120301200220030
Dalam kamus Oxford Advance Learner mendefinisikan Fraud sebagai kejahatan dengan
penipuan dalam hal untuk mendapatkan uang atau barang secara tidak sah. Menurut
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE), “ Any illegal acts characterized by deceit,
concealment, or violation of trust. These acts are not dependent upon the application of
threat of violence or of physical force. Frauds are perpetrated by individuals and
organizations to obtain money, property, or services; to avoid payment or loss of services; or
to secure personal or business advantage”, Fraud sebagai setiap tindakan tidak sah yang
ditandai dengan Tindakan tidak jujur untuk penggelapan atau pelanggaran akan kepercayaan.
Tindakan ini tidak bergantung apakah dilakukan dengan menggunakan kekuatan fisik
ataupun ancaman kekerasan. Fraud dilakukan oleh perorangan dan organisasi untuk
memperoleh uang, property, ataupun jasa dengan cara menghindari pembayaran atau
kerugian, atau kenyamanan pribadi dan atau keuntungan bisnis.
Menurut Institute of internal Auditors (IIA) “ Fraud encompasses a range of irregularities and
illegal acts characterized by intentional deception or misrepresentation, which an individual
knows to be false or does not believe to be true”, Fraud sebagai segal Tindakan illegal dan
disengaja yang ditandai dengan penipuan di mana individu tersebut tahu akan kesalahan itu
atau meyakini kesalahan yang disajikan.
“ Fraud refers to an intentional act by one or more individuals among management, those
charged with governance, employees, or third parties, involving the use of deception to
obtain an unjust or illegal advantage.”(The International Standards on Auditing 240 – The
Auditor’s Responsibility to consider Fraud in the audit of Financial Statements)
International Auditing and Assurance Standard Board (IAASB) sebagai bagian dari
International federation of Accountants (IFAC) mendefinisikan Fraud sebagai Tindakan
disengaja oleh satu atau lebih individu dalam jajaran manajemen, pegawai, ataupun pihak
ketiga dengan melibatkan penipuan untuk memperoleh keuntungan tidak sah dan tidak benar.
Dari beberapa definisi di atas, dapat kitsa simpulkan bahwa Fraud atau kecurangan adalah
kejahatan, kejahatan korporasi, kejahatan manajemen, ketidakjujuran, kebohongan dan
menyajikan fakta yang menyesatkan. Bohong, tidak berkata jujur, curang dan memperoleh
keuntungan dengan cara yang tidak adil ataupun mengambil keuntungan dari orang lain
secara tidak baik.
Karakteristik Fraud
Salah saji dapat berasal dari Error atau Fraud. Yang menjadi pembeda adalah apakah
Tindakan yang menimbulkan salah saji laporan keuangan bersifat disengaja (Fraud) atau
tidak (error). Dari sudut pandang pemeriksa Fraud dan hukum, terdapat 4 karakteristik utama
yang menunjukkan terjadinya Fraud yaitu :
Shenanigans keuangan
a. Menampilkan metrik yang tidak sesuai dengan fakta (menyesatkan) yang melebih-
lebihkan performa
b. Memutarbalikkan /memanipulasi metrik neraca untuk menghindari informasi
kemerosotan
Skema Kecurangan
ACFE mengembangkan satu model untuk mengelompokan Fraud yang telah diketahui yang
disebut dengan Fraud Tree. Fraud tree ini mencantumkan 49 skema kejahatan individu yang
berbeda dan dikelompokkan berdasarkan kategori dan subkategori. 3 kategori yang
digunakan yaitu:
1. Kecurangan laporan keuangan, Jenis ini meliputi tindakan yang dilakukan oleh
pejabat suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan
yang sebenarnya, dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering)
dalam penyajian laporan keuangan untuk memperoleh keuntungan. Penggelapan
aktiva perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum serta memunculkan nilai laba
yang atraktif, sehingga dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.
2. Penyalahgunaan Aktiva Bentuk, skema kecurangan yang paling umum melibatkan
beberapa bentuk penyalahgunaan aset. Delapan puluh lima persen dari kecurangan
yang dimasukkan dalam penelitian ACFE masuk dalam kategori ini. Aset dapat
disalahgunakan secara langsung atau tidak langsung demi keuntungan si pelaku.
Berbagai transaksi yang melibatkan kas, rekening giro, persediaan, pasokan,
perlengkapan dan informasi paling beresiko untuk disalahgunakan. Berikut ini
merupakan penyalahgunaan aktiva.
a. Pembebanan ke akun beban Pencurian aktiva menciptakan ketidakseimbangan
dalam persamaan akuntansi dasar. Cara menutupi ketidakseimbangan tersebut
adalah membebankan aktiva ke akun beban serta mengurangi ekuitas dalam
jumlah yang sama. Contohnya, pencurian kas senilai $ 20.000 akan
dibebankan ke biaya operasional lain-lain. Kerugian akibat berkurangnya kas
akan mengurangi aset perusahaan sebesar $20.000. Untuk
menyeimbangkannya, ekuitas dikurangi sebesar $ 20.000 ketika akun beban
lain-lain ditutup ke saldo laba, sehingga membuat persamaan akuntansi tetap
seimbang
b. Gali lubang tutup lubang, melibatkan penggunaan cek para pelanggan, yang
diterima untuk pembayaran tagihan mereka untuk menutupi uang yang
sebelumnya dicuri oleh karyawan. Contohnya, karyawan pertama-tama akan
mencuri dan mencairkan cek senilai $ 500 yang dikirim oleh pelanggan A.
Untuk menutupi ketidakseimbangan akuntansi tersebut, maka rekening
pelanggan A tidak akan dikredit. Selanjutnya (pariode pembayaran
selanjutnya) karyawan tersebut akan menggunakan cek senilai $ 500 yang
diterima dari pelanggan B dan akan dimasukkan ke rekening pelanggan A.
Dana pada pariode berikutnya yang diterima dari pelanggan c akan dipakai
untuk menutup dana pelanggan B begiru seterusnya. Gali lubang tutup lubang
dapat terdeteksi ketika karyawan yang terlibat keluar dari perusahaan atau
cuti. Cara menghentikannya perusahaan secara rutin merotasi karyawan ke
pekerjaan yang berbeda dan memaksa untuk menjadwalkan cuti
c. Penipuan transaksi Penghapusan, pengubahan, atau penambahan transaksi
yang tidak benar untuk mengalihkan aktiva ke pelaku penipuan. Jenis umum
transaksi penipuan ini melibatkan distribusi pembayaran gaji tipuan ke
karyawan yang tidak ada. Misalnya, gaji di distribusikan kepada karyawan
yang sudah tidak lagi bekerja. Tiap minggu, pihak yang melakukan
kecurangan ini, akan terus menyerahkan kartu waktu kerja seolah-olah
karyawan tersebut masih bekerja. Walaupun perusahaan kehilangan kas,
kecurangan tersebut tetap tidak terdeteksi karena kredit ke akun kas
diseimbangkan melalui debit ke akun beban gaji.
3. Korupsi Korupsi (corruption), mungkin adalah kejahatan kerah putih yang paling tua.
Korupsi melibatkan eksekutif, menejer, atau karyawan perusahaan dalam bentuk
kolusi dengan pihak luar. Korupsi adalah tindakan seorang pejabat atau petugas yang
secara tidak sah dan tidak dapat dibenerkan memanfaatkan perkerjaannya atau
karakternya untuk mendapatkan keuntungan untuk dirinya maupun orang lain, dengan
melanggar kewajiban dan hak orang lain. Ada empat jenis korupsi, yaitu penyuapan,
pemberian hadiah yang illegal, konflik kepentingan, dan pemerasan secara ekonomi.
a. Penyuapan Penyuapan melibatkan pemberian, penawaran, permohonan untuk
menerima, atau penerimaan berbagai hal yang bernilai untuk memngaruhi
seorang pejabat dalam melakukan kewajiban sahnya. Para pejabat di sini dapat
diperkerjakan oleh berbagai lembaga pemerintah (atau pihak yang berwenang)
atau perusahaan swasta.
b. Hadiah Ilegal Hadiah ilegal (illegal gratuity) melibatkan pemberian,
penerimaan, penawaran, atau permohonan untuk menerima sesuatu yang
bernilai karena telah melakukan tindakan yang resmi. Skema ini hamper sama
dengan penyuapan, tetapi transaksinya terjadi setelah tindakan resmi tersebut
dilakukan.
c. Konflik Kepentingan Setiap perusahaan harus mengharapkan karyawannya
akan melakukan pekerjaan dengan cara yang dapat memenuhi berbagai
kepentingan perusahaan. Konflik kepentingan terjadi ketika seorang karyawan
bertindak atas nama pihak ketiga dalam melakukan pekerjaannya atau
memiliki kepentingan pribadi dalam pekerjaannya yang dilakukannya. Jika
konflik kepentingan karyawan tidak dikehaui oleh perusahaan dan
mengakibatkan kerugian keuangan, maka telah terjadi kecurangan.
d. Pemerasan secara Ekonomi Pemerasan secara ekonomi adalah penggunaan
(atau ancaman untuk melakukan) tekanan (termasuk sanksi ekonomi) terhadap
seseorang atau perusahaan, untuk mendapatkan sesuatu yang berharga. Istilah
berharga dapat dapat berupa aset keuangan atau ekonomi, informasi, atau kerja
sama untuk mendapatkan keputusan yang berguna mengenai sesuatu yang
sedang dipermasalahkan.
Kasus pelanggaran laporan keuangan AISA, OJK: Kami akan klarifikasi dahulu
Kasus yang mendera PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) kian berlarut. Kali ini
produsen makanan ringan Taro kembali diduga melakukan pelanggaran laporan keuangan
setelah lembaga akuntan publik Ernst & Young (EY) mengeluarkan laporan audit investigasi.
Salah satu poin penting dari hasil investigasi tersebut adalah terdapat dugaan overstatement
pada laporan keuangan tahun 2017 sebesar Rp 4 triliun pada akun piutang usaha, persediaan,
dan aset tetap Grup AISA dan sebesar Rp 662 miliar pada penjualan serta Rp 329 miliar pada
EBITDA entitas food.
Menanggapi kondisi ini, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen mengatakan,
pihaknya akan melakukan klarifikasi terlebih dahulu kepada pihak AISA sebelum melakukan
tindakan apapun termasuk pemberian sanksi.
“Iya (melanggar aturan), kami akan klarifikasi dahulu. Kami belum terima secara formal.
Kami akan hearing dan kami bahas. Kantor akuntan publik juga akan kami kaji,” ujar Hoesen
saat ditemui di gedung BEI, Kamis (28/3).
Asal tahu saja, kantor akuntan publik (KAP) yang melakukan audit laporan keuangan AISA
tahun 2017 lalu adalah RSM Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar dan Rekan.
Korupsi BUMN Asabri Terbesar Sepanjang Sejarah Indonesia Merdeka
Kejaksaan Agung saat ini sedang menangani kasus dugaan korupsi ditubuh BUMN, PT
Asabri (Persero). Korupsi dalam kasus ini mencapai Rp23,7 triliun.
Jaksa Agung ST Burhanuddin dalam Youtube Channel Deddy Corbuzier mengatakan bahwa
kasus yang ditangani tersebut menjadi skandal korupsi yang terbesar di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
"Minta doanya, kasus Asabri ini korupsi terbesar di Indonesia, sampai Rp23,7 triliun
sementara ini. Ini duit, bukan campur dengan daun," kata Jaksa Agung ST Burhanuddin
seperti dikutip dari Youtube Channel Deddy Corbuzier, Rabu (17/2/2021).
Jaksa Agung menuturkan, dirinya akan menuntaskan kasus korupsi ini. Bahkan dia siap
berhadapan dengan segala risiko yang akan dihadapi.
Sama seperti Jiwasraya, saat ini Kejaksaan Agung tengah memasuki tahap penelusuran aset
yang dimiliki para tersangka korupsi. Nantinya aset ini yang akan digunakan untuk
mengembalikan kerugian negara.
"Kalau kemarin Asuransi Jiwasraya bisa kembali uangnya. Tapi kasus Asabri ini kan
pelakunya ada yang sama dan sudah disita aset dia. Tapi kita usaha terus, kita terus telusuri
asetnya. insya allah masih dimungkinkan itu (uang kembali)," kata ST Burhanuddin.
Seperti diketahui, Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer
Simanjuntak menjelaskan kronologi dugaan kasus korupsi dalam pengelolaan keuangan dan
dana investasi oleh PT Asabri.
Leonard mengatakan, pada tahun 2012 hingga 2019, Direktur Utama, Direktur Investasi dan
Keuangan serta Kadiv Investasi Asabri bersepakat dengan pihak di luar Asabri yang bukan
merupakan konsultan investasi ataupun manajer investasi.
"Mereka adalah Heru Hidayat, Benny Tjokrosaputro dan Lukman Purnomosidi yang
bersepakat dengan pihak Asabri untuk membeli atau menukar saham dalam portofolio Asabri
dengan saham-saham milik Heru, Benny, dan Lukman," kata Leonard.
Untuk menghindari kerugian investasi Asabri, maka saham-saham yang telah dijual di bawah
harga perolehan, dibeli kembali dengan nomine Heru, Benny, dan Lukman serta dibeli lagi
oleh Asabri melalui underlying reksadana. Transaksi itu dikelola oleh manajer investasi yang
dikendalikan oleh Heru dan Benny.
Seluruh kegiatan investasi Asabri pada 2012 sampai 2019 tidak dikendalikan oleh Asabri,
namun seluruhnya dikendalikan oleh Heru, Benny dan Lukman. Leonard menyebut dugaan
kasus korupsi Asabri ini merugikan keuangan negara sebesar Rp23,7 triliun.