Maulana Makdum Ibrahim, putra Sunan Ampel.
Lahir pada tahun 1465 M dan wafat tahun 1515 M. semasa hidupnya beliau
mempelajari Islam dari ayahnya sendiri, kemudian bersama Raden Paku merantau ke
Pasai untuk mendalami Islam. Jasa beliau sangat besar dalam penyiaran Islam.
4. Sunan Giri (1365-1428)

8
Beliau adalah seorang wali yang sangat besar pengaruhnya di Jawa, terutama di Jawa
Timur. Ayahnya, Maulana Ishak, berasal dari Pasai dan ibunya, Sekardadu, putri Raja
Blambangan Minak Sembayu. Belajar Islam di pesantren Ampel Denta dan Pasai.
Sunan Giri (Raden Paku) mendirikan pesantren di Giri, kira-kira 3 km dari Gresik.
Selain itu, beliau mengutus para mubalig untuk berdakwah ke daerah Madura, Bawean,
Kangean, bahkan ke Lombok, Makassar, Ternate, dan Tidore.
5. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifuddin, putra Sunan Ampel dan adik Sunan Bonang. Beliau
berjasa dalam mensyiarkan Islam dan mendidik para santri sebagai calon mubalig.
6. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati lebih dikenal dengan sebutan Syarif Hidayatullah. Beliau berjasa
dalam menyebarkan Islam di Jawa Barat dan berhasil mendirikan dua buah kerajaan
Islam, yakni Banten dan Cirebon. Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1570 M dan
dimakamkan di Gunung Jati (7 km sebelah utara Cirebon).
7. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq, lahir pada pertengahan abad ke-15 dan wafat pada
tahun 1550 M (960 H). Beliau berjasa dalam menyebarkan Islam di daerah Kudus dan
sekitarnya, Jawa Tengah bagian utara. Sunan Kudus membangun sebuah masjid yang
terkenal sebagai Masjid Menara Kudus. Sunan Kudus juga terkenal sebagai seorang
sastrawan, di antara karya sastranya yang terkenal adalah gending Maskumambang dan
Mijil.
8. Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid, salah seorang Wali Sanga yang terkenal karena
berjiwa besar, toleran, dan juga pujangga. Beliau adalah seorang mubalig yang
berdakwah sambil berkelana. Di dalam dakwahnya Sunan Kalijaga sering menggunakan
kesenian rakyat (gamelan, wayang, serta lagu-lagu daerah). Belau wafat pada akhir ke-
16 dan dimakamkan di desa Kadilangu sebelah timur laut kota Demak.
9. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Umar Said, putra dari Sunan Kalijaga. Beliau seorang mubalig
yang berdakwah ke pelosok-pelosok desa dan daerah pegunungan. Di dalam dakwahnya
beliau menggunakan sarana gamelan serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan
di Gunung Muria, yang terletak di sebelah utara kota Kudus.

