Nama Kelompok :
Hesti Dwi Wijayanti (1112200040)
Priyanka Ruywena W. (1112200062)
Tiara Abellia Noer D. (1112200071)
Irma Irfiyanti (1112200084)
Alivia Rizqotul Azidah (1112200094)
Pendahuluan
Masyarakat selalu menuntut kualitas pelayanan publik dari birokrat, meskipun tuntutan
ini tidak sesuai dengan harapan karena pelayanan publik secara empiris yang terjadi
selama ini masih ditandai dengan hal-hal seperti berbelit-belit, lambat, mahal,
melelahkan,. Dalam keadaan seperti itu terjadi karena orang masih diposisikan sebagai
pihak yang "melayani" tidak dilayani. Jika dianggap isu-isu pelayanan publik di
Indonesia, masalah utama pelayanan publik saat ini dikaitkan dengan peningkatan
kualitas layanan itu sendiri. Menurut Albrecht dan Zemke (1990) kualitas pelayanan
publik merupakan hasil interaksi dari berbagai aspek, sistem pelayanan, sumber daya
manusia penyedia layanan, strategi, dan pelanggan. Sementara Mohammad (2003)
menyatakan bahwa kualitas pelayanan tergantung pada aspek-aspek seperti bagaimana
pola pelaksanaannya, dukungan sumber daya manusia, dan manajemen kelembagaan.
Perspektif Baru untuk Layanan Publik dan Pemerintahan yang dianggap paling tepat
untuk kondisi saat ini dalam menangani isu-isu pelayanan publik di Indonesia, dengan
menggunakan model seperti piagam warga teladan, model KYC (Know Your
Customer), dan model m-Government.
1. Kualitas Layanan yang Beragam: Meskipun ada upaya untuk meningkatkan kualitas
layanan publik, banyak kasus di mana layanan yang diberikan masih jauh dari harapan.
1
Misalnya, waktu pelayanan yang lama di lembaga-lembaga pemerintah atau tingkat
kepuasan pelanggan yang rendah di beberapa sektor.
Mohammad (2003) menyatakan bahwa kualitas pelayanan publik tergantung pada aspek
pola pelaksanaan, dukungan sumber daya manusia, dan manajemen kelembagaan.
Dilihat dari sisi pola pelaksanaan, pelayanan publik memiliki berbagai kelemahan
diantaranya kurang responsif, kurang informatif, kurang accessible, kurang koordinasi,
bikrokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat, dan inefisiensi.
Dilihat dari sumber daya manusia, kelemahan utamanya berkaitan dengan
profesionalisme, kompetensi, empati, dan etika. Sementara jika dilihat dari sisi
manajemen kelembagaan, kelemahan utama terletak pada desain organisasi yang tidak
dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat penuh dengan
hierarki yang membuat pelayanan menjadi berbelit-belit (birokratis), dan
tidak terkoordinasi.
2
Teori
Di negara kita rakyat berharap pada pemerintah agar dapat terselenggaranya good
governance, yaitu penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan,
akuntabel, dan bertanggung jawab. Konsep good governance muncul karena adanya
ketidakpuasan pada kinerja pemerintahan yang selama ini dipercaya sebagai
penyelenggara urusan publik. Menerapkan praktik good governance dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan kapasitas pemerintah, masyarakat sipil, dan mekanisme
pasar. Salah satu pilihan strategis untuk menerapkan good governance di Indonesia
adalah melalui penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan publik sebagai penggerak
utama juga dianggap penting oleh semua aktor dari unsur good governance
Ada tiga alasan penting yang melatarbelakangi bahwa pembaharuan pelayanan publik
dapat mendorong praktik good governance di Indonesia. Pertama, perbaikan kinerja
pelayanan publik dinilai penting oleh stakeholders, yaitu pemerintah, warga, dan sektor
usaha. Kedua. Pelayanan publik adalah ranah dari ketiga unsur governance melakukan
interaksi yang sangat intensif. Ketiga, nilai-nilai yang selama ini mencirikan praktik
good governance diterjemahkan secara lebih mudah dan nyata melalui pelayanan
publik.
Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan
pelayanan publik yang berkesinambungan demi mewujudkan pelayanan publik yang prima
sebab pelayanan publik merupakan fungsi utama pemerintah yang diberikan sebaik-baiknya
oleh pejabat publik. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan melakukan penerapan prinsip-
prinsip good governance, yang diharapkan dapat memenuhi pelayanan yang prima terhadap
masyarakat. Terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas merupakan salah satu ciri good
governance. Untuk itu, aparatur negara harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
3
secara efektif dan efisien, karena diharapkan dengan penerapan good governance dapat
mengembalikan dan membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Paradigma good governance menjadi relevan dan menjiwai kebijakan pelayanan publik
di era otonomi daerah yang diarahkan untuk meningkatkan kinerja manajemen
pemerintahan, mengubah sikap mental, perilaku aparat penyelenggara pelayanan serta
membangun kepedulian dan komitmen pimpinan daerah dan aparatnya untuk
memperbaiki dan meningkatkan pelayanan publik yang berkualitas.
