Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL KE-3

Nama : Dani Gunawan Ginting


NIM : 042411712
Matkul : EKMA4476

SOAL:
Apa pendapat Saudara tentang pentingnya audit ketaatan bagi suatu organisasi. Apakah tekanan
ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment yang diambil oleh auditor? Dan apa yang terjadi
jika suatu organisasi tidak mau melakukan audit? Jika terjadi kecurangan, apa yang harus
dilakukan oleh auditor? Jangan lupa, gunakan referensi yang relevan dari pernyataan Saudara.

Jawab:

a. Apa pendapat Saudara tentang pentingnya audit ketaatan bagi suatu organisasi.
Pentingnya audit ketaatan bagi suatu organisasi tidak dapat diabaikan dan hasil audit yang
tidak sesuai dengan peraturan atau SOP (Standar Operasional Prosedur) dapat berdampak
serius pada berbagai aspek operasional dan reputasi perusahaan. Compliance audit atau audit
ketaatan merupakan pemeriksaan untuk mengetahui apakah prosedur dan aturan yang telah
ditetapkan oleh pihak yang memiliki otoritas sudah dijalankan oleh pihak atau personil yang
seharusnya menjalankan prosedur dan aturan tersebut. Pentingnya audit ketaatan tidak dapat
diabaikan, terutama dalam konteks bisnis dan organisasi modern. Audit ketaatan merupakan
suatu pemeriksaan yang menekankan pada penyimpangan dari asa-asas yang berlaku. Apakah
dalam perusahaan terjadi penyimpangan dari compliance SDM, Apakah ada praktir kebijakan,
sistem dan prosedur yang menyimpang dari peraturan perundang-undangan dan codes of
conduct di bidang SDM. Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan ini, auditor biasanya
membandingkan antara kondisi aktual dengan kriteria dan atau peraturan yang telah
ditetapkan.Prosedur dan aturan tersebut bisa berasal dari luar organisasi atau perusahaan atau
bisa juga merupakan prosedur dan aturan yang merupakan kebijakan internal perusahaan.
Beberapa faktor menunjukkan pentingnya audit ketaatan:
• Audit ketaatan membantu perusahaan memastikan bahwa mereka mematuhi semua
peraturan dan hukum yang berlaku. Ini dapat mencakup domain hukum seperti
perpajakan, lingkungan, dan ketenagakerjaan, antara lain.
• Audit ketaatan membantu menemukan risiko yang dapat mengancam keberlanjutan
operasional suatu organisasi. Perusahaan dapat mengurangi risiko penyalahgunaan,
kerugian, atau kelalaian dengan memastikan bahwa mereka mematuhi prosedur operasi
standar (SOP) dan peraturan.
• Transparansi dan kepatuhan organisasi terhadap peraturan dan standar sangat penting
untuk kepercayaan pihak-pihak terkait, termasuk investor, pelanggan, dan pihak terkait
lainnya. Audit ketaatan yang baik dapat meningkatkan reputasi dan kepercayaan
organisasi di mata pihak-pihak terkait.
• Dengan mengidentifikasi kemungkinan pelanggaran atau ketidaktaatan terhadap
peraturan, audit ketaatan membantu organisasi mengelola risiko. Hasil audit juga dapat
membantu organisasi memperbaiki prosedur dan kinerjanya.
b. Apakah tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment yang diambil oleh auditor?
Tekanan ketaatan merupakan kondisi dimana seorang auditor dihadapkan pada sebuah
dilema penerapan etika audit. Auditor mengalami tekanan ketaatan dari atasan maupun klien
terkait dengan proses audit yang dikerjakan akan menyebabkan tekanan bagi auditor
untuk memilih dan menuruti kehendak atasan maupun klien atau tetap teguh dengan
profesional sabagai seorang akuntan. Oleh sebab itu, auditor berada diposisi yang sangat
dilema dimana auditor harus menerapkan standar profesi akuntan sebagai auditor auditor
harus mematuhi perintah atasan dan berhubungan baik dengan klien dan adanya perbedaan
anatara keinginan klien yang ingin mendapatkan opini wajar tanpa penegcualaian. Tekanan
ketaatan digunakan untuk mengukur tekanan ketaatan yaitu kepatuhan auditor terhadap
proefsional atau kepatuhan terhadap perintah atasan dan klien kode etik dan standar.
Peningkatan kompleksitas tugas dapat menurunkan tingkat keberhasilan tugas, dengan
kerumitan dan kompleksnya suatu pekerjaan yang mendorong seseorang untuk melakukan
kesalahan-kesalahan dalam pekerjaanya dan Auditor yang ditugaskan untuk menherjakan
kompleks dengan tingkat kesukaran yang tinggi dan ketidakjelasnya tuganya, hasil audit yang
dibuat oleh auditor akan tidak akurat karena data yang diperoleh tidak lengkap. Jika demikian
terjadi dapat berdampak pada pertimbangan auditor (Auditor Judgement)
Berdasarkan pendapat diatas maka pengertian dari tekanan ketaatan adalah seorang auditor
harus mempunyai perilaku yang Independen saat mengalami tekanan ketaatan dari atasan
maupun entitas usaha (klien) karena seorang auditor harus menerapkan perilaku sesuai
standar profesi akuntan agar menjadi auditor yang professional. Maka, seorang auditor
seharusnya tidak terpengaruh atas tekanan baik dari klien ataupun atasan juga harus bekerja
dengan obyektif. Pengaruh Pengalaman Audior terhadap Audit Judgment Bahwa pengalaman
auditor dapat diukur dengan langkah auditor untuk melakukan pemeriksaan laporan keuangan
baik dari segi lama waktunya, maupun banyak penugasan yang PengaruhTekananKetaatan,
Pengalaman Auditor dan KompleksitasTugasTerhadap Audit Judgement Sekolah Tinggi
IlmuEkonomi Indonesia – 2020 8 pernah dilakukan. Penggunaan pengalaman didasarkan
pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk
belajar melakukannya dengan yang terbaik. Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Audit
Judgement Auditor dihadapkan dengan tugas yang banyak, berbeda, ambigu, tidak
terstruktur. Ini terkait dengan tingkat kesulitan dan tekanan yang didapat oleh auditor, tingkat
kesulitan ini dihubungkan padainformasi tentang tugas dan struktur terkait pada kejelasan
informasi itu sendiri ( Mukti dan yendrawati, 2015) pernyataan tersebut didukung oleh
penelitian (suwandi dan nugraha,2015). Peningkatan kompleksitas tugas dapat menurunkan
tingkat keberhasilan tugas, dengan kerumitan dan kompleksnya suatu pekerjaan yang
mendorong seseorang untuk melakukan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaanya dan Auditor
yang ditugaskan untuk menherjakan kompleks dengan tingkat kesukaran yang tinggi dan
ketidakjelasnya tuganya, hasil audit yang dibuat oleh auditor akan tidak akurat karena data
yang diperoleh tidak lengkap. Jika demikian terjadi dapat berdampak pada pertimbangan
auditor (Auditor Judgement).

