Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

IndonesiaTahun 1945 mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara

Republik Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum

dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna

negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu

sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan

pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan

hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan

administratif.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah sedikit banyaknya telah memberikan ruang bagi

masyarakat untuk mendapatkan akses pelayanan publik yang lebih intensif.

Melalui Undang-undang ini, pemerintah pusat memberikan kewenangan

kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahannya sendiri. Sehingga pemerintah daerah mempunyai

keleluasaan untuk merancang dan menentukan bentuk dan pola pelayanan

yang dibutuhkan oleh masyarakat di daerahnya masing-masing. Dalam pasal

9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut, dinyatakan

bahwa “Urusan pemerintah yang konkruen, dibagi antara pemerintah pusat

dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota”. Dalam ayat (4)

1
menyatakan bahwa urusan pemerintah yang konkruen inilah yang menjadikan

dasar pelaksanaan otonomi daerah.

Pada Pasal 12 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 dinyatakan

bahwa urusan pemerintah yang konkruen tersebut meliputi Urusan

Pemerintah Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar, Urusan

Pemerintah Wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar dan Urusan

Pilihan.

Pada pasal 12 ayat (1), disebutkan bahwa Urusan Pemerintahan

Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi: (1). Pendidikan, (2).

Kesehatan, (3). Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, (4). Perumahan

Rakyat dan Kawasan Permukiman, (5). Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan

Pelindungan Masyarakat dan (6) Sosial.

Sementara khusus untuk urusan Pemerintah wajib yang tidak

terkait dengan pelayanan dasar sesuai dengan pasal 12 ayat (2), terdiri dari

(1). Tenaga Kerja, (2). Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

(3). Pangan, (4). Pertanahan, (5). Lingkungan Hidup, (6). Administrasi

Kependudukan (7). Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, (8). Pengendalian

Penduduk dan Keluarga Berencana, (9). Perhubungan, (10). Komunikasi dan

Informatika, (11.) Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah, (12). Penanaman

Modal, 12). Kepemudaan dan Olah Raga, (13). Statistik, (14). Persandian,

(15). Kebudayaan, (16). Perpustakaan; dan (17). Kearsipan. Sementara pada

Pasal 12 ayat (3) disebutkan bahwa Urusan Pemerintahan Pilihan meliputi:

(1). Kelautan dan Perikanan, (2). Pariwisata, (3). Pertanian, (4). Kehutanan,

2
(5). Energi dan Sumber Daya Mineral, (6). Perdagangan, (7). Perindustrian;

dan (8). Transmigrasi.

Pada dasarnya pelayanan publik merupakan urusan wajib yang

merupakan pelayanan dasar pemerintah yang menyangkut hubungan antara

lembaga penyedia jasa pelayanan dengan masyarakat selaku penerima jasa.

Namun, dewasa ini penyelenggaraan pelayanan publik masih jauh dari

kebutuhan dan harapan masyarakat. Sehingga pemerintah selaku service

provider (penyedia jasa) dituntut untuk terus melakukan berbagai perubahan

dan inovasi untuk mewujudkan pelayanan yang lebih baik dan berkualitas

kepada masyarakat.

Untuk menyahuti hal tersebut, salah satu terobosan pemerintah

adalah membentuk pelayanan terpadu satu pintu yang berdasarkan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Perizinan Terpadu Satu Pintu. Pada prinsipnya kebijakan

ini merupakan kegiatan penyelenggaraan pelayanan perizinan ataupun non

perizinan yang prosesnya dimulai dari permohonan sampai pada tahap

dikeluarkannya atau diterbitkannya suatu dokumen yang dilakukan di satu

pintu sehingga mewujudkan pelayanan publik yang cepat, murah, mudah,

transparan, pasti, dan terjangkau.

