Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH SEJARAH

“Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan”

Disusun oleh:
1. DWI AGUSTIN
2. TIARA YULISTA
3. HAFIFAH ZAHIRA
4. RODIANA PUTRI
5. ADEL MEYLANI
6. MILDA FEBRIANI

Guru Pengampu:
Desi Komalasari S.Pd

SMAN 1 BABAT SUPAT


KECAMATAN BABAT SUPAT KABUPATEN MUSI BANYUASIN
TAHUN AJARAN 2022/2023

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.

Perdagangan adalah proses interaksi antara individu atau kelompoksosial yang satu dengan lainnya
untuk memperoleh komoditas. Dalam perdagangan terkait empat komponen pokok, yaitu: orang
yang mengadakaninteraksi, barang atau komoditas, transportasi atau alat yang digunakanuntuk
memindahkan barang atau komoditas, dan kedua belah pihak yangterkait dalam
perdagangan.Jaringan perdagangan masa lalu telah menempatkan rempah-rempahsebagai komoditi
utama sejak awal masehi dengan adanya kontak antara pedagang nusantara dengan pedagang Cina,
Arab dan India. Jaringan perdagangan rempah-rempah ini kemudian semakin ramai dengan
kedatangan bangsa Eropa sekitar abad ke-16, ditandai dengan penguasaan atas Malaka salah satu
bandar penting dalam jaringan perdagangan Asia Tenggara

pada tahun 1511 oleh bangsa Portugis. Jaringan perdagangan ini semakinramai dengan kedatangan
bangsa Eropa sekitar abad ke-16. Dalam konteks perdagangan global, terbentuk jaringan
perdagangan yang menghubungkandunia barat sebagai konsumen dan dunia timur sebagai penghasil
komoditi.Maluku dikenal sebagai pusat produksi cengkeh dan pala (KepulauanRempah-Rempah).
Kedatangan bangsa Eropa ke kawasan Asia tidak lepasdari keberhasilan bangsa Portugis menemukan
jalur pelayaran yangmenghubungkan daratan Eropa dan Asia melalui Afrika. Jalur pelayaraninilah
yang kemudian menjadi jalur alternatif jaringan perdagangan duniayang sebelumnya merupakan
jalur darat ( jalut sutera ). Dengan demikian,dalam konteks perdagangan rempah-rempah, khususnya
bagi bangsaEropa telah terbentuk jaringan yang langsung menghubungkan Asia Tenggarakhususnya
Kepulauan Nusantara sebagai produsen utama rempah-rempah danEropa sebagai konsumen.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana sejarah terbentuknya Jaringan Perdagangan di Indonesia ?

2. Jalur - Jalur Perdagangan Di Nusantara atau Indonesia ?

C. Tujuan

1. Mengetahui sejarah terbentuknya Jaringan Perdagangan di Indonesia.

2. Mengetahui Jalur - Jalur Perdagangan Di Nusantara atau Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN
A. Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan

Secara geografis wilayah Nusantara berada pada posisi silang di antaradua benua dan dua
samudera. Wilayah Nusantara diapit oleh Benua Asia danBenua Australia, juga diapit oleh Samudera
Pasifik dan Samudera Hindia.Kondisi geografis tersebut bernilai strategis dan terbuka. Strategis
bermaknaletaknya baik dan menguntungkan, sedangkan terbuka berarti Nusantaraterbuka oleh jalur
hubungan antarpulau dan antarnegara. Sejak abad ke-7kawasan Nusantara telah berhasil
memainkan peran sebagai salah satu pusat perdagangan dan pintu gerbang lalu lintas perdagangan
internasional, antaraIndia-Cina di Asia atau di antara mata rantai hubungan Asia-Eropa.Di Nusantara
muncul beberapa pusat perdagangan penting setelahsebelumnya mampu tampil sebagai pemasok
barang komoditas bagi bangsa- bangsa asing, terutama rempah-rempah. Aktivitas perdagangan dan
pelayaraninternasional di Nusantara dapat berjalan dengan baik sebab negeri-negeri pemilik pusat
perdagangan di Nusantara dapat mengamankan wilayah perairannya sehingga memberi jaminan
keamanan kepada setiap bangsa.Selain itu, penduduk Nusantara termasuk bangsa yang memiliki
kepandaiandan keberanian mengarungi samudera luas. Semua itu menyebabkan posisi Nusantara
menjadi teramat penting dalam percaturan perdagangan dan pelayaran antara Asia-Eropa.

Nusantara merupakan salah satu pusat dan jalur perdagangan yangmemiliki peran penting,
terutama Selat Malaka yang merupakan jalur pentingdalam pelayaran dan perdagangan. Jalur ini
merupakan pintu gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama Jalur Sutra. Dinamakan Jalur
Sutrakarena komoditas kain sutra yang dibawa dari Cina untuk diperdagangkan ke berbagai wilayah
lain.