c. Dan apa yang terjadi jika suatu organisasi tidak mau melakukan audit.
Jika suatu organisasi tidak melakukan audit dapat menimbulkan ketidakadilan baik bagi
pegawai maupun perusahan, internal maupun eksternal di masa yang akan datang. Dari sisi
pegawai jika audit tidak dilakukan maka menyebabkan pegawai tidak mendapat keadilan, tidak
mendapat haknya dan diperlakukan semena-mena oleh manajemen atau perusahaan yang
berorientasi pada keuntungan sebesar-besarnya tanpa mengutamakan kesejahteraan pegawai.
Sedangkan dari sisi perusahaan, jika audit ketaatan tidak dilakukan, biaya yang dikeluarkan
justru akan menjadi lebih besar sehingga akan berdampak pada pengurangan keuntungan pada
perusahaan. Adapun beberapa dampak audit ketaatan yang menunjukkan ketidaksesuaian,
antara lain:
• Pelanggaran aturan dapat menyebabkan sanksi hukum dan denda yang signifikan, yang
dapat merugikan keuangan dan reputasi perusahaan.
• Kesalahan dapat menyebabkan kerugian finansial seperti denda, biaya perbaikan, atau
kehilangan peluang bisnis.
• Hasil audit yang tidak memuaskan dapat merusak kepercayaan stakeholder, termasuk
pelanggan dan investor, yang dapat berdampak negatif pada reputasi perusahaan dalam
jangka Panjang.
• Penegakan peraturan atau perubahan prosedur yang diperlukan untuk mematuhi ketaatan
dapat mengganggu operasi bisnis dan menimbulkan ketidakpastian.

Beberapa dampak yang dapat timbul adalah :


• Sanksi Hukum
Jika organisasi melanggar peraturan yang berlaku, mereka dapat menghadapi sanksi
hukum seperti denda, tuntutan hukum, atau pencabutan izin usaha. Hal ini dapat
berdampak negatif pada keuangan dan reputasi organisasi.
• Kerugian Keuangan
Dapat menyebabkan kerugian keuangan bagi organisasi. Misalnya, jika organisasi tidak
mematuhi peraturan terkait perlindungan data, mereka dapat menghadapi biaya pemulihan
data, gugatan hukum, atau kehilangan pelanggan.
• Reputasi yang Buruk
Reputasi mereka dapat tercemar. Hal ini dapat menyebabkan kehilangan kepercayaan
dari pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat umum. Reputasi yang buruk dapat sulit
untuk diperbaiki dan dapat berdampak negatif pada pertumbuhan dan keberlanjutan
organisasi.
• Kredibilitas dan kinerja Perusahaan yang sudah berjalan selama ini akan dinilai tidak
baik dihadapan para pemegang saham, pihak investor, dan pemerintah karena tidak
menyajikan laporan keuangan yang lebih terpercaya dan valid.
• Berisiko besar untuk terjadinya tindakan-tindakan kecurangan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab.
• Tidak memiliki dasar yang lebih bisa dipercaya untuk menyiapkan surat-surat
pemberitahuan pajak yang telah diserahkan terhadap pihak pemerintah.
• Menghadapi berbagai hambatan dalam hal permodalan yang terlebih lagi jika
Sebagian besra menggnakan sumbr pembiayaan dari luar Perusahaan
Dalam rangka menghindari dampak negatif ini, penting bagi organisasi untuk
menjalankan audit ketaatan secara teratur dan memastikan bahwa mereka mematuhi
peraturan dan SOP yang berlaku.

