Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

DASAR DAN PENGERTIAN UMUM

PERIZINAN

A. Tugas Negara dalam mewujudkan Tujuan negara


1. harus memberikan perlindungan kepada penduduk dalam wilayah
tertentu.
2. negara harus dapat memberikan pelayanan kehidupan masyarakat
di bidang POLEKSOSBUD
3. Negara harus dapat menjadi wasit yang tidak memihak antara pihak
yang berkonflik dalam masyarakat
4. menyediakan sistem yudisial yang menjamin keadilan dasar dalam
hubungan kemasyarakatan

kelompok pertama harus memberikan perlindungan dari ancaman baik


dari dalam maupun dari luar negeri, termasuk ancaman bencana yang
sering terjadi dimana-mana dari ulah manusia maupun karena
alamnya.

Kelompok kedua menjamin setiap warganegaranya untuk


mengembangkan sesuai dengan minat dan bakatnya dalam aspek
POLEKSOSBUD, termasuk memperkecil kemiskinan yang sebagian
masih menjerat warga negara.

Kelompok ketiga dan ke kempat adalah menyediakan sebuah


lembaga yudisial yang dapat menyelesaian konflik akibat beda
pendapat yang tidak bisa diselesaikan antar mereka yang akibatnya
menimbulkan sengketa yang berkepanjangan.

Tugas-tugas tersebut menyebabkan begitu banyak keterlibatan negara


sebagai negara yang ingin mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dngan berbagai aktivitas yang sangat luar biasa.