9
4. Sulawesi
Menurut berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di Sulawesi banyak kerajaan-kerajaan
kecil yang sebagian masih memeluk kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Di antara
kerajaan-kerajaan itu yang paling terkenal dan besar adalah kerajaan Gowa Tallo, Bone,
Wajo, dan Sopang.
Pada tahun 1562-1565 M, di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama, kerajaan Gowa
Tallo berhasil menaklukkan daerah Selayar, Bulukumba, Maros, Mandar, dan Luwu.
Pada masa itu, di Gowa Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat Muslim
dalam jumlah yang cukup besar. Atas jasa Dato Ribandang dan Dato Sulaemana,
penyebaran dan pengembangan Islam lebih intensif dan mendapat kemajuan yang pesat.
Pada tanggal 22 September 1605 Raja Gowa yang bernama Karaeng Tonigallo masuk
Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin. Beliau berhubungan baik dengan
Ternate, bahkan secara pribadi beliau bersahabat baik dengan Sultan Babullah dari
Ternate.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa melakukan perluasan
kekuasaannya. Daerah Wajo dan Sopeng berhasil ditaklukkan pada tahun 1611 M. Sejak
saat itu Gowa menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai.
5. Kalimantan
Sebelum Islam masuk ke Kalimantan, di Kalimantan Selatan terdapat kerajaan-kerajaan
Hindu yang berpusat di negara Dipa, Daha, dan Kahuripan yang terletak di hulu sungai
Nagara dan Amuntai Kimi. Kerajaan-kerajaan ini sudah menjalin hubungan dengan
Majapahit, bahkan salah seorang raja Majapahit menikah dengan Putri Tunjung Buih.
Hal tersebut tercatat dalam Kitab “Negara Kertagama” karya Empu Prapanca.
Menjelang kedatangan Islam, Kerajaan Daha diperintah oleh Maha Raja Sukarana.
Setelah beliau meninggal digantikan oleh Pangeran Tumenggung. Hal ini menimbulkan
kemelut keluarga, karena Pangeran Samudra (cucu Maha Raja Sukarama) merasa lebih
berhak atas takhta kerajaan. Akhirnya Pangeran Samudra dinobatkan menjadi Raja
Banjar oleh para pengikut setianya, yang membawahi daerah Masik, Balit, Muhur,
Kuwin dan Balitung, yang terletak di hilir sungai Nagara.
Berdasarkan hikayat Banjar, Pangeran Samudra meminta bantuan Kerajaan Demak
(Sultan Trenggono) untuk memerangi Kerajaan Daha, dengan perjanjian apabila
Kerajaan Daha dapat dikalahkan maka Pangeran Samudra beserta rakyatnya bersedia

10
masuk Islam. Ternyata berkat bantuan tentara Demak, Pangeran Tumenggung dari
Kerajaan Daha dapat ditundukkan sesuai dengan perjanjian, akhirnya Raja Banjar,
Pangeran Samudra beserta segenap rakyatnya masuk Islam dan bergelar Sultan
Suryamullah. Menurut A.A Cense dalam bukunya, “De Kroniek van Banjarmasin
1928,” peristiwa itu terjadi pada tahun 1550 M.
6. Maluku dan Sekitarnya
Antara tahun 1400-1500 M (abad ke-15) Islam telah masuk dan berkembang di Maluku,
dibawa oleh para pedagang Muslim dari Pasai, Malaka, dan Jawa. Mereka yang sudah
beragama Islam banyak yang pergi ke pesantren-pesantren di Jawa Timur untuk
mempelajari Islam.
Raja-raja di Maluku yang masuk Islam di antaranya:
1. Raja Ternate, yang kemudian bergelar Sultan Mahrum (1465-1486). Setelah beliau
meninggal, digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang besar jasanya dalam
mensyiarkan Islam di kepulauan Maluku dan Irian, bahkan sampai ke Filipina.
2. Raja Tidore, yang kemudian bergelar Sultan Jamaludin.
3. Raja Jailolo, yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
4. Raja Bacan, yang masuk Islam pada tahun 1520 dan bergelar Sultan Zaenal Abidin.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian. Daerah-
daerah Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau
Gebi.

C. Hikmah Perkembangan Islam Di Indonesia


1. Masa Penjajahan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan
Dengan dianutnya agama Islam oleh mayoritas masyarakat Indonesia, ajaran Islam telah
banyak mendatangkan perubahan. Perubahan-perubahan itu antara lain:
 Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja
serta dibimbing agar menghambakan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
 Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan Islam, (lihat Q.S. An-Nahl: 90),
mampu mengubah masyarakat Indonesia yang dulunya menganut system kasta dan
diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap anggotanya mempunyai kedudukan,
harkat, martabat, dan hak-hak yang sama.

11
 Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan
semboyan “Habbul Watan Minal-Iman” (cinta tanah air sebagian dari iman) mampu
mengubah cara berpikir masyarakat Indonesia, khususnya para pemuda, yang
dulunya bersifat sekatrian (lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi
bersifat nasionalis (lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara).
 Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang cinta
damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong masyarakat
Indonesia untuk melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya
dengan berbagai cara.
Allah SWT berfirman,

‫مْ لَ لكِنلُعُتَِقل ِي َل تل ِعََْعل َد َُّ ّللن لَ ّللَل م ُِبحُ َ َ ِي َدتل ُع ل‬


ْ‫م‬ ‫ِ َ ّلل ُي ل‬
ُ ‫كب ّلل‬
ُ ‫لَُلُ ُعتََِ ُيف لِ ُل‬
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah
kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas,” (Q.S. Al-Baqarah: 190).
Menurut Islam, berperang dalam rangka mewujudkan dan mempertahankan
kemerdekaan bangsa, negara, dan agama merupakan “Jihad fi sabilillah” yang
hukumnya wajib. Sedangkan umat Islam yang mati dalam “Jihad fi sabilillah” tersebut
dianggap mati syahid, yang imbalannya adalah surga.
b. Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan
1. Perlawanan terhadap Penjajah Portugis
Bangsa Portugis datang dari Eropa Barat ke Dunia Timur, termasuk Indonesia, dengan
semboyan “gold (tambang emas), glory (kemuliaan, keagungan), dan gospel
(penyebaran agama Nasrani).”
Bangsa Portugis melakukan berbagai usaha dengan menghalalkan segala cara. Antara
lain pada tahun 1511 mereka merebut Bandar Malaka, yang waktu itu berada di bawah
kekuasaan Sultan Mahmud Syah (1488 – 1511).
Sikap bangsa Portugis yang kasar dan angkuh, yang bermaksud merebut kekuasaan dan
memaksakan kemauannya dalah perdagangan, menyebabkan kerajaan-kerajaan Islam
yang ada di Indonesia bangkit untuk memberikan perlawanan mengusir penjajah
Portugis dari bumi Nusantara.
Pada tahun 1526 bala tentara Demak di bawah pimpinan panglima perang Fatahillah
berangkat melalui jalan laut menuju Sunda Kelapa untuk mengusir penjajah Portugis.

12
Setibanya di Sunda Kelapa, Fatahillah dan bala tentaranya mengepung Sunda Kelapa
dan terjadilah pertempuran sengit melawan penjajah Portugis. Dalam pertempuran ini
Fatahillah dan bala tentaranya memperoleh kemenangan. Sunda Kelapa direbut dari
tangan penjajah. Kemudian Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta (Jakarta).
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 22 Juni 1527 M yang kemudian ditetapkan sebagai
hari lahirnya kota Jakarta. Portugis dan Spanyol mengadakan Perjanjian Tordesilas
(1529) yang isinya:
1) Maluku menjadi milik Portugis
2) Filipina Selatan menjadi milik Spanyol
2. Perlawanan terhadap Penjajah Belanda
Bangsa Indonesia kembali dijajah oleh bangsa Belanda, yang untuk pertama kali
berlabuh di Banten pada tahun 1596 dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Tujuan
kedatangan Belanda ke Indonesia sama dengan tujuan penjajah Portugis, yakni untuk
memaksakan praktik monopoli perdagangan dalam menanamkan kekuasaan terhadap
kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah Nusantara. Penjajah Belanda menempuh
berbagai usaha dan menghalalkan segala cara. Misalkan, menerapkan politik Divide et
Impera, muslihat damai, mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya dari bumi Nusantara
untuk membangun bangsanya, dan membiarkan rakyat Indonesia berada dalam
kemiskinan dan keterbelakangan.
Sejarah mencatat dengan tinta emas, sederetan nama para pejuang kusuma bangsa yang
menderita, bahkan berkorban jiwa dalam berperang melawan penjajah Belanda, demi
tegaknya kemerdekaan bangsa dan negara tercinta Indonesia.
Di pulau Jawa nama-nama tersebut antara lain: Sultan Ageng Tirtayasa, Kyai Tapa dan
Bagus Buang dari Kesultanan Banten, Sultan Ageng dari Kesultanan Mataram, dan
Pangeran Diponegoro dari Kesultanan Yogyakarta.
Dari Kesultanan Aceh kita bisa mengenal sederetan nama para panglima perang Islam,
seperti: Panglima Polim, Panglima Ibrahim, Teuku Cek Ditiro, Cut Nyak Dien, Habib
Abdul Rahman, Imam Leungbatan, dan Sultan Alaudin Muhammad Daud Syah.
Dari Maluku, yakni dari Kesultanan Ternate dan Tidore, tercatat nama-nama para
pejuang kusuma bangsa seperti Saidi, Sultan Jamaluddin, dan Pangeran Neuku.

