Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA

PEDAGANG, PENGUASA, DAN PUJANGGA PADA MASA HINDU-


BUDDHA

Disusun Oleh :

- Annisa Nabila Alwa


- Krisnanda Adi wijatmika
- Muhammad Andika
- Rafelsy Fitriayu Cantika
- Shofie Desiana Sundari

SMA ANGKASA LANUD SULAIMAN

TAHUN AJARAN

2021/2022

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Pedagang, Penguasa, dan Pujangga Pada Masa
Hindu-Buddha” ini dapat tersusun hingga selesai.

Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
pelajaran Sejarah Indonesia. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
berguna bagi para pembaca.

[Bandung, 6 Februari 2022]

Tim Penyusun

2
3
Daftar Isi

Cover………………………………………………………………………………… 1

Kata Pengantar……………………………………………………………………... 2

Daftar Isi…………………………………………………………………………….. 3

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………. 4

A. Latar belakang……………………………………………………….. 4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 5
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………... 6

BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………… 7

A. Terbentuknya Jaringan Nusantara……………………………………. 7


B. Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-Buddha……………… 9

BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………….. 19

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 19

Daftar Pusaka………………………………………………………………………
20

4
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa Hindu-Buddha berlangsung selama kurang lebih 12 abad. Pembabakan


masaHindu-Buddha terbagi menjadi tiga, yaitu periode pertumbuhan,
perkembangan, dankeruntuhan. Pada abad ke-16 agama Islam mulai mendominasi
Nusantara. Namun, tidak berarti pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha hilang
tergantikan kebudayaan Islam. Agama Islam mengakomodasi peninggalan Hindu-
Buddha, tentunya dengan melakukan modifikasiagar tetap berselang beberapa abad,
wujud peradaban Hindu-Buddha masih dapat kitasaksikan hingga sekarang,
misalnya dalam perwujudan sastra dan arsitektur.Candi Borobudur terletak di Kota
Magelang, Jawa Tengah. Dari bentuk arsitekturnyacandi itu merupakan candi
Buddha.

Candi yang megah itu merupakan satu di antara tujuhkeajaiban dunia. Kamu
tentu bangga dengan tinggalan budaya itu dan harus dapat merawat peninggalan
yang sangat berharga tersebut. Tidak jauh dari Candi Borobudur, terdapat
CandiPrambanan. Candi Hindu itu terletak di perbatasan Kota Daerah Istimewa
Yogyakarta denganKlaten, Jawa Tengah. Kedua candi yang megah itu merupakan
bukti perkembangan agamadan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Apa kamu
pernah membaca cerita rakyattentang Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso?
Cerita itu yang melatarbelakangiterjadinya Candi Prambanan. Benarkah hal tersebut
terjadi nyata ataukah hanya sebuah mitos belaka? Kamu dapat mendiskusikannya
bersama teman-teman. Dua mahakarya itu merupakan bukti-bukti pencapaian yang
luar biasa pada Dinasti Syailendra.

Setelah masa dinasti tersebutsurut, pusat kebudayaan dan politik kerajaan


pindah ke Jawa bagian timur. Di Jawa bagiantimur itu kemudian berdirilah kerajaan
yang diperintah oleh keturunan Raja Mataram yang bernama Mpu Sindok. Beberapa
sumber sejarah yang berasal dari Cina menyebutkan tentangadanya hubungan

5
perkawinan antara raja Jawa dan Bali pada masa pemerintahannya.Sementara itu, di
Sumatra terdapat Kerajaan yang sangat terkenal, yaitu Sriwijaya. Kerajaanyang
handal menjalin hubungandengan dunia internasional melalui jaringan perdagangan
dan kemaritimannya. Dalam masaitulah para pedagang datang dari India, Cina dan
Arab untuk meramaikan Sriwijaya. SaatSumatra berada di bawah Dinasti
Syailendra, kerajaan itu dapat menguasai kerajaan-kerajaanlain di sepanjang Selat
Malaka. Pada masa itu pula hubungan dengan India dan Cina berkembang pesat.
Bahkan

hubungan itu sangat berpengaruh dalam perkembangan budaya pada masa


itu, bahkan hinggasaat ini pengaruh kedua budaya itu masih dapat kita temui.
Kehebatan Sriwijaya jugaditunjukkandengan adanya “dharma” (sumbangan) dari
Raja Sriwijaya untuk mendirikan asrama di Nalanda, India. Sriwijaya pun menjadi
pusat belajar agama Buddha pada masa itu. Sumber-sumber Tibet dan Nepal
menyebutkan, seorang pendeta Buddha yang bernama Atisa, belajar Agama Buddha
di Sriwijaya selama 12 tahun, atas saran I-tsing, seorang musafir dari Cinayang lebih
dahulu pernah singgah di Sriwijaya.

Mungkin kamu pernah mendengar atau malah sudah pernah berkunjung di


suatu tempat yangdisebut Trowulan di Mojokerto. Kompleks Trowulan inilah yang
diperkirakan dulu menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit. Beberapa situs
yang dapat kita temukan sekarang misalnya ada pendhopo, segaran, Candi Bajang
Ratu dan sebagainya. Kamu bayangkan Majapahit tempodulu merupakan kerajaan
yang luas dan sudah menjalin kerja sama dengan kerajaan-kerajaan di luar
Kepulauan Indonesia. Bahkan Mohammad Yamin menyebut Kerajaan Majapahit itu
sebagai Kerajaan Nasional kedua. Bayangkan pula tokoh besar seperti Patih Gajah
Mada dan Raja Hayam Wuruk yang berhasil mempersatukan Nusantara. Bahkan
hingga saat ini kebesaran Patih Gajah Mada masihmelekat dalam ingatan kita,
hingga makam Patih Gajah Mada oleh masyakarat Lombok Timur dipercaya berada
di kompleks pemakaman Raja Selaparang. Cerita kebesaran Patih Gajah Mada
jugaterdapat di daerah lain. Nah, itulah satu diantara kisah menarik Kerajaan
Majapahit, satu diantarakerajaan-kerajaan Hindu- Buddha yang ada di Nusantara.
Berikut ini kita akan mempelajari perkembangan beberapa kerajaan Hindu-Buddha.

6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Terbentuknya Jaringan Nusantara ?
2. Bagaimana Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-Buddha ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Terbentuknya Jaringan Nusantara.
2. Untuk mengetahui Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-Buddha.

7
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Terbentuknya Jaringan Nusantara

Bangsa Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih


dari 1.800 pulau. Pulau-pulau tersebut dipisahkan oleh laut dan selat sehingga
untuk menghubungkan anatara pulau satu dengan pulau lainnya dibutuhkan
sarana transportasi yang baik. Salah satu sarana yang penting di dalam aktivitas
hubungan antara masyarakat dari pulau satu ke pulau yang lainnya adalah kapal.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia mendapat julukan sebagai bangsa pelaut
karena mereka telah terbiasa mengarungi lautan di wilayah Nusantara. Tidak
hanya di Nusantara saja tetapi juga ke negara-negara lainnya.

Pusat Integrasi Nusantara berlangsung melalui pengusaan laut. Pusat-pusat


integrasi itu selanjutnya ditentukan oleh keahlian dan kepedulian terhadap laut,
sehingga terjadi perkembangan baru, setidaknya ada dua hal, yaitu (1)
pertumbuhan jalur perdagangan yang melewati lokasi-lokasi strategis di pinggir
pantai, dan (2) kemampuan mengendalikan (kontrol) politik dan militer para
penguasa tradisional (raja-raja) dalam menguasai jalur utama dan pusat-pusat
perdagangan du Nusantara.Jalur-jalur perdagangan yang berkembang di
Nusantara sangat ditentukan oleh kepentingan ekonomi pada saat itu dan
perkembangan rute perdagangan dalam setiap masa yang berbeda-beda.

Jika pada masa praaksara hegemoni budaya dominan datang dari pendukung
budaya Austronesia dari Asia Tenggara Daratan. Pada masa perkembangan
Hindhu-Budha di Nusantara terdapat dua kekuatan peradaban besar, yaitu Cina
di utara dan India di bagian barat daya. Kedua kebudayaan ini memiliki
pengaruh yang sangat besar bagi penduduk di Kepulauan Indonesia. Peralihan
rute perdagangan dunia ini telah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat
dan suku bangsa di Nusantara. Mereka secaara langsung terintegrasikan ke
dalam jalinan perdagangan dunia pada masa itu. Selat Malaka manjadi penting
sebagai pintu gerbang yang menghubungkan antar pedagang-pedagang Cina dan
pedagang-pedagang India.

8
Pada masa itu Selat Malaka merupakan jalur penting dalam pelayaran dan
perdagangan bagi pedagang yang melintasi bandar-bandar penting di sekitar
Samudera Indonesia dan Teluk Persia. Selat itu merupakan jalan laut yang
menghubungkan Arab dan India di sebelah di sebelah barat laut Nusantara, dan
dengan Cina di sebelah timur laut Nusantara. Jalur ini merupakan pintu gerbang
pelayaran yang dikenal dengan nama“Jalur Sutra”. Penamaan ini digunakan
sejak abad ke-1 hingga ke-16 M, dengan komoditas kain sutera yang dibawa dari
Cina untuk diperdagangkan di Wilayah lain. Ramainya rute pelayaran ini
mendorong timbulnya bandar-bandar penting di sekitar jalur, antara lain
Samudera Pasai, Malaka, dan Kota Cina (Sumatra Utara sekarang).

Seiring dengan kian terbukanya jalur niaga Selat Malaka dengan


perdagangan dunia internasional, jaringan perdagangan antarbangsa dan
penduduk di Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat selama Hindhu-
Budha. Jaringan dagang dan jaringan budaya antarkepulauan di Indonesia itu
terutama terhubungkan oleh jaringan laut Jawa hingga kepulauan Maluku.
Mereka secara tidak langsung juga terintegrasikan dengan jaringan ekonomi
dunia yang berpusat di sekitar Malaka, dan sebagian di pantai barat Sumatra
seperti Barus. Komoditas penting yang menjadi barang perdagangan pada masa
itu adalah rempah-rempah, sepaerti kayu manis, cengkeh, dan pala.

Pertumbuhan jaringan dagang Internasional dan antarpulau telah melahirkan


kekuatan politik baru di Nusantara. Peta politik di Jawa dan Sumatra abad ke-7,
seperti ditunjukan oleh D.D.E. Hall, bersumber dari catatan pengunjung Cina
yang datang ke Sumatra. Dua negara di Sumatra disebutkan, Mo-lo-yeo
(Melayu) di pantai timur, tepatnya di Jambi sekarang di muara Sungai
Batanghari. Agak ke selatan dari itu terdapat Che-li-fo-che, pengucapan cara
Cina untuk kata bahasa sansekerta, Criwijaya. Di Jawa terdapat Tarumanegara,
dengan rajanya Purnawarman, di Jawa bagian tengah ada Ho-ling (kalingga),
dan di Jawa bagian timur ada Singhasari dan Majapahit.Selama periode Hindhu-
Budha, kekuatan besar Nusantara yang memiliki kekuatan integrai secara
politik, sejauh ini dihubungkan dengan kebesaran kerajaan Sriwijaya,
Singhasari, dan Majapahit. Kekuatan integras secarai politik di sini maksudnya
adalah kemampuan kerajaan-kerajaan tradisional tersebut dalam menguasai

9
wilayah-wilayah yang luas di Nusantara di bawah kontrol politik secara longgar
dan menempatkan wilayah kekuasaannya itu sebagai kesatuan-kesatuan politik
bawah pengawasan dari kerajaan-kerajaan tersebut. Dengan demikian
pengintegrasian antarpulau secara lambat laun mulai terbentuk.

Kerejaan-kerajaan tersebut berkembang dengan periode yang berbeda-beda.


Keskuasaan tersebut mampu mengontrol sejumlah wilayah Nusantara melalui
bentuk media. Selain dengan kekuatan dagang, politik, juga dengan kekuatan
budaya termasuk Bahasa. Interelasi antara aspek-aspek kekuatan tersebut
membuat berhasil mengintegrasi Nusantara.

Hubungan yang terjadi antara pusat dan daerah hanya dapat berlangsung
dalam bentukhubungan hak dan kewajiban yang saling menguntungkan (Mutual
benefit). Keuntungan tersebut salah satunya adalah pengakuan simbolik, seperti
kesetiaan dan pembayaran upeti berupa barang-barang yang digunakan untuk
kepentingan kerajaan, serta barang-barang yang dapat diperdagangkan dalam
jaringan perdagangan internasional.

Sebaliknya, untuk kerajaan-kerajaan kecil memperoleh perlindungan dan


rasa aman sekaligus kebanggaan atas hubungan tersebut. Jika pusat kekuasaan
tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol dan melindungi daerah
bawahannya, sering terjadi pembangkangan dan sejak itu kerajaan besar
terancam disintegrasi. Pada masa Hindu-Buddha, sejarah Indonesia ditandai oleh
proses integrasi dan disintegrasi. Secara keseluruhan proses integrasi yang
lambat laun tersebut kian mantap dan kuat sehingga mengukuhkan Nusantara
sebagai kepulauan yang dipersatukan oleh kekuatan politik dan kekuatan
perdagangan.

B. Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-Buddha

Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses percampuran antara unsur-unsur


kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, sehingga membentuk
kebudayaan baru. Kebudayaan baru yang merupakan hasil percampuran itu
masing-masing tidak kehilangan kepribadian/ciri khasnya. Oleh karena itu,

10
untuk dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus seimbang. Begitu
juga untuk kebudayaan Hindu-Buddha dari India dengan kebudayaan Indonesia
asli.

Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu


saja, tetapi melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi
kehidupan masyarakat Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut.

1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi


sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah Perbendaharaan
kebudayaan Indonesia.
2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia yang disebut local genius.
Local genius adalah suatu kecakapan dalam menerima kebudayaan asing dan
megolahnya menjadi suatu kebudayaan yang selaras dengan kepribadian bangsa.

Berdasarkan dari sudut pandang akulturasi budaya, masuknya pengaruh budaya


dan agama Hindu-Buddha di Indonesia dibedakan menjadi tiga periode.

1. Periode Awal
Pada periode ini (abad ke-5 sampai ke-11M) pengaruh unsur budaya Hindu-
Buddha lebih kuat dan lebih menonjol daripada unsur kebudayaan asli
Indonesia. Hal tersebut tampak pada peninggalan-peninggalan patung-
patung Dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa di kerajaan-kerajaan seperti
Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, dan Kerajaan Mataram Kuno
dengan ciri-ciri India.
2. Periode Tengah
Pada periode ini (abad ke-11 sampai ke-16M) unsur Hindu-Buddha dan
Indonesia berimbang. Hal tersebut disesbabkan unsur Hindu-Buddhaa
melemah, sedangkan unsur Indonesia semakin menguat. Hal tersebut tampak
pada peninggalan-peninggalan dari zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha
di Jawa Timur, seperti Kerajaan Singrasari, Kerajaan Kediri, dan Kerajaan
Majapahit.
3. Periode Akhir
Pada periode ini (abad ke-16 sampai dengan sekarang) undur Indonesia lebih
kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Adapun unsur Hindu-

11
Buddha semakin surut. Di Bali dapat dilihat candi berubah menjadi pura.
Upacara ngaben lebih banyak menunjukan unsur budaya asli Bali dibading
undur budaya India.
Berikut contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dan
Kebudayaan asli Indonesia.

1. Seni Bangunan
Akulturasi kebudayaan dari nusantara dan kebudayaan hindu budha terlihat
dalam seni bangunan, seperti contoh bangunan candi-candi kerajaan Hindu
Budha di Indonesia. Bentuk candi tersebut adalah bentuk akulturasi antara unsur
kebudayaan dari India dengan kebudayaan Nusantara. Unsur asli kebudayaan
dalam seni bangunan adalah bentuknya punden berundak.
a. Candi
Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada
sebuah bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang
berasal dari peradaban Hindu-Buddha.[1] Bangunan ini digunakan sebagai
tempat ritual ibadah, pemujaan dewa-dewi, penghormatan leluhur ataupun
memuliakan Sang Buddha. Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan
oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs
purbakala non-religius dari masa Hindu-Buddha Indonesia klasik, baik
sebagai istana (kraton), pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya,
disebut dengan istilah candi.
Candi merupakan bangunan replika tempat tinggal para dewa yang
sebenarnya, yaitu Gunung Mahameru. Karena itu, seni arsitekturnya dihias
dengan berbagai macam ukiran dan pahatan berupa pola hias yang
disesuaikan dengan alam Gunung Mahameru. Candi-candi dan pesan yang
disampaikan lewat arsitektur, relief, serta arca-arcanya tak pernah lepas dari
unsur spiritualitas, daya cipta, dan keterampilan para pembuatnya.
Pada umunya bangunan candi terdiri dari tiga bagian yaitu sebagai
berikut.
1) Kaki candi, merupakan bagian bawah candi. Bagian ini
melambangkan dunia bawah atau bhurloka. Pada konsep Buddha

12
disebut kamadhatu. Yaitu menggambarkan dunia hewan, alam
makhluk halus seperti iblis, raksasa dan asura, serta tempat manusia
biasa yang masih terikat nafsu rendah.
2) Tubuh candi, adalah bagian tengah candi yang berbentuk kubus
yang
dianggap sebagai dunia antara atau bhuwarloka. Pada konsep Buddha
disebut rupadhatu. Yaitu menggambarkan dunia tempat manusia suci
yang berupaya mencapai pencerahan dan kesempurnaan batiniah.
3) Atap candi, adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atas
atau swarloka. Pada konsep Buddha disebut arupadhatu. Yaitu
menggambarkan ranah surgawi tempat para dewa dan jiwa yang telah
mencapai kesempurnaan bersemayam.

Beberapa candi seperti Candi Borobudur dan Prambanan


dibangun amat megah, detail, kaya akan hiasan yang mewah, bercitarasa
estetika yang luhur, dengan menggunakan teknologi arsitektur yang maju
pada zamannya. Bangunan-bangunan ini hingga kini menjadi bukti
betapa tingginya kebudayaan dan peradaban nenek moyang bangsa
Indonesia.

Berdasarkan latar belakang keagamaannya, candi dapat


dibedakan menjadi candi Hindu, dan candi Buddha.

1) Candi Hindu, yaitu candi untuk memuliakan dewa-dewa Hindu


seperti Siwa atau Wisnu, contoh: candi Prambanan, candi Gebang,
kelompok candi Dieng, candi Gedong Songo, candi Panataran, dan
candi Cangkuang.
2) Candi Buddha, candi yang berfungsi untuk pemuliaan Buddha atau
keperluan biksu sanggha, contoh candi Borobudur, candi Sewu, candi
Kalasan, candi Sari, candi Plaosan, candi Banyunibo, candi
Sumberawan, candi Jabung, kelompok candi Muaro Jambi, candi
Muara Takus, dan candi Biaro Bahal.

13
Candi Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia

b. Stupa
Stupa merupakan lambang dari agama Buddha yang berbentuk mangkuk
terbalik. Pada bagian atas puncak mangkuk terbalik tersebut terdapat bagian
berbentuk persegi empat atau segi delapan yang berbentuk tongkat di
atasnya. Stupa merupakan identitas yang menandakan suatu bangunan suci
beragama Buddha.
Bangunan stupa pada masa India Kuno digunakan sebagai makam atau
tempat penyimpanan abu kalangan Bangsawan/tokoh tertentu. Berikut tiga
bagian dari bangunan stupa.
1) Andah, melambangkan dunia bawah tempat manusia yang masih
dikuasai hawa nafsu.
2) Yanthra, merupakan suatu benda untuk memusatkan pikiran saat
bermeditasi.
3) Cakra, melambangkan nirwana tempat para dewa.

Jika disbanding dengan India dan Asia Timur, bangunan stupa di


Indonesia memiliki kekhasan sendiri. Di tempat lain bangunan stupa
berdiri sendiri, sedangkan di Indonesia bangunan stupa menjadi bagian
dari candi atau kompleks candi tertentu.

2. Seni Rupa dan Seni Ukir


Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang
seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir
yang dipahatkan pada bagian dinding-dinding candi. Misalnya, relief yang
dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang

14
berupa pahatan riwayat Sang Buddha. Di sekitar Sang Buddha terdapat
lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.

Relief Candi Borobudur

Relief kala makara pada candi dibuat sangat indah. Adapun dasar hiasan
relief kala makara adalah motif binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Berikut relief yang ada di candi Borobudur.

a. Relief Karwawibhanga
Menggambarkan ajaran tentang hukum sebab akibat. Pada sisi kiri,
diterangkan perbuatan yang menjadi penyebab, dan sisi kanannya
memperlihatkan hukuman atau balasan setimpal yang nantinya akan
diperoleh oleh seseorang melakukannya.
b. Relief Lalitavistara
Salah satu relief cerita di candi Borobudur yang mengisahkan tentang
perjalanan hidup Buddha di semua masa. Kisah lima babak dalam 120 panel
relief Lalitavistara digambarkan dalam sejumlah adegan di berbagai
lingkungan habitat.
c. Relief Jatakamala-Awadana
Berupa kumpulan sajak yang menceritakan perbuatan Sang Buddha Gautama
dan para Bhodisatwa semasa hidupnya. Dipahatkan pada Sebagian dinding
Sebagian Lorong pertama dan kedua.
d. Relief Gandhawiyuha-Bhadracari
Menceritakan usaha Sudhana mencari ilmu yang tinggi sampai Sudhana
bersumpah mengikuti Bhodisatwa Samanthabhadra. Dipahatkan pada
dinding Lorong kedua sampai keempat.

15
3. Seni Pertunjukan
Menurut J.L.A Brandes, gamelan merupakan satu diantara seni
pertunjukan asli yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebelum masuknya unsur-
unsur budaya India. Selama waktu berabadabad gamelan juga mengalami
perkembangan dengan masuknya unsur-unsur budaya baru baik dalam bentuk
maupun kualitasnya. Gambaran mengenai bentuk gamelan Jawa kuno masa
Majapahit dapat dilihat pada beberapa sumber, antara lain prasasti dan
kitab kesusastraan. Macam-macam gamelan dapat dikelompokkan dalam
chordaphones, aerophones, membranophones, tidophones, dan xylophones.

4. Seni Sastra dan Aksara


Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di Indonesia. Seni
sastra waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang
(puisi). Berdasarkan isinya, kesusastraan dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita
(kepahlawanan). Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia,
terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudian timbul wiracarita hasil
gubahan dari para pujangga Indonesia. Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh
Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya ceritacerita Carangan.
Akulturasi di bidang sastra dapat dilihat pada adanya modifikasi cerita-
cerita asli India dengan unsur tokoh-tokoh Indonesia serta peristiwa-peristiwa
yang seolah-olah terjadi di Indonesia. Contohnya adalah penambahan tokoh
Punakawan (Semar, Bagong, Gareng, Petruk) dalam kisah Mahabharata.
Dengan didukung dengan penggunaan huruf Pallawa, seni sastra
berkembang cepat, misalnya dalam karya sastra Jawa Kuno. Pada prasasti yang
ditemukan terdapat unsur India dengan unsur kebudayaan Indonesia, misalnya
pada huruf Nagari (India) dan huruf Bali Kuno (Indonesia).
Di Indonesia prasasti dapat dikelompokkan sesuai bahasanya.
a. Prasasti huruf pallawa bahasa sanskerta: Yupa, prasasti Muarakaman
(Kerajaan Kutai) Prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, Tugu,
Cidanghiang (Kerajaan Tarumanegara) Prasasti Tuk Mas (Kerajaan Holing)

16
Prasasti Canggal, Mantyasih, Wanua Tengah III, Sojomerto, Sangkhara,
Kalasan,Klurak (Kerajaan Mataram Kuno).
b. Prasasti huruf pallawa bahasa Melayu Kuno: Prasasti Kedukan Bukit, Talang
Tuo, Kota Kapur, Karang Berahi, Telaga Batu (Kerajaan Sriwijaya).
c. Prasasti huruf pallawa dan Bali kuno bahasa sanskerta: Prasasti Sanur
(Kerajaan Bali).

5. Sistem Kepercayaan
Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah
mengenal simbol-simbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada
orang meninggal, di dalam kuburnya disertakan benda-benda. Di antara benda-
benda itu ada lukisan seorang naik perahu, ini memberikan makna bahwa orang
yang sudah meninggal rohnya akan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan
yang membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu itu sudah percaya
adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus.
Oleh karena itu, roh nenek moyang dipuja oleh orang yang masih hidup
(animisme). Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan terhadap roh halus
tidak punah. Misalnya dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi atau kuil di
India adalah sebagai tempat pemujaan.
Di Indonesia, di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai
makam raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal.
Itulah sebabnya peripih tempat penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung
raja dalam bentuk mirip dewa yang dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan
antara fungsi candi di India dengan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek
moyang di Indonesia.
Bentuk bangunan lingga dan yoni juga merupakan tempat pemujaan
terutama bagi orang-orang Hindu penganut Syiwaisme. Lingga adalah lambang
Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan yoni adalah lambang kesuburan dan
lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan yoni lambang perempuan.

17
6. Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia, dikenal
adanya sistem pemerintahan secara sederhana. Pemerintahan yang dimaksud
adalah semacam pemerintah di suatu desa atau daerah tertentu. Rakyat
mengangkat seorang pemimpin atau semacam kepala suku.
Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya orang yang sudah tua
(senior), arif, dapat membimbing, memiliki kelebihan-kelebihan tertentu
termasuk dalam bidang ekonomi, berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan
gaib (kesaktian). Setelah pengaruh India masuk, maka pemimpin tadi diubah
menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan. Hal ini secara jelas terjadi di
Kutai. Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan, misalnya seorang
raja harus berwibawa dan dipandang memiliki kekuatan gaib seperti pada
pemimpin masa sebelum Hindu-Buddha. Karena raja memiliki kekuatan gaib,
maka oleh rakyat raja dipandang dekat dengan dewa. Raja kemudian disembah,
dan kalau sudah meninggal, rohnya dipuja-puja.