B. Pemerintah Perlu Bertindak Aktip


Sampai dengan sekarang ini masih banyak sebagian kecil
masyarakat yang mengeluh bahwa, Pemerintah dalam bertindak
belum menunjukkan perannya yang agresip (alias lamban) melakukan
setiap masalah yang dihadapai masyarakat pada umumnya walaupun
seiring dengan kemajuan IPTEK khususnya elektonik. Sebagai negara
yang berkomitmen negara kesejahteraan, interfensi pemerintah dalam
segala aspek kehidupan senantiasa selalu hadir dalam setiap kesulitan
masyarakat sekecil apapun, Hal ini menunjukkan tangungjawab
Pemerintah terhadap keamanan dan kesejahteraan warganagara
benar-benar aktip.
Sebagai negara wefare staat (negara kesejateraan)
kesejahteraan umum itu harus terwujudkan dalam arti :
1. Teori keamanan : harus terjaminnya kehidupan yang aman sentosa
2. Teori kesejahteraan : harus terpenuhinya kebutuhan pokok
manusia yang meliputi sandang, papan pangan, kesehatan dan
pekerjaan serta berwisata
3. Teori effisien kehidupan yang terpenting adalah hidup secara
seefisien mungkin agar supaya kemakmuran dan produktivitas
meningkat
4. Teori Kemakmuran bersama (Common Wealth) kepentingan
masyarakat yang utama adalah kebahagiaan dan kemakmuran
bersama dimana ketegangan – ketegangan sosial dapat
dikendalikan dengan baik dan perbedaan antara kaya dan miskin
tidak semakin melebar.
Dengan demikian upaya mencapai negara kesejahteraan harus
terus menerus secara berkesinambungan dari pemerintah yang satu
dengan penggantian yang lain tak ada putusnya dimaksimalkan, seperti
halnya cerita bersambung yang tidak ada putuskan. Satu sama lain
memiliki keterkaitan tidak bisa diputus begitu saja.
C. Macam-Macam Tindakan Pemerintah
1. Tindakan Pemerintah yang terikat oleh masa jabatan yang tertentu
yang tidak berlaku tanpa batas
2. Tindakan Pemerintah selalu terikat oleh hukum, yang berlaku baik
yang tertulis maupun yang tidak tertulis (AAUPB)
3. Dalam hal adanya tindakan yang mencabut keputusan , selalu
disertai oleh landasan hukum yang kuat baik tertulis maupun tidak
tertulis.
D. Batasan Pemerintah dalam bertindak
1. Dibatasi oleh asas yuridis (rechtmatiheid) artinya keputusan
Pemerintah maupun administrasi tidak boleh melanggar hukum
(onrechtmatige overheidsdaad)
2. Dibatasi oleh asas legalitas, artinya keputusan harus diambil
berdasarkan suatu ketentuan undang-undang. (tidak boleh
menyimpang dari undang-undang
3. Pejabat TUN dlm menjalankan tugas tidak boleh menolak
mengambil keputusan (asas diskresi) dengan alasan tidak ada
peraturannya. bisa mengambil keputusan sepangjang tidak
bertentangan dari kedua asas di atas.
3.1. diskresi bebas (undang-undang hanya mengatur batas-
batasnya)
3.2. diskresi terikat yakni jika undang-undang menetapkan
beberapa alternatif untuk dipilih salah satu yang oleh PTUN
dianggap paling dekat.
E. Ketidak wenagan Badan / Pejabat TUN
1. Ketidak wenangan ratione Materiae (kopetensi) yakni ketidak
wenangan karena karena kopetensinya tidak dimiliki. misal
penerbitan ijasah karena bukan wewenangnya
2. Ketidak wenangan ratione loci ( batasan lingkungan wilayah) yakni
ketidak wenangan karena melibihi batas wilayahnya. misalnya
Gubernur KALTIM tidak berhak mengatur diluar KALTIM
3. Ketidak wenangan Ratione temporis (batas waktu) yakni pejabat yg
sudah pensiun tidak lagi memiliki kewenagan mengeluarkan Surat
Keputusan.
4. Ketidak wenangan Kuorum (Jumlah suara 50 + 1) berdasarkan suara
terbanyak
F. Pengertian Izin
1. Menurut JBJM. ten Berge
Izin merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan
undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan
tertentu menyimpang dari ketentuan terlarang perundang-
undangan ( izin dalam arti sempit).
Dalam definisi di atas, bahwa suatu pihak tidak dapat melakukan
sesuatu kecuali diizinkan . artinya kemungkiinan untuk seseorang
atau suatu pihak tertutup kecuali diizinkan oleh pemerintah.
2. Van der Pot
izin adalah tindakan perbuatan peraturan yang secara umum tidak
dibenarkan, akan tetapi dapat dibuat dengan memenuhi cara-cara
yang telah ditentukan.
3. W,F. Prins
izin diberikan pada perbuatan yang tidak dilarang, tidak merugikan
dan dibawah pengawasan administrasi negara (Pejabat TUN)
4. Menurut Pasal 1 angka 19 UU No. 30 Tahun 2014
Izin adalah keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang
sebagai wujud persetujuan atas permohonan warga msyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Simpulan
5.1. izin diartikan suatu penetapan yang merupakan dispensasi
daripada suatu larangan oleh undang-undang. biasanya
larangan tersebut diikuti dengan perincian dari syarat-syarat,
kreteria-kreteria dsb yang perlu dipenuhi
5.2. izin selalu beranjak dari ketentuan yang pada dasarnya “tidak
melarang” , suatu perbuatan, tetapi untuk dapat
melakukannya diisyaratkan prosedur tertentu yang harus
dipebuhi oleh pemeohon yang memperoleh dispensasi dari
larangan tersebut, disertai dengan penetapan prosedur dan
juklak (petunjuk pelaksana) kepada Pejabat TUN yang
bersangkutan.
a. Dispensasi Menurut Van der Pot
adalah keputusan Pejabat TUN yang membebaskan
sesuatu perbuatan dari peraturan yang melarang
perbuatan itu.
b. Menurut Prins
dispensasi adalah suatu perbuatan-perbuatan yang
meniadakan berlakunya suatu perbuatan perundang-
undangan untuk suatu persoalan istemewa.
c. Menurut Pasal 1 angka 21 UU.No. 30 Tahun 2014 TTG
Administrasi Pemerintahan
Dispensasi adalah keputusan Pejabat TUN yang berwenang
sebagai wujud persetujuan dari kesepakatan badan
dan/atau Pejabat TUN dengan selain badan/atau Pejabat
TUN dalam mengelola fasilitas umum dan/atau SDA dan
pengelolaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
d. Simpulan
(1). dispensasi merupakan RELAZASIO REGIS hal ini berarti
dalam keadaan tertentu suatu ketentuan umum
dinyatakan tidak berlaku untuk hal tertentu.
(2). Dispensasi merupakan suatu penetapan yang bersifat
“DEKLARATOR” yang menyatakan bahwa suatu
ketentuan undang-undang memang berlaku bagi kasus
sebagaimana dijalankan oleh permohonan. Misal
dibebaskannnya untuk ..... membayar...melakukan.
dsb.
(3). tujuan dispensasi adalah agar seseorang dapat
melakukan suatu perbuatan hukum dengan
menyimpang dari syarat-syarat undang-undang /
Peraturan yang berlaku , dengan cara pengajukan
permohonan secara tertulis. Misal Pasal 7 ayat (1).
Mewajibkan perkawinan iizinkan bagi laki-laki usianya
19 tahun bagi wanita usianya 16 tahun. Jika tidak
memenuhi syarat tersebut harus adanya izin dispensasi
dari Pengadilan (Umum) atau Pengadilan (Agama) .
6. Lisensi Menurut Prins

