Anda di halaman 1dari 3

EVALUASI AKADEMIK (19 JULI 2021)

1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang


terlibat dan persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
2. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran
terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan
peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks
deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan
pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
berdasarkan konteks deskripsi kasus
3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah
berdasarkan konteks deskripsi kasus
4. Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan
pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.

JAWABAN

1. Beberapa permasalahan berdasarkan deskripsi kasus dalam pelayanan


publik. Diantaranya masih sedikit instansi yang wajib memberikan
layanan yang berstandar operasional prosedur, dan adanya kejelasan.
Masih ada beberapa instansi penanggung jawab dan penyedia layanan
yang masih belum mempunyai SOP berupa alur dan prosedur yang jelas
dalam menyediakan pelayanan. Aspek durasi waktu pemberian layanan
masih belum ada sehingga kurang efektif dan efisien serta dapat
merugikan waktu masyarakat yang sedang mengakses pelayanan. Saat ini
hanya beberapa penyedia layanan yang telah memiliki durasi waktu
pemberian layanan seperti perpanjangan surat kendaraan yang sudah
memiliki standar SOP dan durasi waktu pengurusan pelayanan. Dalam
konteks pemberian pelayanan, seringkali ditemukan ketidakmampuan
petugas pemberi layanan disebabkan karena kompetensi yang rendah serta
kurang sesuai dengan pekerjaan untuk menyediakan pelayanan yang baik;
Masih ada penyedia layanan yang bersikap kurang ramah, kurang sopan
atau tidak jelas dalam berbicara, memberitahukan suatu informasi dengan
tidak ramah/santun. Selain itu masih ada penyedia layanan masih belum
menggunakan sarana prasarana yang layak serta sesuai kebutuhan
konsumen, misalnya sarana khusus bagi difabel, ruang laktasi, antrian
khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas jaringan komputer, internet
sehingga pada saat pengurusan layanan yang membutuhkan koneksi server
pusat, layanan tidak dapat diberikan karena tidak ada koneksi jaringan.

:
2. A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan
Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus:
a. nilai akuntabilitas , bahwa masih sedikit instansi yang wajib
memberikan layanan yang berstandar operasional prosedur, dan adanya
kejelasan. Masih ada beberapa instansi penanggung jawab dan penyedia
layanan yang masih belum mempunyai SOP berupa alur dan prosedur
yang jelas dalam menyediakan pelayanan
b. komitmen mutu, Aspek durasi waktu pemberian layanan masih belum
ada sehingga kurang efektif dan efisien
c, anti korupsi , dapat merugikan waktu masyarakat yang sedang
mengakses pelayanan. Saat ini hanya beberapa penyedia layanan yang
telah memiliki durasi waktu pemberian layanan seperti perpanjangan surat
kendaraan yang sudah memiliki standar SOP dan durasi waktu pengurusan
pelayanan. elain itu masih ada penyedia layanan masih belum
menggunakan sarana prasarana yang layak serta sesuai kebutuhan
konsumen
c. etika publik, Masih ada penyedia layanan yang bersikap kurang ramah,
kurang sopan atau tidak jelas dalam berbicara, memberitahukan suatu
informasi dengan tidak ramah/santun

B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan


tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI :
 Kualitas pelayanan public yang diberikan pemerintah belum
menunjukkan hasil yang memuaskan bagi masyarakat
 Pelayanan yang berbelit belit, lambat, tidak ramah serta tidak
jelasnya waktu penyelesaian
 Masyarakat akan memberikan tanggapan neggatif terhadap hasil
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah karena pelayanannya
tidak maksimal.
3. Gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan
konteks deskripsi kasus :yaitu dengan cara membangun
MPP( Mall Pelayanan Publik). MPP (Mall Pelayanan Publik) pada
dasarnya merupakan pengintegrasian pelayanan publik dari daerah
dengan berbagai pelayanan publik instansi pemerintah pusat,
BUMN dan kalau mungkin swasta, boleh jadi merupakan model
pelayanan terpadu generasi ketiga. Generasi pertama adalah
Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSA), kemudian Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan kini MPP. Konsep MPP ini
terinspirasi dari Public Service Hall (PSH) yang ada di Georgia,
yakni pusat pelayanan terpadu dan terintegrasi, baik antar
kementerian maupun dengan pemerintah lokal. Sejak tahun 2018,
Kementerian PANRB terus mendorong sejumlah pemda untuk
menerapkan konsep MPP di daerahnya. Mempelajari hal itu, lalu
disesuaikan dalam konteks indonesia, Kemenpan RB
menghadirkan Mal Pelayanan Publik (MPP) Indonesia, yang lebih
progresif memadukan pelayanan dari pemerintah pusat, daerah
dan swasta dalam satu tempat. Bahkan menyatukan pelayanan
publik lintas kewenangan yang pada umumnya sulit dilakukan
karena struktur birokrasi di Indonesia yang sangat besar. Kehadiran
Mal Pelayanan Publik, juga tidak mendegradasi generasi
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), justru ini keistimewaannya
MPP dapat memayungi PTSP tanpa pula mematikan pelayanan
yang sudah ada sebelumnya. Sebab PTSP di daerah sebenarnya
sudah berjalan baik (melalui kerangka 7 regulasi PP nomor 18/
2016 tentang perangkat daerah)

4. Konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan


masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus :
Dengan adanya MPP (Mall Pelayanan Publik) menjadi media untuk
membangun sistem kerja dan sinergi yang utuh,
mempraktikkan perubahan budaya kerja yang melayani, panggung
untuk menampilkan wajah
birokrasi yang mengadopsi the new public service, sehingga benar-
benar merepresentasikan
kehadiran negara untuk memberikan manfaat luas bagi
kepentingan dan kemakmuran
masyarakat

Anda mungkin juga menyukai