Anda di halaman 1dari 8

Nama Pengampu Materi : Drs. Gusti Lanang Rakayoga, M.H.

Angkatan dan kelompok : Angkatan 2 Kelompok 4


Nama : dr. Indah Rahmawati
NIP : 199107022020122016

1. MASALAH POKOK DAN AKTOR YANG TERLIBAT


a. Masalah Pokok
1. Masih banyak permasalahan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat.
Dalam menanggulanginya, sudah banyak daerah yang melakukan inovasi dan upaya
memberikan layanan terbaiknya, namun belum memberikan hasil yang maksimal
sehingga pada akhirnya tidak solutif dan terkadang menimbulkan kerumitan dalam
proses pelayanan kepada masyarakat.
2. Masih sedikit instansi yang wajib memberikan layanan yang berstandar operasional
prosedur, dan adanya kejelasan. Masih ada beberapa instansi penanggung jawab dan
penyedia layanan yang masih belum mempunyai SOP berupa alur dan prosedur yang
jelas dalam menyediakan pelayanan. Aspek durasi waktu pemberian layanan masih
belum ada sehingga kurang efektif dan efisien serta dapat merugikan waktu
masyarakat yang sedang mengakses pelayanan. Saat ini hanya beberapa penyedia
layanan yang telah memiliki durasi waktu pemberian layanan seperti perpanjangan
surat kendaraan yang sudah memiliki standar SOP dan durasi waktu pengurusan
pelayanan.
3. Masih sering ditemukan ketidakmampuan petugas pemberi layanan disebabkan
karena kompetensi yang rendah serta kurang sesuai dengan pekerjaan untuk
menyediakan pelayanan yang baik.
4. Masih ada penyedia layanan yang bersikap kurang ramah, kurang sopan atau tidak
jelas dalam berbicara, memberitahukan suatu informasi dengan tidak ramah/santun.
5. Masih ada penyedia layanan masih belum menggunakan sarana prasarana yang
layak serta sesuai kebutuhan konsumen, misalnya sarana khusus bagi difabel, ruang
laktasi, antrian khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas jaringan komputer, internet
sehingga pada saat pengurusan layanan yang membutuhkan koneksi server pusat,
layanan tidak dapat diberikan karena tidak ada koneksi jaringan.
6. Sebagian besar perizinan bergantung pada dinas teknisnya sehingga terjadi
kelambatan proses; beberapa pemda belum mengikat perizinan dengan sertifikasi ISO
sehingga ada celah tidak terkontrol dan tidak transparan sehingga menjadi temuan
lembaga pengawasan.

B. AKTOR YANG TERLIBAT DAN PERAN SETIAP AKTOR


1. Presiden RI
Berperan dalam membuat keputusan dan instruksi terkait kebijakan yang
dalam hal ini tertuang dalam Instruksi Presiden No. 12/2016 mengenai Gerakan
Indonesia melayani sebagai bagian dari Gerakan Revolusi Mental.
2. (Kemenpan RB)
Berperan dalam mengkoordinasikan perintah/instruksi presiden yang dalam
hal ini termasuk dalam Gerakan Indonesia Melayani dan menghadirkan Mal
Pelayanan Publik (MPP) Indonesia yang lebih progresif memadukan pelayanan dari
pemerintah pusat, daerah dan swasta dalam satu tempat. Bahkan menyatukan
pelayanan publik lintas kewenangan yang pada umumnya sulit dilakukan karena
struktur birokrasi di Indonesia yang sangat besar.
3. Pemerintah Daerah
Dalam hal ini pemerintah daerah menghidupkan Mal Pelayanan Publik dalam
bentuk pengintegrasian pelayanan publik dari daerah dengan berbagai pelayanan
publik instansi pemerintah pusat, BUMN dan kalau mungkin swasta. Membangun
Mall Pelayanan Publik di daerah masing-masing sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan atau aktifitas penyelenggaraan pelayanan publik atas barang, jasa
dan/atau pelayanan administrasi yang merupakan perluasan
fungsi pelayanan terpadu baik pusat maupun daerah serta pelayanan Badan Usaha
Milik Negara/Badan Usaha Milik Swasta.
4. Masyarakat
Masyarakat berperan sebagai pengguna jasa yang memiliki suara dan pandangan yang
membangun pelayanan public menjadi lebih baik lagi.