6.1. Adalah izin guna menjalankan suatu usaha /perusahaan


dengan leluasa, sehingga tidak ada gangguan alias adanya
simbiosis mutualisme (saling menguntungkan).

Misalkan :

- lisensi untuk mengelola minuman cocacola


- mendirikan tempat perjudian
- import – ekspport bawang dan garam
- menambang intan di martapura
- Tempat pemotongan hewan dll

6.2. Konsesi menurut Van der Pot

kuputusan TUN yang berkenaaan suatu subyek hukum


swasta berama pemerintah untuk melakukan perbuatan
yang penting bagi umum
6.3. Konsesi menurut Prins

izin atas hal yang penting bagi umum Misal masalah izin
pertambangan Indonesia

6.4. Konsesi menurut Pasal 1 angka 20 UU No. 30 Tahun 2014


TTG Administrasi Pemerintahan adalah Keputusan Pejabat
TUN yang berwenang sebagai wujud persetyjuan dari
kesepakatan badan dan/atau Pejabat TUN dengan selain
badan dan/atau Pejabat TUN dalam pengelolaan fasilitas
umum dan/atau Sumber Daya Alam (SDA) dan pengelolaan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan .

7. Rekomendasi

adalah pertimbangan yang diberikan oleh badan dan/atau


Pejabat TUN yang berwenang untuk digunakan dalam
pemberian izin pada suatu bidang tertentu.

Rekomendasi ini merupakan instrumen penting dalam perizinan,


karena rekomendasi ini diberikan oleh pejabat TUN yang
memiliki kompetensi dan kapasitas khusus bidang tertentu .
misalkan Rokemendari bidang pengelolaan perkebunan dari
menteri Pertanian . Akibat rekomendasi ini tidak selalu
langsung memiliki daya ikat artinya Instansi berwenang
menertbitkan izin dapat menggunakan rekomendasi sebagai
acuan atau referensi, tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi
Pejabat TUN menerbitkan izin menggunakan pertimbangan lain.
Tetapi biasanya rekomendasi tersebut selalu diindahkan oleh
Pejabatb TUN .