d. Jika terjadi kecurangan, apa yang harus dilakukan oleh auditor.


Prosedur yang perlu ditempuh dalam menegakan disiplin, pertama, tindakan harus dilaksanakan
sesegera mungkin setelah pelanggaran terjadi. Kedua, kepada pelanggar sebaiknya diajukan
fakta pelanggaran disertai alasan penetapan peraturan yang terkait dengan pelanggaran. Ketiga,
rumusan tindakan korektif sebaiknya dalam bentuk positif.
Terdapat 2 bentuk penegakan dispilin berdasarkan dari tujuannya, yaitu:
• Preventive Discipline, usaha untuk membuat pegawai mematuhi aturan sehingga
kesalahan dapat dicegah. Tujuannya menumbuhkan disiplin pegawai.
• Corrective Discipline, usaha yang dilakukan manajemen setelah melakukan kesalahan atau
penyimpangan terjadi. Tujuan utamanya memperbaiki yang salah, menghindarkan
pegawai lain berbuat salah dan menjaga konsistensi dari aturan- aturan yang berlaku.

Agar terwujud ketaatan auditor perlu mengevaluasi apakah penegakan disiplin oleh
manajemen telah mencapai standar atau kriteria yang telah ditetapkan oleh perusahaan, baik
dalam Tindakan maupun pencegahan korektif?
Audit ketaatan pada dasarnya merupakan audit terhadap sikap dan perilaku individu/pekerja
yang mencerminkan nilai-nilai yang dianutnya dan dianggapnya benar. Dalam hal ini nilai-
nilai individu bisa saja tidak selaras dengan nilai-nilai perusahaan yang menjadi acuan
manajemen dalam merumuskan kebijaka, peraturan, system prosedur maupun penerapan
system pengelolah SDM. Auditor harus memiliki kemampuan yang baik dalam mengatasi
kompleksitas tugas, karena dengan kompetensi yang baik yang dimiliki seorang auditor ia
dapat bertindak tepat dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya dalam memberikan
judgement. Auditor diharapkan mempertahankan sikap profesionalnya dalam memenuhi kode
etiknya sebagai seorang auditor independen yang dapat melaksanakan tugas auditnya benar-
benar dalam tekanan ketaatan atasan dan kliennya dan menghasilkan audit judgement yang
baik. Salah satu kunci keberhasilan auditor dalam melakukan audit adalah bergantung kepada
seorang auditor yang memliki keahlian yang meliputi dua unsur yaitu pengetahuan dan
pengalaman (Nugraha, 2013) menyatakan bahwa pengalaman adalah keseluruhan perjalanan
yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam perjalaann hidupnya.
Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman auditor yang dhitung
berdasarkan suatu waktu atau tahunan. Pemeriksaan harus dilaksanakan oleh seseorang atau
orang-orang yang telah menjalani pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup dalam bidang
keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratanpersyaratan yang dimaksud dalam standar
auditing , apabila ia tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai dalam bidang
pemeriksaan akuntan memiliki keahlian sebagai akuntan publik (IAI,2012). Standar
menegaskan bahwa betapa pun kemampuan seseorang dalm bidang lain, termasuk bidang
usaha dan bidang keuangan. Pengalaman salah satu variabel yang banyak digunakan dalam
berbagi penelitian. Herliansyah (2006) dalam Nadirsyah et al (2011) menyatakan bahwa
secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap
suatu pekerjaan atau tugas (job). Pengunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas
yang dilakukan secara berulang-ulang menberikan peluang untuk belajar melakukannya
dengan yang terbaik. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengalaman merupakan sesuatu yang diperoleh seseorang dari aktivitas yang dialami auditor
dalam perjalan hidupnya. Dan merupakan proses pembelajaran dan penambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendididkan formal maupun non- formal.
Pengalaman audit merupakan pengalaman auditor dalam melakukan audit atas laporan
keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya klien yang ditangani dan
pengalaman yang dimiliki auditor mendeteksi kekeliruan dan kecurangan yang terjadi.

Sumber Refrensi :
- BMP EKMA4476 Audit SDM
- https://itjen.kemenkumham.go.id/wp-content/uploads/2023/08/pedoman-audit- ketaatan.pdf

Anda mungkin juga menyukai