Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nabilah Nur

Nim : F052231004

Heather Sutherland

Geografi sebagai takdir?

Perspektif Laut & Peran air dalam sejarah Asia Tenggara

Pergerakan barang di Samudra Hindia yang lebih luas secara alamiah diatur
dalam wilayah-wilayah yang berfokus pada laut. Jaringan perdagangan maritim telah
menghubung berbagai wilayah. Di wilayah barat, terdapat pantai Swahili, sementara
Lautan Arab, Laut Merah, dan Teluk Persia hingga laut Tengah. Di wilayah timur,
Teluk Bengal dan Laut Cina Selatan dihubungkan oleh Selat Malaka, dan dikelilingi
oleh wilayah perairan Asia Tenggara seperti Teluk Siam dan Tonkin, serta Laut Jawa,
Banda, Sulawesi, dan Sulu. Selain kapal besar yang berlayar di lautan, perairan ini
juga digunakan untuk perdagangan pesisir dan perdagangan lokal dalam skala kecil

Pada abad ke-17 di Makassar, Sulawesi Selatan, seorang perwakilan dari


Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), Perusahaan Hindia Timur Belanda,
berhadapan dengan pemimpin kerajaan kembar Goa-Tallo'. Mereka memperjuangkan
akses non-Belanda ke rempah-rempah Maluku yang merupakan barang mewah dan
mahal pada ssat itu. Setiap kali VOC mendesak, pemimpin tersebut menjawab
“Tuhan telah menciptakan bumi dan laut, dan telah membagi bumi diantara manusia
dan membuat laut menjadi milik bersama semua orang. Adanya pertukaran ini
merupakan lambang peran penting lautan dan perdagangan sejarah Asia Tenggara.
Penduduk eropa meyakini bahwa negara-negara yang berkembang di Eropa modern
di dorong adanya persaingan paksaan dan modal. Orang-orang Eropa masuk ke laut
selatan dengan keinginan untuk menguasai. Raja-raja dan para pemimpin menyambut
negara lain di perairan indonesia dengan memberikan perlindungan dan akses barang-
barang dengan mengarahkan perdagangan ke pelabuhan-pelabuhan berharap akan
mendapatkan imbalan hadiah dan pajak. Kapal-kapal besar yang cocok untuk
perjalanan ke luar negeri, yang sering kali membawa ratusan orang, harus
menghabiskan berbulan-bulan di pelabuhan. Di sana, mereka menjadi pusat
kehidupan pelabuhan dan seringkali menjadi daya tarik bagi kapal-kapal kecil yang
melakukan pengangkutan makanan ke pesisir. Dampaknya terasa dalam perdagangan
dan interaksi sosial di seluruh zona pesisir, muara sungai, dan daerah sekitar hulu
sungai.Dinamika utama Asia Tenggara dalam interaksi antar bangsa melaui
perdagangan, menyusuri sungai, di sepanjang pesisir, menyebrangi laut dan samudra.
Adapun peran perdagangan dalam membentuk negara dan dalam penyebaran agama-
agama di dunia disertai pertukaran ekonomi jarak jauh dianggap sebagai pusat
perkembangan perkotaan, perubahan budaya dan identitas.

Air telah menghubungkan negara-negara di Asia Tenggara agar saling


berinteraksi, sehingga melahirkan hubungan perdagangan yang pada akhirnya
membuka perekonomian di Indonesia ini bisa berkembang pesat dan maju. Bukan
hanya dalam perekonomian, air sangat berperan dalam faktor penentu Perkembangan
sejarah Asia Tenggara, Dengan demikian, perairan telah memainkan peran sentral
dalam membentuk perkembangan sejarah Asia Tenggara, mempengaruhi aspek
ekonomi, politik, sosial, dan budaya dan membuka peluang baru bagi pertumbuhan
ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan standar hidup di Asia Tenggara
khususnya malalui konteks perdagangan. Menurut Ian Brown (1997/277) ada dua
faktor penting dalam perkembangan wilayah adalah perdagangan maritim jarak jauh,
dan kehadiran minoritas komersial imigran. Kedekatan dengan laut menarik Asia
Tenggara ke dalam perdagangan jarak jauh dengan cara dramatis. Dalam menentukan
pola pelayaran dan perdagangan maritim para perombak menggunakan zona ekologi
dan musim seperti tiupan angin dan air yang berbeda menciptakan pola pertukaran
yang saling melengkapi, karena transportasi air jauh lebih hemat energi dibandingkan
dengan transpotrasi darat, lokasi pesisir, pertemuan antara muara sungai menjadi
pemukiman yang alami. Asia Tenggara sangat bergantung pada pengetahuan musim
angin. Angin muson yang menentukan pola cuaca dan pola pelayaran ke sepanjang
pantai Afrika Timur dari Madagaskar ke teluk Persia, dari ke selatan Jepang dan ke
barat Papua. Biasanya angin laut timur bertiup melintasi laut Cina Selatan dari bulan
November hingga Januari. Monsun barat daya membawa kapal dari India antara
bulan Mei dan Oktober. Secara geografis, wilayah ini terletak di antara dua kekuatan
ekonomi besar yang ada di Asia. India maupun Tiongkok merupakan negara
penghasil barang-barang mahal seperti keramik, tekstil, dan barang logam, sambil
menawarkan pasar kaya untuk produk-produk eksotis yang dihasilkan oleh hutan dan
laut Asia Tenggara, termasuk makanan, zat pewarna, dan obat-obatan. Pengiriman
melalui jalur laut memungkinkan pemukiman di pantai-pantai dapat memanfaatkan
aliran barang dengan menawarkan perlindunagn dan layanan.

peran perdagangan maritim dalam sejarah ekonomi. Salah satu perspektifnya


adalah melihat sejarah ekonomi dari sudut pandang perdagangan laut dan dampaknya
terhadap pertumbuhan ekonomi dan perkembangan peradaban. Perdagangan laut
telah memainkan peran dalam pertumbuhan ekonomi global. Penemuan jalur laut
baru dan perluasan perdagangan ke wilayah-wilyah yang lebih jauh telah membuka
peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi. Namun, perlu diingat bahwa sebagian besar
Asia Tenggara tidak selalu mudah diakses melalui jalur air, dan dampak perdagangan
berfluktuasi seiring berjalannya waktu. Misalnya, pergeseran ekspor dari produk
hutan ke lada dan timah pada zaman modern awal, seperti yang dikemukakan oleh L.
Andaya (2000), mengakibatkan penurunan status bagi masyarakat pedalaman.Selain
itu, pesisir tidak selalu menjadi tempat yang paling menarik untuk pemukiman,
karena sering kali wilayah pedalaman memiliki keunggulan tertentu. Meskipun laut
dan sungai memfasilitasi mobilitas serta pertukaran barang, orang, gagasan, teknik,
dan kepercayaan, peluang-peluang ini harus dimanfaatkan secara aktif. Hanya
keberadaan laut dan sungai, atau kehadiran kapal yang melintas, tidak banyak berarti
jika tidak dimanfaatkan.

Sungai dan kanal memang memainkan peran kunci dalam transportasi dan
perdagangan di wilayah tersebut. Pelabuhan-pelabuhan yang penting pada awalnya
terletak di delta-delta sungai besar seperti Mekong, Chao Phraya, Salween, dan
Irrawaddy. Sungai-sungai ini menjadi jalur utama untuk mengangkut barang-barang
di sekitar wilayah yang sekarang mencakup Vietnam Selatan, Kamboja, Thailand,
dan Myanmar Di daerah ini, kanal-kanal buatan manusia dan aliran alami digunakan
untuk membantu mengangkut barang-barang dengan perahu, yang memungkinkan
perdagangan yang lebih efisien. Selain itu, sungai-sungai ini juga memberikan akses
ke pasar dalam negeri dan sumber daya komoditas, sehingga menjadi bagian integral
dari infrastruktur perdagangan dan transportasi di wilayah tersebut.Kedatangan
kekuatan Eropa pada akhir abad ke-15 memperkenalkan dinamika baru ke perairan
Asia. Meskipun pengaruh Portugis dan Belanda terbatas, perdagangan Anglo-
Amerika berkembang pesat pada akhir abad ke-18. Pengusaha dan pedagang
Tionghoa, yang mengikuti rute perdagangan kuno, juga memainkan peran penting
dalam perdagangan dan masyarakat Asia Tenggara. Sejak pertengahan abad ke-19
“armada nyamuk” kapal uap Cina melintas Selat dan pantai. Fleksibilitas biaya
rendah membuat mereka menjadi pesaing yang menjengkelkan bagi jalu-jalur Eropa.
Hubungan Tiongkok dan kerajaan-kerajaan sepanjang selat dengan hubungan rasa
hormat politik dan pertukaran ekonomi sejak abad ke-7 dalam perkembangan
Sriwijaya du Sumatera Selatan denga di temukannya kaca India dan keramik
Tiongkok. Pembangunan infrastruktur pada tahun 1935 yaitu kereta api, kanal,
jalanan sehingga muncunya transportasi darat mengakibatkan terbebasnya masyarakat
dari ketergantungan terhadap transportasi air, sementara telegraf dan perjalanan udara
mempersingkat waktu. Kemajuan teknologi seperti Terusan Suez, kapal uap, dan
kereta api pada abad ke-19 mengganggu pola perdagangan tradisional,
mengintegrasikan kota-kota kolonial dominan ke dalam sistem transportasi baru.
Perubahan ini merubah dinamika perdagangan di Asia Tenggara.

