Anda di halaman 1dari 8

Nama : Apt. Aria Susanti, S.

Farm
Gelombang 2 Angkatan 6 Kelompok 3
NDH : 06
Instansi : Pemerintah Kabupaten Lingga
Unit Kerja : UPT Puskesmas Tajur Biru
Pengampu Materi : dr. Desy Ariani G., M. Biomed.
Judul Kasus :Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik
Detail Kasus : Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik

Membangun efektifitas pelayanan publik melalui


Mall Pelayanan Publik
Dinamika perkembangan zaman memaksa semua negara di dunia untuk terus melakukan
transformasi terhadap tata kelola pemerintahan yang dituntut semakin profesional, cepat, efektif,
adaptif untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Indonesia sendiri yang tumbuh dalam era
demokratisasi, juga memasuki era digitalisasi dan virtualisasi, serta memiliki proyeksi menjadi
the big five state in the world.
Reformasi birokrasi sebagai arus utama pendorong gelombang revolusi tata kelola
pemerintahan tidak lagi hanya untuk mengontrol jalannya birokrasi dan menghadirkan
pelayanan. Namun juga harus bergerak untuk mengubah paradigma para administrator publik
untuk menempatkan masyarakat sebagai aspek terdepan dan prioritas. Dan memposisikan
pemerintah sebagai representasi publik, serta membangun institusi publik yang berintegritas,
responsif melayani dan aktif memberdayakan masyarakat untuk terlibat langsung dalam
pengaturan dan implementasi berbagai kebijakan publik di tingkat pusat maupun daerah.
Dimana selama ini masih banyak permasalahan dalam kegiatan dan proses pemberian
layanan kepada masyarakat. Menjembatani kondisi tersebut, beberapa pemerintah daerah
berlomba-lomba bersaing dan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.
Namun seringkali upaya tersebut masih belum memberikan hasil yang maksimal sehingga pada
akhirnya tidak solutif dan terkadang menimbulkan kerumitan dalam proses pelayanan kepada
masyarakat.
Denhardt dan. Denhardt, dalam bukunya mengungkapkan bahwa salah satu agenda
reformasi yang dijalankan oleh beberapa negara maju, adalah dengan menguatkan hubungan
antara institusi publik dengan pelanggannya (masyarakatnya) sebagai "mekanisme transaksi
pasar yang melahirkan suatu komoditas kepentingan bersama".
Melalui konsep yang ditawarkan, dapat dicermati bahwa konsep the new public
management dalam administrasi negara sudah hadir. Dia telah mengelaborasi sentuhan maupun
pendekatan pelayanan negara yang lebih demokratis (lebih meningkatkan kepercayaan publik),
menjembatani harapan dan keinginan warga, memberikan ruang bagi keterlibatan sosial dalam
pemerintahan, menyegarkan kembali birokrasi publik, membangkitkan legitimasi bagi
pemerintahan, serta melahirkan konsep the new public service.
Sebagaimana kita ketahui, selama ini masih banyak kekurangan dari penyedia layanan
publik sebagaimana yang dirumuskan dalam seminar evaluasi kualitas pelayanan publik
dinyatakan bahwa terdapat beberapa permasalahan dalam pelayanan publik. Diantaranya masih
sedikit instansi yang wajib memberikan layanan yang berstandar operasional prosedur, dan
adanya kejelasan. Masih ada beberapa instansi penanggung jawab dan penyedia layanan yang
masih belum mempunyai SOP berupa alur dan prosedur yang jelas dalam menyediakan
pelayanan. Aspek durasi waktu pemberian layanan masih belum ada sehingga kurang efektif dan
efisien serta dapat merugikan waktu masyarakat yang sedang mengakses pelayanan. Saat ini
hanya beberapa penyedia layanan yang telah memiliki durasi waktu pemberian layanan seperti
perpanjangan surat kendaraan yang sudah memiliki standar SOP dan durasi waktu pengurusan
pelayanan.
Dalam konteks pemberian pelayanan, seringkali ditemukan ketidakmampuan petugas
pemberi layanan disebabkan karena kompetensi yang rendah serta kurang sesuai dengan
pekerjaan untuk menyediakan pelayanan yang baik; Masih ada penyedia layanan yang bersikap
kurang ramah, kurang sopan atau tidak jelas dalam berbicara, memberitahukan suatu informasi
dengan tidak ramah/santun. Selain itu masih ada penyedia layanan masih belum menggunakan
sarana prasarana yang layak serta sesuai kebutuhan konsumen, misalnya sarana khusus bagi
difabel, ruang laktasi, antrian khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas jaringan komputer,
internet sehingga pada saat pengurusan layanan yang membutuhkan koneksi server pusat,
layanan tidak dapat diberikan karena tidak ada koneksi jaringan.

Mal Pelayanan Publik

MPP pada dasarnya merupakan pengintegrasian pelayanan publik dari daerah dengan
berbagai pelayanan publik instansi pemerintah pusat, BUMN dan kalau mungkin swasta, boleh
jadi merupakan model pelayanan terpadu generasi ketiga. Generasi pertama adalah Pelayanan
Terpadu Satu Atap (PTSA), kemudian Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan kini MPP.
Konsep MPP ini terinspirasi dari Public Service Hall (PSH) yang ada di Georgia, yakni
pusat pelayanan terpadu dan terintegrasi, baik antar kementerian maupun dengan pemerintah
lokal. Sejak tahun 2018, Kementerian PANRB terus mendorong sejumlah pemda untuk
menerapkan konsep MPP di daerahnya.
Mempelajari hal itu, lalu disesuaikan dalam konteks indonesia, Kemenpan RB
menghadirkan Mal Pelayanan Publik (MPP) Indonesia, yang lebih progresif memadukan
pelayanan dari pemerintah pusat, daerah dan swasta dalam satu tempat. Bahkan menyatukan
pelayanan publik lintas kewenangan yang pada umumnya sulit dilakukan karena struktur
birokrasi di Indonesia yang sangat besar.
Deputi Bidang Pelayanan Publik Diah Natalisa mengatakan, saat ini MPP sudah
terbangun di sejumlah daerah, antara lain Kota Batam, Provinsi DKI Jakarta, Kota Bekasi,
Kabupaten Banyuwangi, Kota Denpasar, Kabupaten Karangasem, Kota Surabaya, Kabupaten
Tomohon, dan Kota Bitung.
Dikatakan, pembangunan MPP sejalan dengan kebijakan Gerakan Indonesia Melayani,
yang tertuang dalam Instruksi Presiden No. 12/2016. Dalam hal ini, Kementerian PANRB
mendapat mandat untuk mengkoordinasikan Program Gerakan Indonesia Melayani (GIM),
sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang meliputi lima Gerakan.
Empat gerakan lainnya adalah Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan
Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu.
Kehadiran Mal Pelayanan Publik, juga tidak mendegradasi generasi Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP), justru ini keistimewaannya MPP dapat memayungi PTSP tanpa pula
mematikan pelayanan yang sudah ada sebelumnya. Sebab PTSP di daerah sebenarnya sudah
berjalan baik (melalui kerangka 7 regulasi PP nomor 18/ 2016 tentang perangkat daerah).
Namun, ada kendala yang perlu disempurnakan, antara lain sebagian besar perizinan
bergantung pada dinas teknisnya sehingga terjadi kelambatan proses; beberapa pemda belum
mengikat perizinan dengan sertifikasi ISO sehingga ada celah tidak terkontrol dan tidak
transparan sehingga menjadi temuan lembaga pengawasan.
Oleh karena itu, Kemenpan RB mendorong penuh upaya penyederhanaan perizinan melalui satu
sistem aplikasi yang terintegrasi yang juga bernama -- one single submission tersebut, dan juga
memang sejalan dengan pembangunan sistem pemerintahan berbasis elektronik (e-government)
sebagaimana perpres nomor 95/ 2018.
Hingga sekarang, tahapannya masih pada identifikasi terhadap bentuk proses bisnis dan
tata kelola data lintas instansi yang mengintegrasikan karakter format dan definisi data yang
berbeda; integrasi layanan dan interoperabilitas data yang membutuhkan rekayasa aplikasi
ulang; serta pembentukan arsitektur spbe untuk menyamakan cara pandang bagi integrasi
pelayanan publik. Berdasarkan evaluasi, pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota, juga semakin
berlomba untuk membangun Mal Pelayanan Publik.
Mal Pelayanan Publik sebagai the new public service adalah jawaban bagi harapan publik
tentang kemudahan perijinan, kecepatan pelayanan dan akhirnya mendorong kemudahan
berusaha, meningkatkan pertumbuhan industri mikro maupun ekonomi makro. Melalui MPP,
pola pikir yang ego sektoral antar instansi diubah menjadi kerja bersama yang berfokus pada
komitmen melayani masyarakat.
Bahkan, MPP mampu menjadi inkubator bagi tumbuhnya pelayanan pemerintah yang 9
mengadopsi teknologi, serta menjadi wahana leadership yang melahirkan para ASN teladan
berjiwa hospitality.
MPP menjadi media untuk membangun sistem kerja dan sinergi yang utuh,
mempraktikkan perubahan budaya kerja yang melayani, panggung untuk menampilkan wajah
birokrasi yang mengadopsi the new public service, sehingga benar-benar merepresentasikan
kehadiran negara untuk memberikan manfaat luas bagi kepentingan dan kemakmuran
masyarakat.

1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan persan
setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus?
Jawaban : Rumusan Kasus: Masih banyak permasalahan pada pelayanan public di
Indonesia dan aspek durasi waktu pemberian layanan masih belum ada sehingga kurang
efektif dan efisien serta merugikan waktu masyarakat yang sedang mengakses.Hal ini
dipengaruhi oleh SDM pada fasilitas pelayanan public yang kurang kompeten dan sarana
dan prasarana yang tidak memadai. Segala kekurangan itu dapat mempengaruhi output
yang dirasakan oleh public. Misalnya kekecewaan public terhadap kinerja SDM yang tidak
berkompeten, pelayanan yang terlampau lama, Antrean yang membeludak dan tidak
transparannya pelayanan yang memungkinkan terjadinya KKN.
Dalam pelaksanaanya terhadap berbagai pihak actor yang terlibat. Yang pertama
adalah pemerintah pusat. Pemerintah pusat merupakan pemangku kebijakan. Sehingga
ketika pusatnya sudah bermasalah, maka actor atau pihak dibawahnya akan sulit untuk
memperbaiki kualitas dan transparansi pelayanan public. Kemudian yang kedua adalah
pemerintah daerah. Pemerintah daerah kabupaten/ kota merupakan actor pelaksana
birokrasi dari pemerintah pusat. Walaupun pemerintah daerah merupakan pelaksana, tapi
pemerintah daerah tetap memiliki kewenangan untuk memilih, akankah pelayanan public
dikemas dengan tampilan yang akuntabel atau dikemas dengan hal-hal yang
menyelewawengi dari nilai nilai dasar ASN. Selanjutnya petugas pemberi layanan. Petugas
pemberi Layanan Merupakan Lembaga maupun seseorang yang berhadapan langsung
dengan konsumen. Dalam pelayanannya, seorang pelayan public harus menaati SOP yang
berlaku, memiliki etika profesi yang baik, tidak melakukan KKN dan menghindari hal-hal
yang menyeleweng dari nilai-nilai dasar ASN

2. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai


dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor
yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-
nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
berdasarkan konteks deskripsi kasus
Jawaban : A. Pelayanan public perlu diterapkan nilai-nilai dasar PNS yaitu Berorientasi
pelayanan, Akuntanbel, Kompeten,Harmonis, Loyal, Adatif dan Kolaboratif. Pelayan public
yang baik seharusnya dapat dipertanggung jawabkan dalam berbagai aspeknya. Tidak adanya
data palsu merupakan suatu keharusan. Pertanggung jawaban akan mudah diberikan ketika
pelayanan public dilakukan secara transparan dan tidak ada hala-hal yang ditutupi. Ketika
pelayanan public sudah dilaksanakan sesuai SOP, maka Lembaga pelayanan public tersebut
sudah mampu mewujudkan keinginan dan cita-cita masyarakat. Masyarakat akan lebih merasa
dihargai ketika masyarakta mampu menyampaikan review terhadap lemabga pelayanan public
tersebut. Pelayanan public saat ini saat ini sudah menerapkan penilaian masyrakat sebagai tolok
ukur baik tidaknya pelayanan suatu Lembaga.SOP juga berlaku untuk pegawai pelayanan
public yang haus meayani public dengan keramahan serta etika yang baik. Kesopanan,
keramahan tamahan hars diterapkan karena ini akan sejalan dengan nilai-nilai dasar ASN.
Menjaga mutu harus dijaga. Sehingga masyarakat akan percaya pada pemerintahannya. Serta
sarana dan praarana harus diperhatikan

B. ketika Suatu pelayan public tidak menerapkan nilai-nilai dasar ASN dengan baik, hal ini
dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan dari masyarakat. Pelayanan yang diberikan tidak
efektif karena sarana prasaran, etika public, serta SOP yang tidak diterapkan. Pada akhirnya
yang dirugikan tidak hanya Lembaga pelayanan public saja namun juga masyarakat yang
harusnya dilayani dengan baik.

3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks


deskripsi kasus
Jawaban : Gagasan Alternatifnya adalah melalui mal pelayanan public, Kemenpan RB
mendorong penuh upaya penyerdehanaan perizinan melalui satu system aplikasi yang
terintegrasi yang bernma one single submission. Hal ini sejalan dengan pembangunan system
pemerintah yang berbasis elektronik (e-government). Mal Pelayan public sebagai the new
public service adalah jawaban bagin harapan public tentang kemudahan perijinan, kecepatan
pelayanan, dan dampaknya adalah kemudahan dalam merintis usaha, meningkatkan
pertumbuhan industry mikro maupun ekonomi makro. Melalui MPP, pola pikir antar instansi
diubah menjadi kerja Bersama yang berfokus pada komitmen melayani masyarakat
MPP juga mampu menjadi sarana untuk mengembangkan pelayanan public yang lebih
kekinian yakni menggunakan teknologi dan mampu melahirkan ASN yang memiliki integritas
serta komitmen untuk melayani public. MPP menjadi media untuk membangun system kerja
yang sinergis yang utuh. Mempraktikkan budaya kerja yang bertujuan untuk melayani, tempat
untuk menampilkan wajah birokrasi yang mengadopsi the new public service, sehingga benar-
benar mempersentasikan kehadiran negara untuk memberikan manfaat luas bagi kepentigan
dan kemakmuran masyarakat

4. Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan masalah


berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban : Konsenkuensi penerapan dari setiap gagasan pemecahan masalah adalah dalam
penerapan sesuatu yang baru, pasti terdapat berbagai konsekuensi yang harus ditempuh.
Misalnya, Sebagian besar perizinan bergantung pada dinas teknisnya sehingga terjadi
kelambatan proses, beberapa pemda belum mengikat perizinan dengan sertifikasi ISO
sehingga ada celah tidak terkontrol dan tidak transparan sehingga menjadi temuan Lembaga
pengawasan. Belum terbiasanya pelayan public dan masyarakat menggunakan aplikasi
yangdigunakan dalam pelayanan juga merupakan suatu kosekuensi yang harus dihadapi
demi tercapainya tujuan Bersama. Konsekuensi -konsekuensi tersebut dapat dilalui dengan
baik ketika ketiga actor mampu berkolaborasi dengan baik, tanpa mementingkan salah satu
pihak saja

Anda mungkin juga menyukai