Dengan adanya jalur perdagangan yang melintasi sepanjang Selat Malaka,kehidupan penduduk
menjadi lebih sejahtera yang disebabkan oleh ProsesIntegrasi perdagangan dunia melewati jalur laut
tersebut. Masyarakat di sana juga semakin terbuka dengan pengaruh budaya luar.Perdagangan dunia
internasional yang melewati Selat Malakamenjadikan penduduk di Kepulauan Indonesia berkembang
dengan pesatterutama karena terhubung dengan jaringan Laut Jawa hingga KepulauanMaluku.Secara
tidak langsung, terintegrasi dengan perekonomian dunia yang berpusat di sekitar Selat Malaka. Dan
komoditas yang penting pada masa ituadalah rempah-rempah. Dengan adanya perdagangan
internasional dan setiap pulau dapat melahirkan kekuatan politik Nusantara.Kekuatan intergrasi ini
dihubungkan kerajaan Sriwijaya, Singasari danMajapahit. Sementara itu, kerajaan kecil akan
mendapat perlindungan atashubungan ini. Namun, jika pusat kekuasaan sudah tidak bisa mengontrol
daerah bawahannya maka dapat terancam terjadinya disintegrasi. Kerajaan kecil akanmelepaskan
diri dan akan bergabung dengan kerajaan lain yang mampumengontrol dan melindungi kerajaan kecil
itu.Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Jalur Perdagangan Pusat-pusatintegrasi Nusantara
berlangsung melalui penguasaan laut. Pusat-pusatintegrasi itu selanjutnya ditentukan oleh keahlian
dan kepedulian terhadaplaut, sehingga terjadi perkembangan baru, setidaknya dalam dua hal, yaitu
pertumbuhan jalur perdagangan yang melewati lokasi-lokasi strategis di pinggir pantai, kemampuan
mengendalikan (kontrol) politik dan militer para penguasa tradisional (raja-raja) dalam menguasai
jalurutama dan pusat-pusat perdagangan di Nusantara. Jadi, prasyarat untuk dapat menguasai jalur
dan pusat perdagangan ditentukan oleh dua hal penting yaitu perhatian atau cara pandang dan
kemampuan menguasai lautan.
B.Jalur-jalur perdagangan di Nusantara

Jalur-jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara sangat ditentukanoleh kepentingan ekonomi


