PENDAHULUAN
Pelayanan public yang belum optimal di tambah dengan sering di temui maladministrasi
Governance) dalam rangka Reformasi Birokrasi. Belakangan pemerintah semakin giat membuat
berbagai peraturan dalam tubuh birokrasi salah satunya dengan meluncurkan Grand Desain
reformasi birokrasi nasional melalui Perpres no. 81 tahun 2010 agar upaya reformasi birokrasi
dapat lebih baik dan terarah serta berkelanjutan. Seluruh kementrian mengikuti pelaksanaan
Grand design ini yang berada dibawah pengelolaan tim nasional reformasi birokrasi. Pencapaian
Negara yang strategis hendak diraih predikat bebas korupsi, peningkatan kapasitas dan
Mempercepat pencapaian sasaran hasil tersebut, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) adalah suatu langkah cepat guna mencapai sasaran
reformasi birokrasi yang di harapkan pemerintah. Targetnya Secara umum adalah peningkatan
kapasitas dan akuntabilitas organisasi, pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan
1
nepotisme (KKN), serta peningkatan pelayanan publik. Setiap instansi pemerintah diwajibkan
membangun percontohan (pilot project) pelaksanaan reformasi birokrasi pada tingkat unit kerja
melalui pembangunan zona integritas menuju WBK dan WBBM. Predikat Zona Integritas (ZI)
menuju WBK/WBBM merupakan gerbang untuk mewujudkan birokrasi bersih dan melayani.
Rumah Tahanan (RUTAN) Kelas IIB Kotamobagu juga berusaha mendapatkan gelar
WBK.Dan sebagai langkah awal, pembuatan dan penandatanganan Perjanjian Integritas yang
disaksikan oleh pemangku kepentingan publik, tanda tangan merupakan indikator utama. dalam
penilaian. Mendukung kegiatan ini membutuhkan peran masyarakat yang di harapkan berperan
aktif dalam memantau, mengevaluasi, dan meningkatkan pencegahan fraud dan korupsi. Buat
kesepakatan kinerja yang jelas dan evaluasi apakah pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan apa
yang dikatakan dalam kesepakatan kinerja yang dimaksud. Peningkatan pelayanan masyarakat
harus ditingkatkan agar masyarakat bahagia. Untuk dapat mewujudkan hasil sesuai dengan nilai
yang telah ditentukan, maka berbagai sarana dan prasana serta berbagai action dilaksanakan.
Rutan Kotamobagu yang merupakan untuk kerja dari kementerian Hukum dan hak Asasi
pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan dan Hak Asasi Manusia. Rutan Kotamobagu
merupakan unit kerja yang Melakukan pelayanan dan perawatan terhadap para tersangka /
2
Melakukan pengelolaan Rutan serta pelayanan Kunjungan, perawatan WBP dan pelatihan
kegiatan kerja, Pembinaan Kerohanian serta Melakukan urusan tata usaha Rutan.
Dalam implementasi pembangunan zona integritas menuju WBK dan WBBM di Rumah
pengungkit Melalui model yang dapat diuraikan lewat program Manajemen Perubahan, Penataan
Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik merupakan komponen pengungkit yang
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN serta peningkatan kualitas, namun nyatanya Rutan
Jika di amati pokja pelayanan publik paling dapat terlihat dan di rasakan langsung oleh
masyarakat karena di dalam pokja ini menyangkut ketersediaan fasilitas pelayanan public yang
ada beberapa belum tersedia di Rutan padahal itu adalah hal mendasar selain untuk pemenuhan
data dukung juga kewajiban Rutan dalam penyelenggaraan pelayanan public, padahal dalam
Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 1999 Perawatan tahanan adalah proses pelayanan
tahanan yang dilaksanakan mulai dari penerimaan sampai dengan pengeluaran tahanan dari
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) sehingga fungsi Rutan adalah melaksanakan program
perawatan; menjaga agar tahanan tidak melarikan diri; dan membantu kelancaran proses
Tahun 1999 tentang Perawatan tahanan). Pasal 22 ayat (1) Undang- undang No. 25 Tahun 2009
Pelayanan dalam Pasal 1 angka 7 Undang-undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
3
Publik adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan
acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
mengikutsertakan Masyarakat dan Pihak Terkait serta mengacu pada ketentuan teknis yang telah
yang terdapat dalam bunyi peraturan diatas terdapat dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang No.
25 Tahun 2009 yang berbunyi: “Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut
penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan Undang-Undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain
UU No 25 Tahun 2002 Fasilitas Pelayanan Publik yang di maksud antara Lain Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP), Parkiran Motor. Ruang Tunggu PTSP, Penunjuk Arah., Jalur
Disabilitaa, Ruang Advokat, Ruang Kesehatan dan Ruang Ibu Menyusui. Ruang Bermain Ramah
memberikan pelayanan dengan perlakukan khusus kepada anggota masyarakat tertentu sesuai
dengan perlakukan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang digunakan oleh orang
yang tidak berhak. Hal ini jelas menjelaskan bahwa harus menyediakan Fasilitas Khusus untuk
penyandang disabilitas dalam rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang juga
merupakan salah satu dari 6 Area Perubahan yang di tekankan untuk di perbaiki dan di
optimalkan
4
Termasuk juga mengenai mengenai ketersediaannya Fasilitas Publik seperti Ruang
Bermain Ramah Anak (RBRA) yang merupakan amanah dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak yang telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, dan juga Ruang Laktasi yang diatur mengenai penyediaan fasilitas khusus ruang
menyusui melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013
tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau Memerah Air Susu Ibu.
Pengaturan tersebut tentu tidak terlepas dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, pada Pasal 128 yang mengatur hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan. Hal hal ini sebenarnya sudah di sanggupi oleh Rutan
Kotamobagu dengan Surat Keputusan Kepala Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kotamobagu
Pada Rumah Tahanan Kelas IIb Kotamobagu. Di pertegas dengan maklumat pelayanan yang
bunyinya “ Dengan ini kami menyatakan sanggup menyelenggarakan pelayanan sesuai Standard
MOTOTANOBAN. Apabila kami tidak menepati janji, maka kami siap menerima sanksi sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku. Namun dalam pengamatan baru PTSP, Jalur
Disabilitas, Penujuk arah yang baru tersedia itupun belum optimal karena di PTSP masih banyak
keterbatasan dalam melaksanakan Pelayanan, kemudian untuk RBRS dan Ruang Menyusui
belum terlihat.
Berdasarkan hal itu dalam penelitian dilakukan kajian tentang Ketersediaan Fasilitas
Publik tersebut dalam menunjuang Zona Integritas Rutan Kotamobagu Menuju WBK/WBBM.
Dapat diketahui Sudah Dua Tahun Keikutsertaan Rutan Kotamobagu dalam upaya Meraih
5
Predikat WBP namun belum berhasil. Hal ini dinilai kurang baik karena berbagai upaya sudah di
lakukan.Namun belum adanya fasilitas Umum berupa RBRA serta Ruang Laktasi, hal ini menjadi
kesulitan dalam tahap penyesuaian program sehingga terdapat berbagai kesulitan dalam
integritas memiliki penafsiran yang berbeda dalam melaksanakan dan mengisi lembar dokumen
pembangunan zona integritas,pengerjaan yang tidak terencana serta masih banyak berkas yang
kurang sesuai yang di kumpulkan bahkan ada yang tidak di upload, hal ini membuat Harapan
Berdasarkan fakta empiris ini penulis meneliti mengenai factor apa saja yang membuat
pelaksanaan pencanangan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi, terlebih dalam hal
peningkatan kualitas pembangunan fasilitas pelayanan publik. Sehingga penulis mengambil judul
masalah yang perlu dikaji dan dibahas dengan pertanyaan penelitian. Bagaimana implementasi
Adapun tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: menganalisis implementasi
6
1.4 Manfaat Penelitian
Bebas Korupsi Dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani Di Rumah Tahanan Negara
Melalui Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi Rutan Kotamobagu
dalam usaha meraih predikat Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas
Korupsi Dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani Di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kotamobagu.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Administrasi jika di artikan secara etimologi, administrasi berasal dari bahasa Latin
(Yunani) yang terdiri atas 2 (dua) kata, yaitu: “ad” dan “ministrate” yang berarti “to serve”
yang dalam bahasa Indonesia berarti melayani dan/atau memenuhi. Selanjutnya, beberapa pakar
memberikan definisi mengenai administrasi sebagai berikut:1). Dimock & Dimock (1978: 15).
Administrasi berasal dari kata “ad” dan “minister” yang berarti juga “to serve”. Jadi, dapat
dipahami bahwa yang dimaksud administrasi adalah suatu proses pelayanan atau pengaturan. 2).
Sondang P. Siagian (1983). Secara luas, pengertian administrasi adalah keseluruhan proses
kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 3). Dunsire. Administrasi dapat diartikan
individual dan kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik dan sebagai arena bidang
berlaku sebelumnya bahwa manajemen selalu dipahami sebagai kegiatan administrasi atau
mengacu pada pengelolaan arsip, laporan administrasi kepada atasan, dsb. Definisi administrasi
publik sangat bervariasi, bahkan sulit untuk dipertemukan. Variasi tersebut dapat dilihat pada
8
1). Dimock, Dimock dan Fox. Administrasi publik adalah produksi barang dan jasa yang
dirancang untuk melayani kebutuhan masyarakat konsumen. Definisi ini melihat administrasi
publik sebagai kegiatan ekonomi atau bisnis serupa, tetapi secara khusus menghasilkan barang
dan jasa publik. 2). Barton & Chappel. Melihat administrasi publik sebagai “pekerjaan
pemerintah” atau pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah. Definisi ini menekankan
keterlibatan staf dalam penyediaan layanan kepada publik. 3). Negro & Negro. menjelaskan
bahwa administrasi publik adalah kerjasama kelompok dalam lingkungan publik, yang terdiri
dari tiga cabang, yaitu: Yudikatif, Legislatif dan Eksekutif; berperan penting dalam pembentukan
kebijakan publik sehingga menjadi bagian dari proses politik; yang sangat berbeda dengan cara
administrasi swasta dan terkait erat dengan beberapa kelompok swasta dan individu dalam
pelayanan masyarakat. Definisi ini lebih menekankan proses institusional, yaitu bagaimana usaha
kerjasama kelompok sebagai kegiatan publik yang benar-benar berbeda dari kegiatan swasta. 1).
