Anda di halaman 1dari 5

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) yang merupakan organisasi

profesional bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan mengklasifikasikan fraud


(kecurangan) dalam tiga tingkatan yang disebut Fraud Tree, yaitu sebagai berikut
(Albrech, 2009):

1. Penyimpangan atau penyalahgunaan atas asset (Asset Misappropriation) 


Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah
dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).

Asset Misappropriation (penyalahgunaan aset). 


Beberapa jenis penyalahgunaan asset yaitu :
A.    Cash
a.       Larceny (pencurian). Kas dicuri setelah kas dicatat pada buku perusahaan.
·         Of Cash on Hand. Ditandai dengan tidak adanya penjelasan terhadap selisih kas yang terjadi
·         From the Deposit. Slip deposito yang diubah atau disalahgunakan
b.      Skimming
Kas dicuri sebelum dilakukan pencatatan pada buku perusahaan. Dapat dilakukan dengan :
·         Sales dengan ciri-ciri penjualan tetap atau menurun dengan harga pokok penjualan yang
meningkat, unrecorded, understated
·         Receivables dengan ciri meningkatnya piutang usaha dibandingkan dengan kas, write-off
schemes, lapping schemes
·         Refunds, dsb.
c.       Fraudulent Disbursements
Terjadi ketika arus uang sudah terekam dalam (atau sudah masuk ke) sistem. Fraudulent
Disbursements mempunyai tanda tanda awal terjadinya penyalahgunaan kas yaitu meningkatnya
pengeluaran ringan (misalnya biaya konsultasi atau iklan), alamat rumah pegawai sama dengan
alamat vendor, alamat vendor merupakan PO. BOX, nama vendor terdiri atas inisial huruf atau
tujuan bisnis yang tidak jelas. Fraudulent Disbursements
Dapat dilakukang dengan :
·         Billing schemes. Merupakan skema permainan (schemes) dengan menggunakan proses billing
atau pembebanan tagihan sebagai sarananya. Perusahaan melakukan pengeluaran uang
berdasarkan faktur fiktif untuk barang atau jasa yang dibeli, faktur yang di mark up nilainya, atau
faktur untuk keperluan pribadi. Contoh: Shell company, Non-accomplice vendor, Personal
purchases.
·         Payroll schemes. Merupakan skema permainan melalui pembayaran gaji. Perusahaan
melakukan pembayaran klaim kompensasi berdasarkan data yang tidak seharusnya.
Contoh : Ghost employees, Commission schemes, Workers’ compensation, Falsified wages.
·         Check tampering. Pelaku menukarkan dana perusahaan dengan mengubah dana pada salah satu
bank perusahaan, atau mencuri cek yang ditujukan untuk pihak lain.
Contoh : Forged maker, Forged endorsement, Altered payee, Concealed check, Authorized
maker.
·         Register disbursement schemes. Pelaku memasukkan input yang salah pada cash register untuk
menutupi uang yang diambil.
Contoh : False Voids, False Refund.
B.      Inventory and all Other Assets
a.       Misuse, yaitu penyalahgunaan. Merupakan penyalahgunaan asset
b.      Larceny, yaitu pencurian. Merupakan pencurian :
o   Asset Req. & Transfers
o   False Sales & Shipping
o   Purchasing & Receiving
o   Unconcealed Larceny
2. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement) 
Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif
suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan
yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering)
dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau
mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.

Hal ini berkaitan dengan fraud manajemen. Sementara semua fraud melibatkan bentuk
penyimpangan laporan keuangan, untuk memenuhi definisi di bawah kelas skema fraud, laporan
itu sendiri harus memberi keuntungan bagi pelakunya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dengan kata lain, laporan tersebut tidak sekadar sarana untuk menutupi atau
mengaburkan tindakan kecurangan.Dua jenis Fraudulent Statementsyang dapat dilakukan yaitu:
a.    Financial
1.      Asset/Revenue Overstatements
·      Timing Differences
·      Fictitious Revenues
·      Concealed Liabilities
·      Improper Disclosures
·      Improper Asset
2.      Asset/Revenue Understatements
b.    Non-Financial
1.         Employment Credentials
2.         Internal Documents
3.         External Documents