Salah satu perspektifnya adalah melihat sejarah ekonomi dari sudut pandang
perdagangan laut dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
peradaban meliputi :

1.Perdagangan laut

sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi perdagangan laut telah memainkan


peran kunci dalam pertumbuhan ekonomi global. Penemuan rute laut baru dan
perluasan perdagangan ke wilayah-wilayah yang lebih jauh telah membuka peluang
baru bagi pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan standar
hidup.

2.Dampak teknologi maritim.

Perkembangan teknologi maritim seperti kapal laut, peralatan navigasi, dan


penemuan-penemuan seperti kompas telah mengubah dinamika perdagangan dunia.
Ini memungkinkan negara-negara untuk menjelajahi dan menguasai wilayah-wilayah
baru, membuka peluang perdagangan yang lebih besar.

3.Perdagangan dan Peradaban.

Perdagangan laut sebagai penghubung budaya dan peradaban. Pertukaran


budaya, agama, dan ilmu pengetahuan sering kali terjadi melalui rute perdagangan
laut. Ini telah membentuk perkembangan budaya dan pengetahuan di berbagai
belahan dunia.

4.Pentingnya Jalur Perdagangan

Jalur perdagangan utama seperti Jalur Sutra dan Jalur Rempah-rempah. Jalur-
jalur ini menjadi pusat perdagangan, membawa rempah-rempah, sutra, dan barang-
barang berharga lainnya dari Asia ke Eropa dan sebaliknya.

5. Perdagangan Kolonial
Menganalisis perdagangan kolonial dan dampaknya terhadap peradaban. Koloni-
koloni menjadi sumber sumber daya alam dan pasar bagi negara-negara kolonial,
yang memainkan peran besar dalam pertumbuhan ekonomi mereka.

6.Koneksi dengan Revolusi Industri

Menghubungkan perdagangan laut dengan Revolusi Industri di Eropa.


Sumber daya yang ditemukan melalui perdagangan laut, seperti kapas, menjadi bahan
baku penting dalam proses industrialisasi.Perspektif Sutherland mengilustrasikan
pentingnya perdagangan laut dalam perkembangan ekonomi global dan perubahan
peradaban. Dalam sejarah ekonomi, perdagangan laut telah menjadi salah satu
pendorong utama pertumbuhan dan perubahan.

Secara kesimpulannya, dalam historiografi Asia Tenggara, peran air telah


menjadi perdebatan utama. Melibatkan analisis mendalam tentang ekologi, ekonomi,
dan budaya masyarakat awal, bahkan pemukiman, peran kota-kota, serta pentingnya
transportasi sungai dan laut, rekayasa hidrolik, dan dampak perdagangan. Pendekatan
yang diterapkan dalam memahami sejarah Asia Tenggara pada akhir abad ke-19 dan
abad ke-20 sering kali masih dipengaruhi oleh kerangka pengkategorian yang berasal
dari pandangan Barat. Meskipun bangsa Eropa saat itu sedang membangun negara
kolonial dan mengendalikan perairan, penting bagi kita untuk mengambil pelajaran
dari fleksibilitas dan dinamika zaman yang lebih tidak terstruktur.

Anda mungkin juga menyukai