Dalam rangka memperkuat kelembagaan pelayanan, Pemerintah

menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor : 18 Tahun 2016 tentang Perangkat

Daerah. Untuk memenuhi ketentuan Peraturan Pemerintah tersebut,

Pemerintah Kota Subulussalam menetapkan pembentukan kelembagaan

3
daerah yang membidangi Pelayanan Perizinan melalui Qanun/Perda Kota

Subulussalam Nomor : 2 Tahun 2016 dengan nomenklatur “Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu”.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu

Pintu mempunyai tugas membantu walikota dalam melaksanakan fungsi

penunjang urusan penanaman modal dan pelayanan perizinan yang menjadi

kewenangan daerah, Hal ini sesuai dengan Pasal 5 Peraturan Walikota

Subulussalam Nomor 78 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan

Organisasi Tugas Fungsi dan Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu, sehingga Kepala Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu diberi kewenangan untuk menandatangani

dokumen perizinan dan non perizinan yang sebelumnya menjadi kewenangan

walikota selaku kepala daerah.

Hal ini berarti adanya penyederhanaan proses pelayanan.

Penyederhanaan pelayanan adalah upaya penyingkatan terhadap waktu,

prosedur, dan biaya pemberian perizinan dan non perizinan. Sehingga

pemberlakuan Pelayanan Terpadu Satu Pintu diharapkan mampu memangkas

waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan. Hasilnya

pelayanan perizinan lebih efektif, mudah dan murah.

Pembentukan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu ini merupakan wujud nyata komitmen Pemerintah Kota

Subulusslam dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan memberikan

pelayanan secara terpadu sehingga memudahkan masyarakat dan dunia usaha

4
dalam memperoleh perizinan. Sebagai instansi yang baru dibentuk maka

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu tentu saja masih

harus berbenah diri, dan melakukan evaluasi-evaluasi dalam rangka

meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.

Untuk itu, diperlukan sebuah kepastian prosedur, waktu, biaya,

produk, sarana dan kompetensi petugas pelayanan sebagai acuan dalam

penyelenggaraan pelayanan perizinan. Atas dasar itulah penulis tertarik

untuk mengangkat sebuah judul “ANALISA STANDAR PELAYANAN

PERIZINAN PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SUBULUSSALAM”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan

masalah adalah “Bagaimana standar pelayanan perizinan pada Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Subulussalam?”

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ini yaitu :

1. Tinjauan Pustaka

Metode tinjauan pustaka yaitu metode penelitian dengan

menggunakan buku ataupun artikel-artikel sebagai referensi dalam

melakukan analisis pemecahan maslah.

5
2. Wawancara

Adalah suatu metode penelitian dengan mengajukan pertanyaan

kepada pihak-pihak yang terkait dengan pokok permasalahan.

3. Observasi

Adalah metode mengumpulkan data dengan mengamati langsung

kejadian di lapangan.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan Karya tulis ini mengikuti sistematika sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini dibahas mengenai :

 Latar Belakang Masalah

 Perumusan Masalah

 Metode Pengumpulan Data

 Sistematika Penulisan

BAB II : Tinjauan Kepustakaan

Dalam tinjauan Kepustakaan ini akan dibahas tentang :

 Pengertian Standar Pelayanan

 Prinsip Standar Pelayanan

 Komponen Standar Pelayanan

BAB III: Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah mencakup tentang :

 Gambaran Umum

 Standar Pelayanan Perizinan Terpadu

6
BAB IV : Penutup

Penutup mencakup tentang :

 Kesimpulan

 Saran

7
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Pengertian Standar Pelayanan

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi

Birokrasi Nomor 36 tahun 2012 menyatakan standar pelayanan adalah tolak

ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan

acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji

Penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas,

cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.

B. Prinsip Standar Pelayanan

Dalam menyusun, menetapkan dan menerapkan standar pelayanan

dilakukan dengan memperhatikan prinsip:

1. Sederhana. Standar Pelayanan yang mudah dimengerti, mudah diikuti,

mudah dilaksanakan, mudah diukur, dengan prosedur yang jelas dan biaya

terjangkau bagi masyarakat maupun penyelenggara.

2. Konsistensi. Dalam penyusunan dan penerapan standar pelayanan harus

memperhatikan ketetapan dalam mentaati waktu, prosedur, persyaratan,

dan penetapan biaya pelayanan yang terjangkau.