Terdapat dua model yang menggambarkan mengenai Fraud Tree.lalu dimanakah perbedaan dari
kedua model tersebut? Berikut penjelasannya :
1.      Model pertama langsung mengelompokan larcency dan skiming menjadi bagian dari Cash.
Model baru membagi dahulu Cash menjadi Theft of Cash Hand & Theft of Cash Reciepts,lalu
kemudian baru membagi Cash Recieptsmenjadi larcency dan skiming.
2.      Pada model pertama dijelaskan bahwa larcency dapat dilakukan melalui Of Cash on Hand dan
From the Deposit, pada model kedua tidak dijelaskan kedua kegiatan tersebut.
3.      Model pertama pada Fraudulent Disbursements dalam Payroll schemes terdapat Workers’
compensation yang tidak dijelaskan pada model kedua.
4.      Model pertama pada Fraudulent Disbursements dalam Check Tampering terdapat Concealed
Cecks  yang tidak dijelaskan pada model kedua.
5.      Pada model pertama menggunakan kata Fraudulent Statement yang kemudian diganti menjasi
Financial statement. Dalam Fraudulent Statement,dibagi menjadi financial dan nonfinancial.
Tetapi pada model kedua langsung dibagi menjadi Net Income Overstatement dan Net Income
understatement.
3. Korupsi (Corruption) 
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan
pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang
terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah
dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor
integritasnya masih dipertanyakan.

Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja
sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya adalah
penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan
(bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan
secara ekonomi (economic extortion).

A.    Conflicts of Interest (Konflik Kepentingan).


Konflik kepentingan muncul ketika seorang pegawai bertindak atas nama kepentingan pihak
ketiga selama melakukan pekerjaannya atau atas nama kepentingan diri sendiri dalam kegiatan
yang dilakukannya.
Contoh : Purchases Schemes, Sales Schemes.
B.     Bribery (penyuapan).
Penyuapan melibatkan pemberian, penawaran, permohonan, atau penerimaan sesuatu yang
berharga untuk mempengaruhi seorang petugas dalam melakukan pekerjaannya menurut hukum.
Para petugas tersebut mungkin dipekerjakan oleh pemerintah (atau pihak yang berwenang) atau
oleh organisasi swasta.
Contoh :
a.       Invoice Kickbacks (suap faktur), merupakan salah satu bentuk penyuapan di mana si penjual
"mengiklaskan" sebagian dari hasil penjualannya. Persentase yang diiklaskan itu bisa diatur di
muka, atau diserahkan sepenuhnya pada "keiklasan" penjual. Kickbacks merupakan korupsi
dalam hal pembelian.
b.      Bid Rigging, merupakan korupsi dalam hal penjualan yang merupakan permainan dalam tender.
C.     Illegal Gratuities (persenan ilegal)
Merupakan pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan. Hal ini
melibatkan pemberian, penerimaan, penawaran, atau permohonan sesuatu yang berharga karena
tindakan resmi yang telah dilakukan. Ini mirip dengan suatu penyuapan, tetapi transaksinya
terjadi setelah fakta pekerjaan tersebut dilakukan. Contohnya : hadiah perkawinan, hadiah ulang
tahun, hadiah perpisahan, dll.
D.    Economic Extortion (pemerasan ekonomi)
Merupakan penggunaan (atau ancaman) kekuatan (termasuk sanksi ekonomi) oleh individual
atau organisasi untuk mendapatkan sesuatu yang berharga. Item yang berharga itu dapat berupa
aktiva keuangan atau ekonomi, informasi, atau kerjasama untuk mendapatkan suatu keputusan
yang menguntungkan atas pekerjaan atau hal tertentu yang sedang ditangani.
FRAUD TRIANGLE

Opportunity biasanya muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian inernal di organisasi tersebut.
Terbukanya kesempatan ini juga dapat menggoda individu atau kelompok yang sebelumnya tidak
memiliki motif untuk melakukan fraud.

Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan membuat mereka mencari kesempatan
melakukan fraud, beberapa contoh pressure dapat timbul karena masalah keuangan pribadi, Sifat-sifat
buruk seperti berjudi, narkoba, berhutang berlebihan dan tenggat waktu dan target kerja yang tidak
realistis.

Rationalization terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas aktivitasnya yang mengandung
fraud. Pada umumnya para pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya bukan merupakan
suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang memang merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa
telah berjasa karena telah berbuat banyak untuk organisasi. Dalam beberapa kasus lainnya terdapat
pula kondisi dimana pelaku tergoda untuk melakukan fraud karena merasa rekan kerjanya juga
melakukan hal yang sama dan tidak menerima sanksi atas tindakan fraud tersebut.

Anda mungkin juga menyukai