Starling. Melihat administrasi publik sebagai semua yang dicapai pemerintah atau dilakukan
sesuai dengan yang dijanjikan pada waktu kampanye pemilihan. Dengan kata lain, batasan
proses-proses manajemen, politik, dan hukum untuk memenuhi mandat pemerintah dalam
rangka menjalankan fungsi pengaturan dan pelayanan masyarakat.3). Nicholas Henry. Memberi
batasan bahwa administrasi publik adalah suatu kombinasi yang kompleks antara teori dan
dengan masyarakat yang diperintah dan untuk mendorong kebijakan publik agar lebih responsif
9
Dalam kaitannya dengan pendefinisian administrasi publik, Shafritz dan Russel (1997: 5-
41)berpendapat bahwa sulit memberikan satu definisi administrasi publik yang dapat diterima
semua pihak. Karena itu, Shafritz dan Russel memberikan definisi administrasi publik
berdasarkan
publik sebagai “what government does” (apa yang dikerjakan pemerintah), baik langsung
maupun tidak langsung, sebagai suatu tahapan siklus pembuatan kebijakan publik, dan sebagai
kegiatan yang dilakukan secara kolektif karena tidak dapat dikerjakan secara individu.2).Definisi
berdasarkan kategori legal/hukum melihat administrasi publik sebagai penerapan hukum (low in
action), sebagai regulasi, sebagai kegiatan pemberian sesuatu dari penguasa “raja” kepada
rakyatnya dan sebagai bentuk “pengambilan paksa” terhadap pihak-pihak yang kaya untuk
dibagikan ke kalangan miskin, dimana pihak-pihak kaya merasa dirugikan harus tunduk dan
menaatinya.3). Dari segi kategori manajerial administrasi publik dipandang sebagai fungsi
mencapai hasil melalui orang lain), sebagai mickey mouse yang dalam prakteknya merupakan
bentuk “akal-akalan” untuk menghasilkan sesuatu dengan anggaran yang besar tetapi dengan
hasil yang kecil, dan sebagai suatu seni dan bukan ilmu. 4). Dilihat dari kategori mata
pencaharian administrasi publik merupakan suatu bentuk profesi mulai dari tukang sapu sampai
dokter ahli operasi otak disektor publik dimana semua mereka tidak sadar bahwa mereka adalah
administratorpublik.
Dari semua batasan ini ada beberapa makna penting yang harus diingat berkenaan dengan
hakekat administrasi publik yaitu:1). Bidang tersebut lebih berkaitan dengan dunia eksekutif,
meskipun juga berkaitan dengan dunia yudikatif dan legislatif.2). Bidang tersebut berkenaan
dengan formulasi dan implementasi kebijakan publik.3). Bidang tersebut juga berkaitan dengan
10
berbagai masalah manusiawi dan usaha kerjasama untuk mengemban tugas-tugas pemerintah.4).
Meskipun bidang tersebut berbeda dengan administrasi swasta tetapi ia overlapping dengan
administrasi swasta.5). Bidang tersebut diarahkan untuk menghasilkan public goods dan
Kebijakan publik sering dipahami sebagai instrument yang dipakai pemerintah untuk
pendekatan rational choice untuk memilih alternatif terbaik guna memecahkan persoalan yang
dihadapi masyarakat. Kebijakan publik dalam defenisi yang mashur dari Dye adalah whatever
governments choose to do or not to do. Maknanya Dye hendak menyatakan bahwa apapun
kegiatan pemerintah baik yang eksplisit maupun implisit merupakan kebijakan. Interpretasi
kebijakan menurut Dye di atas harus dimaknai dengan dua hal penting: pertama, bahwa
kebijakan haruslah dilakukan oleh badan pemerintahdan kedua, kebijakan tersebut mengandung
Menurut William N. Dunn (dalam Inu Kencana Syafiee, 2006:106) kebijakan publik
adalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau
Adapun pandangan lain menurut Harbani Pasolong (2007:38), pada dasarnya ada
perbedaan antara konsep kebijakan dan kebijaksanaan. Kebijakan merupakan suatu rangkaian
berkenaan dengan suatu keputusan yang memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya dilarang
11
berdasarkan alasan-alasan tertentu seperti pertimbangan kemanusiaan, keadaan gawat dan lain-
lain.Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai alternatif yang
mengandung makna melanggar segala sesuatu yang pernah ditetapkan karena alasan
dan kondisi setempat oleh pejabat yang berwewenang.Dengan perbedaan defenisi tersebut di
(Authoritative Choice), yaitu respons pemilik kewenangan terhadap isu atau problem publik.
Oleh karena itu, kebijakan publik seharusnya mencerminkan berbagai hal berikut:
3. Terstruktur dengan aktor yang dapat diidentifikasi dan tahapan sequential yang dapat
ditemukenali.
4. Pada hakikatnya adalah politis, mengekspresikan hasil pemilihan dan prioritas program
eksekutif.
Sebagai suatu konsep, kebijakan memiliki makna yang luas dan multi
interpretasi.Sebagai contoh, Anderson memberi makna kebijakan sebagai perilaku aktor dalam
bidang kegiatan tertentu. Pengertian di atas sangat luas dan bisa diartikan bermacam-macam,
misalnya sang aktor dapat berupa individu atau organisasi; dapat pemerintah maupun non
12
pemerintah. Demikian pula
13
dengan istilah kegiatan tertentu bisa diartikan kegiatan administratif, politis, ekonomis dan lain-
lain. Di samping itu, bentuk kegiatannya pun luas dan multi interpretasi misalnya dapat berupa
pencapaian tujuan, perencanaan, program, dan sebagainya. Dengan demikian studi kebijakan
adalah studi tentang perilaku berbagai aktor dalam berbagai bidang kegiatan yang mempunyai
membentuk filosofi pemerintahan dan kerangka berpikir otoritas yang diyakini oleh pemerintah
dan menuju pada area kebijakan. Kebijakan publik dapat lebih mudah dipahami jika dikaji tahap
demi tahap, inilah yang menjadikan kebijakan publik menjadi penuh warna dan kajiannya amat
dinamis. Dalam tahapan kebijakan ini, kebijakan dipandang sebagai sebuah siklus yang
dimungkinkan akan terjadi evolusi kebijakan. Sebuah kebijakan akan melewati serangkaian
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tak pernah ada masyarakat yang
terbebas dari isu dalam masyarakat politik mana pun, isu kebijakan publik itu tidak pernah henti;
ia terus berkembang secara dinamik, seirama dengan tingkat perkembangan masyarakat, budaya
politik yang berlaku dan karakter sistem politiknya.Dari waktu ke waktu yang berbeda
barangkali hanyalah daerah kebijakan (policy area) dan jenis isu yang berkembang. Makin
kompleks suatu masyarakat, makin kompleks masalah yang dihadapai, sudah tentu akan makin
kompleks dan beragam pula isu kebijakan yang berkembang dan di hadapi (Solichin Wahab,
2010:38).
pemerintah, masalah publik tersebut harus melewati mekanisme politik untuk mendapatkan
solusi terbaik.Fase ini sering disebut sebagai tahapan formulasi dan legitimasi.
14
Jika masalah-masalah kebijakan benar-benar merupakan keseluruhan dari sistem
masalah-masalah, itu berarti bahwa isu-isu kebijakan pasti sama kompleksnya. Isu-isu kebijakan
tidak hanya mengandung ketidaksetujuan mengenai serangkaian aksi yang aktual atau potensial;
tetapi juga mencerminkan pandangan-pandangan yang berbeda tentang sifat dari masalah-
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kebijakan publik adalah
segala sesuatu yang menjadi pilihan untuk dilakukan ataupun tidak dilakukan oleh pemerintah
pelaksanaanya.
Menurut Nugroho (2012:122-123) kebijakan publik atau Publik Policy dalam bukunya
Publik Policy adalah ”Any of State or Governmental (as the holder of the authority) decision to
manage publik life (as the sphere) in order to reach the misssion of the nation (remember, nation
in consist of two institutions : state and society )”. setiap keputusan yang dibuat oleh negara,
sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara. Kebijakan publik adalah strategi untuk
mengantar masyarakat pada masyarakat awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk
menuju masyarakat yang dicita-citakan.Kebijakan Publik menurut Dunn (dalam Pasolong, 2013)
adalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau
Menurut kamus admnistrasi publik, Chandler dan Plano (dalam hakim 24:2011)
kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-sumber daya yang ada
untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Bahkan Chandler dan Plano juga
15
beranggapan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang kontinum oleh
pemerintah demi kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kebijakan publik adalah sebuah
pilihan atau strategi yang akan dilakukan ataupun tidak dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
Implementasi sebagai ‘getting done “and” doing it’. Dari rumusan yang sederhana ini,
pelaksana, uang dan kemampuan organisasi (Jones dalam Tachan, 2011:86). Implementasi
kebijakan merupakan tahap yang bersifat praktis dan berbeda dengan formulasi kebijakan
consequences of the policy for the people whom it affects” Edward III dalam
publik sekaligus studi yang sangat krusial.Dinilai krusial karena bagaimanapun baiknya suatu
kebijakan, namun apabila tanpa melalui suatu persiapan dan perencanaan yang baik dalam
implementasinya, maka tujuan kebijakan itu tidak akan terwujud. Begitupun sebaliknya, apabila
telah melalui persiapan dan perencanaan implementasi yang cukup matang, namun dalam
perumusan kebijakan itu sendiri tidak baik maka tujuan kebijakan tidak akan terwujud pula.
16
Lalu apakah yang dimaksud dengan implementasi kebijakan? dengan mengutip kamus
Webster, bahwa implementasi diartikan sebagai ‘to provide the means for carryng out
melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu menurut
implementasi kebijakan publik merupakan proses kegiatan adminsitratif yang dilakukan setelah
kebijakan ditetapkan dan disetujui (Tachjan 2006:25). Kegiatan ini terletak di antara perumusan
maksudnya menurunkan atau menafsirkan alternatif-alternatif yang masih abstrak atau makro
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses kebijakan.
Artinya implementasi kebijakan menentukan keberhasilan suatu proses kebijakan dimana tujuan
bahwa: “The execution of policies is as important if not more important than policy making.
