Anda di halaman 1dari 5

EVALUASI AKADEMIK

Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angk. LII Tahun 2021 Provinsi Jawa Timur

Selasa 25 Mei 2021

Nama : Risma Nur Rahmawati, S.Pd

Nip : 198503302020122007

Instansi : Pemerintah Kabupaten Mojokerto

Unit kerja : SDN Banjartanggul

Tutor : Drs. H. Paso Deka Dewanto, M.Si

Kelompok :3

NDH : 028

Judul Kasus : Membangun Efektifitas Pelayanan Publik Melalui Mall Pelayanan Publik

Detail Kasus : Membangun Efektifitas Pelayanan Publik Melalui Mall Pelayanan Publik

Dinamika perkembangan zaman memaksa semua negara di dunia untuk terus melakukan transformasi
terhadap tata kelola pemerintahan yang dituntut semakin profesional, cepat, efektif, adaptif untuk
menjawab kebutuhan masyarakat. Indonesia sendiri yang tumbuh dalam era demokratisasi, juga
memasuki era digitalisasi dan virtualisasi, serta memiliki proyeksi menjadi the big five state in the
world.
Reformasi birokrasi sebagai arus utama pendorong gelombang revolusi tata kelola pemerintahan tidak
lagi hanya untuk mengontrol jalannya birokrasi dan menghadirkan pelayanan. Namun juga harus
bergerak untuk mengubah paradigma para administrator publik untuk menempatkan masyarakat
sebagai aspek terdepan dan prioritas. Dan memposisikan pemerintah sebagai representasi publik, serta
membangun institusi publik yang berintegritas, responsif melayani dan aktif memberdayakan
masyarakat untuk terlibat langsung dalam pengaturan dan implementasi berbagai kebijakan publik di
tingkat pusat maupun daerah.
Dimana selama ini masih banyak permasalahan dalam kegiatan dan proses pemberian layanan kepada
masyarakat. Menjembatani kondisi tersebut, beberapa pemerintah daerah berlomba-lomba bersaing dan
berupaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Namun seringkali upaya tersebut
masih belum memberikan hasil yang maksimal sehingga pada akhirnya tidak solutif dan terkadang
menimbulkan kerumitan dalam proses pelayanan kepada masyarakat.
Denhardt dan. Denhardt, dalam bukunya mengungkapkan bahwa salah satu agenda reformasi yang
dijalankan oleh beberapa negara maju, adalah dengan menguatkan hubungan antara institusi publik
dengan pelanggannya (masyarakatnya) sebagai "mekanisme transaksi pasar yang melahirkan suatu
komoditas kepentingan bersama".
Melalui konsep yang ditawarkan, dapat dicermati bahwa konsep the new public management dalam
administrasi negara sudah hadir. Dia telah mengelaborasi sentuhan maupun pendekatan pelayanan
negara yang lebih demokratis (lebih meningkatkan kepercayaan publik), menjembatani harapan dan
keinginan warga, memberikan ruang bagi keterlibatan sosial dalam

pemerintahan, menyegarkan kembali birokrasi publik, membangkitkan legitimasi bagi pemerintahan,


serta melahirkan konsep the new public service.
Sebagaimana kita ketahui, selama ini masih banyak kekurangan dari penyedia layanan publik
sebagaimana yang dirumuskan dalam seminar evaluasi kualitas pelayanan publik dinyatakan bahwa
terdapat beberapa permasalahan dalam pelayanan publik. Diantaranya masih sedikit instansi yang wajib
memberikan layanan yang berstandar operasional prosedur, dan adanya kejelasan. Masih ada beberapa
instansi penanggung jawab dan penyedia layanan yang masih belum mempunyai SOP berupa alur dan
prosedur yang jelas dalam menyediakan pelayanan. Aspek durasi waktu pemberian layanan masih
belum ada sehingga kurang efektif dan efisien serta dapat merugikan waktu masyarakat yang sedang
mengakses pelayanan. Saat ini hanya beberapa penyedia layanan yang telah memiliki durasi waktu
pemberian layanan seperti perpanjangan surat kendaraan yang sudah memiliki standar SOP dan durasi
waktu pengurusan pelayanan.
Dalam konteks pemberian pelayanan, seringkali ditemukan ketidakmampuan petugas pemberi layanan
disebabkan karena kompetensi yang rendah serta kurang sesuai dengan pekerjaan untuk menyediakan
pelayanan yang baik; Masih ada penyedia layanan yang bersikap kurang ramah, kurang sopan atau
tidak jelas dalam berbicara, memberitahukan suatu informasi dengan tidak ramah/santun. Selain itu
masih ada penyedia layanan masih belum menggunakan sarana prasarana yang layak serta sesuai
kebutuhan konsumen, misalnya sarana khusus bagi difabel, ruang laktasi, antrian khusus bagi lansia,
dan sistem konektivitas jaringan komputer, internet sehingga pada saat pengurusan layanan yang
membutuhkan koneksi server pusat, layanan tidak dapat diberikan karena tidak ada koneksi jaringan.