13
Dari Sulawesi Selatan, yakni dari kerajaan Gowa-Tallo dan Bone, terkenal nama
pahlawan bangsa seperti Sultan Hasanuddin dan Lamadu Kelleng yang bergelar Arung
Palaka.
Sedangkan dari Kalimantan Selatan, rakyat yang mengalami penderitaan dan
kesengsaraan akibat pajak yang tinggi dan kewajiban kerja paksa serempak mengangkat
senjata di bawah pimpinan para panglima perang, seperti: Pangeran Antasari, Kyai
Demang Lemam, Berasa, Haji Masrin, Haji Bayasin, Kyai Langlang, Pangeran Hidayat,
Pangeran Maradipa, dan Tumenggung Mancanegara.
Demikianlah nama-nama para pahlawan Islam sebagai para pejuang kusuma bangsa dari
berbagai kepulauan di Nusantara, yang telah berperang melawan imperialism Belanda.
Sayangnya, perlawanan mereka dapat dipatahkan oleh penjajah Belanda. Hal ini
disebabkan antara lain karena perlawanan mereka lebih bersifat lokal regional sporadis
(tidak merata) dan kurang terkoordinasi serta persenjataan pihak kaum imperialis jauh
lebih canggih.
2. Masa Perang Kemerdekaan
a. Peranan Ulama Islam Pada Masa Perang Kemerdekaan
Peranan ulama Islam Indonesia pada masa perang kemerdekaan ada dua macam:
 Membina kader umat Islam, melalui pesantren dan aktif dalam pembinaan
masyarakat.
 Turut bejuang secara fisik sebagai pemimpin perang.
Para pahlawan Islam yang telah berjuang melawan imperialis Portugis dan Belanda,
seperti: Fatahillah, Sultan Baabullah, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, dan Habib
Abdurrahman, adalah juga para ulama yang beriman dan bertakwa, yang berakhlak baik
dan bermanfaat bagi orang banyak sehingga mereka menjadi panutan umat.
b. Peranan Organisasi dan Pondok Pesantren Pada Masa Perang Kemerdekaan
Organisasi-organisasi tersebut adalah:
1. Serikat Dagang Islam/Serikat Islam
Serikat Dagang Islam didirikan oleh Haji Samanhudi dan Mas Tirta Adisuryo pada
tahun 1905 di Kota Solo. Tujuan organisasi ini pada awalnya adalah menggalang
kekuatan para pedagang Islam melawan monopoli pedagang Cina (yang mendapat
perlakuan istimewa dari penjajahan Belanda) dan memajukan agama Islam.