pada saat itu dan perkembangan rute perdagangandalam setiap masa yang berbeda-beda. Jika pada
masa praaksara hegemoni budaya dominan dating dari pendukung budaya Austronesia dari
AsiaTenggara Daratan.Pada masa perkembangan Hindhu-Buddha di Nusantara terdapat duakekuatan
peradaban besar, yaitu Cina di utara dan India di bagian barat daya.Keduanya merupakan dua
kekuatan super power pada masanya dan pengaruhnya amat besar terhadap penduduk di Kepulauan
Indonesia.Bagaimanapun, peralihan rute perdagangan dunia ini telah membawa berkah tersendiri
bagi masyarakat dan suku bangsa di Nusantara. Merekasecara langsung terintegrasikan ke dalam
jalinan perdagangan dunia padamasa itu. Selat Malaka menjadi penting sebagai pintu gerbang
yangmenghubungkan antara pedagang-pedagang Cina dan pedagang-pedagangIndia. Pada masa itu
Selat Malaka merupakan jalur penting dalam pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang
melintasi bandarbandar penting disekitar Samudra Indonesia dan Teluk Persia. Selat itu merupakan
jalan lautyang menghubungkan Arab dan India di sebelah barat laut Nusantara, dandengan Cina di
sebelah timur laut Nusantara. Jalur ini merupakan pintugerbang pelayaran yang dikenal dengan
nama “jalur sutra”. Penamaan ini digunakan sejak abad ke-1 hingga ke-16 M, dengan komoditas kain
suterayang dibawa dari Cina untuk diperdagangkan di wilayah lain. Ramainya rute pelayaran ini
mendorong timbulnya bandar-bandar penting di sekitar jalur,antara lain Samudra Pasai, Malaka, dan
Kota Cina (Sumatra Utara sekarang).Kehidupan penduduk di sepanjang Selat Malaka menjadi lebih
sejahteraoleh proses integrasi perdagangan dunia yang melalui jalur laut tersebut.Mereka menjadi
lebih terbuka secara sosial ekonomi untuk menjalinhubungan niaga dengan pedagangpedagang asing
yang melewati jalur itu. Disamping itu, masyarakat setempat juga semakin terbuka oleh pengaruh-
pengaruh budaya luar. Kebudayaan India dan Cina ketika itu jelas sangat berpengaruh terhadap
masyarakat di sekitar Selat Malaka. Bahkan sampaisaat ini pengaruh budaya terutama India masih
dapat kita jumpai padamasyarakat sekitar Selat Malaka.Disamping kian terbukanya jalur niaga Selat
Malaka dengan perdagangan dunia internasional, jaringan perdagangan antarbangsa dan penduduk
di Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat selama masaHindhu-Buddha. Jaringan dagang dan
jaringan budaya antarkepulauan diIndonesia itu terutama terhubungkan oleh jaringan laut Jawa
hinggakepulauan Maluku. Mereka secara tidak langsung juga terintegrasikan dengan jaringan
ekonomi dunia yang berpusat di sekitar selat Malaka, dan sebagiandi pantai barat Sumatra seperti
Barus. Komoditas penting yang menjadi barang perdagangan pada saat itu adalah rempah-rempah,
seperti kayu manis,cengkih, dan pala.Pertumbuhan jaringan dagang internasional dan antarpulau
telahmelahirkan kekuatan politik baru di Nusantara. Peta politik di Jawa dan Sumatra abad ke-7,
seperti ditunjukkan oleh D.G.E. Hall, bersumber daricatatan pengunjung Cina yang datang ke
Sumatra. Dua negara di Sumatradisebutkan, Mo-lo-yeu (Melayu) di pantai timur, tepatnya di Jambi
sekarangdi muara Sungai Batanghari. Agak ke selatan dari itu terdapat Che-li-fo-che, pengucapan
cara Cina untuk kata bahasa sanskerta, Criwijaya. Di Jawaterdapat tiga kerajaan utama, yaitu di ujung
barat Jawa, terdapatTarumanegara, dengan rajanya yang terkemuka Purnawarman, di Jawa
bagiantengah ada Ho-ling (Kalingga), dan di Jawa bagian timur ada Singhasari danMajapahit.Selama
periode Hindhu-Buddha, kekuatan besar Nusantara yangmemiliki kekuatan integrasi secara politik,
sejauh ini dihubungkan dengankebesaran Kerajaan Sriwijaya, Singhasari, dan Majapahit. Kekuatan
integrasisecara politik di sini maksudnya adalah kemampuan kerajaan-kerajaantradisional tersebut
dalam menguasai wilayah-wilayah yang luas di Nusantaradi bawah control politik secara longgar dan
menempatkan wilayahkekuasaannya itu sebagai kesatuan-kesatuan politik di bawah pengawasandari
kerajaan-kerajaan tersebut. Dengan demikian pengintegrasian antarpulausecara lambat laun mulai
terbentuk. Kerajaan utama yang disebutkan di atas berkembang dalam periode yang berbeda-beda.
Kekuasaan mereka mampumengontrol sejumlah wilayah Nusantara melalui berbagai bentuk
media.Selain dengan kekuatan dagang, politik, juga kekuatan budayanya, termasuk bahasa. Interelasi
antara aspek-aspek kekuatan tersebut yang membuatmereka berhasil mengintegrasikan Nusantara
dalam pelukan kekuasaannya.Kerajaan-kerajaan tersebut berkembang menjadi kerajaan besar yang
menjadirepresentasi pusat-pusat kekuasaan yang kuat dan mengontrol kerajaan-kerajaan yang lebih
kecil di Nusantara.Hubungan pusat dan daerah hanya dapat berlangsung dalam bentukhubungan hak
dan kewajiban yang saling menguntungkan (mutual benefit).Keuntungan yang diperoleh dari pusat
kekuasaan antara lain, berupa pengakuan simbolik seperti kesetiaan dan pembayaran upeti berupa
barang barang yang digunakan untuk kepentingan kerajaan, serta barang-barang yangdapat
diperdagangkan dalam jaringan perdagangan internasional. Sebaliknyakerajaan-kerajaan kecil
memperoleh perlindungan dan rasa aman, sekaliguskebanggaan atas hubungan tersebut.Jika pusat
kekuasaan sudah tidakmemiliki kemampuan dalam mengontrol dan melindungi daerah
bawahannya,maka sering terjadi pembangkangan dan sejak itu kerajaan besar terancamdisintegrasi.
Kerajaankerajaan kecil lalu melepaskan diri dari ikatan politikdengan kerajaan-kerajaan besar lama
dan beralih loyalitasnya dengankerajaan lain yang memiliki kemampuan mengontrol dan lebih
bisamelindungi kepentingan mereka. Sejarah Indonesia masa Hindu-Buddhaditandai oleh proses
integrasi dan disintegrasi semacam itu. Namun secarakeseluruhan proses integrasi yang lambat laun
itu kian mantap dan kuat,sehingga kian mengukuhkan Nusantara sebagai negeri kepulauan
yangdipersatukan oleh kekuatan politik dan perdagangan

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dengan memiliki letak posisi silang, kawasan Nusantara menerimadampak positif dan negative akibat
timbulnya hubungan antarnegara yangmelewati wilayah ini. Dampak positif dari posisi silang, yakni
Nusantaradapat berperan menjadi jembatan lalu lintas perdagangan dan pelayaraninternasional.
Nusantara pun bias menjadi tempat persinggahan sementara bagi kapal-kapal yang melewatinya.
Adapun dampak negatf dari posisisilang, yaitu mudah mendatangkan bahaya dan ancaman dari luar
terhadap Nusantara. Selain itu, mudah masuknya budaya luar yang tidak sesuai dengankepribadian
masyarakat Nusantara.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan
details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai