Farm
Gelombang 2 Angkatan 6 Kelompok 3
NDH : 06
Instansi : Pemerintah Kabupaten Lingga
Unit Kerja : UPT Puskesmas Tajur Biru
Pengampu Materi : dr. Desy Ariani G., M. Biomed.
Judul Kasus :Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik
Detail Kasus : Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik
MPP pada dasarnya merupakan pengintegrasian pelayanan publik dari daerah dengan
berbagai pelayanan publik instansi pemerintah pusat, BUMN dan kalau mungkin swasta, boleh
jadi merupakan model pelayanan terpadu generasi ketiga. Generasi pertama adalah Pelayanan
Terpadu Satu Atap (PTSA), kemudian Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan kini MPP.
Konsep MPP ini terinspirasi dari Public Service Hall (PSH) yang ada di Georgia, yakni
pusat pelayanan terpadu dan terintegrasi, baik antar kementerian maupun dengan pemerintah
lokal. Sejak tahun 2018, Kementerian PANRB terus mendorong sejumlah pemda untuk
menerapkan konsep MPP di daerahnya.
Mempelajari hal itu, lalu disesuaikan dalam konteks indonesia, Kemenpan RB
menghadirkan Mal Pelayanan Publik (MPP) Indonesia, yang lebih progresif memadukan
pelayanan dari pemerintah pusat, daerah dan swasta dalam satu tempat. Bahkan menyatukan
pelayanan publik lintas kewenangan yang pada umumnya sulit dilakukan karena struktur
birokrasi di Indonesia yang sangat besar.
Deputi Bidang Pelayanan Publik Diah Natalisa mengatakan, saat ini MPP sudah
terbangun di sejumlah daerah, antara lain Kota Batam, Provinsi DKI Jakarta, Kota Bekasi,
Kabupaten Banyuwangi, Kota Denpasar, Kabupaten Karangasem, Kota Surabaya, Kabupaten
Tomohon, dan Kota Bitung.
Dikatakan, pembangunan MPP sejalan dengan kebijakan Gerakan Indonesia Melayani,
yang tertuang dalam Instruksi Presiden No. 12/2016. Dalam hal ini, Kementerian PANRB
mendapat mandat untuk mengkoordinasikan Program Gerakan Indonesia Melayani (GIM),
sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang meliputi lima Gerakan.
Empat gerakan lainnya adalah Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan
Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu.
Kehadiran Mal Pelayanan Publik, juga tidak mendegradasi generasi Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP), justru ini keistimewaannya MPP dapat memayungi PTSP tanpa pula
mematikan pelayanan yang sudah ada sebelumnya. Sebab PTSP di daerah sebenarnya sudah
berjalan baik (melalui kerangka 7 regulasi PP nomor 18/ 2016 tentang perangkat daerah).
Namun, ada kendala yang perlu disempurnakan, antara lain sebagian besar perizinan
bergantung pada dinas teknisnya sehingga terjadi kelambatan proses; beberapa pemda belum
mengikat perizinan dengan sertifikasi ISO sehingga ada celah tidak terkontrol dan tidak
transparan sehingga menjadi temuan lembaga pengawasan.
Oleh karena itu, Kemenpan RB mendorong penuh upaya penyederhanaan perizinan melalui satu
sistem aplikasi yang terintegrasi yang juga bernama -- one single submission tersebut, dan juga
memang sejalan dengan pembangunan sistem pemerintahan berbasis elektronik (e-government)
sebagaimana perpres nomor 95/ 2018.
Hingga sekarang, tahapannya masih pada identifikasi terhadap bentuk proses bisnis dan
tata kelola data lintas instansi yang mengintegrasikan karakter format dan definisi data yang
berbeda; integrasi layanan dan interoperabilitas data yang membutuhkan rekayasa aplikasi
ulang; serta pembentukan arsitektur spbe untuk menyamakan cara pandang bagi integrasi
pelayanan publik. Berdasarkan evaluasi, pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota, juga semakin
berlomba untuk membangun Mal Pelayanan Publik.
Mal Pelayanan Publik sebagai the new public service adalah jawaban bagi harapan publik
tentang kemudahan perijinan, kecepatan pelayanan dan akhirnya mendorong kemudahan
berusaha, meningkatkan pertumbuhan industri mikro maupun ekonomi makro. Melalui MPP,
pola pikir yang ego sektoral antar instansi diubah menjadi kerja bersama yang berfokus pada
komitmen melayani masyarakat.
Bahkan, MPP mampu menjadi inkubator bagi tumbuhnya pelayanan pemerintah yang 9
mengadopsi teknologi, serta menjadi wahana leadership yang melahirkan para ASN teladan
berjiwa hospitality.
MPP menjadi media untuk membangun sistem kerja dan sinergi yang utuh,
mempraktikkan perubahan budaya kerja yang melayani, panggung untuk menampilkan wajah
birokrasi yang mengadopsi the new public service, sehingga benar-benar merepresentasikan
kehadiran negara untuk memberikan manfaat luas bagi kepentingan dan kemakmuran
masyarakat.
1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan persan
setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus?
Jawaban : Rumusan Kasus: Masih banyak permasalahan pada pelayanan public di
Indonesia dan aspek durasi waktu pemberian layanan masih belum ada sehingga kurang
efektif dan efisien serta merugikan waktu masyarakat yang sedang mengakses.Hal ini
dipengaruhi oleh SDM pada fasilitas pelayanan public yang kurang kompeten dan sarana
dan prasarana yang tidak memadai. Segala kekurangan itu dapat mempengaruhi output
yang dirasakan oleh public. Misalnya kekecewaan public terhadap kinerja SDM yang tidak
berkompeten, pelayanan yang terlampau lama, Antrean yang membeludak dan tidak
transparannya pelayanan yang memungkinkan terjadinya KKN.
Dalam pelaksanaanya terhadap berbagai pihak actor yang terlibat. Yang pertama
adalah pemerintah pusat. Pemerintah pusat merupakan pemangku kebijakan. Sehingga
ketika pusatnya sudah bermasalah, maka actor atau pihak dibawahnya akan sulit untuk
memperbaiki kualitas dan transparansi pelayanan public. Kemudian yang kedua adalah
pemerintah daerah. Pemerintah daerah kabupaten/ kota merupakan actor pelaksana
birokrasi dari pemerintah pusat. Walaupun pemerintah daerah merupakan pelaksana, tapi
pemerintah daerah tetap memiliki kewenangan untuk memilih, akankah pelayanan public
dikemas dengan tampilan yang akuntabel atau dikemas dengan hal-hal yang
menyelewawengi dari nilai nilai dasar ASN. Selanjutnya petugas pemberi layanan. Petugas
pemberi Layanan Merupakan Lembaga maupun seseorang yang berhadapan langsung
dengan konsumen. Dalam pelayanannya, seorang pelayan public harus menaati SOP yang
berlaku, memiliki etika profesi yang baik, tidak melakukan KKN dan menghindari hal-hal
yang menyeleweng dari nilai-nilai dasar ASN
B. ketika Suatu pelayan public tidak menerapkan nilai-nilai dasar ASN dengan baik, hal ini
dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan dari masyarakat. Pelayanan yang diberikan tidak
efektif karena sarana prasaran, etika public, serta SOP yang tidak diterapkan. Pada akhirnya
yang dirugikan tidak hanya Lembaga pelayanan public saja namun juga masyarakat yang
harusnya dilayani dengan baik.