instansi pemerintah pusat, BUMN dan kalau mungkin swasta, boleh jadi merupakan model pelayanan terpadu
generasi ketiga. Generasi pertama adalah Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSA), kemudian Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP), dan kini MPP.
Konsep MPP ini terinspirasi dari Public Service Hall (PSH) yang ada di Georgia, yakni pusat pelayanan terpadu dan
terintegrasi, baik antar kementerian maupun dengan pemerintah lokal. Sejak tahun 2018, Kementerian PANRB terus
mendorong sejumlah pemda untuk menerapkan konsep MPP di daerahnya.
Mempelajari hal itu, lalu disesuaikan dalam konteks indonesia, Kemenpan RB menghadirkan Mal Pelayanan Publik
(MPP) Indonesia, yang lebih progresif memadukan pelayanan dari pemerintah pusat, daerah dan swasta dalam satu
tempat. Bahkan menyatukan pelayanan publik lintas kewenangan yang pada umumnya sulit dilakukan karena
struktur birokrasi di Indonesia yang sangat besar.
Deputi Bidang Pelayanan Publik Diah Natalisa mengatakan, saat ini MPP sudah terbangun di sejumlah daerah,
antara lain Kota Batam, Provinsi DKI Jakarta, Kota Bekasi, Kabupaten Banyuwangi, Kota Denpasar, Kabupaten
Karangasem, Kota Surabaya, Kabupaten Tomohon, dan Kota Bitung.
Dikatakan, pembangunan MPP sejalan dengan kebijakan Gerakan Indonesia Melayani, yang tertuang dalam
Instruksi Presiden No. 12/2016. Dalam hal ini, Kementerian PANRB mendapat mandat untuk mengkoordinasikan
Program Gerakan Indonesia Melayani (GIM), sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang
meliputi lima Gerakan. Empat gerakan lainnya adalah Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan
Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu.
Kehadiran Mal Pelayanan Publik, juga tidak mendegradasi generasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), justru ini
keistimewaannya MPP dapat memayungi PTSP tanpa pula mematikan pelayanan yang sudah ada sebelumnya.
Sebab PTSP di daerah sebenarnya sudah berjalan baik (melalui kerangka 7 regulasi PP nomor 18/ 2016 tentang
perangkat daerah).
Namun, ada kendala yang perlu disempurnakan, antara lain sebagian besar perizinan bergantung pada dinas
teknisnya sehingga terjadi kelambatan proses; beberapa pemda belum mengikat perizinan dengan sertifikasi ISO
sehingga ada celah tidak terkontrol dan tidak transparan sehingga menjadi temuan lembaga pengawasan.
Oleh karena itu, Kemenpan RB mendorong penuh upaya penyederhanaan perizinan melalui satu sistem
aplikasi yang terintegrasi yang juga bernama -- one single submission tersebut, dan juga memang sejalan
dengan pembangunan sistem pemerintahan berbasis elektronik (e-government) sebagaimana perpres nomor
95/ 2018.
Hingga sekarang, tahapannya masih pada identifikasi terhadap bentuk proses bisnis dan tata kelola data
lintas instansi yang mengintegrasikan karakter format dan definisi data yang berbeda; integrasi layanan dan
interoperabilitas data yang membutuhkan rekayasa aplikasi ulang; serta pembentukan arsitektur spbe untuk
menyamakan cara pandang bagi integrasi pelayanan publik. Berdasarkan evaluasi, pemerintah provinsi,
kabupaten, dan kota, juga semakin berlomba untuk membangun Mal Pelayanan Publik.
Mal Pelayanan Publik sebagai the new public service adalah jawaban bagi harapan publik tentang kemudahan
perijinan, kecepatan pelayanan dan akhirnya mendorong kemudahan berusaha, meningkatkan pertumbuhan
industri mikro maupun ekonomi makro. Melalui MPP, pola pikir yang ego sektoral antar instansi diubah
menjadi kerja bersama yang berfokus pada komitmen melayani masyarakat.
Bahkan, MPP mampu menjadi inkubator bagi tumbuhnya pelayanan pemerintah yang 9 mengadopsi
teknologi, serta menjadi wahana leadership yang melahirkan para ASN teladan berjiwa hospitality.
MPP menjadi media untuk membangun sistem kerja dan sinergi yang utuh, mempraktikkan perubahan budaya
kerja yang melayani, panggung untuk menampilkan wajah birokrasi yang mengadopsi the new public service,
sehingga benar-benar merepresentasikan kehadiran negara untuk memberikan manfaat luas bagi
kepentingan dan kemakmuran masyarakat.
No. 2 bentuk penerapan terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan pengetahuan tentang kedudukan dan
peran ASN pada dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus
1. Pelayanan Terpadu Satu Atap
merupakan pelayanan yang dirancang dan dilaksanakan dalam satu temapat/ satu ruangann yang
dilakukan dengan cara memadukan beberapa jenis pelayanan dan atau beberapa satuan kerja
penyelenggara untuk menyelenggarakan pelayanan secara bersama mulai dari proses permohonan
sampai dengan diterbitkannya produk pelayanan. dalam melakukan pelayanan ini PNS menerapkan
nilai -nilai dasar PNS seperti akuntabilitas(kewajiban yang harus di capai), nasinalisme (menanamkan
dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, pengamalan nilai-nilai liuhur yang terkandung di dalamnya),
etika publik (perilaku, tindakan, dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik), komitmen mutu ( menerapkan standar penjaminan
mutu ), dan anti korupsi ( perilaku menolak memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugoikan keuangan negara).
2. Pelayanan Terpadu Satu Pintu
merupakan kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan non perizinan yang mendapat
pendelegasian wewenang dari instansi yang memiliki kewenangan yang proses pengolahannya
dimulai dari tahap permohonan samapai terbitnya dokumen yang dilakukan satu tempat, dalam
melakukan pelayanan ini pns menerapkan nilai-nilai dasar PNS seperti akuntabilitas(kewajiban yang
harus di capai), nasinalisme (menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, pengamalan nilai-
nilai luhur yang terkandung di dalamnya), etika publik (perilaku, tindakan, dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik),
komitmen mutu ( menerapkan standar penjaminan mutu ), dan anti korupsi ( perilaku menolak
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugoikan keuangan
negara).
3. Mall Pelayanan Publik
merupakan pengintegrasian pelayana publik dari daerah dengan berbagai pelayanan publik, instansi
pemerintah pusat, BUMN, dan kalau mungkin swasta
dalam melakukan pelayanan ini pns menerapkan nilai-nilai dasar PNS seperti akuntabilitas(kewajiban
yang harus di capai), nasinalisme (menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, pengamalan
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya), etika publik (perilaku, tindakan, dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik),
komitmen mutu ( menerapkan standar penjaminan mutu ), dan anti korupsi ( perilaku menolak
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugoikan keuangan
negara).