14
Pada tahun 1912 Serikat Dagang Islam diubah menjadi Serikat Islam (SI), bertujuan
bukan hanya untuk memajukan para pedagang Islam, tetapi lebih luas lagi, yaitu untuk
menghapus penderitaan, penghinaan, dan ketidakadilan yang menimpa seluruh rakyat
Indonesia akibat ulah penjajahan Belanda.
Pada tahun 1914 telah berdiri 56 perkumpulan lokal Serikat Islam yang telah resmi
berbentuk badan hukum yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Untuk
menyeragamkan gerak dan langkah, pada tanggal 18 Maret 1916 dibentuk wadah
Serikat Islam Sentral, yang diketuai oleh Haji Omar Said Cokroaminoto.
Pada bulan Juni 1916 Serikat Islam mengadakan kongresnya yang pertama yang
dinamai Kongres Nasional Serikat Islam. Di dalam kongres itu dijelaskan bahwa istilah
“Nasional” digunakan untuk mempertegas bahwa Serikat Islam mencita-citakan adanya
suatu “Nation” bagi rakyat Indonesia (baca penduduk pribumi).
Pada tahun 1923 Sentral Serikat Islam mengubah namanya menjadi Partai Serikat Islam
(PSI). Gagasan gerakan Islam Internasional ini dikemukakan oleh Kyai Haji Agus
Salim, dengan nama pan-Islamisme.
2. Muhammadiyah
Organisasi Islam Muhammadiyah didirikan di kota Yogyakarta oleh K.H. Ahmad
Dahlan pada tanggal 18 November 1912. Peranan Muhammadiyah pada masa
penjajahan Belanda lebih dititikberatkan pada usaha-usaha mencerdaskan rakyat
Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan mereka, yakni dengan mendirikan sekolah-
sekolah, baik sekolah umum maupun sekolah agama, rumah sakit, panti asuhan, rumah-
rumah penampungan bagi warga miskin dan perpustakaan-perpustakaan.
Pada tahun 1925, tidak lama setelah pendirinya, K.H. Ahmad Dahlan wafat,
Muhammadiyah sudah tersebar di semua kota besar di seluruh Indonesia serta berhasil
membangun dan mengelola 1774 buah sekolah, 31 buah perpustakaan, 834 masjid,
puluhan rumah sakit, panti asuhan, dan rumah-rumah penampungan bagi warga miskin.
3. Nahdlatul Ulama (NU)
NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Dua tokoh penting dalam
upaya pembentukan NU adalah K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Wahab Hasbullah.
Pada masa penjajahan Belanda, NU senantiasa berjuang menentang penjajah dan pernah
mengeluarkan pernyataan politik yang isinya:
 Menolak kerja rodi yang dibebankan oleh penjajah kepada rakyat.

15
 Menolak rencana ordonansi (peraturan pemerintah) tentang perwakinan tercatat.
 Menolak diadakannya Milisi (wajib militer).
 Menyokong GAPI dalam menuntut Indonesia yang memiliki parlemen kepada
pemerintah colonial Belanda.
4. Pondok Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang
penyelenggaraan pendidikannya bersifat tradisional dan sederhana. Mata pelajaran yang
diajarkan di pesantren adalah: Ilmu Tauhid, Fikih Islam, Akhlak, Ushul Fikih, Nahwu,
Saraf, dan Ilmu Mantik. Sumber pelajaraannya, biasanya kitab-kitab berbahasa Arab
yang tidak berharakat atau gundul, yang biasa disebut dengan “Kitab Kuning”.
3. Masa Pembangunan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia, umat Islam
yang merupakan mayoritas penduduk, tampil di barisan terdepan dan perjuangan, baik
perjuangan fisik (berperang) maupun perjuangan diplomasi. Di tahun-tahun awal
kelahirannya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, bangsa Indonesia harus
menghadapi Jepang (September 1945), negara Sekutu (November 1945 – Maret 1946),
dan Belanda (Agresi Belanda I pada 21 Juli 1947 dan Agresi Belanda II pada 19
Desember 1948).
Selain itu, kemerdekaan negara Republik Indonesia dipertahankan melalui usaha-usaha
diplomatic, yaitu perundingan antara Indonesia dan Belanda, misalnya: perundingan
Linggarjati (November 1946), perjanjian Renville (Desember 1947), perjanjian Roem
Royen (April 1949), dan Konferensi Meja Bundar di Den Haag (2 November 1949).
b. Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan
Organisasi Islam yang ada pada masa pembangunan ini cukup banyak, antara lain:
Muhammadiyah; Nahdlatul Ulama (NU); Himpunan Mahasiswa Islam (HIM), berdiri
tahun 1947 di Yogyakarta; Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), berdiri pada
17 April 1960 dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) berdiri pada 26 Juli 1975.
Peranan Muhammadiyah dalam masa pembangunan antara lain:
 Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuan tinggi,
berbudi luhur, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