3. Partisipatif. Penyusunan Standar Pelayanan dengan melibatkan

masyarakat dan pihak terkait untuk membahas bersama dan mendapatkan

keselarasan atas dasar komitmen atau hasil kesepakatan.

8
4. Akuntabel. Hal-hal yang diatur dalam standar pelayanan harus dapat

dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan secara konsisten kepada pihak

yang berkepentingan.

5. Berkesinambungan. Standar Pelayanan harus dapat berlaku sesuai

perkembangan kebijakan dan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan.

6. Transparansi. Standar Pelayanan harus dapat dengan mudah diakses dan

diketahui oleh seluruh masyarakat.

7. Keadilan. Standar Pelayanan harus menjamin bahwa pelayanan yang

diberikan dapat menjangkau semua masyarakat yang berbeda status

ekonomi, jarak lokasi geografis, dan perbedaan kapabilitas fisik dan

mental.

C. Komponen Standar Pelayanan

Komponen standar pelayanan adalah komponen yang merupakan

unsur-unsur administrasi dan manajemen yang menjadi bagian dalam sistem

dan proses penyelenggaraan pelayanan publik.

Berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009,

setiap standar pelayanan dipersyaratkan harus mencantumkan komponen

sekurang-kurangnya meliputi:

1. Dasar Hukum, adalah peraturan perundang-undangan yang menjadi

dasar penyelenggaraan pelayanan.

2. Persyaratan, adalah syarat (dokumen atau hal lain) yang harus dipenuhi

dalam pengurusan suatu jenis pelayanan, baik persyaratan teknis maupun

administratif.

9
3. Sistem, mekanisme, dan prosedur, adalah tata cara pelayanan yang

dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan.

4. Jangka waktu penyelesaian, adalah jangka waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis

pelayanan.

5. Biaya/tarif, adalah ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan

dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara

yang besarnya ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan.

6. Produk pelayanan, adalah hasil pelayanan yang diberikan dan diterima

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

7. Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas, adalah peralatan dan fasilitas

yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan, termasuk peralatan

dan fasilitas pelayanan bagi kelompok rentan.

8. Kompetensi pelaksana, adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh

pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan pengalaman.

9. Pengawasan internal, adalah sistem pengendalian intern dan

pengawasan langsung yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau

atasan langsung pelaksana.

10. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan, adalah tata cara

pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.

11. Jumlah pelaksana, adalah tersedianya pelaksana sesuai dengan beban

kerja. Informasi mengenai komposisi atau jumlah petugas yang

melaksanakan tugas sesuai pembagian dan uraian tugasnya.

10
12. Jaminan pelayanan, adalah memberikan kepastian pelayanan

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

13. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan, adalah dalam bentuk

komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, risiko, dan

keragu-raguan.

14. Evaluasi kinerja pelaksana, adalah penilaian untuk mengetahui

seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar pelayanan

11
BAB III

PEMECAHAN MASALAH

A. Gambaran Umum

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota

Subulussalam adalah salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan

Pemerintah Kota Subulussalam yang dibentuk berdasarkan Qanun Kota

Subulussalam Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daera Kota Subulussalam, ditetapkan Tanggal 17 November 2016

dan Pejabat Struktural Pelaksananya dilantik pada Tanggal 6 Januari 2017.

Secara Teknis, Qanun Kota Subulussalam Nomor 2 Tahun 2016

merupakan penetapan Perubahan Nomenklatur dan meningkatkan status

SKPD Pelayanan Perizinan yang sebelumnya Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu dan Penanaman Modal, menjadi Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

1. Visi dan Misi

Visi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kota Subulussalam adalah Mewujudkan Pelayanan Prima Bagi Masyarakat

Kota Subulussalam. Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, maka Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Subulussalam

mewujudkan misi sebagai berikut :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan perizinan kepada masyarakat.

b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui

pelayanan perizinan

12
c. Meningkatkan citra aparatur pemerintah dengan memberikan pelayanan

yang mudah, cepat, aman, nyaman, transparan dan pasti.

2. Struktur Organisasi
Sebagai perangkat daerah dan unsur pelaksana tugas di bidang

Pelayanan, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Berdasarkan Peraturan Walikota Subulussalam Nomor 76 Tahun

2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Fungsi dan Tata Kerja,

susunan organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu, terdiri dari:

a. Kepala Dinas;

b. Sekretaris, membawahi :

- Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, dan

- Sub Bagian Keuangan, Program dan Pelaporan.

c. Bidang Perencanaan, Pengembangan Iklim Promosi dan Penanaman

Modal, membawahi :

- Seksi Perencanaan dan Pengembangan Iklim Penanaman Modal;

- Seksi Promosi Penanaman Modal, dan

- Seksi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

d. Bidang Penyelengaraan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan,

membawahi :

- Seksi Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan I,

13
- Seksi Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan II, dan

- Seksi Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan III.

e. Bidang Pengaduan, Kebijakan dan Pelaporan Layanan,

membawahi:

- Seksi Pengaduan dan Layanan Informasi,

- Seksi Kebijakan dan Penyuluhan Layanan, dan

- Seksi Pelaporan dan Peningkatan Layanan.

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

14
Bagan/Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah sebagai berikut :

KEPALA
DINAS

Kelompok Jabatan Sekretaris


Fungsional

Subbag. Umum Subbag. Keangan,


dan Program &
Kepegawaian Pelaporan

Bidang Perencanaan, Bidang Penyelenggaraan Bidang Pengaduan,


Pengembangan Iklim Perizinan dan Non Kebijakan dan Pelaporan
Penanaman Modal Perizinan Layanan

Seksi Perencanaan dan Seksi Pelayanan Seksi Pengaduan dan


Pengembangan Iklim Perizinan dan Non Layanan Informasi
Penanaman Modal Perizinan I

Seksi Promosi Seksi Pelayanan Seksi Kebijakan dan


Penanaman Modal Perizinan dan Non Penyuluhan Layanan
Perizinan I

Seksi Pengendalian Seksi Pelayanan Seksi Pelaporan dan


Penanaman Modal Perizinan dan Non Peningkatan Layanan
Perizinan I

15
B. Standar Pelayanan Perizinan Terpadu

Dalam Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara Nomor

63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan

Publik dikatakan bahwa Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus

memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya

kepastian bagi penerima pelayanan.

Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau

penerima pelayanan. Standar pelayanan, sekurang-kurangnya meliputi :

1. Prosedur Pelayanan, Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi

dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaian, Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat

pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk

pengaduan.

3. Biaya pelayanan, Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang

ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

4. Produk pelayanan, Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Sarana dan Prasarana, Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang

memadai oleh penyelenggara pelayanan publik

16
6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan, Kompetensi petugas pemberi

pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan,

keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

1. Prosedur Pelayanan

Standar Operating Procedure (SOP)/Standarisasi Prosedur

Pelayanan perizinan dan non perizinan Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Subulussalam masih mengacu pada

Peraturan walikota Subulussalam Nomor : 14 Tahun 2014, dan pada awal

Tahun 2017 telah menyusun Draft Peraturan walikota tentang Standar

Operating Prosedur (SOP)/Standarisasi Prosedur Pelayanan perizinan dan

non perizinan yang memuat Sistem dan Prosedur Pelayanan.

Namun keberadaan SOP ini belum didukung oleh Peraturan

Daerah/Qanun Kota Subulussalam sebagai acuan dan Dasar Hukum

Prosedur Pelayanan di daerah. Sehingga SOP ini masih mengacu kepada

Peraturan Perundang Undangan yang lebih tinggi, yaitu Peraturan

Gubernur Aceh Nomor 4 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan,

Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan pada Unit Penyelenggara

Pelayanan Publik.

Peraturan Daerah/Qanun untuk Pelayanan Publik sangat

diperlukan, karena dengan adanya Peraturan Daerah/Qanun, kepastian

dalam prosedur pelayanan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kota Subulussalam tentu akan lebih terjamin.

17
2. Waktu Penyelesaian

Standar Waktu Penyelesaian Dokumen Perizinan yang ditetapkan

oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota

Subulussalam telah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu pada pasal 11 yaitu “Jangka waktu penyelesaian pelayanan

perizinan dan non perizinan ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari

kerja terhitung mulai sejak diterimanya berkas permohonan beserta

seluruh kelengkapannya”.