7. Arsitektur
Bentuk alkulturasi budaya lain yang dapat dilihat hingga saat ini adalah
arsitektur pada bangunan-bangunan keagamanan. Bangunan keagamaan berupa
candi atau arca sangat dikenal pada masa Hindu-Buddha.
Hal ini terlihat pada sosok bangunan sakral peninggalan Hindu seperti
Candi Sewu, Candi Gedungsongo, dan masih banyak lagi. Juga bangunan
pertapaan – wihara merupakan bangunan berundak. Bangunan ini dapat dilihat
pada beberapa Candi Plaosan, Candi Jalatunda, Candi Tikus, dan masih banyak
lagi. Bentuk lain berupa stupa berundak yang dapat dilihat pada bangunan
Borobudur. Di samping itu juga terdapat bangunan Gua, seperti Gua
Selomangkleng Kediri, dan Gua Gajah. Bangunan lainnya dapat berupa gapura
paduraksa seperti Candi Bajangratu, Candi Jedong, dan Candi Plumbangan.
Candi secara keseluruhan menggambarkan hubungan makrokosmos atau
alam semesta yang dibagi menjadi alam bawah, alam antara, dan alam atas.
Alam bawah tempat manusia yang masih mempunyai nafsu, alam antara tempat

18
manusia yang telah meninggalkan keduniawian dan dalam keadaan suci
menemui Tuhannya, serta alam atas tempat dewa-dewa.

8. Sistem Penanggalan
Dalam perkembangan Hindu Buddha di Indonesia memiliki perhitungan
kalender yang disebut kalender saka. Perhitungan pada kalender saka, satu tahun
saka terdiri atas 365 hari. Pada sistem kalender dalam masyarakat berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan, seperti upacara keagamaan.
Di Indonesia penggunaan kalender Saka dimodifikasi dengan unsur-
unsur penanggalan local terutama di Jawa dan Bali, seperti penggunaan candra
sangkala atau kronogram dalam memperingati sebuah peristiwa. Candra
Sangkala adalah penulisan tahun dalam bentuk sandi (perlamabang) yang
biasanya diwujudkan dalam bentuk unataian kalimat agar mudah diingat.
Berbagai peristiwa yang diberi sengkalan macam-macam seperti berdirinya
sebuah Kerajaan, runtuhnya kerajaan, meninggalnya raja dari suatu kerajaan,
dan tahun pembuatan karya sastra.

19
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejak semula tampak bahwa letak geografis Nusantara (yang kemudian
menjadiIndonesia) memainkan peran utama sejak zaman pra-aksara. Faktor
geografis ini tampaknyamerupakan factor permanen dalam perjalanan
sejarah Indonesia sepanjang masa. Peran ituditunjukkan di zaman Hindu-
Buddha, ketika jalur utama dalam pelayaran samudra semakin pesat dan
mengintegrasikan daerah antarpulau. Kondisi demikian didukung
denganketerlibatan nenek moyang kita secara aktif dalam perdagangan laut,
dan mengarungi lautan. Ini pada gilirannya telah menumbuhkan kekuatan
ekonomi dan politik yang besar di Nusantara sehingga mampu
mengintegrasikan wilayah-wilayah di Nusantara terutama era Kerajaan
Sriwijaya, Singhasari dan Majapahit.
Silang budaya Nusantara di zaman pra-aksara terlihat jelas ketika
masuknya pengaruh budaya Austronesia. Sebagian besar dimungkinkan
berkat posisi silang letak geografis Nusantara (di antara dua benua dan dua
samudra). Sekali lagi pola itu diulangi lewat integrasi budaya dominan
seperti Hindu-Buddha. Sumbangan terbesar dari zaman Hindu-Buddha
ialahmembebaskan Nusantar dari zaman pra-aksara dan memberi jalan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk zamannya. Budaya tulis
tetap merupakan bagian pentingdalam perkembangan peradaban sampai hari
ini. Meskipun sekarang kita sudah mengenalmedia cyber (media maya),
budaya tulisan tidak akan pernah ditinggalkan dan bahkan akansemakin
maju apabila generasi kita semakin menguasai bahasa tulis

20
Daftar Pustaka

Ade Rizky, 2013, Belajar Praktis sejarah Indonesia. Klaten: Viva Pakarindo.

Sumber lain:

www.foto-foto.com

https://www.academia.edu

https://www.wikipedia.org/

https://www.kompas.com

https://ex-school.com/

https://histori.id/

https://kumparan.com/

21

Anda mungkin juga menyukai