Nim : F052231004
Heather Sutherland
Pergerakan barang di Samudra Hindia yang lebih luas secara alamiah diatur
dalam wilayah-wilayah yang berfokus pada laut. Jaringan perdagangan maritim telah
menghubung berbagai wilayah. Di wilayah barat, terdapat pantai Swahili, sementara
Lautan Arab, Laut Merah, dan Teluk Persia hingga laut Tengah. Di wilayah timur,
Teluk Bengal dan Laut Cina Selatan dihubungkan oleh Selat Malaka, dan dikelilingi
oleh wilayah perairan Asia Tenggara seperti Teluk Siam dan Tonkin, serta Laut Jawa,
Banda, Sulawesi, dan Sulu. Selain kapal besar yang berlayar di lautan, perairan ini
juga digunakan untuk perdagangan pesisir dan perdagangan lokal dalam skala kecil
Sungai dan kanal memang memainkan peran kunci dalam transportasi dan
perdagangan di wilayah tersebut. Pelabuhan-pelabuhan yang penting pada awalnya
terletak di delta-delta sungai besar seperti Mekong, Chao Phraya, Salween, dan
Irrawaddy. Sungai-sungai ini menjadi jalur utama untuk mengangkut barang-barang
di sekitar wilayah yang sekarang mencakup Vietnam Selatan, Kamboja, Thailand,
dan Myanmar Di daerah ini, kanal-kanal buatan manusia dan aliran alami digunakan
untuk membantu mengangkut barang-barang dengan perahu, yang memungkinkan
perdagangan yang lebih efisien. Selain itu, sungai-sungai ini juga memberikan akses
ke pasar dalam negeri dan sumber daya komoditas, sehingga menjadi bagian integral
dari infrastruktur perdagangan dan transportasi di wilayah tersebut.Kedatangan
kekuatan Eropa pada akhir abad ke-15 memperkenalkan dinamika baru ke perairan
Asia. Meskipun pengaruh Portugis dan Belanda terbatas, perdagangan Anglo-
Amerika berkembang pesat pada akhir abad ke-18. Pengusaha dan pedagang
Tionghoa, yang mengikuti rute perdagangan kuno, juga memainkan peran penting
dalam perdagangan dan masyarakat Asia Tenggara. Sejak pertengahan abad ke-19
“armada nyamuk” kapal uap Cina melintas Selat dan pantai. Fleksibilitas biaya
rendah membuat mereka menjadi pesaing yang menjengkelkan bagi jalu-jalur Eropa.
Hubungan Tiongkok dan kerajaan-kerajaan sepanjang selat dengan hubungan rasa
hormat politik dan pertukaran ekonomi sejak abad ke-7 dalam perkembangan
Sriwijaya du Sumatera Selatan denga di temukannya kaca India dan keramik
Tiongkok. Pembangunan infrastruktur pada tahun 1935 yaitu kereta api, kanal,
jalanan sehingga muncunya transportasi darat mengakibatkan terbebasnya masyarakat
dari ketergantungan terhadap transportasi air, sementara telegraf dan perjalanan udara
mempersingkat waktu. Kemajuan teknologi seperti Terusan Suez, kapal uap, dan
kereta api pada abad ke-19 mengganggu pola perdagangan tradisional,
mengintegrasikan kota-kota kolonial dominan ke dalam sistem transportasi baru.
Perubahan ini merubah dinamika perdagangan di Asia Tenggara.
Salah satu perspektifnya adalah melihat sejarah ekonomi dari sudut pandang
perdagangan laut dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
peradaban meliputi :
1.Perdagangan laut
Jalur perdagangan utama seperti Jalur Sutra dan Jalur Rempah-rempah. Jalur-
jalur ini menjadi pusat perdagangan, membawa rempah-rempah, sutra, dan barang-
barang berharga lainnya dari Asia ke Eropa dan sebaliknya.
5. Perdagangan Kolonial
Menganalisis perdagangan kolonial dan dampaknya terhadap peradaban. Koloni-
koloni menjadi sumber sumber daya alam dan pasar bagi negara-negara kolonial,
yang memainkan peran besar dalam pertumbuhan ekonomi mereka.