Hal ini berkaitan dengan fraud manajemen. Sementara semua fraud melibatkan bentuk
penyimpangan laporan keuangan, untuk memenuhi definisi di bawah kelas skema fraud, laporan
itu sendiri harus memberi keuntungan bagi pelakunya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dengan kata lain, laporan tersebut tidak sekadar sarana untuk menutupi atau
mengaburkan tindakan kecurangan.Dua jenis Fraudulent Statementsyang dapat dilakukan yaitu:
a. Financial
1. Asset/Revenue Overstatements
· Timing Differences
· Fictitious Revenues
· Concealed Liabilities
· Improper Disclosures
· Improper Asset
2. Asset/Revenue Understatements
b. Non-Financial
1. Employment Credentials
2. Internal Documents
3. External Documents
Terdapat dua model yang menggambarkan mengenai Fraud Tree.lalu dimanakah perbedaan dari
kedua model tersebut? Berikut penjelasannya :
1. Model pertama langsung mengelompokan larcency dan skiming menjadi bagian dari Cash.
Model baru membagi dahulu Cash menjadi Theft of Cash Hand & Theft of Cash Reciepts,lalu
kemudian baru membagi Cash Recieptsmenjadi larcency dan skiming.
2. Pada model pertama dijelaskan bahwa larcency dapat dilakukan melalui Of Cash on Hand dan
From the Deposit, pada model kedua tidak dijelaskan kedua kegiatan tersebut.
3. Model pertama pada Fraudulent Disbursements dalam Payroll schemes terdapat Workers’
compensation yang tidak dijelaskan pada model kedua.
4. Model pertama pada Fraudulent Disbursements dalam Check Tampering terdapat Concealed
Cecks yang tidak dijelaskan pada model kedua.
5. Pada model pertama menggunakan kata Fraudulent Statement yang kemudian diganti menjasi
Financial statement. Dalam Fraudulent Statement,dibagi menjadi financial dan nonfinancial.
Tetapi pada model kedua langsung dibagi menjadi Net Income Overstatement dan Net Income
understatement.
3. Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan
pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang
terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah
dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor
integritasnya masih dipertanyakan.
Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja
sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya adalah
penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan
(bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan
secara ekonomi (economic extortion).
Opportunity biasanya muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian inernal di organisasi tersebut.
Terbukanya kesempatan ini juga dapat menggoda individu atau kelompok yang sebelumnya tidak
memiliki motif untuk melakukan fraud.
Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan membuat mereka mencari kesempatan
melakukan fraud, beberapa contoh pressure dapat timbul karena masalah keuangan pribadi, Sifat-sifat
buruk seperti berjudi, narkoba, berhutang berlebihan dan tenggat waktu dan target kerja yang tidak
realistis.
Rationalization terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas aktivitasnya yang mengandung
fraud. Pada umumnya para pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya bukan merupakan
suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang memang merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa
telah berjasa karena telah berbuat banyak untuk organisasi. Dalam beberapa kasus lainnya terdapat
pula kondisi dimana pelaku tergoda untuk melakukan fraud karena merasa rekan kerjanya juga
melakukan hal yang sama dan tidak menerima sanksi atas tindakan fraud tersebut.