2. A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan


Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang
terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus
A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan
Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang
terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Bentuk Penerapan Terhadap Nilai Dasar PNS :


1. Berorientasi Pelayanan
Dalam hal ini, telah dikembangkan nilai dasar dalam melakukan inovasi untuk
membangun MPP yang memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan
pelayanan yang semakin professional, cepat, efektif dan adaptif. Sebelumnya telah
hadir Pelayanan terpadu Satu Atap (PTSA) kemudian Pelayanan Terpadu Satu Pintu
dan kini MPP yang dalam hal ini merupakan penerapan dari nilai dasar untuk
melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel
Beberapa daerah yang telah membangun MPP seperti Provinsi DKI Jakarta,
Kota Surabaya, Kota Denpasar dan lain-lain telah menggambarkan nilai dasar
akuntabel untuk melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat dan
disiplin serta berintegritas tinggi. Telah menggunakan kekayaan milik negara yang
dalam hal ini pembangunan MPP secara bertanggungjawab efektif dan efisien.
3. Kompeten
Tantangan dalam pelayanan public yang selalu berubah telah diadaptasi
dengan adanya MPP ini yang membuat pelaksana kebijakan wajib meningkatkan
kompetensi diri.
4. Harmonis
Terciptanya lingkungan kerja yang kondusif dan mengahrgai berbagai latar
belakang instansi dan kantor dalam pelaksanaan MPP merupakan wujud dari
pelaksanaan nilai dasar harmonis yang tujuannya tentu saja untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
5. Loyal
Terciptanya MPP merupakan bentuk dari memegang teguh ideology
Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 setia pada NKRI dan
Pemerintahan yang sah. Yang dalam hal ini amanat UUD untuk mewujudkan
kesejahteraan umum. Dengan adanya MPP maka segala bentuk pelayanan public
menajdi lebih efektif dan efisien sehingga akan memudahkan segala bentuk aktifitas
public baik itu dari segi perekonomian, kesehatan dll.
6. Adaptif
Adanya MPP merupakan perwujudan dari nilai adaptif terhadap segala
perubahan yang terjadi. Inovasi yang ada beupa penyatuan berbagai isntansi dan
pelayanan membuat pelayanan public akan semakin maju dan bermanfaat.

7. Kolaboratif
Adanya berbagai pihak yang terlibat di dalam MPP merupakan gambaran dari
nilai dasar kolaboratif. Hal ini menghasilkan nilai tambah berupa palayanan yang
lebih efketif dan efisien bagi masyarakat, dan juga menggerakkan pemanfaatan
berbagai sumberdaya yang ada untuk menghasilkan satu nilai tambah.

Bentuk Pelanggaran Terhadap Nilai dasar PNS


1. Berorintasi pelayananan
Masih ada beberapa instansi penanggung jawab dan penyedia layanan yang
masih belum mempunyai SOP berupa alur dan prosedur yang jelas dalam
menyediakan pelayanan. Aspek durasi waktu pemberian layanan masih belum ada
sehingga kurang efektif dan efisien serta dapat merugikan waktu masyarakat yang
sedang mengakses pelayanan. Saat ini hanya beberapa penyedia layanan yang telah
memiliki durasi waktu pemberian layanan seperti perpanjangan surat kendaraan yang
sudah memiliki standar SOP dan durasi waktu pengurusan pelayanan. Selain itu
Masih ada penyedia layanan yang bersikap kurang ramah, kurang sopan atau tidak
jelas dalam berbicara, memberitahukan suatu informasi dengan tidak ramah/santun.
Hal lainnya, masih ada penyedia layanan masih belum menggunakan sarana
prasarana yang layak serta sesuai kebutuhan konsumen, misalnya sarana khusus bagi
difabel, ruang laktasi, antrian khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas jaringan
komputer, internet sehingga pada saat pengurusan layanan yang membutuhkan
koneksi server pusat, layanan tidak dapat diberikan karena tidak ada koneksi jaringan.
2. Akuntabel
Kendala MPP lainnya beberapa pemda belum mengikat perizinan dengan
sertifikasi ISO sehingga ada celah tidak terkontrol dan tidak transparan sehingga
menjadi temuan lembaga pengawasan.
2. Kompeten
Dalam konteks pemberian pelayanan, seringkali ditemukan ketidakmampuan
petugas pemberi layanan disebabkan karena kompetensi yang rendah serta kurang
sesuai dengan pekerjaan untuk menyediakan pelayanan yang baik.
3. Kolaboratif
Dalam pelaksanaan MPP masih terkendala sebagian besar perizinan
bergantung pada dinas teknisnya sehingga terjadi kelambatan proses yang dalam hal
ini tidak ada kolaborasi yang efektif dengan dinas teknis

Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI 

a. Manajemen ASN
Kedudukan dan peran manajemen ASN yaitu detetapkan dengan melaksanakan
kebijakan dan pelayanan publik yang profesional dan melaksanakan tugas dengan
jujur, bertanggung jawab, dan berintegrasi tinggi
b. SMART ASN
Adanya MPP membutuhkan peran dari SMART ASN yang menjalankan tugas secara
integritas, dan berjiwa nasionalisme memberikan pelayanan terbaik untuk bangsanya,
profesionalisme dalam menjalankan tugas, memiliki Wawasan global di mana MPP
ini sendiri merupakan adaptasi dari Public Service Hall yang ada di Georgia.
Penguasaan IT dan Bahasa Asing diperlukan untuk berjalannya pelayanan yang lancer
dan tanpa kendala. Hospitality dibutuhkan dalam pelaksanaan pelayanan yang ramah
kepada masyarakat, dan networking dari petugas untuk menambah nilai pelayanan
serta entrepreneurship dalam hal outcome pelayanan yang jelas dari pelayanan yang
dikerjakan.

3. Gagasan -gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi


kasus

1. Membuat SOP Pelayanan Publik


SOP Pelayanan Publik merupakan rangkaian proses yang berkaitan satu sama lain,
sehingga menunjukan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus
di tempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu layanan publik. Dalam melaksanakan
prosedur pelayanan publik harus mudah dipahami, tidak berbelit-belit, mudah
dilaksanakan, serta diwujudkan dalam bentuk bagan alir yang dipampang dalam ruang
pelayanan. Dengan adanya SOP pelayanan publik diharapkan adanya alur yang jelas
serta kejelasan durasi waktu pelayanan. Adanya SOP juga dapat meningkatkan
kedisiplinan SDM yang bertugas karena terdapat aturan dan sangsi yang jelas.

2. Memberikan Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Petugas Layanan Publik


Kompetensi petugas layanan publik memiliki peran penting dalam konteks pemberian
pelayanan publik. Guna mencapai tujuan pemberian pelayanan prima bagi masyarakat
maka perlu diberikan pelatihan kepada petugas pelayanan publik seperti pelatihan
kompetensi teknis, pelatihan pemahaman prosedur kerja petugas pelayanan publik
serta pelatihan mengenai etika cara bersikap dalam memberikan layanan publik
kepada masyarakat. Manfaat petihan dan pengembangan SDM yang terahir adalah
peningkatan prokduktifitas, peningkatan skill inilah yang nantinya akan membewa
kepada peningkatan produktifitas pekerja, bisa bekerja lebih baik, efektif dan efisien.

3.Melengkapi Sarana Prasarana Layanan Publik


Untuk meningkatkan kualitas layanan publik maka diperlukan sarana prasarana yang
layak serta sesuai kebutuhan konsumen misalnya sarana khusus bagi difabel, ruang
laktasi, antrian khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas jaringan komputer, internet
sehingga pada saat pengurusan layanan yang membutuhkan koneksi server pusat,
layanan tidak dapat diberikan karena tidak ada koneksi jaringan. Tersedianya sarana
dan prasarana yang lengkap akan meningkatkan kepuasan pelanggan.