8. Tujuan dari sistem izin


8.1. Mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu. Misal IMB
8.2. Mencegah bahaya terhadap lingkungan Misal AMDAL
8.3. Melindungi obyek tertentu. Misal Purbakala
8.4. Membagi-bagi benda yang sedikit. Misal sarang walet
8.5. Mengarahkan dengan seleksi orang-orang dan aktivitas
tertentu. misal Izin mengemudi (SIM)
9.6. Tujuan tertentu misal PNS/ASN hak cuti
9. Aspek yurudis pada izin
9.1. larangan yg bersifat membebani warga untuk memenuhi
syarat-syarat tertentu sebagaimana yg diatur dalam
undang-undang
9.2. persetujuan yang merupakan dasar kecualian (izin) yang
merupakan keputusan sepihak dari pejabat TUN atas
dasar wewenang ketatanegaraan atau ketatausahaan
untuk menciptakan suatu keadaan yang kongkrit,
individual, dan Final (KIF)
9.3. izin sebagai salah satu pengendali pemerintah
B A B II
URGENSI SUSUNAN IZIN
A. Bentuk dan Urgensi Izin
1. bentuk keputusan TUN-nya bisa lisan misal pembubaran massa
berkumpul, sifatnya sekali saja selesai, izin mendarat secara darurat
2. Keputusan bisa berbentuk
B. Urgensi Izin
1. sebagai landasan hukum, untuk melakukan aktivias agar sah atau
legal misal Mendirikan PTS harus ada izin
2. Menjamin kepastian hukum
3. Melindungi kepentingan, pemerintah dan pemohon
4. sebagai alat bukti dalam hal ada gugatan atas keputusan
pemerintah yang bersifat (KIF).
C. Susunan Izin
Susunan izin ini selalu berbeda-beda tergantung daerah yang
mengeluarkan. ada yang ringkas padat, ada pula yang panjang dan
berbelit-balit.
Secara umum dalam izin selalu memuat sebagai berikut :
1. organ yang berwenang yang menjadi kewenangan pejabat TUN
yang harus betangggung jawab atas terbitnya izin
2. yang dialamatkan
artinya pihak-pihak yang diberikan izin sesuai dengan permohonan
yang dimohonkan , yang jelas identitasnya, baik dimohonkan
sendiri maupun melalui orang lain dengan jasa maupun kuasa
hukumnya.
3. Pemberian alasan
3.1. baik secara filosofis
3.2. yuridis (hukum)
3.3. sosiologis kepentingannya untuk pihak ketiga manakala
terjadi kepentingan bagi pihak ketiga yg menimbulkan
kerugian
3.4. Diktum (amar keputusan izin)
utamanya atas dikabulkannya permohonan tersebut, atau
sebagai jawaban pengabulan izin
3.5. Ketentuan pembatasan dan syarat-syarat izin
a. dari aspek kewenangan pejabat TUN pembatasnya adalah
peraturan perundang-undangan yang harus ditaati oleh
pejabat TUN
b. dari aspek pemohon harus ditaati apa yang
tersebut/tersurat dalam izin .Pembatasan tersebut bisa
meliputi :
(1). pembatasan masa berlakunya izin
(2). tidak diperkenalkan menimbun material di jalan
(3). kontruksi harus sesuai standart kontruksi

6. Pemberitahuan tambahan

misaknya perpanjangan izin jika waktu yang diberikan


masih perlu adanya peambahan waktu agar kegiatan
menjadi tuntas
B A B III

PROSEDUR PENERBITAN IZIN

A. Adanya Permohonan
sebagaimana dijelaskan di halaman depan, bahwa ijin adalah
perbuatan sepihak oleh Pejabat TUN yang memiliki kewenangan untuk
itu, dan selalu didahului adanya permohonan bagi orang/badan hukum
perdataa yang memiliki kepentingan tersebut. Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Pengajuan permohonan izin secara tertulis
2. mengisi formulir yang telah disediakan beserta persyaratan lainnya
3. Penelitian persyaratan dan peran serta, Pejabat TUN harus
bertindak cermat dan penuh kehati hatian (Ingat asas AAUPB),
kadang kala dilakukan pengujian sebelumnya jika persyaratannya
diharuskan seperti itu misal (SIM). Pengecekan ke lapangan untuk
melihat yang senyatanya.
4. Pengambilan keputusan
4.1. permohonan ditolak (karena tidak memenuhi persyaratan)
4.2. Permohonan dikabulkan (memenuhi perysratan, melalui
pemeriksaan berjenjang, kepala seksi, kepala bidang, dan
(kepala yang memenuhi kewenangan menerbitkan izin).
untuk ditandatangani, tidak menutup kemungkinan
penerbitan izin melibatkan instansi terkait, dan bila demikian
instansi terkait hanya cukup memberikan paraf, tanda
persetujuannya.
5. Penyampaian Izin
5.1. baik langsung maupun tidak langsung
5.2. melalui pengumuman
6. Merangkai produk hukum dan peraturan dalam pembentukan izin
Dalam merangkai produk hukum ini dapat mengacu pada Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
6.1. Peraturan Perundang-undangan
adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang dan mengikat umum.
Unsur-unsur Pembentuk peraturan perundang-undangan
meliputi
a. Peraturan tertulis
b. dibentuk lembaga negara atau pejabat yang berwenang
(DPR dan Presiden /pusat) dan daerah DPRD dan PEMDA
c. mengikat secara umum (ditujukan kepada publik, khalayak
atau msyarakat, bersifat mengatur) bukan individu
6.2. Undang – undang
merupakan produk hukum yang menjadi bagian dari
peraturan perundang-undangan yang dari sisi materi muatan
yang harus diatur dalam undang-undang :
6.2.1. mengatur lebih lanjut ketentuan UUD NRI 1945 yang
meliputi hal-hal :
a. hak-hak asasi manusia
b. hak dan kewajiban warga negara
c. pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta
pembagian kekuasaan negara
d. wilayah negara dan pembagian daerah
e. kewarganegaraan dan kependudukan
f. keuangan negara
6.2.2. diperintahkan oleh suatu undang-undang untuk diatur
dengan undang-undang

dalam penerbitan izin selalu dikaitkan dengan peraturan


perundang-undangan yang terdekat dengan undang-undang
yang mengaturnya.

6.3. Peraturan Pemerintah (PP)


materinya untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya. Yang dari aspek pembuatannya cukup hanya
sebatas Presiden / para menterinya yang berbeda dengan
undang-undang, sehingga cukup fleksibel . Mengingat
Peraturan Pemerintah dikeluarkan untuk melaksanakan apa
yang diamatkan oleh undang-undang, dapat dimengerti
bahwa apabila peraturan pemrintah dalam satu undang-
undang juga sangat banyak dan beragam . Dalam kaitannya
dengan izin PP banyak memberikan dasar pengaturan yang
mesti diperhaikan oleh badan atau Pejabat TUN.
6.4. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh
Undang-Undang atau materi untuk melaksanakan Peraturan
Pemerintah . PERPRES merupakan produk hukum yang ada
sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan .
Sebelum adanya pengaturan undang – undang ini dikenal
adanya “Keputusan Presiden” Menurut Hamid
Atamimi,KEPRES ini sebagai wadah bagi aneka ragam
Peraturan dan Keputusan Presiden, yaitu :
1. Peraturan perundang-undangan yang delegasian
(delegeerde wettelijke regels)
2. Peraturan yang menyelenggarakan kebijakan
pemerintahan yang tidak terikat (beleidsregels)
3. keputusan TUN yang bertujuan umum (besluiten van
algemene strekking)
4. keputusan TUN ditujukan kepada orang/orang-orang
tertentu, yang disebut keputusan Tata Usaha Negara
(besluiten gericht tot bepaalde persoon/personen atau
beschikkingen)

Istilah keputusan kiranya dapat meliputi produk hukum baik


yang bersifat mengatur maupun yang bersifat menetapkan.

Misalkan KEPRES bersifat mengatur KEPRES Nomor 55 tahun


1993 tentang Pengadaan Tanah Untuk kepentingan umum
Dalam rangka Pembangunan.

KEPRES yang bersifat Penetapan yakni dulu pengangkatan


seseorang menjadi DUTA BESAR suatu negara tertentu.