Policy will remain dreams or blue prints jackets unless they are implemented” Udoji
Dengan bertumpu pada pendapat tersebut, maka dapat diambil suatu kesimpulan
pengertian bahwa implementasi adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber yang
termasuk manusia, dana dan kemampuan organisasional yang dilakukan oleh pemerintah
maupun swasta. Proses tersebut dilakukan untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh pembuat kebijakan. Sementara dalam pelaksanaan kebijakan merupakan suatu
proses untuk mewujudkan kebijakan “yang masih abstrak” ke dalam realita (Wahab, dalam
Tachan
17
2011).Sejalan dengan pendapat tersebut, mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai
‘tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik secara individu maupun
dalam implementasi kebijakan publik, (1) apakah kebijakannya sendiri sudah tepat. Ketepatan
kebijakan ini dinilai dari sejauh mana kebijakan yang telah ada bermuatan hal-hal yang memang
memecahkan masalah yang hendak dipecahkan. (2) tepat pelaksananya. Aktor implementasi
kebijakan tidak hanyalah pemerintah. Ada tiga lembaga yang menjadi pelaksana, yaitu
diswastakan. (3) tepat target. Ketepatan berkenaan dengan tiga hal. Pertama, apakah target yang
diintervensi sesuai dengan yang direncanakan, apakah tidak ada tumpang tindih dengan
intervensi lain, atau tidak bertentangan dengan intervensi kebijakan lain. Kedua, apakah
targetnya dalam kondisi siap untuk diintervensi atau tidak. Ketiga apakah intervensi
(4) Tepat lingkungan, ada dua lingkungan yang paling menentukan yaitu lingkungan kebijakan
dalam artian interaksi antara lembaga perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan dengan
Yang kedua lingkungan eksternal kebijakan yang terdiri dari publik opinion yaitu
persepsi publik akan kebijakan dan implementasi kebijakan, interpretive institusion yang
dan implementasi kebijakan. Dan indivudual yakini individu-individu tertentu yang mampu
19
publik memahami kebijakan sebagai sebuah aturan main yang dipergunakan untuk masa depan,
disisi lain pemerintah memahami kebijakan sebagai tugas yang harus dilaksanakan.
mendahuluinya. Melalui proses implementasi dapat diketahui sejauh mana suatu kebijakan dapat
sebagai perwujudan rasa tanggungjawabnya terhadap bangsa dan negara. Dengan kata lain,
melalui implementasi akan dapat diketahui apakah suatu kebijakan telah menjawab suatu
Dalam studi kebijakan, bukan persoalan yang mudah untuk melahirkan satu kebijakan
terlebih lagi kebijakan yang memiliki cakupan serta pengaruh yang luas menyangkut sasaran
serta daerah yang besar. Pada tatanan implementas, persoalan sama terjadi karena dalam
melaksanakan satu kebijakan selalu terkait dengan kelompok sasaran dan birokrat itu sendiri.
Pada realitanya, walaupun kebijakan dengan tujuan yang jelas telah dikeluarkan tetap mengalami
hambatan dalam implementasi karena dihadapkan dengan berbagai kesulitan dan hambatan.
Seperti yang dikemukakan oleh Effendi (2000) dan Darwin (1999) bahwa ada kebijakan
yang mudah diimplementasikan tetapi ada pula yang sulit diimplementasikan, oleh Darwin
(1999) ditegaskan “karena itu, salah satu hal yang penting dalam studi implementasi adalah
Pertanyaan yang sama ditegaskan pula oleh Edward II (1980:2) yakni “what are the
Lebih
20
lanjut Darwin menyatakan bahwa ada 5 aspek yang menentukan tingkat implementabilitas
kebijakan publik, yaitu: 1). Sifat kepentingan yang dipengaruhi; 2). Kejelasan manfaat; 3).
Perubahan perilaku yang dibutuhkan; 4). Aparat pelaksana; dan 5). Dukungan sumber daya.
Sunggono (1994) yaitu: 1). Isi kebijakan; 2). Informasi; 3). Dukungan; 4). Pembagian potensi.
Menurut Anderson yang dikutip oleh Sunggono (1994:144-145), faktor yang menjadi penyebab
anggota masyarakat tidak memenuhi dan melaksanakan suatu kebijakan publik, yaitu: a).
Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum; b). Karena anggota masyarakat dalam
suatu kelompok yang mempunyai gagasan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan peraturan
hukum dan keinginan pemerintah; c). Adanya keinginan untuk mencari keuntungan dengan
cepat; d). Adanya ketidakpastian hukum yang mungkin saling bertentangan satu sama lain; dan
e). Apabila suatu kebijakan ditentang secara tajam dengan sistem nilai yang dianut masyarakat.
Suatu kebijakan publik akan menjadi efektif apablia dilaksanakan dan memiliki nilai
positif bagi anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan manusia sebagai anggota masyarakat
harus sesuai dengan apa yang diinginkan pemerintah atau negara. Sehingga apabila perilaku
mereka tidak sesuai dengan pemerintah, maka kebijakan publik akan menjadi tidak efektif.
2.4 Permenpan RB Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Permenpan RB Nomor 52
Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas
mencapai sasaran Reformasi Birokrasi dengan meningkatkan kualitas pelayanan publik serta
21
hasil percepatan Reformasi Birokrasi yang telah dilakukan pemerintah, terutama pada unit
Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas
Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani di Lingkungan
Instansi Pemerintah. 2 Peraturan Menteri tersebut merupakan acuan bagi instansi pemerintah
dan pemangku kepentingan lainnya dalam membangun Zona Integritas Menuju Wilayah
Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Selain itu,
Selain itu, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi (Perpres Stranas PK), terdapat tiga sektor prioritas pencegahan korupsi
yaitu, perijinan dan tata niaga; keuangan negara; dan penegakan hukum dan Reformasi
Birokrasi. Salah satu sub aksi pada sektor penegakan hukum dan Reformasi Birokrasi adalah
tentang pembangunan Zona Integritas. Pembangunan Zona Integritas dianggap sebagai role
model Reformasi Birokrasi dalam penegakan integritas dan pelayanan berkualitas. Dengan
demikian pembangunan Zona Integritas menjadi aspek penting dalam hal pencegahan
korupsi di pemerintahan. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pembangunan
dan pengelolaan unit kerja yang telah membangun Zona Integritas maka diperlukan revisi
atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52
Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari
Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah.
Revisi Peraturan Menteri ini mengatur lebih detail tentang mekanisme pelaksanaan
22
membangun Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)/Wilayah Birokrasi
Integritas dilakukan oleh instansi pemerintah yang pimpinan dan seluruh atau sebagian besar
Pakta Integritas dapat dilakukan secara massal/serentak pada saat pelantikan, baik sebagai
CPNS, PNS, maupun pelantikan dalam rangka mutasi kepegawaian horizontal atau vertikal.
Integritas; 3. Pencanangan Pembangunan Zona Integritas beberapa instansi pusat yang berada
Integritas dilaksanakan secara terbuka dan dipublikasikan secara luas dengan maksud agar
semua pihak termasuk masyarakat dapat memantau, mengawal, mengawasi dan berperan
serta dalam program kegiatan reformasi birokrasi khususnya di bidang pencegahan korupsi
Pembangunan Zona Integritas untuk instansi pusat dilaksanakan oleh pimpinan instansi
instansi daerah dilaksanakan oleh pimpinan instansi pemerintah daerah; dan 7. KPK, ORI,
unsur masyarakat lainnya (perguruan tinggi, tokoh masyarakat/LSM, dunia usaha) dapat juga
lanjut pencanangan yang telah dilakukan oleh pimpinan instansi pemerintah. Proses
Akuntabilitas Kinerja, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang bersifat konkrit.
atau beberapa unit kerja yang diusulkan sebagai WBK/WBBM. Pemilihan unit kerja yang
publik; 2) Mengelola sumber daya yang cukup besar, serta 3) Memiliki tingkat keberhasilan
Reformasi Birokrasi yang cukup tinggi di unit tersebut. Proses pemilihan unit kerja yang
berpotensi sebagai Zona Integritas dilakukan dengan membentuk kelompok kerja/tim untuk
melakukan identifikasi terhadap unit kerja yang berpotensi sebagai unit kerja berpredikat
kerja/tim mengusulkan unit kerja kepada pimpinan instansi untuk ditetapkan sebagai calon
Selanjutnya dilakukan penilaian mandiri (self assessment) oleh TPI. Setelah melakukan
penilaian, TPI melaporkan kepada Pimpinan instansi tentang unit yang akan di usulkan ke
Kementerian sebagai unit kerja berpredikat Menuju WBK/WBBM. Apabila unit kerja yang
diusulkan memenuhi syarat sebagai Zona Integritas Menuju WBK/WBBM, maka langkah
selanjutnya adalah penetapan. Setelah unit kerja yang diusulkan sebagai Zona Integritas
menuju WBK/WBBM ditetapkan, maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah menentukan
24
komponen-komponen yang harus dibangun. Terdapat dua jenis komponen yang harus
dibangun dalam unit kerja terpilih, yaitu komponen pengungkit dan komponen hasil. Di
bawah ini adalah gambar yang menunjukkan hubungan masing-masing komponen dan
pengungkit yang diharapkan dapat menghasilkan sasaran pemerintahan yang bersih dan
bebas KKN serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Penilaian terhadap setiap program
dalam komponen pengungkit dan komponen hasil diukur melalui indikator-indikator yang
diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian upaya yang berdampak pada pencapaian
Di bawah ini adalah rincian bobot komponen pengungkit penilaian unit kerja
Bersih dan Bebas KKN Perbaikan Dan Pembelajaran Komponen Pengungkit Bobot (60%)
Penguatan Akuntabilitas Kinerja 10% 5). Penguatan Pengawasan 15% 6). Penguatan Kualitas
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas dan inovasi pelayanan publik pada
masing-masing instansi pemerintah secara berkala sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat.
melakukan perbaikan pelayanan publik. Target yang ingin dicapai melalui program
peningkatan kualitas pelayanan publik ini adalah: a. meningkatnya kualitas pelayanan publik
(lebih cepat, lebih murah, lebih aman, dan lebih mudah dijangkau) pada instansi pemerintah;
dasar hal tersebut, maka terdapat beberapa indikator yang perlu dilakukan untuk menerapkan
peningkatan kualitas pelayanan publik, yaitu: a. Standar Pelayanan Pengukuran indikator ini
dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang seharusnya dilakukan, seperti: 1) Unit kerja
telah memiliki kebijakan standar pelayanan; 2) Unit kerja telah memaklumatkan standar
pelayanan; 3) Unit kerja telah memiliki SOP bagi pelaksanaan standar pelayanan; dan 4) Unit
kerja telah melakukan reviu dan perbaikan atas standar pelayanan dan SOP. b. Budaya
Pelayanan Prima Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
kode etik, estetika, capacity building dalam upaya penerapan budaya pelayanan prima; 2)
Unit kerja telah memiliki informasi tentang pelayanan mudah diakses melalui berbagai
media; 3) Unit kerja telah memiliki sistem reward and punishment bagi pelaksana layanan
serta pemberian
26
kompensasi kepada penerima layanan bila layanan tidak sesuai standar; 4) Unit kerja telah
memiliki sarana layanan terpadu/terintegrasi; dan 5) Unit kerja telah melakukan inovasi
dengan mengacu pada kondisi yang seharusnya dilakukan, seperti: 1) Unit kerja telah
masyakat dapat diakses secara terbuka; dan 3) Unit kerja telah melakukan tindak lanjut atas
UU No 25 Tahun 2002 Fasilitas Pelayanan Publik yang di maksud antara Lain Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP), Parkiran Motor. Ruang Tunggu PTSP, Penunjuk Arah., Jalur
Disabilitaa, Ruang Advokat, Ruang Kesehatan dan Ruang Ibu Menyusui. Ruang Bermain
pelayanan publik dengan perlakukan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
digunakan oleh orang yang tidak berhak. Hal ini jelas menjelaskan bahwa harus menyediakan
Fasilitas Khusus untuk penyandang disabilitas dalam rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik yang juga merupakan salah satu dari 6 Area Perubahan yang di tekankan untuk di
Bermain Ramah Anak (RBRA) yang merupakan amanah dari Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 35
27
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, dan juga Ruang Laktasi yang diatur mengenai penyediaan fasilitas
khusus ruang menyusui melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau Memerah
Air Susu Ibu. Pengaturan tersebut tentu tidak terlepas dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, khususnya pada Pasal 128 yang mengatur hak bayi untuk
28
2. Adrian, Juan Judul: Efektivitas Kualitatif Dapat dilihat melalui
Viere/ Jurusan Program keberhasilan program,
Administrau Pembangunan keberhasilan sasaran, kepuasan
Publik, Fakultas Zona Integritas terhadap program, tingkat
Ilmu social dan Menuju Wilayah input dan output dan
Ilmu Bebas Korupsi pencapaian tujuan menyeluruh.