16
 Melakukan usaha-usaha di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, antara
lain mendirikan Rumah Sakit, Poliklinik, BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak),
Panti Asuhan, dan Pos Santunan Sosial.
Nahdlatul Ulama, yang pernah berkiprah di bidang politik, dalam perkembangan
selanjutnya melalui Munas NU pada tanggal 18 – 21 Desember 1984 di Situbondo,
dengan tegas menyatakan bahwa NU meninggalkan aktivitas politik dan kembali ke
khittah (tujuan dasar). Usaha-usaha NU antara lain:
 Mendirikan madrasah-madrasah, seperti Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah,
dan Perguruan Tinggi.
 Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan pesantren-pesantren.
 Membantu dan mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin.
Majelis Ulama Indonesia adalah organisasi keulamaan yang bersifat independen, tidak
berafiliasi kepada salah satu aliran politik, mazhab atau aliran keagamaan Islam yang
ada di Indonesia.
Ada peranan Majelis Ulama Indonesia pada masa pembangunan adalah:
 Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam masalah sosial kemasyarakatan
kepada pemerintah dan umat Islam pada umumnya, sebagai amar ma’ruf nahi
mungkar dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional.
 Memperkuat Ukhuwah Islamiah dan melaksanakan kerukunan antarumat beragama
dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.
 MUI adalah penghubung antara Ulama dan Umara serta menjadi penerjemah
timbale-balik antara pemerintah dan umat Islam Indonesia guna menyukseskan
pembangunan nasional.
Organisasi ini pertama kali diketuai oleh Prof. DR. B.J. Habibie, yang kemudian
menjadi presiden ketiga Republik Indonesia.
c. Peranan Lembaga Pendidikan Islam dalam Pembangunan
Lembaga pendidikan Islam adalah badan yang berhubungan dengan pendidikan Islam
untuk memenuhi kebutuhan umatnya di bidang pendidikan. Lembaga-lembaga
pendidikan Islam di Indonesia ada yang didirikan dan dikelola langsung oleh
pemerintah (Departemen Agama), seperti: Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN),
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), Madrasah Aliyah Negeri (MAN), dan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN). IAIN sekarang berubah menjadi UIN (Unversitas Islam

17
Negeri) yang tidak hanya mendalami ilmu tentang keIslaman, seperti Fakultas Syariah
dan Ushuluddin, tetapi juga mendalami ilmu pengetahuan umum, seperti Fakultas
Ekonomi dan Fakultas Kedokteran.
Adapun peranan-peranan kelembagaan Islam dalam pembangunan antara lain:
 Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia bertakwa pada Tuhan Yang
Maha Esa.
 Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
 Memupuk persatuan dan kesatuan umat.
 Mencerdaskan bangsa Indonesia.
 Mengadakan pembinaan mental spiritual

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut hasil seminar “Masuknya Islam di Indonesia,” pada tanggal 17-20
Maret 1963 di Medan menyebutkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pertama
kali pada abad pertama Hijriah (kira-kira abad 8 Masehi).
Perkembangan Islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah diantaranya
yaitu Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku. Para tokoh yang
menyebarkan Islam di Indonesia di antaranya yaitu wali songo (Maulana Malik Ibrahim,
Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan
Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria).
Sedangkan masuknya Islam di Indonesia menurut Uka Tjandrasasmita dilakukan
dengan enam saluran yaitu: Saluran perdagangan, Saluran perkawinan, Saluran tasawuf,
Saluran pendidikan, Saluran kesenian, dan Saluran politik. Dari keenam saluran di
ataslah Islam bisa menjangkau hampir ke seluruh pelosok Indonesia yang salah satu
pengaruhnya diakui sebagai kebudayaan Indonesia sendiri sampai sekarang seperti
Pengaruh bahasa dan nama, Pengaruh adat-istiadat, Pengaruh kesenian.

B. Saran
Islam adalah agama yang damai. Islam masuk ke Indonesia bukan dengan
peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru
dengan cara damai berkat kegigihan para ulama. Maka dari itu melalui makalah ini kita
di ajarkan untuk dapat berdamai dengan orang-orang disekitar kita. Hindarilah segala
pertengkaran yang dapat merusak hubungan silaturrahmi kita.

19
DAFTAR PUSTAKA

 Syamsuri. 2007. Pendidikan Agama Islam Untuk SMA Kelas XII. Jakarta:
Erlangga.
 http://rangkumanbukuagamaIslamxxx.blogspot.co.id/p/bab-6.html?m=1
 http://tradentriolanwijaya.blogspot.co.id/?m=1
 http://m2mexacta.blogspot.co.id/2013/07/metode-metode-masuknya-Islam-
di.html?m=1

20

Anda mungkin juga menyukai