6.5. Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Pusat


Di samping adnya produk hukum yang sifatnya mengatur
yang penerbitannya oleh organ Pemerintah Pusat
sebagaimana disebutkan di atas, ada pula prodduk hukum
yang dikeluarkan perintah pusat atas dasar delegasi dari
undang-undang yang diberikan kepada Menteri, membuat
peraturan menteri pelaksanaan yang mengacu pada undang-
undang yang memberinya dan mengikat secara umum.
Demikian Peraturan Menteri mendelegasikan kepada DIRJEN
untuk membuat Peraturan yang lebih kongkret dan terperinci
yang sering pula menjadi acuan terbitnya sebuah izin.
6.6. PERDA (peraturan Daerah)
1. PERDA Provinsi dibuat oleh DPRD Prov. dan DPRD Prov.
2. PERDA Kab/Kota dibuat DPRD Kab/Kota dan
Bupati/Walikota
3. PERDES yang setingkat dibuat Badan Perwakilan Desa
bersama Kepala Desa atau nama lain

Dalam kaitannya dengan izin PERDA dijadikan acuan dalam


rangka penerbitan izin tertentu. Juga dalam rangka
pemberian kewenangan kepada instansi pemerintah di
daerah untuk melakukan penataan lebih lanjut. Seperti
halnya izin yang secara berjenjang mengacu pula pada
peraturan yang ada di atasnya (ingat teori anak tangga Stufen
Bau Teori dari Hans Kelsen.

6.6.1. Peraturan Kepala Daerah


Jenis Produk Hukum Daerah Menurut PERMENDAGRI
Nomor 15 Tahun 2006 antara lain :
a. Peraturan Daerah (PERDA)
b. Peraturan Kepala Daerah
c. Peraturan Bersama Kepala Daerah
d. Keputusan Kepala Daerah dan
e. Instruksi Kepala Daerah
Produk hukum Daerah ada 2 macam yang bersifat Mengatur dan
yang bersifat penetapan.

6.1.2. Produk hukum yang bersifat mengatur antara lain :

a. PERDA atau sebutan lai

b. Peraturan Kepala Daerah

c. Peraturan Bersama (antar daerah dalam hal kerjasama)

6.1.3. Produk hukum yang bersifat Penetapan antara lain :

a. Keputusan Kepala Daerah

b. Instruksi Kepala Daerah

6.7. Peraturan Kebijaksanaan

Peraturan kebijaksanaan atau disebut diskresi, orga


pemerintah juga mempunyai kewenangan tidak terikat, kewenangan ini
disebut diskresi atau “freis ermessen “, Terbitnya hukum kebijasanaan ini
adalah ingin menjabarkan atau menjelaskan peraturan perundang-undangan
yang sifatnya masih samar, atau belum ada pengaturannya karena pejabat
TUN mau tidak mau harus mengeluarkan putusan untuk menyelesaikan
masalah sebab Pejabat TUN “tidak boleh menolak karena hukumnya belum
ada” . Lalu dibuatlah hukum kebijaksanaan yang juga harus mengacu pada
peraturan perundang-undangan “paling tidak yang lebih mendekati, atau
tidak boleh sama sekali bebas begitu saja.
B A B IV

IZIN SEBAGAI SEBUAH BESCHIKKING

(KETETAPAN PEMERINTAH)