Politik,Universit dan Wilayah Dari hasil penelitian, dapat
as Sumatra Birokrasi Bersih diketahui bahwa Efektivitas
Utara,2020 Melayani Program Pembangunan Zona
(WBK/WBBM) Integritas Menuju Wilayah
pada Pelayanan Bebas Korupsi dan Wilayah
Publik di Kantor Birokrasi Bersih dan Melayani
Imigrasi Kelas I pada Pelayanan Publik di
Khusus Tempat Kantor Imigrasi Kelas I
Pemeriksaan Khusus Tempat pemeriksaan
Imigrasi (TPI) Imigrasi Medan efektif. Hal ini
Medan dilihat dari peningkatan dan
perbaikan kualitas pelayanan
publik serta budaya korupsi
yang sudah ditinggalkan di
Kantor Imigrasi Kelas I
Khusus Tempat pemeriksaan
Imigrasi Medan.
3. Ikhsan Brilianto Judul Kualitatif 1). Pemkot Yogyakarta telah
Jurusan Analisis merintis pembangunan Zona
Akuntansi, Pembangunan Integritas secara tidak
Fakultas Zona Integritas langsung sejak lama.
Ekonomi dan Dalam Upaya Strategi
Bisnis, Peningkatan pembangunan Zona Integritas
Universitas Akuntabilitas, di Pemkot Yogyakarta, terdiri
Gadja Mada, Pelayanan Publik dari pencanangan
2016 Dan pembangunan Zona Integritas
Pemberantasan yang diawali proses penanda
Korupsi (Studi tanganan pakta integritas,
Pada Pemerintah proses pembangunan Zona
Kota Yogyakarta) Integritas yang meliputi
pemenuhan interpretasi
komponen-komponen
pembangunan Zona Integritas,
pembinaan dan pengawasan
yang berkaitan dengan
asistensi serta penilaian
terhadap hasil pembangunan
Zona Integritas, serta
evaluasi terhadap
pembangunan Zona Integritas
di Pemkot Yogyakarta.
Pemkot Yogyakarta lebih
29
30
mengutamakan kualitas dari
pembangunan Zona Integritas
daripada kuantitas sehingga
diharapkan unit percontohan
baik kedinasan dan kecamatan
memiliki perkembangan yang
sama pesat; 2). Terdapat dua
faktor pada pembangunan
Zona Integritas, yakni faktor
pendukung dan penghambat.
Faktor pendukung yang paling
utama adalah komitmen
pimpinan untuk melakukan
reformasi birokrasi melalui
pembangunan Zona Integritas
ini. Kemudian, faktor yang
menghambat dibagi menjadi
internal dan eksternal. Internal
berkaitan fasilitas sistem
benturan kepentingan,
pengendalian gratifikasi, dan
lain sebagainya. Sementara itu,
faktor yang eksternal
merupakan faktor yang sulit
untuk dikelola, yaitu pihak
ketiga yang berhubungan
dengan Pemkot Yogyakarta.
4 Alfathansyah Pembangunan Kualitaif Kesimpulan dan saran
Widyantoro Zona Integritas diharapkan dapat memberikan
Universitas Sebagai Upaya kemudahan bagi pembaca
Brawijaya Pemerintah untuk menemukan point-point
Fakultas Ilmu Menciptakan penting tentang permasalahan
Administrasi Wilayah Bebas yang diteliti, sekaligus
Publik Jurusan Korupsi (Studi memberikan masukan sebagai
Administrasi Pada Badan bentuk idealisme penulis
Publik,2018 Pelayanan Pajak berkaitan dengan
Daerah Kota Pembangunan Zona Integritas
Malang) di Badan Pelayanan Pajak
Daerah Kota Malang.
Pembangunan Zona Integritas
sebagai upaya menciptakan
wilayah bebas korupsi yang
dilakukan oleh Badan
Pelayanan Pajak Daerah Kota
Malang merupakan
pembangunan Reformasi
31
Birokrasi yang memberikan
semangat perubahan bagi
Badan Pelayanan Pajak
Daerah Kota Malang dalam
berkinerja dan khususnya
untuk menciptakan wilayah
bebas dari korupsi terhadap
pimpinan dan semua pegawai
di lingkungan Badan
Pelayanan Pajak Daerah Kota
Malang karena menjadi pilot
project/ percontohan dari
intansi yang
lainnya.
(Diolah Oleh Peneliti, 2022)
Meninjau hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, mendorong
penulis untuk lebih mendalami dan mengembangkan serta memperkuat penelitian mengenai
Kelas IIB Kotamobagu. Ketika di lapangan penulis menemukan adanya masalah yang berbeda
dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya seperti: 1). Lokasi penelitian;
Kotamobagu berada di Sulawesi Utara. 2). Kultur dan Budaya berbada di setiap daerah. 3). Kiat
Kiat untuk menuju ke zona Integritas menuju WBK/WBBMN masih kurang di eksplotasi.
Dengan adanya perbedaan sehingga penulis mendapatkan kesimpulan yang berbeda dan
mencoba memberikan solusi yang baru. Diharapkan solusi tersebut dapat menjadi masukan dan
saran bagi Rutan kotamobagu untuk pemahaman yang sama dalam rangka tercapainnya Zona
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Sugiono (2014:9) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
kepada filsafat postpositivisme,digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitaitf lebih menekankan makna dari generalisasi.
Menurut Peneliti berdasarkan metode deskriptif Kualitatif yang dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau dalam kelas
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif sangat cocok untuk di gunakan dalam penelitian
ini yang membahas tentang bagaimana sebenarnya metode yang tepat unruk Kebijakan
Pembangunan Zona Integritas dalam rangka peningkatan fasilitas pelayanan publik Di Rumah
Maka dari itu penulis menggunakan pendekatan serta metode di atas, yang bertujuan
untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat- sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, dalam Tangkau 2016). Alasan
menggunakan metode ini, peneliti bisa mendapatkan data yang lebih mendalam, lengkap,
kredibel, dan mengandung makna yang sebenarnya yaitu data yang pasti mengenai Kebijakan
33
Pembangunan Zona Integritas dalam peningkatan kualitas fasilitas pelayanan public Di Rumah
Fokus penelitian ini berkaitan dengan rumusan masalah penelitian dan kedudukan fokus
bersifat sementara, karena dapat berubah pada saat penelitian dilakukan. Dikatakan sebagai
fokus sementara sebab awalnya masih umum dan samar-samar, akan bertambah jelas dan
temuan dengan arahan fokus penelitian, peneliti mengetahui dengan pasti data apa yang perlu
dimasukkan ke dalam sejumlah data yang dikumpulkan. Fokus penelitian ini sangat penting
Dengan perumusan fokus penelitian yang baik maka peneliti akan terhindar dari
pengumpulan data yang tidak relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, dalam hal ini fokus
penelitian berkembang atau berubah sesuai sifatnya yang masih emergent (tentatif), seiring
dengan perkembangan masalah yang peneliti temukan di lokasi penelitian. Penentuan fokus
penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi peneliti sehingga tidak terjebak pada bidang yang
umum dan luas atau kurang relevan. Selain itu penentuan fokus penelitian berfungsi untuk
memilih mana data yang relevan dan mana pula yang tidak relevan, meskipun mungkin menarik
tetapi karena tidak relevan maka tidak dimasukkan ke dalam data yang dikumpulkan.
Menuju WBK/WBBM mengenai fasilitas pelayanan publik Di Rumah Tahanan Negara Kelas
IIB Kotamobagu.
34
Dengan focus yang akan dilihat dalam sebagai Pengukuran indikator yang mengacu pada
kondisi yang seharusnya dilakukan, dan mensanding bandingkan dengan pokok dalam
implementasi kebijakan public dengan prinsip pelayanan prima adalah sebagai berikut:
(1) Apakah kebijakannya sendiri sudah tepat. Mengenai Pemahaman pokja tentang Zona
Integritas dan Ketepatan kebijakan ini dinilai dari sejauh mana kebijakan yang telah ada
bermuatan hal-hal yang memang memecahkan masalah yang hendak dipecahkan, mulai dari
berupa kode etik, estetika, capacity building dalam budaya kerya dan upaya penerapan
(2) Mengenai Fasilitas Penunjang pelayanan Yaitu kebijakan di Rutan Kotamobagu telah
(3) Apakah ketepatan target lewat sosialisasi kebijakan yang sudah sesuai jalannya dengan yang
direncanakan, apakah tidak ada tumpang tindih dengan kebijakan lain. Sehingga setiap
kebijakan Rutan kotamobagu sudah menjadi pelaksana layanan optimal mulai dari kejelasan
Standart Pelayanan serta apakah sudah memberikan kompensasi kepada penerima layanan
(4) Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan terkait, sehingga telah memiliki sarana layanan
(5) Ketersediaan sumber daya manusia Apakah sudah tepat proses dan memahami kebijakan
35
sebagai tugas yang harus dilaksanakan secara bersama untuk tujuan pelayanan public yang prima
yang bermuara pada inovasi pelayanan terlebih tetnang fasilitas public yang selalu diperbaharui.
dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berada
di lapangan. Keterbatasan geografi, waktu, tenaga menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi
penelitian.Berdasarkan acuan tersebut, maka penelitian ini mengambil lokasi di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kotamobagu. Di pilihnya lokasi penelitian ini dilakukan secara “purposive”
UPT yang mengatur tentang fasilitas pelayanan publik dalam rangka Tercapainya
2. Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kotamobagu merupakan Unit Pelaksana teknis
yang terletak di Kota Kotamobagu dengan lingkup wilayah administratif yang cukup
luas sehingga menuntut adanya sistem administrasi organisasi yang sesuai dengan
kebutuhan kondisionalnya.
3. Lokasi penelitian tersebut mudah dijangkau baik dari segi geografis maupun dari
Sesuai dengan masalah dan fokus penelitian ini, maka sumber data adalah sebagai berikut:
1).Informan; Sebagai informan yang ditentukan secara purposif (purposive sampling) dalam hal
36
ini informan yang benar-benar relevan dan kompeten dengan masalah penelitian sehingga data
diminta kepada informan awal untuk menunjuk orang lain lagi yang dapat memberikan informasi
dan begitu seterusnya. Informan awal yang ditentukan secara purposive sampling adalah Kepala
Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kotamobagu selaku Satgas WBK/WBBM .2).Tempat dan
peristiwa; Dimaksudkan di sini adalah tempat di mana peneliti memperoleh data yaitu di Rumah
Tahanan Negara kelas IIB Kotamobagu. Dengan mengadakan pengamatan terhadap fenomena-
fenomena yang muncul di lapangan. Dari hasil pengamatan ini merupakan bahan yang akan
dikemukakan pada teknik pengumpulan data.3) Dokumen yang relevan dengan masalah dan
Dalam penelitian ini sumber data lebih banyak didapatkan dari observasi dan wawancara
yang dilakukan langsung oleh peneliti kepada para informan sehingga penulis bisa menemukan
perbandingan antara pihak yang satu dengan yang lain dan penulis dapat menarik kesimpulan
dari dalamnya.
Dalam penelitian kualitatif, instrumen utama adalah peneliti itu sendiri. (Nasution, dalam
Tangkau 2016) mengemukakan bahwa pada awal penelitian, penelitilah alat satu-satunya untuk
memudahkan dalam pengumpulan data, maka peneliti menggunakan alat-alat bantuan berupa
catatan lapangan, tape recorder, maupun foto dan pedoman wawancara.Variabel secara
sederhana dapat diartikan ciri dari individu, objek, segala peristiwa yang dapat diukur secara
37
berupa abstrak dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diuji dan
ditentukan kebenarannya oleh orang lain berdasarkan variabel yang digunakan (Rahayu, 2011).
Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel yang terkait, antara lain:
Mengenai kualitas pelayanan publik (lebih cepat, lebih murah, lebih aman, dan lebih
mudah dijangkau) pada instansi pemerintah; b. meningkatnya jumlah unit pelayanan yang
masing-masing instansi pemerintah. Atas dasar hal tersebut, maka terdapat beberapa indikator
yang perlu dilakukan untuk menerapkan peningkatan kualitas pelayanan publik, yaitu: a. Standar
Pelayanan Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang seharusnya
dilakukan, seperti: 1) Unit kerja telah memiliki kebijakan standar pelayanan; 2) Unit kerja telah
memaklumatkan standar pelayanan; 3) Unit kerja telah memiliki SOP bagi pelaksanaan standar
pelayanan; dan 4) Unit kerja telah melakukan reviu dan perbaikan atas standar pelayanan dan
SOP.
b. Budaya Pelayanan Prima Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi
yang seharusnya dilakukan, seperti: 1) Unit kerja telah melakukan sosialisasi/pelatihan berupa
kode etik, estetika, capacity building dalam upaya penerapan budaya pelayanan prima; 2) Unit
kerja telah memiliki informasi tentang pelayanan mudah diakses melalui berbagai media; 3) Unit
kerja telah memiliki sistem reward and punishment bagi pelaksana layanan serta pemberian
kompensasi kepada penerima layanan bila layanan tidak sesuai standar; 4) Unit kerja telah
memiliki sarana layanan terpadu/terintegrasi; dan 5) Unit kerja telah melakukan inovasi
pelayanan.
mengacu pada kondisi yang seharusnya dilakukan, seperti: 1) Unit kerja telah melakukan survei
38
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan; 2) Hasil survei kepuasan masyakat dapat diakses
secara terbuka; dan 3) Unit kerja telah melakukan tindak lanjut atas hasil survei kepuasan
masyarakat.
Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data bergerak dari lapangan empiris dalam
upaya membangun teori dari data. Proses pengumpulan data ini meliputi tahap-tahap sebagai
berikut:1). Proses memasuki lokasi penelitian. Peneliti mendatangi lokasi penelitian untuk
dengan menunjukkan surat pengantar penelitian. Ini sudah peneliti lakukan sesuai dengan
prosedur mulai mengurus injin survei dan memasukkan ke kantor yang terkait. 2). Ketika berada
di lokasi penelitian. Dalam tahap ini peneliti berusaha melakukan pendekatan secara formal
maupun informal dengan subjek penelitian. Dalam proses ini peneliti sudah memperoleh
informasi selengkapnya serta menangkap intisari dari berbagai informasi yang diperoleh tersebut
sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan.3). Mengumpulkan data. Pada tahap ini peneliti
mengemukakan dua teknik pengumpulan data yaitu : a).Wawancara, kepada mereka yang
dianggap kompeten (daftar informan terlampir dalam table di bawah); b). Dokumentasi,
bagaimana peneliti mendokumentasikan setiap hasil data yang di dapat di lapangan yang di
tuangkan dalam pembahasan saran dan lampiran dan lain-lain yang dianggap perlu.
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan oleh peneliti dengan cara turun langsung ke
lokasi penelitian dengan sistem naturaly setting. Berikut daftar informan yang dianggap
39
Tabel 3.5
Daftar Narasumber/Informan
Jabatan
NO Nama/Inisial
Kasubsie Pengelolaan/Kepala
1. YS
Bidang Pokja ZI
Kasubsie Yantan/Koordinator
2. B
Pokja ZI
Sekretaris Pokja ZI
3. K
Staf BMN
5. IL
Staf Keuangan
6. JN
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses
dalam penelitian ini adalah analisis dengan tujuan mengetahui Kebijakan Pembangunan Zona
Negara Kelas IIB Kotamobagu. Adanya data empirik yang berhubungan dengan mekanisme
Zona Integritas Menuju WBK/WBBM dan kajian teori yang ada menjadi penunjang dalam
menggunakan analisis ini. Setelah analisis Kebijakan Pembangunan Zona Integritas Menuju
WBK/WBBM telah didapatkan maka dapat pula diukur berapa efektivitas dari Pelayanan Publik
tersebut, efektivitas secara langsung disimpulkan. Dalam penelitian ini digunakan analisis data
kualitatif (Miles dan Huberman, 1992) dengan prosedur, reduksi data, penyajian data, menarik
40
kesimpulan atau verifikasi.
atau laporan yang lengkap dan terinci. Laporan lapangan telah direduksi, dirangkum,
dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema
dan polanya. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama proses penelitian
kategorisasi data.
Penyajian data atau display data telah memudahkan peneliti untuk melihat
gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian, baik secara
yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data.
Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan
yaitu mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, dan
sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang masih bersifat tentatif, akan tetapi
dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus menerus, maka
diperoleh kesimpulan yang bersifat “grounded”. Dengan kata lain setiap kesimpulan
komponen analisis data tersebut di atas oleh Miles dan Huberman (1992:112)
41
Gambar 3.6Analisis Model Interaktif
Penarikan
Reduksi Data : Kesimpulan
Seleksi
Abstraksi
- Kategorisasi
Sumber: Miles dan Huberman (Miles, Huberman dan Saldana, 2014: 14)
beberapa persyaratan yang dijadikan tolak ukur untuk melihat derajat kepercayaan atau
oleh (Lincoln dan Guba dalam Tangkau 2014) yang dalam pemeriksaan data menggunakan
empat kriteria.
jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Beberapa cara
yang perlu diupayakan agar hasil penelitian dapat dipercaya, (Nasution dalam Tangkau
1). Pengamatan yang terus menerus. Dengan pengamatan yang terus menerus, peneliti
dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat khususnya yang berkaitan dengan fokus
42
penelitian. 2). Mengumpulkan bahan referensi. Sebagai bahan referensi untuk
meningkatkan kepercayaan dan kebenaran data dapat digunakan hasil rekaman tape
recorder atau bahan dokumentasi. 3) Mengadakan member chek. Pada akhir wawancara
peneliti melakukan member chek atau mengecek ulang secara garis besar berbagai hal yang
telah disampaikan oleh informan berdasarkan catatan lapangan dengan maksud agar
informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan penelitian sesuai dengan
3.7.2 Keteralihan
Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan konteks pengirim dan
penerima. Untuk melaksanakan keteralihan tersebut maka peneliti berusaha mencari dan
mengumpulkan data kejadian empiris dalam konteks yang sama, dengan demikian peneliti
bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya. Dalam hal ini peneliti
memberikan deskripsi yang terinci bagaimana hasil penelitian bisa dicapai, apakah hasil
penelitian itu dapat diterapkan, akan diserahkan pada para pembaca atau pemakai. Bila pemakai
melihat dalam penelitian ini ada sesuatu yang cocok bagi situasi yang dihadapinya maka bisa
dimungkinkan adanya suatu keterlibatan, meskipun dapat didugabahwa tidak ada dua situasi
(reliability). Reliabilitas merupakan syarat bagi validitas, hanya dengan alat yang reliabel
maka akan dapat diperoleh data yang valid. Alat utama penelitian ini adalah peneliti sendiri
dan pembimbing, oleh karena itu untuk menjamin ketergantungan dan kepastian penelitian
maka yang perlu dilakukan adalah memadukan kriteria ketergantungan dengan kepastian
43
44
BAB IV
Rumah Tahanan Negara Kotamobagu yang saat ini menjadi kepala Rutan adalah
Bapak Setyo Prabowo, Bc.IP, S.Pd, M.Si. Gedung Rutan Kotamobagu berdiri sejak zaman
kolonial belanda dan direnovasi pada tahun 1983, dengan luas tanah 9010M2 dan luas
tanah masih milik pemerintah Kota Kotamobagu. Yang bertempat di Jl. Jenderal Achmad
Yani No. 636 Kotamobagu. Dengan warga binaan pemasyarakatan per 1 Januari 2023
Bejumlah 352 orang dari Kapasitas 146 artinya Over kapasitas 155% . Dan jumlah pegawai
54 orang PNS dan 1 orang CPNS Rutan Kelas IIB Kotamobagu memiliki pegawai 60 orang
(terdiri dari 59 orang telah diangkat sebagai PNS dan 1 orang CPNS). Rutan Kelas IIB
untuk mewujudkan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sesuai dengan Motto
Secara umum, rutan adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses
tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Namun
kondisi yang terjadi di Indonesia adalah tidak semua kabupaten dan kotamadya di Indonesia
memiliki rutan dan Lapas, sehingga Rutan difungsikan pula untuk menampung narapidana
seperti halnya Lapas. Hal ini juga mengingat kondisi banyak Lapas yang ada di Indonesia, di
karenakan, telah melebihi kapasitas, karenanya terdakwa yang telah menjalani hukuman di
45
Rutan, yang seharusnya pindah dari Rutan untuk menjalani hukuman ke Lapas, banyak yang
tetap berada di dalam Rutan hingga masa hukuman mereka selesai. Hal ini juga yang berlaku
di Rutan Kotambagu yang di fungsikan juga sebagai Lapas. Yang merupakan Lembaga
1995 tentang Pemasyarakatan mempunyai tugas dan fungsi sebagai tempat untuk
satunya penderitaan, Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang –
orang tertentu.
2.1 Visi-Misi
VISI : “ Menjadi lembaga yang akuntabel, transparan dan profesional dengan didukung
warga binaan pemasyarakatan dalam rangka penegakan hukum dan hak asasi manusia “
perawatan terhadap para tersangka atau terdakwa sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Rumah Tahanan Negara
jawab dan kewenangan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya Warga
46
Binaan
47
Pemasyarakatan, dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga Pemasyarakatan/Rumah
dalama rangka penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia, namun demikian
masih terdapat permasalahan yang harus dihadapi. Tetapi dengan tekat yang kuat sebagai
aparatur pemerintah seluruh jajaran Rumah Tahanan Negara Klas IIB Kotamobagu akan
melaksanakan Tugas dan Fungsinya secara optimal sesuai dengan situasi dan kondisi yang
diinginkan.
dan hambatan baik dari aspek organisasi, tata laksana, Sumber Daya Manusia, maupun
sarana dan prasarana, dengan segala keterbatasan permasalahan yang ada dapat disadari
bahwa hal tersebut akan menjadi faktor tidak optimalnya kinerja Rumah Tahanan Negara
Klas IIB Kotamobagu. Namun demikian hal tersebut bukan menjadi penghalang bagi Rutan
Kotamobagu untuk terus berkarya dalam mewujudkan visi dan misi organisasi.
48
2.3 Stuktur organisasi RUTAN Kelas 2B Kotamobagu
M. MASRI M H.R.RAWUNG
TUTIJANI HATAM
NIP. 19631124 198703 1 001 NIP. 199212062017121003
NIP. 19711007 199303 2 001
PENGELOLA DATA KEGIATAN PENGELOLA ARSIP PEMBIMBING KETERAMPILAN
PENGAMANAN KEPEGAWAIAN
J. NATOS A. JOHANIS
KOMDAN JAGA NIP. 19860811 201012 2 002 NIP. 19631108 199403 2 001
&
ANGGOTA JAGA PENJAGA BENDAHARA PENGELUARAN REGISTOR PEMASYARAKATAN
TAHANAN
SELDI MANDANG
NIP. 19730707 199803 1 001
PENGELOLA SDP
KADRI
NIP. 19811009 200003 1 001
Gambar 1 PEMBIMBING
KEMASYARAKATAN
NI MADE SETIAWATI,
Bagan Struktur Organisasi Amd.Keb
Rumah Tahanan Negara Kelas 2B Kotamobagu NIP. 19830610 200101 2 011
PENGELOLALA KESEHATAN
48
DARMO LAHAY
NIP. 19671104 200112 1 001
PEMBIMBING KEMASYARAKATN
Salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance adalah
pemerintah yang efektif dan efisien. Reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2019 tentang
Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju
Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di lingkungan
Instansi Pemerintah;
(WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) adalah suatu langkah cepat
yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), serta peningkatan
merupakan salah satu dari 8 Area Perubahan yang di tekankan untuk di perbaiki dan di
Ramah Anak
49
(RBRA) yang merupakan amanah dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Anak, Ruang Laktasi yang diatur mengenai penyediaan fasilitas khusus ruang menyusui
melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau Memerah Air Susu Ibu.
Pengaturan tersebut tentu tidak terlepas dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, khususnya pada Pasal 128 yang mengatur hak bayi untuk
Sementara itu dalam penelitian ini juga dilakukan kajian tentang Ketersediaan
Kotamobagu dalam upaya Meraih Predikat WBP namun belum berhasil. Hal ini dinilai
tidak wajar karena berbagai upaya sudah di lakukan.Namun Fasilitas Umum yang
upaya reformasi birokrasi dapat lebih berdampak baik terhadap pelayanan publik yang
terarah serta berkelanjutan. Pelayanan publik yang belum optimal di tambah dengan
peraturan dalam
50
tubuh birokrasi salah satunya dengan meluncurkan Seluruh kementrian mengikuti
pelaksanaan Grand design ini yang berada dibawah pengelolaan tim nasional
reformasi birokrasi. Pencapaian Negara yang strategis hendak diraih predikat bebas
Rutan Kelas IIB Kotamobagu juga berupaya membangun Zona Integritas untuk
mendapat predikat WBK/ WBBM Sebagai langkah nyata ikut ambil bagian dalam
yang mashur dari Dye adalah whatever governments choose to do or not to do.
Maknanya Dye hendak menyatakan bahwa apapun kegiatan pemerintah baik yang
atas harus dimaknai dengan dua hal penting: pertama, bahwa kebijakan haruslah
51
Dalam Hal ini secara terpusat kebijakan mengenai Reformasi Birokrasi khususnya
dalam pelaksanaan ada saja Standart yang tidak di lakukan oleh Rutan Kotamobagu
penerapan budaya pelayanan prima; 2) Unit kerja telah memiliki informasi tentang
pelayanan mudah diakses melalui berbagai media; 3) Unit kerja telah memiliki sistem
reward and punishment bagi pelaksana layanan serta pemberian kompensasi kepada
penerima layanan bila layanan tidak sesuai standar; 4) Unit kerja telah memiliki sarana
Hal- hal tersebut menggambarkan bagaimana pelayanan yang mudah di akses serta
sarana yang terpadu dalam hal ini selain Ruang pelayanan terpadu Satu Pintu termasuk
juga fasilitas Ruang bermain anak, ruang laktasi, serta coffe corner berdasarkan
menyediakan Fasilitas yang di maksud, maka dari itu mencari makna dan arti dari
keputusan belum di adakannya Fasilitas Publik tersebut padahal jika fasilitas itu tidak
tersedia, kerinduan Rutan Kotamobagu untuk meraih predikat WBK belum bisa
tercapai, namun Ini adalah bagian dari Implementasi Kebijakan yang merupakan suatu
tahapan krusial dalam proses kebijakan publik . Dinilai krusial karena bagaimanapun
baiknya suatu kebijakan, namun apabila tanpa melalui suatu persiapan dan
perencanaan yang baik dalam implementasinya, maka tujuan kebijakan itu tidak
akan terwujud.
52
Begitupun sebaliknya, apabila telah melalui persiapan dan perencanaan implementasi
yang cukup matang, namun dalam perumusan kebijakan itu sendiri tidak baik maka
Jika di lihat dari masalah kita bisa mensanding bandingkan dengan Prinsip
kebijakannya sendiri sudah tepat. Ketepatan kebijakan ini dinilai dari sejauh mana
kebijakan yang telah ada bermuatan hal-hal yang memang memecahkan masalah yang
hanyalah pemerintah. Ada tiga lembaga yang menjadi pelaksana, yaitu pemerintah,
diswastakan. (3) tepat target. Ketepatan berkenaan dengan tiga hal. Pertama, apakah
target yang diintervensi sesuai dengan yang direncanakan, apakah tidak ada tumpang
tindih dengan intervensi lain, atau tidak bertentangan dengan intervensi kebijakan lain.
Kedua, apakah targetnya dalam kondisi siap untuk diintervensi atau tidak. Ketiga
implementasi kebijakan sebelumnya. (4) Tepat lingkungan, ada dua lingkungan yang
paling menentukan yaitu lingkungan kebijakan dalam artian interaksi antara lembaga
perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan dengan lembaga lain yang terkait.
Yang kedua lingkungan eksternal kebijakan yang terdiri dari publik opinion yaitu
53
menginterpretasikan kebijakan dan implementasi kebijakan. Dan indivudual yakini
publik memahami kebijakan sebagai sebuah aturan main yang dipergunakan untuk
masa depan, disisi lain pemerintah memahami kebijakan sebagai tugas yang harus
dilaksanakan.
menemukan berbagai fakta jalannya kebijakan ini berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan selama dua bulan lebih. Peneliti turun langsung di lapangan dan menggali
informasi dari beberapa pihak terkait yang menjadi pelaku atau pemangku peraturan
yang sudah ditetapkan. Mengacu pada fokus penelitian, sangat nampak dalam
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap informan YS selaku Kepala
diberikan:
“Peraturan pelaksanaan ada tapi sudah lupa sudah tidak buka buka lagi
Cuma sebentar mau cek dulu di arsip untuk dasarnya terdapat di dalam
UU No 28 Tahun 1999 kemudian ada perpres 58 tahun 2018 tentang
strategi Nasional kemudian ada permenpan RB No 52 tahun 2014 ”.
Pernyataan yang diberikan menandakan bahwa salah satu dasar aturan yang di
pakai belum di kuasai secara baik oleh kepala bidang, karena menurut aturan ada yang
terbaru baik dari UU Pelayanan Publik. Seperti pernyataan yang diberikan oleh Y.S,
peneliti menemukan jawaban dari B yang merupakan Kepala Sub Seksie Pelayanan
54
“ada aturannya tapi sudah lupa tentang kebijakan WBK itu begitu juga
tentang pelayanan yang berlaku tentu berbasis HAM tapi sudah lupa”
ungkapnya.
Setelah mendapatkan jawaban tersebut untuk memperkuat data kemudian peneliti
mewawancarai dengan pertanyaan yang sama yaitu tentang dasar hukum dari
penuturannya:
“Ada di permen RB tapi sudah lupa terdapat di mana intinya ada aturan
mengenai itu tapi sudah lupa tepatnya di mana baik permen dan aturan
pelaksanaan”
Dari penuturan di atas kembali peneliti mendapatkan jawaban yang terkesan sama,
bagian peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang dalam hal ini adalah operator
55
“Memang ada Kekurangan menyangkut ke pemenuhan data dukung WBK
pengaturan jadwal penguplotan data dukung yang di sebut file siluman,
kemudian menurut saya tidak ada pelatihan budaya pelayanan prima.