Analisis
Berdasarkan temuan masalah yang ditemukan, terdapat tiga masalah yang solusi
penyelesaiannya berbeda antar daerah yaitu:
4
masyarakat. Di Wilayah tertentu, jika perbaikan bisa selesai hari itu juga maka
akan dilanjutkan dalam hari itu juga sedangkan jika tidak mumpuni pada hari itu
akan dialihkan ke lain waktu.
3. Keterlambatan pengiriman barang layanan. Munculnya masalah pengiriman
barang layanan yang terlambat membuat seluruh layanan keliling di wilayah
yang kurang terjangkau dihentikan sementara. Korlantas untuk menerbitkan
kartu sementara pengganti barang layanan yang terlambat. Namun setelah ada
perintah dari menerbitkan kartu sementara pengganti barang layanan yang
terlambat.
5
Solusi untuk mengatasi masalah ketidakstabilan jaringan internet yang
dilakukan di beberapa wilayah kecamatan adalah pemohon dialihkan ke hari
lain seperti yang disampaikan.
6. Pemohon kembali ke daerah asal
Solusi yang diambil ketika terjadi masalah tidak integrasian data di Wilayah
kecamatan dan kecamatan lainnya sama yaitu menurut SOP pemohon tidak
dapat melakukan perpanjangan secara online, namun harus kembali ke
daerah asal.
7. Pembatasan jumlah pemohon
Solusi untuk mengatasi masalah kapasitas petugas dan komputer yang
kurang adalah dengan membatasi jumlah pemohon perpanjangan Keliling
setiap harinya, seperti yang disampaikan oleh salah satu informan.
8. Disesuaikan dengan waktu perbaikan Solusi dalam mengatasi masalah
ketidakpastian waktu perbaikan kerusakan yang dilakukan di beberapa
wilayah yang berbeda. Solusinya adalah jika waktu perbaikan tidak lama dan
waktunya memungkinkan untuk melanjutkan pelayanan maka pelayanan
keliling akan dilanjutkan pada hari itu juga, seperti yang disampaikan oleh
salah satu informan
9. Ketelitian sebelum menjalankan tugas
Solusi yang diambil dalam menyelesaikan masalah penempatan bis yang
tidak mendapatkan sinyal adalah bekerja sama dengan teknisi dari Telkom
untuk mencari tempat yang sinyal internet yang bagus seperti yang
disampaikan
10. Menyiapkan petugas cadangan
Untuk mengatasi keberagaman tugas dari para petugas apabila petugas
tersebut memiliki jadwal bertugas keliling adalah dengan memberikan tugas
untuk menjalankan pelayanan keliling kepada petugas yang lain. Dengan
adanya hal tersebut setiap petugas dalam lingkup pelayanan harus siap untuk
menjalankan pelayanan keliling seperti yang disampaikan
6
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan berbagai catatan potensi masalah sektor pelayanan publik di atas, mayoritas
penyebab masalah dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia sehingga sudah seharusnya
poin-poin tersebut menjadi bahan evaluasi dan pemantauan secara berkala oleh pihak
penyelenggara pelayanan publik agar kualitas pelayanan publik setiap tahunnya pun terus
membaik.
Saran
Penyelenggara pelayanan publik juga harus terus melakukan upaya peningkatan kapasitas
kepada para petugas pengelola pengaduan dengan pelatihan-pelatihan yang mendukung dan
mampu menjawab harapan masyarakat di era sekarang, era yang penuh dengan gempuran
teknologi, dimana kecepatan dan profesionalitas menjadi dua hal yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Siti Maryam, N. (2017). “Mewujudkan tata pemerintahan yang baik melalui pelayanan
publik. JIPSI-Jurnal Ilmu Politik Dan Komunikasi”. UNIKOM, 6.
Rafidah, Ismi Aiman. (2019). “MASALAH DAN SOLUSI DALAM LAYANAN PUBLIK
BERGERAK BERBANTUAN TEKNOLOGI INFORMASI: KASUS PELAYANAN SIM
KELILING.”
Mahsyar, Abdul. (2011). Masalah Pelayanan Publik di Indonesia Dalam
Perspektif Administrasi Publik. Mahsyar. Universitas Muhammadiyah Makassar.