3. Biaya Pelayanan

Dalam Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, hanya ada lima jenis izin yang

diperbolehkan untuk dilakukan pemungutan retribusi yaitu (a) Izin

Mendirikan Bangunan (IMB), (b) Izin Tempat Penjualan Minuman

Beralkohol, (c) Izin Gangguan, (d) Izin Trayek dan (e) Izin Usaha

Perikanan.

Namun dari kelima jenis izin tersebut di atas, Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Subulussalam hanya

mengelola tiga jenis Izin, yaitu (a) Izin Mendirikan Bangunan (IMB), (b)

Izin Gangguan dan (c) Izin Trayek. Selain tiga jenis Izin tersebut, tidak

dilakukan pemungutan Retribusi.

18
a. Izin Mendirikan Bangunan

Untuk melakukan pemungutan Retribusi terhadap Izin Mendirikan

Bangunan (IMB), Pemerintah Kota Subulussalam telah menetapkan

Qanun Nomor 12 tahun 2010 tentang Retribusi Izin Mendirikan

Bangunan.

b. Izin Gangguan

Dalam pasal 14 Qanun Kota Subulussalam Nomor 13 Tahun 2010

tentang Retribusi Izin Gangguan disebutkan bahwa besarnya retribusi

ditetapkan berdasarkan luas ruangan tempat usaha, indeks gangguan

dan indeks lokasi dikalikan tarif retribusi izin gangguan.

Indeks gangguan memiliki klasifikasi antara lain gangguan besar,

gangguan sedang, gangguan kecil dan gangguan sangat kecil.

Sedangkan untuk menetapkan kriteria indeks gangguan masih

mengacu pada Surat Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan,

Pertamanan dan Pemadam Kebakaran Kota Subulussalam Nomor:

660/176/BLHKPPK/2011 tentang Izin Dokumen Lingkungan yang

menyebutkan Kelompok Usaha yang memiliki indeks gangguan Kecil,

sedang dan Besar.

Sementara untuk indeks lokasi yang terdiri dari Kawasan Industri,

Kawasan Perdagangan, Kawasan Pariwisata dan Kawasan Pemukiman,

Pemerintah Kota Subulussalam belum menetapkan Qanun Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Subulussalam sebagai acuan untuk

melakukan pemetaan kawasan-kawasan tersebut di atas.

19
c. Izin Trayek

Izin Trayek di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Kota Subulussalam hingga saat ini belum memiliki dasar hukum

berupa Peraturan Daerah/Qanun, akan tetapi dalam pelimpahan

wewenang terdapat Izin Usaha Angkutan yang menjadi objek

pelaksanaan pelayanan.

4. Produk Pelayanan

Dalam Pelaksanaan Pelayanan Perizinan, Dinas Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu masih mengacu pada Peraturan

Walikota Subulussalam Nomor 37 Tahun 2016 tentang Pelimpahan

Kewenangan Penyelenggaraan Perizinan dan Non Perizinan, terdapat

delapan puluh satu (81) jenis Perizinan dan non perizinan yang

dilimpahkan kepada Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman

Modal Kota Subulussalam, yang meliputi :

Bidang Sumber Daya Alam :

1. Izin Gangguan (Ho);

2. Izin Usaha Perkebunan Budidaya (25-200 Ha);

3. Tanda Daftar Usaha Perkebunan (5-25 Ha);

4. Izin Usaha Pembibitan;

5. Izin Lokasi;

6. Izin Land Clearing;

7. Izin Pendirian Keramba Apung;

8. Tanda Daftar Usaha Perikanan;

20
9. Izin Rumah Potong Hewan;

10. Izin DOC/DOD;

11. Izin Keluar Masuk Hewan (Ternak);

12. Izin Praktek Dokter Hewan;

13. Izin Lingkungan;

14. Izin Tempat Pembuangan sementara limbah B3;

15. Izin Pengeboran

16. Rek. Penimbunan Bahan Bakar Minyak (non Perizinan);

17. Rek. Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan (non

Perizinan);