Di sisi lain mengenai penguplod Kalau dalam sisi verifikasi kanwil
kadang masih lolos tapi pada kenyataannya di lapangan alur SOP tidak
sesuai karena masing menggunakan tamping ”.
hambatan dalam penguplotan data serta yang menjadi kelemahan tidak ada pelatihan
dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok kerja belum memahami akan tugas pokok
pengunggahan data dukung Zona Integritas memakai file yang belum ada atau di sebut
file siluman namun sering lolos dalam Verifikasi Kanwil tapi tidak untuk maju
Tabel 4.1
Temuan Fokus
Indikator 1 Temuan
dukung
56
dokumentasi pelayanan serta fasilitas
pelayanan publik
pelayanan publik di Rutan Kotamobagu terlebih mengenai fasilitas public apakah sudah
sesuai dengan aturan yang berlaku serta sudah meoptimalkan kerjasama dengan instansi
terkait. Mengacu pada fokus penelitian, sangat nampak dalam wawancara yang telah
dilakukan oleh peneliti terhadap informan K selaku Sekretaris Pokja pembangunan Zona
“Pelaksanaan sudah sesuai aturan tapi ada tapi belum lengkap fasilitas
contohnya belum adanya fasilitas penunjang pelayanan seperti ruang
laktasi, ruang bermain anak, dan coffe corner kemudian Kerjasama dengan
57
pemkot dari dinkes saja,hanya sebatas pereriksaan sanitasi, dapur sehat
vaksin dll kalau dengan masyarakat dengan penisian Survei Indeks
kepuasan”
Dari jawaban di atas Sekretaris pokja menjelaskan bahwa fasilitas penunjang
pelayanan belum lengkap dan kerjasama belum optimal, untuk itu peneliti selanjutnya
mengkonfirmasi akan dampak dari fasilitas yang belum lengkap terhadap data dukung
benar fasilitas yang di tuntut belum ada, bahkan peneliti menemukan fakta bahwa
kepegawaian, untuk mengkonfirmasi mengenai fasilitas yang belum ada serta pelayanan
memadai di tambah pelayanan memang masih sering di lakukan oleh tamping atau
58
narapidana karena kekurangan sdm sampai di pelayanan PTSP, untuk mengkonfirmasi
hal ini peneliti kemudian mewawancarai B selaku Kasubsie Pelayanan tahanan yang
penuturannya:
bahwa pelayanan di ptsp masih di lakukan oleh tamping atau narapidana dan mengakui
Pokja mengkonfirmasi
Dari penuturan para informan di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa
fasilitas publik yang belum memadai seperti ruang laktasi dan ruang bermain,
59
mengakibatkan kesulitan dalam mengumpulkan data dukung dalam rangka pemenuhan
60
syarat untuk meraih predikat WBK di tambah lagi kekurangan SDM memaksa beberapa
pelayanan di lakukan oleh tamping atau narapidana, kesulitan ini menjadi lengkap karena
sering juga terjadi gangguan jaringan sehingga ada beberapa kesempatan yang
Tabel 4.2
Temuan Fokus
Indikator 2 Temuan
Integritas
pereriksaan sanitasi
kekurangan Pegawai
61
7. Standart operasional prosedur untuk pembesuk keluar
lakukan Rutan sudah tepat target. Artinya berkenaan dengan kebijakan apakah sesuai
dengan yang direncanakan, kemudian tidak tumpang tindih atau tidak bertentangan
dalam hal ini kebijakan mengenai pembangunan Zona Integritas terlebih bagian
peningkatan kualitas pelayanan public, maka dari itu peneliti bertanya apakah sudah
optimal sosialisasi yang di lakukan kepada setiap pegawai atau masyarakat dalam
menunjang kegiatan tersebut terlebih tentang Inovasi pelayanan yang di lakukan, peneliti
jawabannya.
mengenai pentingnya Zona Integritas, SOP belum di tempel dan dana untuk hal itu
terbatas, serta mengenai beberapa inovasi pelayanan yang terbengkalai, maka untuk
kepada RH selaku Operator Pokja Pelayanan mengenai sosialisasi dan SOP dan Kepada
62
YS selaku Kepada Bidang Pokja mengenai Inovasi dan Pendanaan tersebut, berikut
jawabannya :
(RH) Ada sosialisai Cuma berupa penyampaian saat pengisian Survei WBK, SOP
juga memang tidak di pasang karna tidak di cetak, kita bisa saja menempel SOP
tapi karena memang tidak di cetak mau bagaimana lagi.
(YS) Inovasi berupa aplikasi dalam bentuk Siapor Aplikasi berbasis Android tapi
tidak jalan kemudian program lantanabe tidak jalan juga itu aplikasi layanan antar
bebas, Belum jalan Inovasi karena masih banyak kendala, belum di lakukan
sosialisasi mungkin dan belum adanya yang perlu layanan.
pelayanan terlebih mengenai Inovasi membuat Inovasi yang di canangkan tidak jalan,
sosialisasi juga lewat banner untuk di tempel tidak di buat, untuk memperdalam
Informasi mengenai Inovasi yang belum jalan peneliti melakukan wawancara kepada B
baik lewat penyapaian langsung, atau lewat banner atau lewat Video belum berjalan
sebagai mana mestinya semua, sehingga Inovasi yang di canangkan menjadi sia-sia.
63
Tabel 4.3
Temuan Fokus
Indikator 3 Temuan
Sosialisasi Kebijakan 1. Sosialisai mengenai pembangunan ZOna
antara lembaga perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan dengan lembaga lain yang
terkait. Juga mengenai lingkungan eksternal kebijakan yang terdiri dari publik opinion
yaitu persepsi publik akan kebijakan dan implementasi kebijakan, maka dalam hal ini
peneliti bertanya kepada RH selaku operator Pokja Peningkatan kualitas pelayanan publik
64
65
Belum ada respon karena belum di sosialisasikan tapi pada dasarnya
masyarakat merasakan peningkatan pelayanan permintaan Masyarakat
yang menjadi Kebutuhan Masyarakat juga menurut saya Belum bisa
terakomodir semua karena sarana dan prasarana terbatas di karenakan
terbatasnya dana untuk membuat fasilitas tersebut terlebih fasilitas fasilitas
dasar seperti ruang bermain dan lain-lain.
Dari penuturan Informasi di atas fasilitas publik menjadi kendala utama di sini
belum ada, maka selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada YS selaku Kasubsie
Jika di lihat dari penjelasan informan di atas bahwa data dukung yang di laporkan
berbeda di karenakan ada kendala di bagian DIPA serta pengeluhan mengenai senior
yang tidak mau di libatkan, beranjak dari itu peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam
mengenai penganggaran lewat Dipa mengenai tuntutan fasilitas pelayanan Publik sebagai
syarat untuk pembangunan Zona Integritas, maka peneliti Meawancarai JN, selaku
pengelola keuangan:
Jika di Tanya Untuk pembangunan gedung tidak ada untuk baliho yang di
cetak-cetak di ambil serta pengaturan dari kita saja dari dana rutin tapi
pada dasarnya tidak ada anggaran DIPA yang di alolasikan untuk
pembangunan contoh Ruang laktasi dan ruang bermain anak.
pembangunan PTSP itu di dapat dari mana, karena pembangunan tersebut belum lama
66
selesai untuk syarat penilaian zona Integritas tapi di katakana pengelola keuangan tidak
“Dana itu sebagian besar dari swadaya atau proposal tapi bentuk
pertanggung jawaban nanti jadi tidak jelas bisa sebenarnya itu bisa jadi
temuan, karena saat menerima dana dan setelah pembangunan harus ada
pengurusan hibah yang jelas prosesnya jadi panjang, untuk tahun 2023
sudah ada anggran untuk WBK tapi Cuma sebatas anggaran perjalanan
Dinas tidak untuk pembangunan”.
Zona Integritas tidak terdapat dalam pengalokasian DIPA, tapi ada pembangunan PTSP
yang katanya berasal dari proposal dana swadaya, maka dari itu untuk mengetahui
legalitas dari hal tersebut peneliti mewawancarai IL selaku pengelola BMN, berikut
penjelasannya:
“Dana Pembangunan selama ini untuk WBK kebanyakan dari dana Hibah
sawaday atau proposal contohnya ptsp yang sudah terbangun, Sebenarnya
untuk pengurusannya bisa dari awal walau panjang bisa di lakukan
masalah hibah dan pertanggung jawaban, tapi sekarang sudah terlanjur
jadi bangunan tidak di urus penambahan bangunan, pada dasarnya
bangunan dari dana swadaya bisa sekali asalkan untuk kepentingan kantor
dan umum bukan kepentingan pribadi, namun di akui saat ini memang
belum ada pengurusan itu”.
kesimpulan bahwa fasiltas publik menjadi sangat terbatas pembangunannya dalam rangka
zona Integritas karena tidak di anggarkannya dalam DIPA sehingga untuk pembangunan
di cari dana di luar, tapi tanpa pertanggungjawaban, karena susah terlanjur membangun
tanpa ada koordinasi yang jelas untuk pengurusan hibah dari awal
Tabel 4.4
Temuan Fokus
67
Indikator 4 Temuan
68
Ketersediaan sarana dan 1. Fasilitas public seperti ruang bermain dan
dengan di lapangan
coffe corner
Swadaya
memahami pelayanan publik sebagai inti dari kebijakan suntuk sebuah aturan main yang
dipergunakan untuk masa depan, tugas pemerintah yang harus dilaksanakan. Maka dari
itu peneliti bertanya mengenai proses SOP yang sudah terjadi di rutan kotamobagu,
Pelayanan publik sudah jalan Jika di contohkan untuk prosedur kunjungan itu
mulai dari pendaftaran sampai penggeledahan ada tahapannya tapi seingat saya
kelemahannya SOP keluar pembesuk belum ada.
69
Contoh untuk besukan SOP pengunjung dating di sambut Duta layanan di
persilahkan duduk untuk mengambil nomor antrian tunggu giliran dan di panggil
Tanya maksud dan tujuan contoh besukan di mintakan KTP untuk di input masuk
lewat P2U di geledah bertemu dengan keluarga selesai itu tapi untuk SOP pulang
belum di buatkan
penyusunan SOP belum lengkap, maka dari itu selanjutnya peneliti bertanya kembali
kepada K apakah setiap bagian sudah berfungsi dengan baik, berikut jawabannya
Dari penjelasan informan di atas bahwa pekerjaan menjadi kurang optimal karena
Memang betul banyak pekerjaan yang di lakukan oleh tamping karena mungkin
pekerjaan pegawai selain ada beberapa yang rangkap tugas, juga ada senior yang
beberapa belum mendunkung pembangunan Zona integritas, itu jadi kesulitasn
tersendiri
Dari jawaban tersebut dapat di jelaskan bahwa Cuma sebagian pegawai yang rangkap
pekerjaan, tapi ada juga sebagian yang memang belum mendukung pembangunan zona
integritas terlebih para pegawai senior. Untuk mengkonfirmasi hal ini peneliti
kepegawaian:
“Iya memang betul ada beberapa senior yang belum mau libatkan dalam
pelayanan, karena pelayanan sekarang kan serba IT tapi ada beberapa senior
70
yang belum menguasai penuh atas hal tersebut, kadang jika di libatkan belum
bertanggng jawab”.