A. Pengertian Beschikking
Beschikking ( Belanda ) sering diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia =Keputusan = Ketetapan = Keputusan Tata Usaha Negara
(KTUN) .
1. Menurut Prins Beschikking
Beschikking adalah suatu tindakan hukum yang bersifat sepihak di
bidang pemerintahan yang dilekukan oleh suatu badan pemerintah
berdasarkan wewenang yang luar biasa.
2. Menurut Utrecht
Beschikking adalah suatu perbuatan publik bersegi satu (dilakukan
oleh alat-alat pemerintah berdasarkan suau kekuasaan istimewa)
3. Sjachran Basah
Beschikking adalah sebagai suatu keputusan tertulis administrasi
negara yang mempunyai akibat hukum
4. Menurut KTUN
Beschikking KTUN adalah penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
badan/Pejabat TUN, yang berisi tindakan hukum TUN yang
berdasarkan Peraturan perudang-undangan yang berlaku, bersifat
Konkret, individu, final (KIF) yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang/badan hukum perdata.
Dari definsi tersebut unsur-unsur yang membentuk KTUN adalah
1. penetapan tertulis
2. dari badan/pejabat TUN
3. tindakan hukum tata usaha negara
4. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
5. sifatnya konkret, individual, final (KIF)
6. menimbulkan akibat hukum
7. untuk seseorang/badan hukum perdata
B. Izin sebagai Beschikking : (Keputusan/Ketetapan Tata Usaha Negara
Izin merupakan sebuah keputusan yang dikeluarkan oleh Organ
pemerintah yang ditujukan kepada seseorang atau suatu pihak untuk
dapat dilakukannya suatu kegiatan tertentu., yang tanpa adanya izin
kegiatan tersebut dilarang dengan maksud menimbulkan akibat hukum
tertentu.
nsur-unsur daripada izin antara lain :
1. izin sebagai ketetapan tertulis
dimaksudkan untuk mempermudah dalam rangka pembuktian.
mudah diingat, menghindari pengingkaran.
2. Keputusan yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN
Karena atas dasar kewenangannya badan/Pejabat TUN
mengeluarkan izin secara sah.
3. Keputusan tersebut berisi Tindakan Hukum TUN
Keputudan TUN tersebut dimaksudkan untuk membedakan dengan
tindakan hukum perdata , ataupun tindakan hukum Pidana, yang
memiliki konsekwensi hukum Tata Usaha Negara.
4. Keputusan yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku
artinya peraturan perundang-undangan yang bersifat mengikat
secara umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat (DPR)
bersama Persetujuan Pemerintah (PRESIDEN) di tingkat Pusat,
maupun di tingkat daerah serta semua Keputusan badan atau
Pejabat TUN, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah yang
juga bersifat mengikat secara umum. Dalam Penerbitan izin selalu
mengaitkan peraturan sebagaimana dimaksud.
5. Dasar dalam penerbitan izin pada umumnya Peraturan
Perundangan yang masih berlaku
Penerbitan izin baik dari pusat maupun dari daerah selalu mengacu
pada hukum yang tertulis dan yang masih berlaku
6. Bersifat konkret
maksudnya keputusan itu ditujukan kepada yang nyata atau pihak
lain, yang sudah pasti dan bukan bersifat abstrak
7. Individu
maksudnya ditujukan kepada individu atau pihak tertentu,
sebagaimana dimohonkan yang dikabulkan. jelas identitasnya.
Bukan ditujukan kepada masyarakat umum
8. Final
Proses pembentukan keputusan itu telah selesai, telah definitif.
Tidak lagi menunggu persetujuan orang lain lagi.
9. Keputusan yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang/badan
hukum perdata
Dengan adnya izin maka akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi
pemegang izin yang sebelumnya hal tersebut tidak ada. atas
kegiatan yang diizinkan itu. dengan keputusan yang KONSTITUTIF
(keputusan yang menimbulkan hak baru bagi pemegangnya)

C. Macam-Macam Beschikking
1. Keputusan yang membebani dan keputusan yang menguntungkan
1.1. keputusan yang membebani
apabila keputusan dimaksud menimbulkan beban atau
kewajiban-kewajiban tertentu pada pihak yang dikenai.
1.2. keputusan yang menguntugkan
apabila pihak-pihak yang dikenai keputusan itu akan dapat
satu atau dua keuntungan lebih dengan adanya keputusan
itu .
Suatu keputusan dikatakan membebani atau menguntungkan
itu tergantung pada pihak yang mengajukan permohonan
(yang dituju)
1.3. Keputusan bersifat perorangan dan keputusan bersifat
kebendaan
1.3.1. keputusan bersifat perorangan
kalau penerbitannya didasarkan pada kualifikasi
subyeknya yang telah memenuhi syarat berkaitan dengan
pribadi subyek, sehingga konsekwensi yuridisnya adalah
keputusan tersebut tidak dapat dipindahkantangankan.
(misal SIM, Brevet terbang Pilot, Surat izin berburu dari
perbakin) dll
1.3.2. lahirkan keputusan tidak didasarkan pada kuslifikasi
subyek daripada pihak yang dikenainya. konsekwensi
yuridisnya bahwa keputusan itutidak melekat pada subyek
yang dikenainya, Oleh karena itu keputusan yang demikian
ini dapat dipindah tangankan pada orang lain . Misal IMB
dapat dialihkan kepada orang lain bersamaan tanahnya.
Izin usaha industri, izin usaha perdagangan
1.3.3. Keputusan Positif dan Keputusan Negatif
1.3.1. Keputusan Positif