Mal Pelayanan Publik


MPP pada dasarnya merupakan pengintegrasian pelayanan publik dari daerah dengan berbagai
pelayanan publik instansi pemerintah pusat, BUMN dan kalau mungkin swasta, boleh jadi merupakan
model pelayanan terpadu generasi ketiga. Generasi pertama adalah Pelayanan Terpadu Satu Atap
(PTSA), kemudian Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan kini MPP.

Konsep MPP ini terinspirasi dari Public Service Hall (PSH) yang ada di Georgia, yakni pusat
pelayanan terpadu dan terintegrasi, baik antar kementerian maupun dengan pemerintah lokal. Sejak
tahun 2018, Kementerian PANRB terus mendorong sejumlah pemda untuk menerapkan konsep MPP di
daerahnya.
Mempelajari hal itu, lalu disesuaikan dalam konteks indonesia, Kemenpan RB menghadirkan Mal
Pelayanan Publik (MPP) Indonesia, yang lebih progresif memadukan pelayanan dari pemerintah pusat,
daerah dan swasta dalam satu tempat. Bahkan menyatukan pelayanan publik lintas kewenangan yang
pada umumnya sulit dilakukan karena struktur birokrasi di Indonesia yang sangat besar.
Deputi Bidang Pelayanan Publik Diah Natalisa mengatakan, saat ini MPP sudah terbangun di sejumlah
daerah, antara lain Kota Batam, Provinsi DKI Jakarta, Kota Bekasi, Kabupaten Banyuwangi, Kota
Denpasar, Kabupaten Karangasem, Kota Surabaya, Kabupaten Tomohon, dan Kota Bitung.
Dikatakan, pembangunan MPP sejalan dengan kebijakan Gerakan Indonesia Melayani, yang tertuang
dalam Instruksi Presiden No. 12/2016. Dalam hal ini, Kementerian PANRB mendapat mandat untuk
mengkoordinasikan Program Gerakan Indonesia Melayani (GIM), sebagai bagian dari Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang meliputi lima Gerakan. Empat gerakan lainnya adalah
Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan
Indonesia Bersatu.
Kehadiran Mal Pelayanan Publik, juga tidak mendegradasi generasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP), justru ini keistimewaannya MPP dapat memayungi PTSP tanpa pula mematikan pelayanan
yang sudah ada sebelumnya. Sebab PTSP di daerah sebenarnya sudah berjalan baik (melalui kerangka
7 regulasi PP nomor 18/ 2016 tentang perangkat daerah).
Namun, ada kendala yang perlu disempurnakan, antara lain sebagian besar perizinan bergantung pada
dinas teknisnya sehingga terjadi kelambatan proses; beberapa pemda belum mengikat perizinan dengan
sertifikasi ISO sehingga ada celah tidak terkontrol dan tidak transparan sehingga menjadi temuan
lembaga pengawasan.

Oleh karena itu, Kemenpan RB mendorong penuh upaya penyederhanaan perizinan melalui satu sistem
aplikasi yang terintegrasi yang juga bernama -- one single submission tersebut, dan juga memang
sejalan dengan pembangunan sistem pemerintahan berbasis elektronik (e-government) sebagaimana
perpres nomor 95/ 2018.
Hingga sekarang, tahapannya masih pada identifikasi terhadap bentuk proses bisnis dan tata kelola data
lintas instansi yang mengintegrasikan karakter format dan definisi data yang berbeda; integrasi layanan
dan interoperabilitas data yang membutuhkan rekayasa aplikasi ulang; serta pembentukan arsitektur
spbe untuk menyamakan cara pandang bagi integrasi pelayanan publik. Berdasarkan evaluasi,
pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota, juga semakin berlomba untuk membangun Mal Pelayanan
Publik.
Mal Pelayanan Publik sebagai the new public service adalah jawaban bagi harapan publik tentang
kemudahan perijinan, kecepatan pelayanan dan akhirnya mendorong kemudahan berusaha,
meningkatkan pertumbuhan industri mikro maupun ekonomi makro. Melalui MPP, pola pikir yang ego
sektoral antar instansi diubah menjadi kerja bersama yang berfokus pada komitmen melayani
masyarakat.
Bahkan, MPP mampu menjadi inkubator bagi tumbuhnya pelayanan pemerintah yang 9 mengadopsi
teknologi, serta menjadi wahana leadership yang melahirkan para ASN teladan berjiwa hospitality.
MPP menjadi media untuk membangun sistem kerja dan sinergi yang utuh, mempraktikkan perubahan
budaya kerja yang melayani, panggung untuk menampilkan wajah birokrasi yang mengadopsi the new
public service, sehingga benar-benar merepresentasikan kehadiran negara untuk memberikan manfaat
luas bagi kepentingan dan kemakmuran masyarakat.