18. Rek. Pertambangan Eksplorasi (non Perizinan);

19. Rek. Pertambangan Eksplorasi (non Perizinan);

20. Izin Uzaha pariwisata;

21. Tanda Daftar Usaha Pariwisata;

22. Izin Usaha Perhotelan;

23. Izin Usaha Penginapan;

24. Izin Usaha Pondok Wisata;

25. Izin Usaha Keramaian/hiburan;

26. Izin Usaha Rumah Makan;

27. Izin Pendirian Menara Telekomunikasi;

28. Izin Pembangunan dan Penggunaan Menara bersama;

29. Izin Pengelolaan Internet;

30. Izin Usaha Angkutan;

21
31. Izin Trayek, Insidentil, Izin Operasional;

32. Izin Usaha Kursus Mengemudi Kendaraa Bermotor;

33. Izin Wisma Pangkas;

34. Izin Biro/ Agen Perjalanan Wisata;

35. Izin Trayek AKAP (non Perizinan);

36. Izin Praktek Dokter Umum;

37. Izin Praktek Bersama Dokter Umum;

38. Izin Praktek Bersama Dokter Gigi;

39. Izin Usaha Dokter Umum/Dokter Gigi/Dokter Spesialis;

40. Izin Praktek Bidan;

41. Izin Praktek Perawat;

42. Izin Praktek Pengobatan Alternatif;

43. Izin Rumah Bersalin;

44. Izin Operasional Rumah Sakit/ Puskesmas;

45. Izin Pusat Kebugaran Jasmani/ Fitnes;

46. Izin Usaha Salon Kecantikan;

47. Izin Apotek;

48. Izin Toko Obat;

49. Izin Perdagangan Besar Obat;

50. Izin Fisioterapis;

51. Izin Optik;

52. Izin Operasional Optik;

53. Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

22
54. Izin Usaha Industri (IUI);

55. Tanda Daftar Industri (TDI);

56. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

57. Tanda Daftar Gudang (TDG);

58. Izin Usaha Perbengkelan;

59. Izin Usaha Toko Modern;

60. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan;

61. Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional;

62. Izin Koperasi/Pengesahan Koperasi;

63. Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

64. Rek. Izin Pemanfaatan Air Permukaan (non Perizinan);

65. Rek. Izin Pemanfaatan Air Tanah;

66. Izin Usaha Huller;

67. Rek. Surat Tanda Regristrasi Usaha Pembibitan (Strup);

68. Izin Penyelenbgaraan Reklame;

69. Izin Usaha Pengelolaan Sarang Burung walet;

70. Izin Penggunaan Barang/Alat Milik Daerah;

71. Izin Lembaga Pendidikan/Pelatiha/Kursus;

72. Izin Operasional Lembaga Pendidikan/Pelatihan/kursus;

73. Izin Penyelenbgaraan Pameran/ seni dan Budaya;

74. Rek. Izin Pendirian Lembaga Pendidikan Tinggi (non

Perizinan);

75. Izin Prinsip Penanaman Modal;

23
76. Izin Prinsip Perlusan Penanaman Modal;

77. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal;

78. Izin Usaha Penanaman Modal

79. Izin Usaha Perluasan Penanaman Modal;

80. Izin Usaha Pennggabungan Perusahaan Penanaman Modal;

81. Izin Usaha Perubahan Penanaman Modal.

5. Sarana dan Prasarana

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota

Subulussalam saat ini belum memiliki gedung kantor sendiri, sejak Januari

2017, beraktifitas menempati gedung eks UPT Dispenda Provinsi yang

sebelumnya ditempati oleh Inspektorat.

Kondisi tersebut sangat mempengaruhi proses pelayanan,

mengingat dalam mekanisme pelayanan, Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu sejak Tahun 2012 s/d 2017 telah empak kali

pindah kantor. Sehingga hampir setiap tahun Kantor Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Subulussalam berpeluang

untuk pindah kantor. Kondisi ini tentu akan menyulitkan pemohon dalam

mencari alamat kantor.