adalah apabila menimbulkan keadaan hukum


(rechtssituatie) yang baru dan membatalkan
ketetapan yang lain . Suatu ketetapan yang baru
membatalkan ketetapan yang lama.

1.3.2. Keputuan negatif

yaitu keputusan yang tidak mengadakan perubahan


dalam suatu keadaan hukum tertentu yang telah
ada, maka suatu keputusan negatif adalah tiap
penolakan atas permohonan untuk mengubah suatu
keadaan hukum tertentu yang telah ada. Contoh
menambah bangunan dalam IMB, kemudian
diadakan penolakan oleh Pejabat TUN

1.4. Keputusan Bebas dan Keputusan Terikat


1.4.1. Keputusan Bebas
apabila lahir dari kewenangan bebas yang dimiliki oleh
organ pemerintah, organ dimaksud dapat menggunakan
wewenangnya secara mandiri . Misal Bupati dapat
menerbitkan izin IMB. Kata dapat dimaknai adanya ruang
bebas bagi bupati untuk mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan IMB
Contyoh lain adanya PERDA atau peraturan lain yang
menggunakan kata-akat samar (kesopanan dan
kesusilaan) yang ukurannya tidak jelas. bisa dimaknaan
secara subyektif bagi Pejabat TUN ybs.
1.4.2. Keputusan yang terikat
didalam aturan yang mendasari pada Pejabat TUN tidak
diberikan ruang dalam undang-undang untuk menafsirkan
secara mandiri, kecuali harus melaksanakan aturan yang
mendasarinya . Misal mengurus izin SIM harus sudah
berusia 17 Tahun
1.4.3. Keputusan Deklaratur dan Keputuan Konstitutif
1.4.3.1. Keputusan Deklaratur
Hubungan hukum dalam keputusan itu sebenarnya
sudah ada sebelumnhya dikeluarkan keputusan. jadi
keputusan tersbut hanya bersifat penegasan
misalnya KTP, sertipikat . sebab sebelum adanya KTP
dan sertipikat pemegang haknya sudah ada
hubungannya dengan penerbit KTP dan sertikat dan
hak sebelumnya.
1.4.3.2. Keputusan Konstitutif
keputusan yang menimbulkan hubungan hukum
baru, konsekwensinya tanpa adanya keputusan
tersebut, maka tidak akan ada hak baru .
Misalnya. Kelahiran anak (dari aspek hukum
pembuktian hukumnya adalah mutlak otentik
kebenarannya).
1.4.4. Keputusan Kilat dan Keputusan Langgeng / tetap (abadi)
1.4.4.1. Keputusan Kilat
keputusan yang memiliki jangka waktu yang singkat
Misalnya izin keramaian. Untuk melakukan DEMO,
izin pentas musik untuk waktu yang singkat.
biasanya izin ini hanya berlaku sekali saja, bukan
berkali kali.
1.4.4.2. Keputusan yang langgeng / abadi
keputusan yang memiliki jangka waktu lama,
bahkan bertahun tahun , bahkan selama-lamanya.
misalnhya izin usaha industri, izin perdagangan, izin
mendirikan PTS, Rumah sakit dsb.

Anda mungkin juga menyukai