Detail Soal Anda

No Soal Jawaban
.
1 Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau Rumusan masalah :
masalah pokok, aktor yang terlibat dan persan 1. Kegiatan dan proses pemberian pelayanan
setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi publik tidak maksimal sehingga tidak
kasus. solutif dan dapat menimbulkan masalah
2. Seringkali ditemukan ketidakmampuan
petugas pemberi layanan disebabkan
karena rendahnya kompetensi mereka
3. Kesulitan dan keterlambatan dalam proses
perizinan MPP karena perizinan
bergantung pada dinas teknisnya.

Aktor yang terlibat :


1. Kepala Daerah
2. DPRD sebagai pengawas kebijakan
pemerintah dan penyedia anggaran
3. Perangkat Daerah yang menangani
pelayanan publik
4. Pemerintah Daerah : berperan untuk
memberikan pelayanan publik yang
terbaik untuk masyarakat
5. Kemenpan RB : Menghadirkan Mal
Pelayanan Publik Indonesia
6. Deputi Bidang Pelayanan Publik :
menyelenggarakan perumusan kebijakan
serta koordinasi dan sinkronisasi
pelaksanaan kebijakan di bidang
pelayanan publik.
2 Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk A. Bentuk penerapan dan pelanggaran
penerapan dan pelanggaran terhadap nilai- terhadap nilai-nilai dasar PNS
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh Bentuk Penerapan
setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks 1. Akuntabilitas
deskripsi kasus. B. Dampak tidak Akuntabilitas adalah kewajiban
diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pertanggungjawaban yang harus dicapai.
pengetahuan tentang kedudukan dan peran Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
PNS dalam NKRI berdasarkan konteks individu, kelompok, atau institusi untuk
deskripsi kasus memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Indikator nilai dasar
akuntabilitas, yaitu: kepemimpinan,
transparansi, integritas, tanggungjawab,
keadilan, kepercayaan, keseimbangan,
kejelasan, konsistensi.
2. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang
standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan, dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik. Indikator Nilai-nilai dasar
etika publik yang diterapkan adalah :
a. Memegang teguh nilai idiologi Pancasila
dan UUD 1945
b. Menjalankan tugas profesional, netral dan
sesuai dengan keahlian
c.Mempertanggung jawabkan tindakan dan
kinerja kepada publik
d.Memiliki kemampuan dalam melaksanakan
kebijakan dalam program pemerintah
e.Memberikan pelayanan kepada publik
secara jujur,tanggap, cepat,
tepat,akurat,berdaya guna,berhasil dan santun

3. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah pemahaman konsep
mengenai efektivitas, efisiensi, inovasi, dan
mutu penyelenggaraan Pemerintah. Indikator
Nilai-nilai dasar Komitmen mutu yang
diterapkan adalah :
a. Efektif
b. Efisen
c. Integritas, profesioanal dan responsif
d. Keterbukaan

Bentuk Pelanggaran
1. Akuntabilitas : Instansi penanggung jawab
dan penyedia layanan belum mempunyai SOP
berupa alur dan prosedur yang jelas dalam
menyediakan layanan.

2. Etika Publik : Masih ada penyedia layanan


yang bersikap kurang ramah, kurang sopan
atau tidak jelas dalam berbicara.

3.Komitmen Mutu : Penyedia layanan masih


belum menggunakan sarana dan prasarana
yang layak serta sesuai kebutuhan konsumen
misalnya sarana khusus bagi difabel, ruang
laktasi, antrian khusus lansia, dan sistem
koneksi jaringan komputer

B. Dampak tidak diterapkannya nilai


dasar PNS
1. Pada akuntabilitas yaitu Pelayanan pubik
tidak bisa terlaksana dengan prosedur yang
baik
2. Pada Etika Publik yaitu masyarakat merasa
tidak terlayani dengan baik saat mengakses
pelayanan publik
3. Pada Komitmen mutu : Pelayanan akan
semakin lambat, kurang teratur dan tidak
efisien.
A.
3 Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif 1. Dirumuskan standar pelayanan publik
pemecahan masalah berdasarkan konteks 2. Perangkat pelayanan publik harus
deskripsi kasus profesional
3. Adanya standar operasional prosedur,
kejelasan, dan pemberian waktu durasi
pelayanan yang jelas
4 Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari 1. Instansi penanggung jawab dan
setiap alternatif gagasan pemecahan masalah penyedia layanan harus mempunyai
berdasarkan konteks deskripsi kasus. SOP berupa alur dan prosedur yang
jelas dalam menyediakan pelayanan
2. Adanya pelatihan perangkat pelayanan
publik harus profesional sehingga
masyarakat mendapatkan pelayanan
publik yang baik dan pelayanan yang
berkualitas
3. Instansi pelayanan publik memberikan
layanan yang berstandar operasional
prosedur dan adanya kejelasan, seta
pemberian waktu durasi pelayanan
sehingga pelaksanaan pelayanan akan
efektif dan efisien sehingga tidak
menimbulkan kerugian waktu
masyarakat dalam mengakses
pelayanan

Anda mungkin juga menyukai