Atas pernyataan tersebut kemudian peneliti bertanya apakah ada sangksi yang di
berikan kepada pegawai yang kurang menunjang pembangunan zona integritas, berikut
jawabannya
belum tersusun lengkap kemudian ada beberapa pegawai yang merangkap pekerjaan
Narapidana. Kemudian Sebagian Pegawai senior tidak mau di libatkan dalam pelayanan
pembangunan Zona Integritas, di karenakan ada Beberapa pegawai belum menguasai IT.
Ada teguran bagi yang kurang berpartisipasi tapi sering tidak di indahkan di karenakan
Tidak adanya sangsi bagi pegawai yang tidak mau terlibat dalam pembangunan Zona
Integritas .
Tabel 4.5
Temuan Fokus
Indikator 5 Temuan
pekerjaan
71
4. Sebagian Pegawai senior tidak mau di
Integritas.
Integritas .
4.3 Pembahasan
Tiga sasaran hasil utama yaitu peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi,
pemerintah yang bersih dan bebas KKN, serta peningkatan pelayanan publik adalah
bagian dari Reformasi Birokrasi. hal tersebut merupakan suatu target kinerja aparatur
Zona integritas adalah sebuah konsep yang biasa di gunakan oleh pemerintah
korupsi. Integrity atau integritas diartikan sebagai sikap ataupun budaya yang
menunjukkan konsistensi antara perkataan dan perbuatan serta sikap untuk menolak
segala tindakan tercela yang dapat merugikan diri dan instansinya. Adapun arti dari
zona dapat
72
73
digambarkan dengan unit-unit instansi pemerintah yang telah menanamkan nilai
integritas di dalamnya. Zona Integritas (ZI) adalah sebutan atau predikat yang diberikan
kepada kementerian, lembaga dan pemerintah daerah yang pimpinan dan semua
jajarannya mempunyai komitmen secara utuh, untuk mewujudkan WBK dan WBBM
mencanangkan sebagai ZI mengusulkan salah satu unit kerjanya untuk menjadi Wilayah
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah predikat yang diberikan kepada suatu
unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tata laksana,
kinerja. Sedangkan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) adalah predikat
yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen
itu sendiri. Pembangunan berarti membangun integritas pada unit instansi pemerintah
melalui berbagai perubahan dan perbaikan yang terencana, massif, komprehensif, dan
pemerintah untuk enggan, malu, dan merasa bersalah tidak melakukan pelayanan prima
kepada masyarakat terlebih melakukan tindak pidana korupsi serta tindakan tercela
lainnya. Proses membangun mindset tidak mudah, karena akan ditemukan keengganan
bahkan penolakan. Selain itu pula diperlukan waktu yang tidak singkat dengan
74
pembiasaan
75
yang terus menerus, membangun sistem berarti membangun berbagai instrumen, sarana
2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Rutan Kelas IIB Kotamobagu yang adalah Unit kerja dari Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Sulawesi Utara, juga sudah berupaya untuk
pembuatan dan penandatanganan Pakta Integritas yang disaksikan oleh pihak pemangku
kepentingan, penanda tanganan ini merupakan tonggak awal dan merupakan indikator
utama dalam penilaian. Membuat kontrak kinerja yang jelas dan mengevaluasi pekerjaan
yang telah dilaksanakan apakah telah sesuai dengan apa yang tertera dalam kontrak
Dalam Hal ini secara terpusat kebijakan mengenai Reformasi Birokrasi khususnya
peningkatan Pelayanan Publik sudah di tempuh bahkan ada standartnya seperti fasilitas
ruang bermain anak dan ruang laktasi, namun dalam pelaksanaan ada saja Standart yang
belum di lakukan oleh Rutan Kotamobagu. Menyangkut Fasilitas pelayanan Jika di lihat
dari masalah kita bisa mensanding bandingkan dengan Prinsip Implementasi Kebijakan
76
Publik Menurut Nugroho (2011:650) prinsip-prinsip pokok dalam implementasi
kebijakan publik, (1) apakah kebijakannya sendiri sudah tepat. (2) tepat pelaksananya.
Dalam penelitian ini dapat di lihat Kelompk kerja pembangunan Zona Integritas belum
memahami atau menguasai seutuhnya tentang regulasi yang berlaku dalam rangka
pemenuhan data dukung dan fasilitas pelayanan pubik untuk WBK WBBM
mengakibatkan pekerjaan menjadi kurang tertata dan hilang arah. Dan sering melakukan
tindakan-tindakan yang kurang baik dalam pemenuhan data dukung, yang di upload tidak
sesuai dengan kenyataan menjadi tertanam budaya pelayanan prima yang kurang optimal,
itu terbukti dengan hasil pencapaian penggnggahan data dukung yang tidak mencapai
100%.
Tabel 4.6
Kemudian Fasilitas pelayanan public yang belum ada seperti ruang laktasi, ruang
bermain anak, dan coffe corner yang merupakan syarat mutlak dari pembangunan zona
77
Integritas ini yang menjadi salah satu penghambat dalam Rutan kotamobagu meraih
tersebut hampir menjadi mustahil Rutan Kotamobagu meraih predikat WBK karena itu
Lain Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Parkiran Motor. Ruang Tunggu PTSP,
Penunjuk Arah., Jalur Disabilitas, Ruang Advokat, Ruang Kesehatan dan Ruang Ibu
Tahun 2009
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang digunakan oleh orang yang tidak berhak.
Hal ini jelas menjelaskan bahwa harus menyediakan Fasilitas Khusus untuk penyandang
disabilitas dalam rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang juga merupakan
salah satu dari 6 Area Perubahan yang di tekankan untuk di perbaiki dan di optimalkan.
Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) yang merupakan amanah dari Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telah diubah dalam Undang-
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan juga Ruang Laktasi yang diatur mengenai
79
Memerah Air Susu Ibu. Pengaturan tersebut tentu tidak terlepas dari Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pada Pasal 128 yang mengatur hak
bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, menjadi
percuma setiap keikutsertaan tapi fasilitas penunjang itu tidak di adakan, menjadi lebih
parah memaksakan untuk membangun dengan dana yang tidak tau dari mana serta tidak
Belum lagi Kondisi pada umumnya kekurangan pegawai Jika di lihat dari indikator
(3) tepat target. (4) Tepat lingkungan, (5) tepat proses, Yang idealnya jika di Rutan itu 1
23 Narapidana dikarenakan regu penjagaan 16 orang itupun di bagi 5 shiff, hal ini
narapidana untuk mengerjakannya dan ini juga salah satu kelemahan untuk mewujudkan
Kemudian lanjut dalam operasional pelayanan masih ada SOP yang tidak lengkap
kemudian tidak di sosialisaikan menjadi kelemahan juga, belum lagi Inovasi pelayanan
yang tidak jalan, kelemahan ini semakin di perparah dengan beberapa pegawai yang tidak
secara optimal melibatkan diri untuk perpartisipasi dalam pembangunan Zona Integritas.
Tidak adanya sangsi bagi pegawai yang tidak mau terlibat dalam pembangunan Zona
Integritas menjadi salah satu pekerjaan rumah juga bagaimana pimpinan bisa memotivasi
semua pegawai untuk berpartisipasi secara aktif dan kolektif serta konsisten .
Masih banyak yang harus dikerjakan, tak perlu ragu memantapkan diri menuju
efektivitas pembangunan zona integritas sangat ditentukan oleh komitmen pimpinan dan
80
seluruh jajaran pegawai di dalamnya. Semua keberhasilan menunjukkan bahwa
komitmen menjadi syarat utama sebuah instansi yang berintegritas. Jika komitmen kuat,
maka mewujudkan institusi yang bersih dan melayani melalui pembangunan zona
integritas akan menjadi sebuah keniscayaan. Namun jika komitmen lemah, cita-cita
menjadi zona integritas hanya akan menjadi sebatas angan dan pencitraan.
81
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitiaan yang telah dianalisis dan diuraikan dalam pembahasan, maka
tentang regulasi yang berlaku dalam rangka pemenuhan data dukung dan fasilitas
hanya dari dana swadaya yang kurang jelas asal usul dan pertanggung jawabannya.
pelayanan, sehingga banyak pegawai yang merangkap pekerjaan di sisi lain meminta
4. Inovasi yang di lakukan belum di laksanakan baik dari sosialisasi sampai dengan
keutuhan SOP tidak jalan berdampak dalam penguggahan data dukung yang tidak
sesuai.
5. Motivasi sebagian pegawai masih kurang dalam keterlibatan secara utuh untuk
82
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas maka selanjutnya penulis akan
memberikan saran-saran yang diharapkan dapat menjadi masukkan bagi Rutan Kotamobagu
sebagai berikut:
WBPK/WBBM agar semua pegawai dapat memahami atau menguasai seutuhnya tentang
regulasi yang berlaku dalam rangka pemenuhan data dukung dan fasilitas pelayanan
Integritas agar dapa tersedianya fasilitas public yang menjadi dasar pemenuhan data
jawabannya.
3. Bisa mengusulkan penambahan pengadan pegawai supaya tidak lagi meminta Narapidana
4. Dapat di optimalkan lagi Inovasi yang di canangkan supaya SOP-SOP yang di buat bisa
5. Agar lebih memotivasi lagi sebagian pegawai dalam keterlibatan secara utuh untuk
83
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Bambang Sunggono, 1994, Hukum dan Kebijaksanaan Publik, Jakarta:
PT Karya Unipress.
Dimock & Koenig. 1960. Public Administration. Dalam Syafiie, Inu Kencana. 2010.
Ilmu Administrasi Publik. Cetakan Ke-2. Jakarta: RINEKA CIPTA.
Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta
Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik (Konsep,
Teori, dan Isu). Yogyakarta: Gava Media
Mamesah, D, J. 1995. Sistem Administrasi Keuangan Daerah. Jakarta: Pustaka
Utama
Miles & Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Terjemahan Tjetjep Rohendi
Rohidi, UI Press.
Moleong, Lexi J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung
Nasution, Arif. 2000, Demokrasi dan Problema Otonomi Daerah, Mandar Maju,
Bandung
Prakosa, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Pres, Yogyakarta
Siahaan, P. Marihot, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Rajagrafindo
Persada, Jakarta
Siagian, P. Sondang. 2012. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan Strateginya.
Cetakan kelima. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta,
Jakarta
Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif”, Alfabeta, Bandung, 2009.
Sugiono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif dilengkapi Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, Alfabeta. Bandung.
Tachan, H. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung : Puslit KP2W Lemlit, Unpad.
Thoha, Miftah, Dimensi – Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara, citra niaga
Rajawali pers, Jakarta, Cet. 5, 2002.
Wahab, Solichin A. 2011. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan, Bumi Aksara Jakarta.
Yani, Ahmad, 2002, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah
Di Indonesia, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta
Sumber Regulasi:
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 10
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas
Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di lingkungan
Instansi Pemerintah
84
DOKUMENTASI
85
86
87
88