Kondisi di atas semakin kurang mendukung proses pelayanan

dengan kurangnya fasilitas penunjang lainya seperti sistem manajemen

pelayanan yang masih manual, kurangnya perangkat komputer sebagai

fasilitas pengolahan data dan sistem informasi belum dapat diakses melalui

media elektronik/online.

24
6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Pegawai pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu Kota Subulussalam masih sangat kurang dari segi jumlah dan

pegawai yang ada juga belum memiliki kompetensi yang baik. Hal ini

disebabkan masih kurangnya program-program peningkatan sumber daya

manusia seperti pelatihan, bimbingan teknis dan studi banding.

Disamping itu juga Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kota Subulussalam tidak memiliki Pegawai Teknis

yang mempunyai kompentensi Teknis tertentu sehingga mampu

memberikan telaah dan pertimbangan teknis dalam rangka

penyelenggaraan perizinan yang sifatnya teknis.

25
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan hasil analisa, penulis menyimpulkan bahwa Pada dasarnya

penyelenggaraan pelayanan perizinan pada Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Subulussalam sudah berjalan dengan

baik. Akan tetapi masih banyak ditemukan kendala-kendala yang

mengakibatkan proses pelayanan kurang optimal. Hal ini disebabkan oleh

adanya beberapa standar pelayanan yang belum terpenuhi. Antara lain

Peraturan Daerah/Qanun yang mengatur tentang penyelenggaran

pelayanan perizinan dan peraturan yang terkait denganya masih sangat

kurang.

Belum adanya sarana yang representatif seperti gedung milik sendiri yang

permanen, serta sarana-sarana penunjang lainya seperti sistem manajemen

yang berbasis komputer, perangkat komputer dan sistem informasi yang

dapat diakses melalui media elektronik/online. Kurangnya jumlah

personalia dan kurangnya program-program pemberdayaan sumber

manusia sehingga berdampak kepada rendahnya kompetensi petugas

pelayanan.

Disamping itu juga Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Kota Subulussalam tidak memiliki Pegawai Teknis yang mempunyai

kompentensi Teknis tertentu sehingga dalam memberikan telaah dan

26
pertimbangan teknis dalam rangka penyelenggaraan perizinan yang

sifatnya teknis masih menggunakan tenaga teknis lintas sektoral. Hal ini

mengesankan proses pelayanan perizinan yang lambat.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, bahwa dalam rangka memenuhi standar

pelayanan perizinan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu Kota Subulussalam penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Mengusulkan kepada perangkat daerah yang secara teknis terkait dengan

proses pelayanan perizinan untuk menyusun rancangan Peraturan

Daerah/Qanun tentang pelayanan perizinan.

2. Pemerintah Daerah Kota Subulussalam agar dapat memprioritaskan

pembangunan gedung pelayanan perizinan yang permanen.

3. Pemerintah Daerah agar dapat meningkatkan alokasi anggaran untuk

memenuhi kebutuhan sarana penunjang pelayanan perizinan pada Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota

Subulussalam. Yang sampai saat ini alokasi anggaranya paling kecil jika

dibandingkan dengan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

yang ada.

4. Pemerintah Daerah agar dapat mengangkat Tim Teknis yang berasal dari

pegawai yang mempunyai kompetensi teknis dan ditetapkan/ditempatkan

secara permanen pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Terpadu Satu Pintu.

27
DAFTAR PUSTAKA

Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retr
Daerah

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2016 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Ped


Penyelenggaran Perizinan Terpadu Satu Pintu

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Biro


Nomor 36 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Pene
dan Penerapan Standar Pelayanan

Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7


tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Qanun Kota Subulussalam Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pembentukan


Sususnan Perangkat Daerah Kota Subulussalam

Qanun Kota Subulussalam Nomor 12 Tahun 2010 tentang Retribusi


Mendirikan Bangunan

Qanun Kota Subulussalam Nomor 13 Tahun 2010 tentang Izin Gangguan

Peraturan Walikota Subulussalam Nomor 14 Tahun 2014 tentang St


Operating Prosedur (SOP)/Standarisasi Pelayanan

Peraturan Walikota Subulussalam Nomor 37 Tahun 2016 tentang Pelimp

28
29

Anda mungkin juga menyukai