4. Menerapkan Koordinasi yang Jelas dari agar dapat tercipta kolaborasi yang berjalan
lancar
Membentuk unit kerja pelayanan publik yang terintegrasi, sehingga pengambilan
keputusan dan kepatuahan SDM tinggi, dimana jajaran tertinggi memberikan
peraturan dan perintah yang jelas yang harus dilaksanakan dengan baik dibawah
kontrol jajaran tertinggi, sehingga dapat terbentuk perubahan dan penerapan sistem
yang baik dimana pemimpin dapat menjadi desision maker.

5. Mempercepat Proses Integrasi Menuju Sistem yang mengikuti TI


Perkembangan pelayanan juga harus didasari dengan pembaharuan informasi yang
jelas dan tepat sehingga informasi yang diterima menjadi mudah dipahami
6. Menerapkan Seluruh sistem di semua MPP di seluruh Indonesia
Agar semua memperoleh standar yang sama semua harus disesuaikan dengan SOP
dan sistem yang ada, untuk memperluas kepercayaan masyarakan pada pelayanan
public di Indonesia.

7. Mengikat kerjasama dengan sertifikasi ISO


Pemda agar mengikat perizinan dengan sertifikasi ISO agar terlaksanan pelayanan
yang terstandar sehingga tidak ada celah tidak terkontrol dan tidak transparan yang
menjadi temuan lembaga pengawasan

Konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan masalah berdasarkan


konteks deskripsi kasus.

1. Membuat SOP Pelayanan Publik


Apabila terdapat SOP maka kinerja pelayanan publik akan mudah dipahami, tidak
berbelit-belit, mudah dilaksanakan. Sebaliknya apabila tidak ada SOP maka kinerja
pelayanan tidak terkoordinasi dengan baik sehingga menimbulkan kesemerawutan
pada kinerja pelayanan.

2. Memberikan Pelatihan Untuk meningkatkan Kompetensi petugas Layanan publik


Apabila dilakukan maka dapat meningkatkan peningkatan prokduktifitas, peningkatan
skill inilah yang nantinya akan membawa kepada peningkatan produktifitas pekerja,
bisa bekerja lebih baik, efektif dan efisien. Dan apabila tidak dilakukan maka kinerja
pelayanan publik akan menjadi rendah dan tidak professional

3. Melengkapi sarana prasarana layanan publik


Apabila dilakukan maka kualitas pelayanan pubilk akan semakin nyaman dengan
terpenuhinya segala kebutuhan masyarakat. Sebaliknya apabila tidak dilakukan maka
akan berdampak pada kurangnya pelayanan yang diberikan

4. Menerapkan Koordinasi yang Jelas dari agar dapat tercipta kolaborasi yang berjalan
lancar
Kepemimpinan yang tegas dibutuhkan dalam sistem kolaborasi yang akan
berpengaruh kepada bawahan untuk tegas memberikan kontrol dan aturan sehingga
bawahanpun bisa memberikan kinerja pelayanan yang maksimal. sebaliknya apabila
tidak dilakukan, maka tidak ada kontrol yang kuat dari atasan sehingga bawahanpun
dapat memberikan kinerja pelayanan kepada masyarakat secara tidak maksimal.

5. Mempercepat Proses Integrasi Menuju Sistem yang mengikuti TI


Menyesuaikan dengan keadaan arus globalisasi yang cepat hal ini dilakukan agar
pelayanan dapat dilakukan secara cepat dan nyaman. Dan apabila tidak dilakukan
maka pelayanan tidak dapat dilakukan secara cepat, nyaman, dan maksimal.

6. Menerapkan Seluruh sistem disemua MPP di seluruh Indonesia


Agar semua memperoleh standar yang sama semua harus disesuaikan dengan SOP
dan sistem yang ada, untuk memperluas kepercayaan masyarakan pada pemerintah
Dan apabila tidak dilakukan maka akan berdampak pada perbedaan kepuasan
pelanggan pada daerah tertentu.

7. Mengikat kerjasama dengan sertifikasi ISO


Bila tidak dilakukan maka tidak ada standar pelayanan da nada kemungkinan temuan
dari pelayanan yang tidak transparan.

Anda mungkin juga menyukai